Anda di halaman 1dari 22

MEKANISME PENEGAKAN HAM

Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi menguji undangundang


terhadap konstitusi merupakan uji
konstitusionalitas sehingga dikenal sebagai
constitutional review.
Pertama, Wewenang konstitusional lebih
terkait dengan kewenangan lembaga negara.
Kedua, hak konstitusional lebih dekat dengan
jaminan perlindungan hak asasi manusia bagi
warga negara.
HAM dalam
Undang-Undang Dasar 1945
• Pertama, pada umumnya hak tersebut dirumuskan
sebagai hak setiap orang atau individual rights
• Kedua, adanya jaminan dalam sistem hukum
manapun (berdasarkan prinsip universalitas hak
asasi manusia).
• Ketiga, meskipun dirumuskan sebagai HAM, tetapi
pelaksanaan hak konstitusional tertentu memang
terkait dengan hubungan konstitusional
(constitutional and political relations) pemegang
hak yang bersangkutan dengan konstitusi dan
negara.
Beberapa hak telah “ditegakkan” (dalam arti
dikabulkan) melalui Putusan MK dalam
pengujian UU
• Pertama, hak politik eks-PKI dan tahanan politik
untuk menyalonkan diri sebagai anggota legislatif
dalam Putusan No. 11-017/PUU-I/2003 (pengujian
UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD)
• Kedua, hak sipil berupa larangan penerapan
Undang-Undang Anti Terorisme 2001 secara
retroaktif dalam Putusan No. 013/PUU-I/2003
(pengujian UU No. 16 Tahun 2003 tentang
Penetapan Perpu No. 2 Tahun 2002 tentang
Pemberlakuan Perpu No. 1 Tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme untuk
kasus Bom Bali).
Lanjutan . . .
• Ketiga, hak sipil dan politik tentang kebebasan
berpendapat dalam kaitan dengan penghinaan
terhadap kepala negara di dalam Putusan No. 013-
022/PUUIV/ 2006 (pengujian Pasal 134, Pasal 136,
dan Pasal 137 KUHP).
• Keempat, hak sosial-kultural dalam Putusan No.
011/PUU-III/2005 (pengujian UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional). Putusan ini
membatalkan penjelasan UU Sisdiknas 2003 yang
menentukan bahwa anggaran pendidikan sebesar 20
persen dalam APBN dan APBD dipenuhi secara
bertahap.
Komisi Nasional
• Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
• Komisi Perlindungan Anak Indonesia
• Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
Perempuan
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
• Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
HAM), yang pada awal berdirinya dibentuk
berdasarkan Keppres No. 50 tahun 1993 dan
dalam perkembangannya diperkuat dengan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia
• Keberadaan lembaga ini secara internasional
dipandu oleh Prinsip-prinsip Paris 1991,
mengenai Status dan Fungsi Institusi Nasional
untuk Melindungi dan Memajukan Hak Asasi
Manusia.
Prinsip-Prinsip Paris
• Prinsip independensi: “Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia adalah lembaga mandiri yang kedudukannya
setingkat dengan lembaga negara lainnya yang
berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian,
penyuluhan, pemantauan dan mediasi hak asasi
manusia”.
• Prinsip pluralisme: ”Komposisi lembaga nasional dan
penunjukan anggota-anggotanya, baik melalui
pemilihan atau cara lain, harus dilaksanakan sesuai
dengan prosedur yang memuat semua jaminan yang
diperlukan untuk memastikan perwakilan yang
beragam dari kekuatan sosial –yang terlibat dalam
pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia.”
Tujuan KOMNAS HAM
Pasal 75 Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999,
Komnas HAM memiliki mandat untuk:
1. mengembangkan kondisi yang kondusif bagi
pelaksanaan hak asasi manusia, baik yang ada dalam
perangkat hukum nasional maupun Deklarasi
Universal Hak Asasi dan Piagam PBB (yang dalam
Pasal 55 dan 56 menunjuk pada DUHAM sebagai basis
pemajuan hak asasi;
2. meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi
manusia guna berkembangnya pribadi manusia
Indonesia seutuhnya dan kemampuannya
berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan
Fungsi KOMNAS HAM
Untuk mencapai tujuan tersebut, Komnas
HAM melakukan empat (4) fungsi pokok,
yaitu:
a. Pemantauan.
b. Penelitian/pengkajian.
c. Mediasi.
d. Pendidikan.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Latar Belakang:
• KPAI adl lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang
PerlindunganAnak dalam rangka meningkatkan
efektifitas penyelenggaraan perlindungan anak.
• Banyaknya kasus pekerja anak, anak dalam area konflik,
pelibatan anak dalam konflik senjata (childs soldier)
seperti yang terjadi di Aceh, tingginya angka putus
sekolah, busung lapar, perkawinan di bawah umur,
trafficking, dll
• Konvensi tentang Hak Anak (Convention on the Righs of
Child)
Tugas KPAI
a. melakukan sosialisasi seluruh ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan perlindungan anak, mengumpulkan data
dan informasi, menerima pengaduan masyarakat,
melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi,
dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
perlindungan anak;
b. memberikan laporan, saran, masukan, dan
pertimbangan kepada Presiden dalam rangka
perlindungan anak.
Komisi Nasional Anti Kekerasan
terhadap Perempuan
Latar Belakang:
• Komnas Perempuan didirikan pada tahun
1998 berdasarkan Keputusan Presiden No.
181 tahun 1998, sebagai jawaban pemerintah
atas desakan kelompok perempuan terkait
dengan peristiwa yang dikenal sebagai tragedi
Mei 1998--di mana terjadi perkosaan massal
terhadap perempuan etnis Tionghoa di
beberapa daerah di Indonesia
Tujuan Komnas Perempuan
1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi
penghapusan segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan dan penegakan hak-hak
asasi perempuan di Indonesia;
2. Meningkatkan upaya pencegahan dan
penanggulangan segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan di Indonesia.
Pengadilan HAM
• Pengadilan HAM diatur dalam UU No 26. thn
2000
• Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus
terhadap pelanggaran HAM yang berat yang
diharapkan dapat melindungi HAM, baik
perorangan maupun masyarakat
• Pengadilan HAM bertugas dan berwenang
memeriksa dan memutuskan perkara
pelanggaran HAM berat.
pelanggaran HAM berat
a. Genosida (genocide)
b. Kejahatan Terhadap Kemanusiaan.
Lanjutan. . .
Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan
maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan
seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok
etnis, kelompok agama, dengan cara :
1. membunuh anggota kelompok;
2. mengakibatkan penderitaan fisik dan mental yang berat
terhadap anggota-anggota kelompok;
3. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan
mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh
atau sebagiannya;
4. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan
mencegah kelahiran di dalam kelompok; atau
5. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok
tertentu ke kelompok lain.
Lanjutan. . . .
• Kejahatan KemanusiaanAdalah salah satu perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau
sistematlk yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil,
berupa :
a. pembunuhan;
b. pemusnahan;
c. perbudakan;
d. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
e. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan
fisik lain secara sewenangwenang yang melanggar (asas-
asa) ketentuan pokok hukum intemasional;
f. penyiksaan;
Lanjutan. . .
g. perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara
paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau
sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk
kekerasaan seksual lain yang setara;
h. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau
perkumpulan yang didasari persamaan paham politik,
ras, kebangsaan, budaya, agama, jenis kelamin atau
alasan lain yang telah di,akui secara universal sebagai
hal yang dilarang menurut hukum internasional;
i. penghilangan orang secara paksa; atau
j. kejahatan apartheid;
Perkara Pelanggaran HAM
• Penyidikan dan Penuntutan perkara
pelanggaran hak asasi manusia yang berat
dilakukan oleh Jaksa Agung.
• Dalam pelaksanaan tugas penyidikan dan
penuntutan, Jaksa Agung dapat mengangkat
penyidik dan penuntut umum ad hoc yang
terdiri atas unsur pemerintah dan atau
masyarakat.
Lanjutan. . .
• Pemeriksaan perkara pelanggaran hak asasi
manusia yang berat dilakukan oleh majelis
hakim Pengadilan HAM yang berjumlah 5
(lima) orang, terdiri atas 2 (dua) orang hakim
pada Pengadilan HAM yang bersangkutan dan
3 (tiga) orang hakim ad hoc.
• Hakim ad hoc diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden selaku Kepala Negara atas usul Ketua
Mahkamah Agung.
Setiap korban dan saksi dalam pelanggaran
hak asasi manusia yang berat dan atau ahli
warisnya dapat memperoleh kompensasi,
restitusi, dan rehabilitasi.

Anda mungkin juga menyukai