Anda di halaman 1dari 13

“Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan

dalam Permusyawaratan/Perwakilan”

Disusun oleh :

1. Didha Kurnia A (18144100011)


2. Anedya Ayu Anggraini (18144100017)
3. Ervi Nurazizah (18144100021)
4. Ika Nur Solikhah (18144100028)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

2018
KATA PENNGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagimaha penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,Hidayah, dann Inayah-
Nya sehingga kami dapat menyusun makalah pengantar pendidikan dengan judul “Kerakyatan
Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan” tepat pada
waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, sehingga
dapat memperlancar dalam proses penyusunan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
baik dari segi peenyusunan bahasa maupun aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan senang hati
kami meneriima jika ada saran maupun kritik dari para pembaca, demi memperbaiki makalah
ini.

Kami sangat mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil manfaatnya dan dapat
menginspirasi para pembaca.

Yogyakarta, 19 November 2018

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………

DAFTAR ISI ………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………...

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………..

1.3 Tujuan Penulisan Makalah …………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………..

2.1 Pengertian Sila ke-4 ……………………………………………………..

2.2 Makna sila ke-4 dari Pancasila ………………………………………….

2.3 Nilai dan butir-butir sila ke-4 Pancasila ………………………………...

2.4 Implementasi dari sila ke-4 Pancasila …………………………………...

2.5 Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi terhadap sila ke-4 ………...

SIKAP POSOTIF DAN NEGATIF YANG BERKAITAN DENGAN SILA KE-4

3.1 Sikap-sikap positif hak dan kewajiban sesuai sila ke-4 ………………...

3.2 Pelanggaran hak dan kewajiban yang terdapat pada sila ke-4 ………….

2
BAB I
PENDAAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan
oleh PPKI pada tanggal 18 Aguatus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,
diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama-sama dengan batang
tubuh UUD 1945. Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara
Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai
kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung di balik legitimasi
ideologi Negara Pancasila. Dengan kata lain dalam kedudukan yang seperti ini Pancasila tidak
lagi diletakkan sebgai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan Negara Indonesia
melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada saat itu.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, gerakan reformasi berupaya untuk
mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar Negara Republik Indonesia,
yang hal ini direalisasikan melalui ketetapan sidang istimewa MPR tahun 1998
No.XVIII/MPR/1998 disertai dengan pencabutan P-4 dan sekaligus juga pencabutan Pancasila
sebagai satu-satunya asas bagi Orsospol di Indonesia.
Dari kenyataan di atas, dapat kita simpulkan bahwa lemahnya nilai-nilai Pancasila
dalam Negara Indonesia, terutama sila ke-4 yang berbunyi, “Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”, yang seharusnya Negara ini dapat
memiliki kekuatan hukum pada pemimpin Negara yang dapat berlaku bijaksana dengan
memusyawarahkan setiap permasalahan dalam Negara dan dapat mewakili seluruh rakyat
Indonesia. Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia,
yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Bahwasannya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti
tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan
pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya,sehingga tak
ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa
Indonesia.
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu
diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamamalan nilai-nilai luhur
yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara
serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.

3
Namun butir /nilai yang terkandung dalam sila tersebut semakin hilang dan tersamarkan
artinya. Contoh kecil adalah semakin berkurangnya sistem demokrasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sebagai Negara Indonesia, kita menganut sistem Demokrasi Pancasila.
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional dengan mekanisme kedaulatan rakyat
dalam penyelenggaraan negara dan penyelengaraan pemerintahan berdasarkan konstitusi yaitu
Undang-undang Dasar 1945. Sebagai demokrasi pancasila terikat dengan UUD 1945 dan
pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa makna yang terkandung dari sila ke-4 dalam Pancasila?
b. Nilai-nilai dan butir-butir apa yang terkandung dalam sila ke-4 Pancasila?
c. Apa implementasi dari sila ke-4 Pancasila bagi Indonesia?
d. Apa penyimpangan yang terjadi pada sila ke-4?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
a. Memahami makna yang terkandung dari sila ke-4 dalam Pancasila
b. Memahami nilai-nilai yang terkandung dalam sila ke-4 dalam Pancasila
c. Dapat mengethui dan menjalankan implementasi dari makna yang terkandung dalam sila ke-4
Pancasila.
d. Mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada sila ke-4 dalam Pancasila di Negara
Indonesia

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sila Ke-4
”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan
Perwakilan “

Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. Dalam menggunakan hak-haknya ia menyadari
perlunya selalu memperhatikan dan mengutamakan kepentingan negara dan kepentingan
masyarakat.
Karena mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama, maka pada dasarnya
tidak boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan kepada pihak lain. Sebelum diambil keputusan
yang menyangkut kepentingan bersama terlebih dahulu diadakan musyawarah. Keputusan
dilakukan secara mufakat. Musyawarah untuk mencapai mufakat ini, diliputi oleh semangat
kekeluargaan, yang merupakan ciri khas Bangsa Indonesia.
Setiap manusia Indonesia harus menghayati dan menjungjung tinggi setiap hasil
keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan harus menerimannya dan
melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab. Disini kepentingan
bersamalah yang diutamakan di atas kepentingan pribadi atau golongan. Pembicaraan dalam
musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan-
keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan
keadilan. Dalam melaksanakan permusyawaratan, kepercayaan diberikan kepada wakil- wakil
yang dipercayanya.
Nilai kerakyatan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan. Nilai ini
menganut paham demokrasi. Akan tetapi, saat ini Indonesia sudah menggunakan paham liberalis,
yaitu dimana setiap individu mempunyai hak penuh untuk menentukan pilihan. Dan cara
pemilihan ini biasanya dengan cara votting.

5
2.2 Makna sila ke-4 dari Pancasila

Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia sudah mulai tergeser fungsi dan kedudukannya
pada zaman modern ini. Sebuah sila dari Pancasila yang hampir tidak diterapkan lagi dalam
demokratisasi di Indonesia yaitu Sila ke-4 Pancasila berbunyi ”kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksnaan dalam perwusyawaratan perwkilan.
Sila ke-empat merupakan penjelmaan dalam dasar politik Negara, ialah Negara
berkedaulatan rakyat menjadi landasan mutlak daripada sifat demokrasi Negara Indonesia.
Disebabkan mempunyai dua dasar mutlak, maka sifat demokrasi Negara Indonesia adalah mutlak
pula, yaitu tidak dapat dirubah atau ditiadakan.
Berkat sifat persatuan dan kesatuan dari Pancasila, sila ke-empat mengandung pula sila-
sila lainnya, sehingga kerakyatan dan sebagainya adalah kerakyatan yang berke-Tuhanan Yang
Maha Esa, Yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia dan yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila ke-empat pancasila yang berbunyi “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan” memiliki makna :
1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan budaya bermusyawarah dalam mengambil keputusan bersama
4. Bermusyawarah sampai mencapai consensus ataukatamufakat diliputidengan semangat
kekeluargaan.
Sila ke-empat yang mana berbunyi “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan”. Sebuah kalimat yang secara bahasa membahasakan bahwa
Pancasila pada sila ke 4 adalah penjelasan Negara demokrasi. Dengan analisis ini diharapkan
akan diperoleh makna yang akurat dan mempunyai nilai filosofis yang diimplementasikan secara
langsung dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak hanya itu, secara lahiriyah sila ini menjadi
banyak acuan dari setiap langkah pemerintah dalam menjalankan setiap tindakan pemerintah.
Kaitannya dengan arti dan makna sila ke 4 adalah sistem demokrasi itu sendiri.
Maksudnya adalah bagaimana konsep demokrasi yang bercerita bahwasannya, setiap apapun
langkah yang diambil pemerintah harus ada kaitannya atau unsur dari, oleh dan untuk rakyat.
Disini, rakyat menjadi unsur utama dalam demokrasi. Itulah yang seharusnya terangkat ke
permukaan sehingga menjadi realita yang membangun bangsa.
Dibawah ini adalah arti dan makna Sila ke 4 yang dibahas sebagai berikut :
1. Hakikat sila ini adalah demokrasi. Demokrasi dalam arti umum yaitu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Secara sederhana, demokrasi yang dimaksud adalah

6
melibatkan segenap bangsa dalam pemerintahan baik yang tergabung dalam
pemerintahan dan kemudian adalah peran rakyat yang diutamakan.
2. Pemusyawaratan. Artinya mengusahakan putusan secara bulat, dan sesudah itu diadakan
tindakan bersama. Disini terjadi simpul yang penting yaitu mengusahakan keputusan
secara bulat. Bulat yang dimaksud adalah hasil yang mufakat, artinya keputusan itu
diambil dengan kesepakatan bersama. Dengan demikian berarti bahwa penentu
demokrasi yang berdasarkan pancasila adalah kebulatan mufakat sebagai hasil
kebikjasanaan. Oleh karena itu kita ingin memperoleh hasil yang sebaik-baiknya didalam
kehidupan bermasyarakat, maka hasil kebikjasanaan itu harus merupakan suatu nilai yang
ditempatkan lebih dahulu.
3. Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama. Dalam hal ini perlu
diingat bahwa keputusan bersama dilakukan secara bulat sehingga membawa
konsekuensi adanya kejujuran bersama. Perbedaan secara umum demokrasi di barat dan
di Indonesia yaitu terletak pada permusyawaratan. Permusyawaratan diusahakan agar
dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang diambil secara bulat.

Hal ini tidak menjadi kebiasaan bangsa Indonesia, bagi kita apabila pengambilan
keputusan secara bulat itu tidak bisa tercapai dengan mudah, baru diadakan pemungutan suara.
Kebijaksanaan ini merupakan suatu prinsip bahwa yang diputuskan itu memang bermanfaat bagi
kepentingan rakyat banyak. Jika demokrasi diartikan sebagai kekuatan, maka dari pengamatan
sejarah bahwa kekuatan itu memang di Indonesia berada pada tangan rakyat atau masyarakat.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda saja, di desa-desa kekuasaan ditentukan oleh
kebulatan kepentingan rakyat, misalnya pemilihan kepala desa. Musyawarah yang ada di desa-
desa merupakan satu lembaga untuk menjalankan kehendak bersama. Bentuk musyawarah itu
bermacam-macam, misalnya pepatah Minangkabau yang mengatakan : “Bulat air karena
pembunuh, bulat kata karena mufakat”. Secara sederhana, pembahasan sila ke 4 adalah
demokrasi. Demokrasi yang mana dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Pemimpin yang hikmat
adalah pemimpin yang berakal sehat, rasional, cerdas, terampil, dan seterusnya pada hal-hal yang
bersifat fisis/jasmaniah; sementara kebijaksanaan adalah pemimpin yang berhatinurani, arif,
bijaksana, jujur, adil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat psikis/rohaniah. Jadi, pemimpin
yang hikmat-kebijaksanaan itu lebih mengarah pada pemimpin yang profesional (hikmat) dan
juga dewasa (bijaksana). Itu semua negara demokratis yang dipimpin oleh orang yang
dewasaprofesional dilakukan melalui tatanan dan tuntunan
permusyawaratan/perwakilan.Tegasnya, sila keempat menunjuk pada NKRI sebagai Negara
demokrasi-perwakilan yang dipimpin oleh orang profesional-dewasa melalui sistem
musyawarah.

7
2.3 Nilai dan butir-butir sila ke-4 Pancasila

Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat negara adalah sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.Hakikat rakyat
adalah merupakan sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa yang bersatu
yang bertujuan muwujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah negara.Rakyat
adalah merupakan subjek pendukung pokok negara.Negara adalah dari, oleh dan untuk rakyat,
oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan negara.
Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus
dilaksanakan dalam hidup negara.Maka nilai-nilai demokrasi yang secara mutlak harus
dilaksanakan dalam hidup Negara.Maka nilai nilai demokrasiyang terkandung dalam sila
keempat adalah demookrasi yang tidak hanya mendasarkan pada kebebasan individu.Demokrasi
dalam sila keempat adalah demokrasi yang mendasarkan pada moral ketuhanan, kemanusiaan
dan nilai persatuan. Oleh karena itu demokrasi yang didasari oleh hikmat kebijaksanaan
meletakkan kedaulatan di tangan rakya, dengan didasari oleh moral kebijaksanaan untuk
kehidupan bersama yang harmonis, bukan persaingan bebas dan menguasai yang lainnya.

Oleh karena itu asas-asas dalam sila keempat kerakyatan adalah :


1. Adanya kebebasanyang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap masyarakat
bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menjunnjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.
3. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama.
4. Mengakui atas perbedaan individu,kelompok,ras,suku,agama, karena perbedaan adalah
merupakan suatu bawaan kodrat manusia.
5. Menngakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras,
suku maupun agama.
6. Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanuusiaan yang beradab.
7. Menjunjung tinggi asas musyawaraah sebagai moral kemanusiaan yang beradab
8. Mewujudkkan dan mendasarrkan suatu keadilan dalam kehidupan social agar
tercapainnya tujuan bersama.

Butir-butir sila ke-4 dalam Pancasila:

1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

8
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran
dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan

2.4 Implementasi dari sila ke-4 Pancasila


Pelaksanaan sila ke-4 dalam masyarakat pada hakekatnya didasari oleh sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, serta Persatuan Indonesia, dan mendasari
serta menjiwai sila Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. Hak demokrasi harus selalu
diiringi dengan sebuah kesadaran bertanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa menurut
keyakinan beragama masing-masing, dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan, serta
menjunjung tinggi persatuan. Adapun pelaksanaan /implementasi dari penerapan sila ke-4 dari
pancasila adalah;
1. Sebagai warga Negara dan masyarakat, setiap manusia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama.
2. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama
diatas kepentingan pribadi dan golongan.
3. Dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab menerima dan melaksanakn hasil keputusan
musyawarah.
4. Tidak boleh memaksakan kehendak orang lain.
5. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
6. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai dalam musyawarah.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, dan keadilan,
serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bersama.
8. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
permusyawaratan.
2.5 Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi terhadap sila ke-4
Pada saat ini,Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sudah semakin tergeser dari fungsi
dan kedudukannya dalam era demokrasi ini. Paham ini sebelumnya sudah dianut oleh Amerika
yang notabene adalah sebuah Negara adidaya dan bukan lagi termasuk negara berkembang, pun
di Amerika sendiri yang sudah berabad- abad menganut demokrasi masih dalam proses

9
demokratisasi. Artinya sistem demokrasi Amerika serikat sedang dalam proses dan masih
memakan waktu yang cukup lama untuk menjadi Negara yang benar- benar demokratis. Namun
jika dibandingkan Indonesia, demokratisasi di Amerika sudah lebih menghasilkan banyak
kemajuan bagi negaranya.
Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari bangsa Indonesia terhadap landasan/dasar
Negara dan hukum yang ada di Indonesia ini. Seharusnya jika bangsa Indonesia mampu
melaksanakan apa yang telah diwariskan para pahlawan kita terdahulu.
Adapun penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan terhadap sila ke-4 adalah:
1. Banyak warga Negara/masyarakat belum terpenuhi hak dan kewajibannya didalam
hukum.
2. Ketidak transparannya lembaga-lembaga yang ada didalam Negara Indonesia dalam
sistem kelembagaannya yang menyebabkan masyarakat enggan lagi percaya kepada
pemerintah.
3. Banyak para wakil rakyat yang merugikan Negara dan rakyat, yang seharusnya mereka
adalah penyalur aspirasi demi kemajuan dan kesejahteraan Negara Indonesia.
4. Banyak keputusan-keputusan lembaga hukum yang tidak sesuai dengan azas untuk
mencapai mufakat,sehingga banyak masyarakat yang merasa dirugikan.
5. Banyak masyarakat yang kurang bisa menghormati adanya peraturan-peraturan yang
dibuat oleh pemerintah.
6. Demonstrasi yang dilakukan tanpa melapor kepada pihak yang berwajib.
7. Kasus kecurangan terhadap pemilu, yang melihat bukan dari sisi kualitas, tetapi dari
kuantitas.
8. Lebih mementingkan kepentingan pribadi atau golongan daripada kepentingan bersama
atau masyarakat.
9. Menciptakan perilaku KKN.
10. Pejabat – pejabat Negara yang diangkat cenderung dimanfaat untuk loyal dan mendukung
kelangsungan kekuasaan presiden.

SIKAP POSOTIF DAN NEGATIF YANG BERKAITAN DENGAN SILA


KE-4
Dalam praktek pelaksanaannya pengertian kerakyatan bukan hanya sekedar berkaitan
dengan pengertian rakyat secara kongkrit saja, namun mengandung suatu asas kerokhanian,
mengandung cita-cita kefilsafatan.Juga terkandung bagaimana hak dan kewajiban rakyat. Oleh
karena itu, sebagai Warga Negara indonesia (WNI) kita harus bersikap positif tentang hak dan
kewajiban kita sesuai nilai pancasila sila ke-4 yaitu :

3.1 Sikap-sikap positif hak dan kewajiban sesuai sila ke-4


Dalam berbangsa dan bernegara sebagai Warga negara Indonesia (WNI) kita harus selalu
bersikap positif agar tercipta persatuan, kedamaian, dan kesejahteraan rakyat. Sikap- sikap positif
tersebut adalah :

10
1. Mencintai Tanah Air (nasionalisme).
2. Menciptakan persatuan dan kesatuan.
3. Ikut serta dalam pelaksanaan pembangunan.
4. Mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Mengeluarkan pendapat dan tidak boleh memaksakan kehendak orang lain.
7. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
8. Memperoleh kesejahteraan yang dipimpin oleh perwalian.

3.2 Pelanggaran hak dan kewajiban yang terdapat pada sila ke-4
Setelah bersikap positif yang sesuai nilai Pancasila, masih saja terdapat pelanggaran-
pelanggaran.Sesungguhnya pelaksaanan Pancasia sila ke-4 belum dilaksanakan secara maksilmal
di Indonesia ini. Masih banyak pelanggran-pelanggaran yang terjadi yang berhubungan dengan
sila ke-4, seperti :
1. Demonstrasi atau unjuk rasa yang dilakukan tanpa melapor kepada pihak yang berwajib,
sesugguhnya demonstrasi adalah hal yang sah dan juga hak kita sebagai warga negara
untuk dapat menyampaikan aspirasi kita. Namun bila itu dilakukan sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan dan tertulis dalam UU no. 9 tahun 1998, dimana sebelum
melakukan tindak demonstrasi kita harus melapor terlebih dahulu kepada pihak yang
berwajib dan memberikan laporan secara detail tentang demonstrasi yang akan
dilakukan, sehingga tidak terjadi kerusuhan.
2. Banyaknya orang yang tidak menerima dan menghargai pendapat orang lain, seperti yang
terjadi pada saat sidang paripurna.
3. Terdapat kecurangan dalam penarikan suara PEMILU, seperti lembar pemilu yang telah
dicontreng, kotak pemilu yang tidak disegel, adanya penyuapan serta pemerasan pada
penentuan suara.
4. Adanya sengketa Lahan, baik lahan sawit atau lahan lainnya yang sekarang ini sudah
menjadi hal yang lumrah dilihat dan didengar, hal itu terjadi akibat dari keputusan
sepihak yang diambil oleh para penjual lahan yang tidak bertanggung jawab, karena
mengambil dan mengakui secara paksa lahan milik orang lain.

11
BAB III
PENUTUPAN
KESIMPULAN
Kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
merupakan sila keempat pancasila yang mengandung arti penerimaan dari rakyat oleh rakyat ,
untuk rakyat dengan cara musyawarah dan mufakat melalui lembaga – lembaga perwakilan .
Pancasila juga digunakan sebagai tolak ukur dalam berpikir dan bertingkah laku .

Nilai sila keempat menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang
adil dan beradab karena itu semua pihak yang bersangkutan harus menerimanya dan
melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab . Disini kepentingan
bersamalah yang diutamakan diatas kepentingan pribadi atau golongan . Pembicaraan dalam
musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur . Keputusan
– keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai – nilai kebenaran dan
keadilan .

12

Anda mungkin juga menyukai