Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Disusun untuk memenuhi tugas


MATA KULIAH : PANCASILA
DOSEN PENGAMPU : Ir. Marhaenus Johanis Rumondor M.Si

Disusun oleh :
1. Ahmad Fauzi Alfakih 231011050013
2. Hutri Gracia Wurangian 231011050065
3. Ananda Gracela Onny 231011050015
4. Syeina Amin 231011050007

KELAS A
PROGRAM FARMASI JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2023
KATA PENGANTAR

Pertama – tama kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai Dasar Negara
Republik Indonesia” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Ir. MARHAENUS JOHANIS
RUMONDOR M.Si pada mata kuliah Pancasila, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Mner Ucha, selaku dosen mata kuliah
Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami
pada khususnya, kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan ke arah kesempurnaan. Akhir kata kami sampaikan terima kasih.

Manado, 10 September 2023

Penulis
Daftar Isi

Contents
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................4
1.2 Perumusan Masalah....................................................................................................4
1.3 Tujuan Pembahasan....................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..................................................................................................................6
2.1 Proses Lahirnya Pancasila..........................................................................................6
2.2 Pancasila sebagai Sistem Filsafat.............................................................................10
2.2.2 Alasan Manusia berfilsafat................................................................................11
2.2.3 Filosofi Pancasila...............................................................................................12
2.2.4 Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.........................13
2.3 Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara...............................................................14
2.3.1 Mengapa Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara...............................14
2.3.2 Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan
Negara Indonesia........................................................................................................17
2.4 Perbedaan dan persamaan Ideologi Pancasila dengan ideologi lain........................17
2.4.1 Arti Penting Ideologi bagi Suatu Bangsa dan Negara.......................................17
2.4.2 Ideologi Pancasila..............................................................................................19
2.4.3 Perbedaan dan Persamaan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain.................19
BAB III…………………..…………………………………………………………...….25

3.1 Kesimpulan……………………...………………………………………………….
…25

3.2
Saran…………………………………………………………………………………..25

DAFTAR PUSTAKA………………...…...………………………………….………….26
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila


memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-
star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman
dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam kehidupan
berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-
hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama
dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres
Nomor 12 tahun 1968 adalah Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan
yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Lima, Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu
ialah, Mr. Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dapat
dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan
kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik dalam
Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti dia
menentang toleransi.

Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh
seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan
menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan
proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga
baik golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa
dan negara Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah


1. Bagaimana proses lahirnya Pancasila ?

2. Apa pengertian Pancasila sebagai sistem Filsafat?


3. Bagaimana fungsi ideologi Pancasila bagi negara ?

4. Bagaimana perbedaan dan persamaan ideologi Pancasila,


Liberal,Komunis,Fasis,Agama ?

1.3 Tujuan Pembahasan


Tujuan dari makalah ini adalah

1. Untuk mengetahui proses lahirnya Pancasila

2. Untuk mengetahui pengertian Pancasila sebagai Sistem Filsafat

3. Untuk mengetahui fungsi ideologi Pancasila bagi Negara

4. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan ideologi Pancasila dengan

ideologi lain
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Lahirnya Pancasila


Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima
sila. Kelima sila itu adalah: Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusayawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Untuk mengetahui latar belakang atau sejarah Pancasila
dijadikan ideologi atau dasar negara maka kita harus membuka kembali catatan
sejarah dari para founding father yang sudah memberikan pemikirannya tentang
dasar Negara.

Sebelum tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia belum merdeka. Bangsa


Indonesia dijajah oleh bangsa lain. Banyak bangsa lain yang menjajah atau
berkuasa di Indonesia, misalnya bangsa Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang.
Paling lama menjajah adalah bangsa Belanda. Padahal sebelum kedatangan
penjajah bangsa asing tersebut, di wilayah negara RI terdapat kerajaan-kerajaan
besar yang merdeka, misalnya Sriwijaya, Majapahit, Demak, Mataram, Ternate,
dan Tidore. Terhadap penjajahan tersebut, bangsa Indonesia selalu melakukan
perlawanan dalam bentuk perjuangan bersenjata maupun politik.

Perjuangan bersenjata bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah, dalam hal


ini Belanda, sampai dengan tahun 1908 boleh dikatakan selalu mengalami
kegagalan. Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8
Maret. Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh bala tentara Jepang. Namun Jepang
tidak terlalu lama menduduki Indonesia. Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai
kalah dalam melawan tentara Sekutu. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia
agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu, Jepang
memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh
Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus
menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji
kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan
tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi
Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura)

Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik


Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini
adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan
kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan
Indonesia.

Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan
sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama
ini yang dibicarakan khusus mengenai calon dasar negara untuk Indonesia
merdeka nanti. Pada sidang pertama itu, banyak anggota yang berbicara, tiga di
antaranya adalah Muhammad Yamin, Dr. Soepomo dan Bung Karno, yang
masing-masing mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka.
Muhammad Yamin
Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai dasar negara secara lisan yang
terdiri atas lima hal, yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Selain itu Muhammad Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yang juga
terdiri atas lima hal, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4.Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945.

Soepomo
Pada tanggal 31 Mei 1945 Dr. Soepomo juga mengusulkan 5 dasar negara, yaitu:

a. Paham negara persatuan


b. Perhubungan negara dan agama
c. Sistem badan permusyawaratan
d. Sosialisme negara
e. Hubungan antarbangsa

Soekarno

Kemudian pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno mengajukan usul mengenai
calon dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu:

1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)


2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan

Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Lebih lanjut Bung Karno
mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:

1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3. Ketuhanan

Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu
Gotong Royong.

Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI
sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung
usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno
BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis
paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil
ini terdiri atas delapan orang, yaitu:

1. Ir. Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh. Yamin
5. M. Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis
7. R. Otto Iskandar Dinata
8. Drs. Muh. Hatta

Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil,
dengan para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai
antara lain disetujuinya dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik
Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu:

1. Ir. Soekarno
2. Drs. Muh. Hatta
3. Mr. A.A. Maramis
4. K.H. Wachid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakkir
6. Abikusno Tjokrosujoso
7. H. Agus Salim
8. Mr. Ahmad Subardjo
9. Mr. Muh. Yamin

Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga
melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar,
yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”.

Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 juli 1945, hasil yang dicapai
adalah merumuskan rancangan Hukum Dasar. Sejarah berjalan terus. Pada
tanggal 9 Agustus dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, dan
sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945.
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan acara
utama (1) mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan preambulnya
(Pembukaannya) dan (2) memilih Presiden dan Wakil Presiden.

Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum


mengesahkan Preambul, Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada
tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada
utusan dari Indonesia bagian Timur yang menemuinya.

Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea


keempat preambul, di belakang kata “ketuhanan” yang berbunyi “dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dihapus. Jika
tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari negara
RI yang baru saja diproklamasikan. Usul ini oleh Muh. Hatta disampaikan kepada
sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota tokoh-tokoh Islam, antara
lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan Teuku Muh. Hasan.
Muh. Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi persatuan dan
kesatuan bangsa.

Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan


kesatuan, mengingat Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh Islam itu
merelakan dicoretnya “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” di belakang kata Ketuhanan dan diganti dengan “Yang
Maha Esa”.

2.2 Pancasila sebagai Sistem Filsafat


2.2.1 Pengertian Filsafat
Secara etimologi istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani
“alphilein” artinya “cinta” dan “shopos” artinya “hikmah” atau
“kebijaksanaan” atau “wisdom” (Nasution, 1973). Keseluruhan arti filsafat
yang meliputi berbagai masalah tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua
macam sebagai berikut:
Pertama : Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian :
1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan ilmu, konsep pemikiran-pemikiran
daripada filsafat pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran
atau sistem filsafat tertentu. Misalnya rasionalisme, materialisme,
pragmatisme, dan lain sebagainya.
2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai
hasil dari aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang
tinggi dari persoalan yang bersumber pada akal sehat.
Kedua : Filsafat sebagai suatu proses yang mencakup pengertian:
Suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses suatu pemecahan permasalahan
dengan menggunakan cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya.
Dalam pengertian ini filsafat merupakan suatu sistem pengetahuan yang
bersifat dinamis. Filsafat dalam pengertian ini tidak lagi hanya merupakan
suatu kumpulan dogma yang hanya diyakini, ditekuni dan dipahami sebagai
suatu nilai tertentu tetapi lebih merupakan suatu aktivitas berfilsafat suatu
proses yang dinamis dengan menggunakan suatu metode tersendiri.
Adapun pengertian filsafat menurut para ahli seperti:
 Socrates (469-399 S.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau
berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan
bahagia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat dikembangkan bahwa
manusia akan menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu
dan mau melakukan peninajauan diri atau refleksi diri sehingga muncul
koreksi terhadap diri secara obyektif.
 Plato (472 – 347 S.M.)
Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa para filsuf
adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth) dalam
pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tak
berubah. Dalam konsepsi Plato filsafat merupakan pencarian yang bersifat
spekulatif atau perekaan terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran.
Filsafat Plato ini kemudan digolongkan sebagai filsafat spekulatif.

Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah, sebagai berikut:


 Metafisika, membahas tentang hal-hal yang bereksistensi dibalik fisis,
yang meliputi bidang-bidang, antologi, kosmologi, dan antropologi.
 Epistemologi, membahas tentang hakikat pengetahuan.
 Metodologi, membahas tentang hakikat metode dalam ilmu
pengetahuan.
 Logika, membahas tentang filsafat berfikir, yaitu rumus-rumus dan
dalil-dalil berfikir yang benar.
 Etika, membahas tentang moralitas, dan tingkah laku manusia.

2.2.2 Alasan Manusia berfilsafat


Manusia merupakan makhluk telah bersilfasat baik itu disadari ataupun
tidak disadari. Adapun faktor pendorong atau alasan manusia berfilsafat ada
3 faktor yaitu:
a. Keheranan atau Kekaguman
Manusia dapat merasa kagum atau heran karena merasakan, melihat
atau mendengar sesuatu yang tidak biasa mereka ketahui. Ketika
manusia heran, ia akan mulai berpikir apakah ia sedang tidak ditipu
oleh panca inderanya yang sedang keheranan. Hal ini membuat rasa
ingin tahu mereka muncul terhadap objek yang membuat rasa kagum
dan heran tersebut. Rasa heran ini mendorong manusia untuk berpikir
lebih mendalam, menyeluruh dan kritis untuk memperoleh kepastian
dan kebenaran yang hakiki. Berpikir secara mendalam, menyeluruh
dan kritis seperti ini disebut dengan berfilsafat.
b. Keraguan atau kesangsian
Manusia dapat merasa ragu terhadap suatu objek karena mereka telah
mempunyai pandangan tersendiri terhadap objek tersebut
sebelumnya. Selanjutnya, manusia menggunakan filsafat sebagai
sarana untuk menemukan jawaban atas keraguan mereka terhadap
kebenaran persepsi yang telah mereka miliki sebelumnya atau ingin
membuktikan sesuatu yang baru.
c. Kesadaran akan keterbatasan
Manusia yang menyadari bahwa dirinya mempunyai keterbatasan
akan mencari cara untuk mengatasi keterbatasan yang ia miliki. Disini
manusia menggunakan filsafat sebagai sarana menemukan jalan untuk
mengatasi keterbatasan yang mereka alami. Apabila seseorang merasa
bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada saat mengalami
penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadaran akan
keterbatasannya itu manusia berfilsafat. Ia akan memikirkan bahwa
diluar manusia yang terbatas, pastilah ada sesuatu yang tidak terbatas
yang dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan kebenaran yang
hakiki.

2.2.3 Filosofi Pancasila


Dasar pemikiran filosofis yang terkandung dalam setiap sila
dijelaskan sebagai berikut. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara
Republik Indonesia, mengandung makna bahwa dalam setiap aspek
kehidupan kebangsaan kemasyarakatan dan kebangsaan harus
berdasarkan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
dan keadilan. Pemirkiran filsafat kenegaraan bertolak dari suatu
pandangan bahwa negara adalah merupakan suatu persekutuan hidup
manusia atau organisasi kemasyarakatan, yang merupakan masyarakat
hukum (legal society).
Selain itu secara kausalitas bahwa nilai-nilai Pancasila adalah
bersifat objektif dan juga subjektif. Artinya asensi nilai-nilai Pancasila
adalah bersifat universal yaitu keutuhan, kemanusiaan persatuan,
kerakyatan dan keadilan. Sehingga kemungkinan dapat diterapkan pada
negara lain walaupun barang kali namanya bukan Pancasila. Artinya jika
suatu negara menggunakan prinsip filosofi bahwa negara ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan berkeadilan, maka negara
tersebut pada hakekatnya menggunakan dasar filsafat dari sila-sila
Pancasila.
Nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif dapat dijelaskan
sebagai berikut: Rumusan dari sila-sila Pancasila, Inti nilai-nilai
Pancasila, Pancasila yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945.
Sebaliknya nilai-nilai subjektif Pancasila dapat diartikan bahwa beradaan
nilai-nilai Pancasila itu tergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia.
Pancasila memang dikenal sebagai filosofi Indonesia. Namun
kenyataannya definisi filsafat dalam filsafat Pancasila telah diubah dan
diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila dijadikan
wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai
dengan “permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda
dari waktu ke waktu.
Pengertian filsafat Pancasila terdapat beberapa versi yakni:
a. Filsafat Pancasila versi Asli
Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat. Hal ini merujuk
pidato Sukarno di BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan
alumni Universitas di Eropa, di mana filsafat barat merupakan salah
satu materi kuliah mereka. Pancasila terinspirasi konsep humanisme,
rasionalisme, universalisme, sosiodemokrasi, sosialisme Jerman,
demokrasi parlementer, dan nasionalisme.
b. Filsafat Pancasila versi Soekarno
Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Sukarno sejak 1955
sampai berakhirnya kekuasaannya (1965). Pada saat itu Sukarno
selalu menyatakan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia
yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya
India (Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam). Menurut
Sukarno “Ketuhanan” adalah asli berasal dari Indonesia, “Keadilan
Sosial” terinspirasi dari konsep Ratu Adil. Sukarno tidak pernah
menyinggung atau mempropagandakan “Persatuan”.
c. Filsafat Pancasila versi Soeharto
Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi. Melalui filsuf-
filsuf yang disponsori Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan
dan diganti interpretasinya dalam budaya Indonesia, sehingga
menghasilkan “Pancasila truly Indonesia”. Semua sila dalam
Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila dijabarkan menjadi
lebih rinci (butir-butir Pancasila). Filsuf Indonesia yang bekerja dan
mempromosikan bahwa filsafat Pancasila adalah truly Indonesia
antara lain Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan, Wasito
Poespoprodjo, Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus
Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan, Moertono, Soerjanto
Poespowardojo, dan Moerdiono.

Dari beberapa versi tersebut filosofi Pancasila secara umum dapat


diartikan merupakan hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya
dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai
sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling
adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa
Indonesia.

2.2.4 Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia


Filsafat pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia merupakan kenyataan objektif yang hidup dan berkembang
dalam masyarakat.Pancasila memberi petunjuk mencapai kesejahteraan
bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa membedakan suku atau ras. Filsafat
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan negara: Yang dimaksud
adalah bahwa semua aturan kehidupan hukum kegiatan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara berpedoman pada pancasila. Karena pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum bangsa dan negara
republik indonesia. Orang yang berfikir kefilsafatan ialah orang yang
tidak meremehkan terhadap orang yang lebih rendah derajatnya dan
tidak menyepelekan masalah yang kecil dan selalu berfikiran positif,
kritis, dan bersifat arif bijaksana, universal dan selalu optimis.

Manusia pada hakikatnya kedudukan kodratnya adalah sebagai


makhluk Tuhan yang maha esa, maka sesuai dengan sila pertama
pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak sebagai
tingkatan kebenaran yang tertinggi.

Selain itu dalam sila ke 2, ke 3, ke 4 dan ke 5, maka epistimologis


( hakikat dan sistem pengetahuan ) pancasila juga mengakui kebenaran
konsensus terutama dalam kaitannya dengan hakikat sifat kodrat manusia
makhluk individu dan sosial.

2.3 Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara


2.3.1 Mengapa Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia Pancasila berkedudukan juga sebagai
ideologi nasional Indonesia yang dilaksanakan secara konsisten dalam
kehidupan bernegara. Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila
sebagai ikatan budaya (cultural bond) yang berkembang secara alami
dalam kehidupan masyarakat Indonesia bukan secara paksaan atau
Pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah daging dalam kehidupan
sehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan atau pudar
dalam menghadapi perubahan masyarakat tergantung daya tahan dari
ideologi itu.

Kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi yang dimiliki


oleh ideologi itu, yaitu dimensi realita, idealisme, dan fleksibelitas.
Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi tersebut:

1. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu
yang mencerminkan realita atau kenyataan yang hidup dalam
masyarakat dimana ideologi itu lahir atau muncul untuk pertama
kalinya paling tidak nilai dasar ideologi itu mencerminkan realita
masyarakat pada awal kelahirannya.
2. Dimensi idealisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang
terkandung dalam nilai dasar itu mampu memberikan harapan
kepada berbagai kelompok atau golongan masyarakat tentang
masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik
kehidupan bersama sehari-hari.
3. Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu
kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan sekaligus
menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya.
Mempengaruhi artinya ikut mewarnai proses perkembangan
zaman tanpa menghilangkan jati diri ideologi itu sendiri yang
tercermin dalam nilai dasarnya. Mempengaruhi berarti
pendukung ideologi itu berhasil menemukan tafsiran-tafsiran
terhadap nilai dasar dari ideologi itu yang sesuai dengan realita-
realita baru yang muncul di hadapan mereka sesuai
perkembangan zaman.
Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini sehingga pancasila dapat
dikatakan sebagai ideology terbuka. Fungsi Pancasila sebagai ideologi
Negara, yaitu :

1. Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah


bangsa yang majemuk.
2. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan
menggerakkan serta membimbing bangsa Indonesia dalam
melaksanakan pembangunan.
3. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai
dorongan dalam
pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
4. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai keadaan
bangsa dan Negara.

Pancasila jika akan dihidupkan secara serius, maka setidaknya dapat


menjadi etos yang mendorong dari belakang atau menarik dari depan
akan perlunya aktualisasi maksimal setiap elemen bangsa. Hal tersebut
bisa saja terwujud karena Pancasila itu sendiri memuat lima prinsip dasar
di dalamnya, yaitu: Kesatuan/Persatuan, kebebasan, persamaan,
kepribadian dan prestasi. Kelima prinsip inilah yang merupakan dasar
paling sesuai bagi pembangunan sebuah masyarakat. bangsa dan
personal-personal di dalamnya.Menata sebuah negara itu membutuhkan
suatu konsensus bersama sebagai alat lalu lintas kehidupan berbangsa
dan bernegara. Tanpa konsensus tersebut, masyarakat akan
memberlakukan hidup bebas tanpa menghiraukan aturan main yang telah
disepakati. Ketika Pancasila telah disepakati bersama sebagai sebuah
konsensus, maka Pancasila berperan sebagai payung hukum dan tata
nilai prinsipil dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Dan sebagai
ideologi yang dikenal oleh masyarakat internasional, Pancasila juga
mengalami tantangan-tantangan dari pihak luar/asing. Hal ini akan
menentukan apakah Pancasila mampu bertahan.

Pancasila merupakan hasil galian dari nilai-nilai sejarah bangsa


Indonesia sendiri dan berwujud lima butir mutiara kehidupan berbangsa
dan bernegara, yaitu religius monotheis, humanis universal, nasionalis
patriotis yang berkesatuan dalam keberagaman,demokrasi dalam
musyawarah mufakat dan yang berkeadilan sosial. Dengan demikian
Pancasila bukanlah imitasi dari ideologi negara lain, tetapi
mencerminkan nilai amanat penderitaan rakyat dan kejayaan leluhur
bangsa. Keampuhan Pancasila sebagai ideologi tergantung pada
kesadaran, pemahaman dan pengamalan para pendukungnya. Pancasila
selayaknya tetap bertahan sebagai ideologi terbuka yang tidak bersifat
doktriner ketat. Nilai dasarnya tetap dipertahankan, namun nilai
praktisnya harus bersifat fleksibel. Ketahanan ideologi Pancasila harus
menjadi bagian misi bangsa Indonesia dengan keterbukaannya tersebut.

Nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan suatu


cerminan dari kehidupan masyarakat Indonesia (nenek moyang kita) dan
secara tetap telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
bangsa Indonesia. Untuk itu kita sebagai generasi penerus bangsa harus
mampu menjaga nilai-nilai tersebut. Untuk dapat hal tersebut maka perlu
adanya berbagai upaya yang didukung oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Upaya–upaya tersebut antara lain :

1. Melalui dunia pendidikan, dengan menambahkan mata pelajaran


khusus Pancasila pada setiap satuan pendidikan bahkan sampai
ke perguruan tinggi.
2. Lebih memasyarakatkan pancasila.
3. Menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
4. Memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap Pancasila.
5. Menolak dengan tegas faham-faham yang bertentangan dengan
Pancasila.
2.3.2 Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan
Negara Indonesia
Nilai-nilai Pancasila yang terkandung didalamnya merupakan nilai
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan. Ini
merupakan nilai dasar bagi kehidupan kewarganegaraan, kebangsaan,
dan kemasyarakatan. Nilai-nilai Pancasila tergolong nilai kerohanian
yang di dalamnya terkandung nilai-nilai lainnya secara lengkap dan
harmonis, baik nilai material, vital, kebenaran, atau kenyataan. Estetis,
estis maupun religius. Nilai-nilai Pancasila bersibat obyektif dan
subyektif, artinya hakikat nilai-nilai Pancasila bersifat universal atau
berlaku dimanapun, sehingga dapat diterapkan di negara lain.

Nilai-nilai pancasila bersifat objektif, maksudnya :

1. Rumusan dari pancasila itu sendiri memiliki makna yang


terdalam menunjukkan adanya sifat umum universal dan abstrak.
2. Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam
kehidupan bangsa Indonesia.
3. Pancasila dalam pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari
segala sumber hukum di Indonesia.
Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif bahwa keberadaan
nilai-nilai Pancasila itu terlekat pada bangsa Indonesia sendiri karena:

1. Nilai- nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia.

2. Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia.

Nilai-nilai pancasila terkandung nilai kerohanian yang sesuai dengan hati


nurani bangsa Indonesia

2.4 Perbedaan dan persamaan Ideologi Pancasila dengan ideologi lain


2.4.1 Arti Penting Ideologi bagi Suatu Bangsa dan Negara
Ideologi berasal dari kata idea yang artinya pemikiran, khayalan.
konsep, keyakinan, dan kata logos yang artinya logika, ilmu atau
pengetahuan. Jadi, ideologi dapat diartikan ilmu tentang
keyakinankeyakinan atau gagasan-gagasan. Ada beberapa pengertian
ideologi menurut para tokoh seperti berikut.:

a.Menurut Destutt de Tracy, ideologi diartikan sebagai Science of Ideas,


di dalamnya ideologi dijabarkan sebagai sejumlah program yang
diharapkan membawa perubahan lembaga dalam suatu masyarakat.
b. Menurut Ali Syariati, ideologi adalah keyakinan-keyakinan dan
gagasan-gagasan yang ditaati oleh suatu kelompok, suatu kelas sosial,
suatu bangsa, atau suatu ras tertentu.
c.Menurut Koento Wibisono ada tiga unsur penting dalam suatu ideologi,
yaitu:
1. Keyakinan, yaitu setiap ideologi selalu menunjukkan gagasan vital
yang sudah diyakini kebenarannya untuk dijadikan dasar dan arch
strategic bagi tercapainya tujuan yang telah ditentukan
2. Mitos, yaitu konsep ideologi selalu memitoskan suatu ajaran yang
secara optimal dan pasti, yang menjamin tercapainya tujuan melalui
cara-cara yang telah ditentukan.
3. Loyalitas, yaitu setiap ideologi menuntut keterlibatan optimal atas
dasar loyalitas dari pendukungnya.

Bagi negara-negara yang mengalamai penjajahan, ideologi di maknai


sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, nilai, dan keyakinan yang ingin
diwujudkan. Ideologi sangat diperlukan karena dianggap mampu
membangkitkan kesadaran akan kemerdekaan, memberi motivasi dalam
perjuangan melawan penjajah. Pentingnya Ideologi dapat dilihat dari
fungsinya. Bagi suatu negara, ideologi merupakan sesuatu yang berfungsi
sebagai pandangan hidup dan petunjuk arah semua kegiatan hidup serta
penghidupan suatu bangsa di berbagai aspek kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara.
Ideologi diperlukan oleh suatu bangsa untuk mewujudkan tujuan
negaranya. Tanpa kesepakatan bersama, tidak mungkin tujuan untuk
meraih cita-cita atau harapan negara dapat menjadi kenyataan.

Arti penting Ideologi adalah sebagai berikut:


1. Negara mampu membangkitkan kesadaran akan kemerdekaan,
memberikan orientasi mengenai dunia beserta isinya, seta memberikan
motivasi perjuangan untuk mencapai apa yang dicita-citakan.
2. Dengan ideologi nasionalnya, suatu bangsa dan negara dapat berdiri
kukuh dan tidak mudah terombang-ambing oleh pengaruh ideologi lain
serta mampu menghadapi persoalan-persoalan yang ada.
3. Ideologi memberikan arah dan tujuan yang jelas menuju kehidupan
yang di cita-citakan. Ideologi yang dipahami, dihayati, dan diamalkan
oleh seluruh rakyat dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan demi
kelangsungan hidupnya.
4. Ideologi dapat mempersatukan orang dari berbagai golongan, suku,
ras, dan agama, bahkan dari berbagai ideologi.
5. Ideologi dapat mempersatukan orang dari berbagai agama.
6. Ideologi mampu mengatasi konflik atau ketegangan social.
2.4.2 Ideologi Pancasila
Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu dalam
ideologi Pancasila mengakui atas kebebasan hak-hak masyarakat. Selain itu
bahwa manusia menurut Pancasila memiliki kodrat sebagai makhluk
pribadi dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Sehingga nilai-nilai
Ketuhanan senantiasa menjiwai kehidupan manusia dalam hidup negara dan
masyarakat. Kebebasan manusia dalam rangka demokrasi tidak melampaui
hakikat nilai-nilai Ketuhanan, bahkan nilai Ketuhanan terjelma dalam
bentuk moral dalam ekspresi kebebasan manusia.
Berdasarkan sifatnya ideologi Pancasila bersifat terbuka yang berarti
senantiasa mengantisipasi perkembangan aspirasi rakyat sebagai pendukung
ideologi serta menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Ideologi
Pancasila senantiasa merupakan wahana bagi tercapainya tujuan bangsa.

Ideologi pancasila adalah ideologi yang bersumber dari seluruh nilai-nilai


Pancasila yang tedapat pada sila yang satu dengan sila yang lainnya.
Ciri-ciri ideologi Pancasila yaitu:
 Masalah agama adalah hak pribadi (berhak memilih kepercayaan
masing-masing).
 Warga Negara menganut aturan sesuai dengan UUD 1945
 Politik berdasarkan demokrasi Pancasila
 Sistem perekonomian melibatkan pemerintah. Para pengusaha swasta
dan seluruh rakyat baik golongan ekonomi lemah maupun golongan
ekonomi aktif/kuat. Dalam usaha mencapai kemakmuran bangsa
saling membantu kegiatan ekonomi.
 Individu diakui keberadaannya.

Satu-satunya negara yang menganut ideologi ini hanya Indonesia.

2.4.3 Perbedaan dan Persamaan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain


Selain Ideologi Pancasila yang ada di Indonesia ada beberapa jenis ideologi
lain yang ada di dunia. Diantaranya adalah ideologi Pancasila, liberalisme,
komunisme, fasisme, serta agama.
a. Ideologi Liberalisme

Ideologi Liberalis adalah suatu ajaran yang diyakini kebenarannya untuk


mengatur tingkah laku yang menonjolkan kebebasan individu.
Ciri-ciri ideologi ini yakni:
 Mempercayai adanya Tuhan
 Membebaskan rakyatnya untuk beragama atau tidak
 Mengakui persamaan dasar manusia dan menghargai pemikiran
manusia
 Lebih mengutamakan kepentingan individu
 Adanya partai oposisi dalam bidang politik
 Sistem ekonomi menganut sistem kapitalis, dimana perekonomian
diserahkan kepada perorangan

b. Ideologi Komunisme

Ideologi komunis adalah suatu ajaran yang didasarkan atas paham sama
rata sama rasa dan telah diyakini kebenarannya.
Ciri-ciri ideologi komunisme diantaranya:
 Tidak mempercayai adanya Tuhan(atheisme)
 Menyanggah atau menolak persamaan manusia dan tidak terdapat
pengakuan terhadap hak asasi manusia
 Dalam bidang politik hanya terdapat satu partai yaitu partai komunis
 Sistem perekonomian yang sentralistik(diatur oleh pusat)

Negara yang menganut ideologi komunisme antara lain Rusia, Cina,


Vietnam, Korea Utara, Kuba, Laos, dll

c. Ideologi Fasisme
Ideologi Fasisme adalah suatu paham yang mengedepankan bangsa
sendiri dan memandang rendah bangsa lain.
Ciri-ciri ideologi Fasisme:
 Kekuasaan dipegang oleh pemerintah yang dapat berupa koalisi sipil,
militer, atau partai yang berkuasa saat itu.
 Rakyat diperintah dengan intimidasi agar patuh terhadap Negara
 Pemerintah mengatur segala yang boleh maupun tidak boleh
dilakukan oleh rakyatnya.

Ideologi ini hampir tidak ada yang menggunakannya lagi, namun


beberapa negara yang pernah menganut ideologi ini diantaranya Amerika
Serikat, Inggris, Jerman, Italia, Jepang, dan Jerman.

d. Ideologi Agama

Ideologi Agama adalah ideologi yang bersumber pada falsafah agama


yang termuat dalam kitab suci suatu agama .
Ciri – ciri ideologi agama antara lain :
 Urusan Negara dan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan hukum
agama.
 Hanya ada satu agama resmi dalam suatu Negara.
 Negara berlandaskan agama.

Negara yang menganut ideologi ini di antaranya Saudi Arabia dan Iran
berdasarkan Islam dan Vatikan berdasarkan Kristen.
Macam-macam ideologi di atas tentunya memiliki persamaan terhadap
ideologi Pancasila. Persamaan tersebut diantaranya:
 Antara ideologi Pancasila dengan ideologi Liberalisme adalah sama-
sama menganut sistem demokrasi dan sama-sama mengakui adanya
Tuhan
 Antara ideologi Pancasila dan ideologi Komunisme memiliki tujuan
yang sama mensejahterakan seluruh rakyatnya baik kaum buruh
sekalipun.
 Antara ideologi Pancasila dan ideologi Agama sama-sama
mengharuskan rakyatnya untuk memiliki agama.

Macam-macam ideologi di atas tentunya juga memiliki perbedaan terhadap


ideologi Pancasila. Perbedaan tersebut diantaranya

AGAMA LIBERALISME KOMUNISME FASISME PANCASILA


IDEOLOGI

ASPEK

POLITIK -teokrasi -demokrasi -Demokrasi -tidak setuju -Demokrasi


HUKUM liberal rakyat dengan Pancasila
-kitab suci demokrasi
sebagai dasar -hukum untuk -Berkuasa -Hukum untuk
hukum melindungi mutlak satu -kekuasaan menjunjung
individu parpol ada ditangan tinggi keadilan
-pemaksaan pemimpin dan keberadaan
agama -dalam politik -hukum untuk yang individu dan
penguasa mementingkan melanggengka dijalankan masyaraka
terhadap individu n komunis dengan
individu kekerasan

-hukum
untuk
melindungi
pemimpin

EKONOMI -tergantung -peran negara -peran negara -Peran -peran negara


pada kecil dominan negara kecil ada untuk tidak
pertanian/ tidak terjadi
perdagangan -swasta -demi -kapitalisme monopoli dll
yang mendominasi keloktivitas monopolisme yang merugikan
ditentukan berarti demi rakyat
oleh alam dan -kapitalisme negara
keadaan alam
ditentukan -monopolisme -monopoli
tuhan negara
-persaingan
bebas

AGAMA -Setiap -agama urusan -agama candu -Agama -bebas memilih


individu harus pribadi masyarakat candu salah satu agama
beragama dan masyarakat
menjalankan -bebas -agama harus -agama harus
ibadah agama beragama dijauhkan dari -agama harus menjiwai dalam
kepada tuhan masyarakat dijauhan dari kehidupan
adalah tempat masyarakat bermasyarakat
bergantungnya -atheis dan bernegara
semua -atheis
makhluk

CIRI -negara -penghargaan -atheisme -reasialisme -bebas memilih


KHAS berdasarkan atas HAM salah satu agama
kitab suci -diogniatis -diktator
-demokrasi -agama harus
-hukum -otoriter - menjiwai dalam
bersumber -negara hukum imperialisme kehidupanm
pada kitab -ingkar HAM bermasyarakat,
suci -menolak berbangsa dan
dogmatis -reaksi bernegara.
-pemimpin terhadap
agama -reaksi terhadap liberalisme dan
memiliki
peran besar absolutisme kapitalisme
dalam negara
sebagai
pemimpin
agama
ataupun
sebagai
pemimpin
politik
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang saling berhubungan
untuk satu tujuan tertentu dan saling berkualifikasi yang tidak terpisahkan satu dengan
yang lainnya. Jadi Pancasila pada dasarnya satu bagian/unit-unit yang saling berkaitan
satu sama lain dan memiliki fungsi serta tugas masing-masing. Dan makna dasar
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat adalah dasar mutlak dalam berpikir dan tentunya
dengan saling mengaitkan antara sila yang satu dengan lainnya. Dan kesemua sila-sila
tersebut saling mencakup, bukan hanya di nilai satu persatu. Semua unsur (5 sila)
tersebut memiliki fungsi/makna dan tugas masing - masing memiliki tujuan tertentu.

3.2. Saran

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia menjadi pedoman bangsa


untuk mengatur aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk menunjukan dan
meneruskan nilai-nilai dan kenyatan-kenyataan dalam nilai filsafat pancasila tersebut
kita sebagai warga Negara Indonesia hendaknya memelihara kelestarian,keampuhan
dan kesaktian pancasila tersebut agar menjadi pedoman yang dapat dijadikan
penuntun dan pegangan terhadap sikap dan tingkah laku bagi setiap manusia
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan MS. 2010. Pendidikan Pancasila. Paradigma: Jakarta

Lembaga Soekarno-Hatta.1984.Sejarah Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945 dan


Pancasila, Jakarta: Inti Idayu Press.

Notosusanto, Nugroho, Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara, (Jakarta: PN


Balai Pustaka, 1985).

https://yusriantokadir.files.wordpress.com/2010/11/handout-pancasila-part-5-8-
final.ppt

http://adelaistanto.blogspot.com/2013/01/filsafat-alasan-manusia-berfilsafat.html

https://lasonearth.wordpress.com/makalah/falsafah-pancasila-sebagai-dasar-falsafah-
negara-indonesia/

http://indonesiaindonesia.com/f/101937-sejarah-lahirnya-pancasila-ideologi-dasar-
negara/

http://inggitberbagi.blogspot.com/2012/10/arti-penting-ideologi-bagi-suatu-
bangsa.html

http://nefi34na.blogspot.com/2012/10/makalah-ideologi-fasisme-negara.html

http://adienomets.blogspot.com/2012/12/perbedaanideologi-pancasila-liberal.html

http://ciri-cirinya.blogspot.com/2014/09/arti-macam-macam-ideologi-dengan-
ciri.html

http://suryachandragobel.blogspot.com/2013/09/pengertian-ciri-ciri-dan-negara.html

https://debiasri.wordpress.com/2012/12/26/sejarah-proses-perumusan-pancasila-
sebagai-dasar-negara/

Anda mungkin juga menyukai