Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA

( MPR)
DOSEN PENGAMPUH
(Dr. Sri Erlinda, S.IP.,M.Si)

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Diko Pratama (2105135363)
2. Sri Rahayu (2105110487)
3. Destriana ( 2105112004)
4. Hesti Widyaningsih (2105110855)
5. Nandita Oktaviana (21O511O853)
6. Fanny Alfrida (21O51126O2)

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat tugas dalam mengikuti mata
kuliah sisem politik indonesia
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
UNIVERSITAS RIAU
2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT. Yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya
kepada penulis, sehimgga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari
zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.
Tujuan dalam pembuatan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas pada mata
kuliah hukum pajak di Universitas Riau. Serta membantu mahasiswa/I atau pembaca untuk
menambah wawasan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada bapak Dr. Sri
Erlinda, S.IP.,M.Si selaku dosen pengampu yang memberikan ilmu dan arahan kepada
penulis dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa penulis juga menguapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telahyang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, dan
terimakasih kepada kepada keluarga yang telah memberikan dukungannya.
Akhir kata, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Namun,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca guna perbaikan dalam pembuatan
makalah selanjutnya. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Pekanbaru, 21 Maret 2023

Tim kelompok

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
2.1 Sejarah MPR ................................................................................................................. 6
2.2 Dasar Hukum ................................................................................................................ 8
2.3 Tugas dan wewenang MPR RI ..................................................................................... 8
2.4 Struktur Organisasi ...................................................................................................... 9
BAB III .................................................................................................................................... 11
PENUTUP................................................................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak 17 Agustus 1945 , bangsa Indonesia memulai sejarahnya sebagai sebuah bangsa
yang masih muda dalam menyusun pemerintahan , politik , dan administrasi negaranya .
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI ) menyetujui dan mengesahkan Rancangan
Undang - Undang Dasar yang telah disusun oleh BPUPKI dan diberi nama UUD tahun 1945.
Di dalam UUD tersebut diatur ketentuan tentang beberapa lembaga negara yang
menyelenggarakan negara dan pemerintahan . Rinciannya adalah MPR , DPR , Presiden ,
DPA , MA dan BPK .
Konsepsi penyelenggaraan negara yang demokratis oleh lembaga - lembaga negara tersebut
sebagai perwujudan dari sila keempat yang mengedepankan prinsip demokrasi perwakilan
dituangkan secara utuh didalamnya . Kehendak untuk mengejawantahkan aspirasi rakyat
dalam sistem perwakilan , untuk pertama kalinya dilontarkan oleh Bung Kamno , pada
pidatonya tanggal 01 Juni 1945 . Ketika gelombang reformasi datang yang dimotori oleh
Prof. Amien Rais bersama - sama dengan mahasiswa dan tokoh - tokoh masyarakat dan
menyebabka runtuhnya Orde Baru dan berhentinya Soeharto dari kursi kepresidenannya pada
21 Mei 1998 , MPR kembali mengalami dinamika yang sangat besar . UUD NRI Tahun 1945
telah mengatur keberadaan Majelis Permusyawaratan Rakyat ( MPR ).
Telah tercatat dalam sejarah kedudukan MPR RI sebelum amandemen mendapatkan posisi
menjadi lembaga tertinggi negara dan kekuasaan penuh berada di tangan lembaga ini .
Namun , karena banyak terjadi ketidakcocokan antara pemerintah dengan rakyat maka
dilakukanlah empat kali amandemen UUD hingga MPR RI ditetapkan menjadi lembaga
tinggi negara yang setara dengan lembaga lainnya . Dalam artian MPR RI merupakan
lembaga terpenting dan sakral sepanjang sejarah dengan perkembangan masa ke masa .

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana sejarah MPR?
1.2.2 apa saja dasar hukum MPR RI?
1.2.3 Bagaimana tugas dan wewenang MPR RI?
1.2.4 Bagaimana Struktur Organisasi MPR?

1.3 Tujuan Masalah


1.3.1 untuk mengtahui sejarah MPR!
1.3.2 untuk mengetahui dasar hukum MPR RI!
1.3.3 untuk mengetahui tugas dan wewenang MPR RI!
1.3.4 untuk mengetahui Struktur Organisasi MPR!

4
1.4 Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan diatas maka manfaat penulisan ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi mahasiwa, Makalah ini dijadikan sebagai pengalaman yang berharga dalam upaya
meningkatkan kemampuan dan pemahaman bagi mahasiwa
2. bagi masyarakan, makalah ini dapat menjadi sumber bacaan agar mengetahu kedudukan
pemerintahan terkait lembaga MPR.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah MPR


 Latar belakang lahirnya MPR
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah lembaga legislatif bikameral yang
merupakan salah satu lembaga tinggi negara dalam ketatangeraan Indonesia. Padaawal
disahkannya UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945, MPR memiliki posisisebagai
lembaga negara tertinggi. Konsep penyelenggaraan negara yang bercorak demokrasi oleh
lembaga-lembaga negara tersebut sesungguhnya merupakan wujud darisila ke-empat
Pancasila, yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Adapun kehendak untuk mewadahi aspirasi rakyatdalam
sistem perwakilan pertama kali dikemukakan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonyatanggal 1
Juni 1945.
Moh. Yamin juga menyampaikan bahawa diperlukan sebuah prinsip kerakyatandalam
penyelenggaraan negara. Begitu pula dengan Mr. Soepomo yang mengutarakangagasannya
mengenai Indonesia merdeka dengan prinsip musyawarah. Istilah prinsipmusyawarah itu
dinamakan Badan Permusyawaratan. Prinsip kekeluargaan menjadidasar ide tersebut.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa setiap anggota keluargadapat memberikan
pendapatnya, demikian pula dengan Badan Permusyawaratan.
Dalam rapat yang diadakan Panitia Perancang UUD, Mr. Soepomo menyampaikan
gagasannya mengenai Badan Permusyawaratan diubah namanyamenjadi “Majelis
Permusyawaratan Rakyat”. Anggotanya pun terdiri atas wakil rakyat, wakil daerah, dan wakil
golongan secara keseluruhan. Konsep Majelis PermusyawaratnRakyat ini kemudian
ditetapkan dalam sidang PPKI pada saat pengesahan UUD 1945(Pra Amandemen).

 Masa Orde Lama (1945-1965)


MPR belum dapat dibentuk secara utuh pada masa Orde Lama karena situasi saatitu
tidak mendukung. Hal tersebut telah diantispasi para pejuang kemerdekaan dengandibuat
Pasal IV Aturan Peralihan UUD RI 1945 (pra Amandemen) yang berbunyi “Sebelum Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan DewanPertimbangan Agung
dibentuk menurut Undang-Undang Dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden
dengan bantuan sebuah Komite Nasional”.
Sejak diterbitkannya Maklumat Wakil Presiden Nomor X, terjadi perubahan-
perubahan mendasar atas tugas KNIP. Sejak saat itu, lembaran baru dalam sejarah
ketatanegaraan Indonesia dimulai, yakni KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan
ikutmenetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara. Dengan demikian, pada awal berlakunya
UUD RI 1945 (pra Amandemen) dimulailah lembaran pertama sejarah MPR, yakni
terbentuknya KNIP sebagai cikal bakal MPR.

Pada masa berlakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat (1949-1950)


danUndang-Undang Dasar Sementara (1950-1959), MPR tidak dikenal sebagai lembaga
dalam ketatanegaraan Republik Indonesia. Pada tanggal 15 Desember 1955 diselenggarakan
pemilihan umum untuk memilih anggota Konstituante yang diserahi tugas membuat Undang-
Undang Dasar. Namun, Konstituante yang semula diharapkan dapat menetapkan UUD
menemui jalan buntu. Di tengah perdebatan yang tak mencapai jalan tengah, pada tanggal 22
April 1959 Pemerintah mengusulkan untuk kembali ke UUD 1945, tetapi usulan ini juga

6
tidak mencapai kesepakatan di antara anggota Konstituante. Dalam suasana yang tidak
menguntungkan itu, tanggal 5 Juli 1959, PresidenSoekarno mengeluarkan Dekrit Presiden
yang berisikan:
1. Pembubaran Konstituante. 2
2. Pemberlakuan kembali UUD 1945 dan tidak diberlakukan lagi UUD Sementara
1950.
3. Pembentukan dua lembaga, yaitu MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara) dan DPAS (Dewan Pertimbangan Agung Sementara).

Untuk melaksanakan pembentukan MPRS sesuai Dekrit Presiden 5 Juli 1959,


Presiden mengeluarkan Penetapan Presiden Nomor 2 Tahun 1959 yang isinya mengatur:
1. MPRS terdiri atas Anggota DPR Gotong Royong ditambah dengan utusan- utusan
dari daerah-daerah dan golongan-golongan.
2. Jumlah Anggota MPR ditetapkan oleh Presiden.
3. Yang dimaksud dengan daerah dan golongan-golongan ialah Daerah Swatantra
Tingkat I dan Golongan Karya.
4. Anggota tambahan MPRS diangkat oleh Presiden dan mengangkat sumpah
menurut agamanya di hadapan Presiden atau Ketua MPRS yang dikuasakan oleh
Presiden.
5. MPRS mempunyai seorang Ketua dan beberapa Wakil Ketua yang diangkat oleh
Presiden.
Pada tanggal 30 September 1965 terjadi peristiwa pemberontakan G-30-
S/PKI. Sebagai pembersihan dari G-30-S/PKI, diperlukan adanya perombakan total
atasseluruh kebijaksanaan kenegaraan. Setelah terjadi pemberontakan setelah G-30-
S/PKI, Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1959 dianggap tidak memadai lagi. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut maka dilakukan pemurnian keanggotaan MPRS dari
unsur PKI.Penegasan atas hal tersebut dituang dalam UU No. 4 Tahun 1966 yang
isinya: “sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dipilih oleh
rakyat, maka MPRS menjalankan tugas dan wewenangnya sesuai dengan UUD 1945
sampai MPR hasilPemilihan Umum terbentuk”.
Rakyat yang merasa dikhianati oleh peristiwa G-30-S/PKI kemudian
mengharapkan adanya pertangungjawaban Presiden Soekarno. Tetapi,
pidatopertanggungjawaban Presiden Soerkarno yang diberi judul ”Nawaksara” tidak
membuahkan hasil yang diharapkan MPRS sebagai pemberi mandat.
KetidakpuasanMPRS tertuang dalam Keputusan MPRS Nomor 5 Tahun 1966 yang
isinya meminta Presiden agar menyempurnakan pidato pertanggungjawaban tersebut.
Walaupun kemudian Presiden Soekarno memenuhi permintaan MPRS dalam
suratnya tertangal 10 januari 1967 yang diberi nama “Pelengkap Nawaksara”, tetapi
ternyata tidak juga memenuhi harapan rakyat. MPRS kemudian mengambil
kesimpulanbahwa Presiden Soekarno telah alpa dalam kewajiban Konstitusional.
Sementara itu DPR-GR dalam Resolusi dan Memorandumnya tertanggal 9 Februari
1967 dalammenilai “Nawaksara” beserta pelengkapnya berpendapat bahwa
“KepemimpinanPresiden Soekarno secara konstitusional, politis/ideologis
membahayakan keselamatanbangsa, negara, dan Pancasila”.
MPRS kemudian melangsungkan Sidang Istimewa. Sidang tersebut
bertujuanuntuk memberhentikan Presiden Soekarno dari jabatan Presiden/Mandataris

7
MPRS.Pengganti Presiden Soekarno yang terpilih adalah Letnan Jenderal Soeharto
sebagaiPejabat Presiden/Mandataris sesuai Pasal 3 Ketetapan MPRS Nomor
IX/MPRS/1966. MPRS juga memerintahkan Badan Kehakiman yang berwenang
untuk melakukanpengamatan, pemeriksaan, dan penuntutan secara hukum.

 Masa Reformasi (1999-sekarang)


Setelah reformasi, MPR bukan lagi lembaga tertinggi negara melainkan
lembaganegara yang kedudukannya sejajar dengan lembaga-lembaga negara lainnya.
PerubahanUUD telah menata ulang posisi lembaga-lembaga negara. kedudukan, fungsi, dan
wewenang MPR yang dianggap tidak sejalan dengan pelaksanaan prinsip demokrasi dan
kedaulatan rakyat akhirnya diubah. Tujuannya agar sistem ketatanegaraan dapat berjalan
maksimal. Pasal 1 ayat (2) yang semula berbunyi: “Kedaulatan adalah ditangan rakyat
dandilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”, Kemudian
berubahmenjadi “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar”. Dengan demikian pelaksanaan kedaulatan rakyar sepenuhnya melalui cara-
cara dan oleh berbagai lembaga negara yang ditentukan oleh UUD 1945.

2.2 Dasar Hukum


Hukum MPR adalah UUD NRI Tahun 1945 khususnya adalah pasal 2 dan pasal 3. Pasal
2 UUD NRI tahun 1945 memuat mengenai pengertian MPR , keanggotaan MPR serta
kewajiban MPR sementara tugas dan wewenang MPR diatur dalam pasal 3 UUD NRI tahun
1945. Untuk perincian tugas dan wewenang MPR terdapat di UU No. 17 Tahun 2014 tentang
Majelis pemusyawaratan Rakyat , Dewan perwakilan rakyat , Dewan Perwakilan daerah dan
Dewan perwakilan rakyat daerah . Keberadaan ketetapan MPR dicantumkan dalam Tap MPR
dengan Nomor III / MPR / 2000 tentang sumber hukum dan tata urutan peraturan perundang -
undangan .
 BAB II Pasal 2 Majelis Permusyawaratan Rakyat
( 1 ) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih
lanjut dengan undang - undang , ( 2 ) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya
sekali dalam lima tahun di ibu kota Negara .
( 3 ) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang
terbanyak . Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang
 BAB II Pasal 3 Majelis Permusyawaratan Rakyat
( 1 ) mengubah dan menetapkan Undang Undang Dasar
( 2 ) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan / atau Wakil Presiden ,
( 3 ) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan / atau
Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang - Undang Dasar .

2.3 Tugas dan wewenang MPR RI


Tugas dan wewenang MPR RI telah disebutkan dalam UUD NRI tahun 1945 pada pasal 3
dan lebih rincinya terdapat pada UU No 17 tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
 Wewenang MPR

8
a) Mengubah dan menetapkan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945
b) Melantik Presiden dan / atau Wakil Presiden hasil pemilihan umum
c) Memutuskan usul DPR untuk memberhentikan Presiden dan / atau Wakil Presiden
dalam masa jabatannya , setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden
dan / atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara , korupsi , penyuapan , tindak pidana berat lainnya ,
atau perbuatan tercela dan atau terbukti bahwa Presiden dan / atau Wakil Presiden
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan / atau Wakil Presiden
d) Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya
e) Memilih Wakil Presiden dan 2 ( dua ) calon yang diusulkan oleh Presiden apabila
terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya
f) Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya mangkat berhenti.
diberhentikan, atau tidak dapat melakukan . kewajibannya dalam masa jabatannya
secara bersamaan, dari 2 ( dua ) pasangan calon presiden dan wakil presiden yang
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon
presiden dan wakil presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam
pemilihan umum sebelumnya , sampai berakhir masa jabatannya.

 Tugas MPR
a) Memasyarakatkan ketetapan MPR : Memasyarakatkan Pancasila , Undang -
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 , Negara Kesatuan
Republik Indonesia , dan Bhinneka Tunggal Ika.
b) Mengkaji sistem ketatanegaraan, Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 , serta pelaksanaannya.
Menyerap aspirasi masyarakat berkaitan dengan pelaksanaan Undang - Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

2.4 Struktur Organisasi


"Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Jenderal." bunyi Pasal 1 ayat (1)
Perpres ini. Dan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 45 Tahun 2019 tentang Sekretariat
Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Sekretariat Jenderal
mempunyai tugas memberikan dukungan administrasi dan keahlian terhadap kelancaran
pelaksanaan Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat
1. Pimpinan MPR RI
Pimpinan MPR RI bertugas untuk menjadi pemimpin Sidang Paripurna MPR dan
Sidang Istimewa MPR dan beserta wewenang yang telah dipaparkan.
2. Sekretaris Jenderal/ Wakil Sekretaris
Jenderal Sekretariat Jenderal MPR dalam melaksanakan tugasnya, menurut Perpres 45
Tahun 2019 tentang Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia, Sekretariat Jenderal menyelenggarakan fungsi: Perumusan dan evaluasi rencana
strategis Sekretariat Jenderal: Koordinasi dan pembinaan terhadap pelaksanaan tugas unit
organisasi di lingkungan Sekretariat Jenderal Perumusan kebijakan, pembinaan, dan

9
pelaksanaan dukungan bidang pengkajian dan pemasyarakatan konstitusi, serta penyerapan
aspirasi masyarakat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia:
Perumusan kebijakan, pembinaan dan pelaksanaan dukungan bidang administrasi kepada
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia; Perumusan kebijakan dan pelaksanaan
pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal; Pelaporan pelaksanaan tugas dan
fungsi kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, dan Pelaksanaan fungsi
lain yang ditugaskan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
3. Biro Persidangan
Mempunyai tugas melaksanakan pelayanan persidangan, penyusunan risalah dan
penyusunan panduan rapat.
4. Biro Sekretariat Pimpinan
Melaksanakan Kesekretariatan Pimpinan, Melayani Musyawarah dan Pengaturan
Jadwal Penerimaan tamu dan Delegasi Ketua dan Wakil Ketua MPR, serta penyusunan
panduan Rapat Pimpinan.
5. Biro Hubungan Masyarakat
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pemberitaan dan hubungan antar lembaga,
keprotokolan, penerbitan, pengolahan data dan sistem informasi, serta pelayanan
perpustakaan dan dokumentasi.
6. Biro Administrasi
Mempunyai tugas melaksanakan perencanaan, organisasi dan evaluasi, administrasi
keanggotaan dan kepegawaian, ketatausahaan serta pelayanan kesehatan.
7. Biro Kerumahtanggaan
Mempunyai tugas melaksanakan pelayanan perlengkapan dan investarisasi.
pemeliharaan, akomodasi, dan angkutan, serta pengaman.
8. Biro Keuangan
Mempunyai tugas melaksanakan administrasi keuangan anggota MPR dan Pegawai
Sekretariat Jenderal

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat kami simpulkan bahwa:
1. MPR berdiri saat PPKI telah mengesahkan UUD 1945 pada naskah pertama. Mr.
Soepomo adalah bapak yang mengusulkan adanya lembaga atau badan perwakilan rakyat
dengan keputusan nama ialah badan permusyawaratan hingga menjadi majelis
permuswaratan rakyat. Lembaga legislatif ini telah ditetapkan pada pasal 2 dan 3 UUD
NRI 1945. Dahulu MPR menjadi lembaga tertinggi sehingga keberadaan MPR mengatur
seluruh aspek masyarakatnya. Setelah Amandemen dilakukan, keberadaan MPR diubah
pada amandemen ke-3 menjadi lembaga yang setara kedudukannya dengan lembaga
lainnya.

2. Susunan organisasi MPR RI ditetapkan dalam struktur sekretariat Jenderal MPR RI.
Sekretariat tersebut mengayomi dan menyediakan kebutuhan pimpinan MPR dan
program kerja yang akan dijalankan dengan mempunyai beberapa biro sebagai divisi
yang saling berkoodinasi.

3. MPR telah melakukan perubahan sampai empat tahapan pada UUD NRI 1945. Melantik
dan memberhentikan presiden dan wakil presiden semenjak orde lama hingga orde baru.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ardara Primadia., "Sejarah lengkap MPR".


https://sejarahlengkap.com/organisasi/sejarah-mpr. Diakses pada 28
September 2019.
Berita Mahkamah Konstitusi RI."Sejarah MPR RI".
https://mkri.id/index.php? page=web.Berita&id=11776. Diakses pada 28
September 2019.

DPR. "UU No 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan


Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2014_17.pdf. Diakses 28
September 2019.

Septi, Winda. "Struktur Organisasi MPR".


https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/676/jbptunikompp-gdl-windasepti
33765-8- unikom_w-i.pdf. Diakses pada 28 September 2019.

Sunarno. 2011. Pemberhentian Presiden dari Masa ke Masa. Surakarta.


Jurnal Wacana Hukum. 8(2). 76-90.

12

Anda mungkin juga menyukai