MAKALAH
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas: ILMU ALAMIAH
DASAR
Di susun oleh:
Kelompok 2
Dela Santika
Fitria Ramandani
Hanan Purwanti
Hanum Maulida
Indah Sari S.
Dosen Pengampuh
2
FAKULTAS TARBIYAH
2017 / 1438
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini dengan baik.
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen yaitu terkait
dengan Kronologis Sejarah Perumusan Pancasila Dasar Filsafat Negara yang berisi tentang
Sebagaimana salah satu tugas untuk memenuhi tugas dari Dosen Pengampu: al-Ustd Andi
Wahyu Wiratama, M.A
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kami
mengharapkan/membutuhkan kritik dan saran yang membangun demi tercapainya
kesempurnaan tugas ini.
Semoga apa yang kami susun dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kami mohon maaf apabila banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan..............................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Kesimpulan.....................................................................................................................15
1.2 Daftar Pustaka................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
Kenyataan hidup berbangsa dan bernegara bagi kita bangsa Indonesia tidak dapat
dilepas atau dipisahkan dari sejarah masa lampau. Demikianlah halnya dengan
terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk di dalamnya Pancasila
sebagai Dasar Filsafat Negara. Sejarah masa lalu dengan masa kini dan masa mendatang
merupakan suatu rangkaian waktu yang berlanjut dan berkesinambungan. Dalam
perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia
mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai dengan kepentingan
penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung di balik legitimasi ideologi
negara Pancasila. Bahkan pernah diperdebatkan kembali kebenaran dan ketepatannya
sebagai Dasar dan Filsafat Negara Republik Indonesia. Bagi bangsa Indonesia tidak ada
keraguan sedikitpun mengenai kebenaran dan ketepatan Pancasila sebagai pandangan
hidup dan dasar negara.
Adapun tujuan penulis adalah untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah
PANCASILA, selain itu juga beberapa tujuan lainnya:
a. Mengetahui lebih jauh tentang pancasila dalam konteks Kronologis Sejarah
Perumusan Pancasila Dasar Filsafat Negara
b. Untuk menambah wawasan dan pengalaman kami sebagai mahasiswi.
BAB II
PEMBAHASAN
Masa penjajahan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada
tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh
Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II,
Belanda diduduki oleh Nazi Jerman.
Perang Dunia II antara kelompok Sekutu melawan kelompok Amerika Serikat (Sentral)
semakin berkecamuk. Pada tanggal 1 Maret 1945 tentara Jepang (Dai Nippon Teikoku)
mendarat di Pulau Jawa dan memaksa Gubernur Jenderal Belanda, Tjarda vanStarkenborgh
Stachouwer menyerah tanpa syarat kepada Panglima Bala Tentara Jepang, Jenderal
Imamura di Kalijati (Subang-Jawa Barat) pada 9 Maret 1945. Dengan demikian
berakhirlah penjajahan Hindia Belanda di Nusantara, dan mulailah penjajahan Jepang di
tanah air kita tercinta.
Sementara itu Perang Dunia masih terus berkecamuk. Pada tahun 1943 tentara Jepang
mulai terdesak di semua medan pertempuran. Dalam keadaan yang demikian, Pemerintah
Jepang memberikan janji kepada bangsa Indonesia, bahwa bangsa Indonesia akan
diberikan kemerdekaan di kelak kemudian hari dalam lingkungan kemakmuran bersama
Asia Timur Raya, apabila perang dunia II berakhir dengan kemenangan pada pihak Jepang.
Janji tersebut diucapkan oleh Perdana menteri Jepang Jenderal Kaiso pada 7 September
1944 di depan sidang Istimewa Dewan Perwakilan Rakyat Jepang (Toikuhu Gikai).
6
Janji tersebut tertunya bermaksud agar Bangsa Indonesia simpati kepada Jepang dalam
menghadapi tentara Sekutu. Pada 1 Maret 1945, bertepatan dengan tiga tahun dimulainya
”Pembangunan Jawa Baru” (pendaratan Tentara Jepang di Jawa) Pemerintah Jepang
mengumumkan bahwa akan segera dibentuk Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai atau Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Pada 29 April 1945, oleh Seikoo
Sikikan dibentuklah Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia, yang beranggotakan 63 orang, yang terdiri dari Ketua
/Kaicoo( Dr. KRT, Radjiman Wedyodiningrat, Ketua Muda /Fuku Kaicoo Ichbangase
(orang Jepang), dan seorang ketua muda dari bangsa Indonesia RP Soeroso (Effendi, 1995:
9). BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 (bertepatan kelahiran Kaisar Jepang Tenno
Haika) oleh Letnan Jenderal Kumakici, Panglima Tentara Ke-enam Belas Jepang di Jawa.
Muhammad Yamin yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945 menyampaikan usul
dasar Indonesia merdeka adalah :
Sidang hari kedua, 30 Mei 1945 tampil tokoh-tokoh Islam, yaitu K.H. WahidHasyim, Ki
Bagus Hadikusumo dan K.H.A. Kahar Muzakir. Mereka mengusulkan agar dasar negara
yang disepakati nanti adalah dasar Islam, mengingat bahwa sebagian terbesar rakyat
Indonesia beragama Islam. Tetapi Bung Hatta yang berpidato pada hari itu juga tidak
menyetujui dasar Islam ini. Bung Hatta mengusulkan agar dibentuk Negara Persatuan
Nasional, yang memisahkan urusan negara dengan urusan agama (Effendi, 1995: 14).
3). Soepomo
Giliran kedua yang mendapat kesempatan untuk berpidato adalah Soepomo, pada
tanggal 30 Mei 1945. Menurut Effendi (1995:14) dalam pidatonya Supomo menguraikan
panjang lebar tentang teori kenegaraan secara yuridis, politis dan sosiologis, serta syarat-
syarat berdirinya negara, bentuk negara, bentuk pemerintahan dan hubungan antara negara
dan agama. Supomo setuju dengan pendapat Bung Hatta agar urusan agama dipisahkan
dengan urusan negara. Ia juga tidak menyetujui dasar Islam, karena menurutnya tidak
sesuai dengan cita-cita negara persatuan yang telah diidam-idamkan. Supomo juga
mengusulkan, negara yang akan dibentuk merupakan negara yang akan menjadi anggota
dari lingkungan kemakmuran bersama di Asia Timur Raya. Sedangkan di lingkungan ini,
menurut Supomo anggota-anggota yang lain seperti Negeri Nippon, Tiongkok,
Manchukuo, Filipina, Thai, Birma bukan negara Islam. Supomo mengusulkan dasar negara
yang mirip dengan usulan Yamin. Ia mengusulkan dasar negara, sebagai berikut:
II. Kekeluargaan
8
IV. Musyawarah
4). Soekarno
Pada tanggal 1 Juni 1945, giliran Soekarno berpidato di depan sidang BPUPKI. Pada
awal pidatonya, ia mengemukan, “ Setelah tiga hari berturu-turut anggota-anggota
Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai mengeluarkan pendapat-pendapatnya, maka sekarang saya
mendapatkan kehormatan untuk mengemukakan pula pendapat saya. Saya akan menepati
permintaan Tuan Ketua yang Mulia. Apakah permintaan Tuan Ketua yang Mulia? Tuan
Ketua yang Mulia minta kepada sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai untuk mengemukakan
dasar Indonesia merdeka Dasar inillah nanti akan saya kemukakan di dalam pidato saya
ini” (Ana,I.D.,Singgih Hawibowo, dan Agus Wahyudi (ed), 2006: 92).
Dalam pidato tersebut Soekarno mengusulkan dasar negara yang terdiri atas lima
prinsip. Lima prinsip tersebut oleh teman beliau yang ahli bahasa (tidak disebutkan
namanya) di beri nama Pancasila. Lima prinsip yang diajukan oleh Soekarno adalah :
Soekarno juga mengusulkan, tiga asas dasar Indonesia merdeka yang diberi nama Tri
Sila, yang merupakan perasan dari Pancasila yang terdiri dari tiga sila, yaitu :
I. Socio- Nasionalisme
II. Socio-democratie
III. Ketuhanan
9
Dalam pidatonya Bung Karno juga mengatakan,” Jikalau saya peras yang lima menjadi
tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen,
yaitu perkataan Gotong-royong” atau Ekasila.
Beliau mengusulkan bahwa pancasila adalah dasar filsafat dan pandangan hidup bangsa
Indonesia atau ‘Philosofhische’ juga pandangan dunia yang setingkat dengan aliran-aliran
besar dunia ‘Weltanschauung’. (Sekretariat Negara, 1995: 03-84).
Hari pertama sebelum sidang BPUPKI kedua dimulai, diumumkan oleh ketua
penambahan enam anggota baru Badan penyelidik yaitu:
1. Abdul Fatah Hasan
2. Asikin Natanegara
3. Soerjo Hamidjojo
4. Muhammad Noor
5. Besar
6. Abdul Kaffar
Selain tambahan anggota BPUPKI Ir. Soekarno sebagai Ketua Panitia Kecil melaporkan
hasil pertemuannya yang dilakukan sejak tanggal 1 Juli bulan lalu. Menurut laporan itu
tanggal 22 juni 1945 Ir. Soekarno mengadakan pertemuan antara panitia Kecil dengan
anggota-anggota badan penyelidik. Yang hadir dalam pertemuan tersebut berjumlah 38
anggota, yaitu anggota-anggota yang bertempat tinggal di Jakarta dan anggota-anggota
badan penyelidik yang merangkap menjadi anggota Tituoo Sangi In dari luar Jakarta, dan
pada waktu itu Jakarta menjadi tempat rapat Tituoo Sangi In pertemuan antara 38 orang
anggota diadakan di gedung kantor besar Jawa Hooko Kai ( kantornya Bung Karno sebagai
10
Honbucoo/ sekretaris Jendral Jawa Hooko Kai). Mereka membentuk panitia kecil yang
terdiri dari 9 orang atau disebut Panitia Sembilan. Anggotanya sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno
2. Wachid Hasyim
3. Mr. Muh. Yamin
4. Mr. Maramis
5. Drs. Moh. Hatta
6. Mr. Soebardjo
7. Kayai Abdul Kahar Muzakir
8. Abikoesno Tiokrosoejoso
9. Haji. Agus Salim
Panitia Sembilan ini telah mengadakan pertemuan secara masak dan sempurna yang
mencapai suatu hasil yang baik yaitu suatu modus atau persetujuan antara golongan Islam
dan Golongan kebangsaan. Modus atau persetujuan tersebut tertuang dalam suatu
rancangan Pembukaan Hukum Dasar, dalam rapat BPUPKI kedua dalam tanggal 10 Juli
1945 Panitia Kecil Badan Penyelidik menyetujui sebulat-bulatnya rancangan Prembule di
susun oleh Panitia Sembilan. Bagian terakhir Naskah Rembule sebagai berikut:
“..............maka disusunlah kemerdekaan Bangsa Indonesia itu dalam suatu hukum dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu Negara Republik Indonesia yang
Berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusian yang adil dan
beradap, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin hitkmat kebijaksnaa dalam
permusyawaratan/ perwakilan serta dengan mewujutkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia”.
Istilah ‘hukum dasar’ yang kemudin digant dengan Undang-Undang Dasar. Menurut
keterangan Prof. Soepomo dalam rapat 15 Juli 1945, bhawa istilah hukum dala bahasa
Belanda ‘ Recht’ meliputi tertulis dan tidak tertuis. Sedangkan Undang-Undang Dasar
adalah hukum yang tertulis. Maka pada tanggal 11 Juli yang harus disusun oleh panitia
perancang menggunakan istilah hukum dasar diganti menjadi istilah yang benar adalah
Undang-Undang Dasar.
11
Beberapa keputusan penting yang patut diketahui dalam rapat BPUPKI ke-2 adalah
sebagai berikut: tanggal 10 Juli diambil keputusan tentang bentuk Negara. Dari enam
puluh empat suara (ada beberapa anggota yang tidak hadir) yang pro Republik 55 orang,
yang meminta kerajaan enam orang, dan belangko 1 orang.
Pada tanggal 11 Juli 1945 diambil keputusan yang penting tentang luas wilayah negara
baru, terdapat 3 usul yaitu:
Latar belakang terbentuknya UUD 1945 bermula dari janji Jepang untuk memberikan
kemerdekaan bangsa Indonesia di kemudian hari. Janji tinggallah janji, setelah Jepang
berhasil memukul mundur tentara Belanda, malah mereka sendiri yang menindas kembali
bangsa Indonesia, bahkan lebih sadis dari sebelumnya.
Sidang Pleno dimulai pukul 11.30 dengan acara pokok membahas Rancangan Hukum
Dasar (termasuk Rancangan Preambule Hukum Dasar) untuk ditetapkan menjadi UUD
(termasuk Pembukaan Undang-undang Dasar) suatu Negara yang telah merdeka ada
tanggal 17 Agustus 1945.
Karena adanya ubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan pasal – pasal UUD
1945, bahwa Pembukaan UUD 1945 memuat pokok – pokok pikiran , yaitu :
Di dalam UUD 1945 tertuang visi, misi, dan nilai-nilai dasar sebuah institusi atau
organisasi sebagai wadah kebersamaan yang hendak dibangun dan dijalankan bersama.
Selain itu juga merupakan pengantar hidmat berisi ide-ide politik, moral, dan keagamaan
yang hendak dikemukakan oleh konstitusi tersebut. Pembukaan ini lebih mengandung
karakter ideologis daripada karakter hukum. Dalam konteks Indonesia, Pembukaan UUD
1945 adalah bagian terpenting dari UUD 1945 yang disepakati oleh MPR 1999 untuk tidak
diubah sama sekali. Pembukaan dikatakan sebagai bagian terpenting karena disanalah
tertuang norma fundamental negara (staatsfundamental norm), tujuan bangsa dan tujuan
bangsa inilah merupakan hasil kontrak kenegaraan antara rakyat dan negara.
– bersifat tetap, kuat, dan tidak dapat diubah oleh siapapun termasuk MPR, DPR
hasil pemilihan umum
– Merupakan kaidah negara yang fundamental, yaitu bahwa hukum dasar tertulis
(UUD), hukum tidak tertulis (konvensi) dan semua hukum atau peraturan perundang-
undangan harus bersumber pada pancasila.
Oleh sebab itu, maka kedudukan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 adalah sebagi sumber dari segala sumber hukum Indonesia, sehingga semua
peraturan perundangan yang digunakan di Indonesia harus berdasarkan dan bersumber
pada Pancasila.
a. Sebagai norma dasar yang memberikan arah serta dasr-dasar cita-cita hukum
bagi Undang-Undang Dasar negara.
b. Memiliki kedudukan hukum yang tinggi dari pada pasal UUD 1945
Arti dinamika menuut bahasa dan istilah dinamika adalah keselarasan dan kesersian.
Dan arti dinamika secara umum ialah sesuatu yang tidak konstan atau pergerakan didalam
suatu hal entah itu naik atau menurun.
Ada beberapa dinamika pelaksanaan UUD 1945 yaitu:
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Pearl_Harbor
https://id.wikipedia.org/wiki/
Badan_Penyelidik_Usaha_Persiapan_Kemerdekaan_Indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/