DISUSUN
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat dan rahmatnya saya dapat
menyelesaikan makalah SEJARAH WAJIB yang berjudul BERBAGAI PERGOLAKAN
YANG PERNAH TERJADI DI INDONESIA. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
matapelajaran SEJARAH WAJIB agar dapat berguna bagi saya dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan saya sebagai siswa. Saya juga menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Oleh karena itu saya sangat
membutuhkan adanya saran untuk memperbaiki makalah ini.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Karena merupakan Negara baru pembangunan dan perekonomian belum dalap berjalan merata
hal ini lah yang memicu ketidak puasan negera-negara serikat karena pembangunan ekonomi
hanya terpusat di Jawa. Oleh karena itu banyak Negara bagian yang ingin melepaskan diri dan
berdiri sendiri.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Tidak lama setelah kemerdekaan Republik Indonesia, pada tanggal 18 September 1948
terjadi peristiwa pemberontakan yang dilakukan oleh sekelompok orang dari Partai Komunis
Indonesia (PKI). Kemerdekaan yang seharusnya dihiasi dengan pembangunan Bangsa, justru
malah dikacaukan oleh sekelompok orang yang tidak paham tentang arti kemerdekaan Indonesia.
Kelompok yang satu ini lebih mementingkan kepentingan pribadi dan kelompoknya daripada
kepentingan nasional yang seharusnya lebih diperhatikan untuk kemajuan bangsa. Pemahaman
komunisme tumbuh dibenak orang-orang PKI, sedangkan rakyat biasa seperti para petani, buruh
dan lain sebagainya tidak tahu apa arti dari paham politik tersebut. Mereka mengikuti para
aktivis PKI hanya karena ikut-ikutan dan bukan karena pemahaman yang baik tentang
komunisme tersebut.
Peristiwa pemberontakan yang dilakukan oleh PKI ini diawali dengan kesepakatan
perjanjian Renville, di mana Negara Indonesia berada dalam posisi yang sangat dirugikan.
Kerugian pertama yaitu adanya penyempitan kekuasaan wilayah Indonesia dan hal ini semakin
memperlemah posisi Indonesia, karena pada saat itu posisi Negara Indonesia terkurung oleh
kekuasaan Belanda. Kerugian kedua yang terjadi di Indonesia adalah hancurnya sektor
perekonomian, dimana masyarakat Indonesia sangat lemah dalam bidang perekonomian karena
di blokade oleh Negara Belanda. Kerugian ketiga yang dirasakan oleh Negara Republik
Indonesia adalah konflik antara Amir Syariffuddin dan kelompok yang kontra terhadap hasil
perjanjian Renville, dimana kelompok ini didominasi oleh Partai Nasional Indonesia dan
Masyumi.
Tidak lama setelah perjanjian Renville, pada bulan Januari 1948, Amir Syariffuddin
lengser dari jabatannya, dan lengsernya Amir Syariffuddin disikapi dengan rasa kecewa oleh
Muso. Setelah Amir Syariffuddin turun dari jabatannya, Mohammad Hatta ditunjuk untuk
5
membentuk kabinet, dan pada pembentukan kabinet tersebut, Mohammad Hatta mengajak
Masyumi, PNI, dan Sayap kiri untuk bergabung dan bersama-sama membangun kabinet koalisi
dengan proporsi wakil yang seimbang. Dalam perundingannya, Sayap Kiri tidak menolak
tawaran tersebut untuk terlibat dengan kabinet koalisi Hatta. Namun, Sayap Kiri menginginkan
kedudukan yang lebih strategis dan lebih dominan dengan mengajukan pengaturan penempatan
kedudukan bagi wakil-wakilnya. Amir Syariffuddin menggalang kekuatan dengan kelompok
sosialis lainnya seperti, Partai Komunis Indonesia (PKI), Pemuda Sosial Indonesia ( PESINDO),
Partai Sosialisasi Indonesia (PSI), dan partai buruh. Kelompok tersebut diberi nama perjuangan
Front Demokratik Rakyat (FDR).
Tujuan pertama yang dilakukan oleh PKI adalah dengan melakukan propaganda kepada
masyarakat untuk mempercayai akan pentingnya Front Nasional. Lewat Front Nasional tersebut
dilakukan penggalangan kekuatan revolusioner dari masyarakat tani, buruh, dan golongan rakyat
miskin lainnya dengan memanfaatkan keresahan sosial yang terjadi di antara masyarakat
tersebut. PKI berencana bahwa setelah upaya tersebut dilakukan, maka selanjutnya PKI akan
berkoalisi dengan tentara. PKI beranggapan bahwa tentara Indonesia harus memiliki sikap yang
sama seperti tentara merah yang berada di Uni Soviet. Tentara yang dipilih oleh PKI harus
memiliki pengetahuan di bidang politik dan dibimbing oleh opsir-opsir politik, serta harus
memiliki pemikiran anti penjajahan. Sebagian besar tentara yang bergabung dengan PKI adalah
tentara yang mempunyai rasa sakit hati akibat adanya program Rasionalisasi dan Reorganisasi
oleh kabinet Hatta dan secara kebetulan mereka juga menemukan persamaan tujuan dengan PKI.
Pemberontakan PKI yang terjadi di kota Madiun mendorong Presiden Republik Indonesia untuk
melakukan tindakan tegas terhadap PKI. Presiden RI, Ir. Soekarno memusatkan seluruh
kekuasaan yang berada di bawah komadonya. Ketika beliau mendengar berita bahwa kota
Madiun telah dikuasai oleh sekelompok pemberontak dari PKI yang dipimpin Muso, maka
pemerintah langsung mengadakan Sidang Kabinet Lengkap yang berlangsung pada tanggal 19
September 1948 dan diketuai secara langsung oleh Ir. Soekarno. Hasil sidang tersebut
mengambil keputusan antara lain:
6
Bahwa peristiwa yang terjadi di kota Madiun yang digerakan oleh PKI adalah suatu
pemberontakan terhadap Pemerintah Indonesia dan memberikan instruksi kepada alat-alat
Negara dan Angkatan Perang untuk memulihkan keamanan Negara.
Memberikan kekuasaan penuh terhadap Jenderal Sudirman untuk melaksanakan tugas
pemulihan keamanan dan ketertiban di Madiun dan daerah-daerah lainnya.
Setelah Peresiden memberikan Komando kepada Angkatan perang untuk memulihkan
keamanan di kota Madiun, dengan segera Angkatan Perang mengadakan penangkapan
terhadap provokator yang membahayakan Negara dan diadakan penggerebegan di
tempat-tempat yang dianggap perlu untuk diamankan.
Setelah mendapat perintah tersebut, Kolonel Sungkono segera memerintahkan Brigade
Surachmad untuk bergerak menuju kota Madiun. Pasukan tersebut dipimpin oleh seorang
Mayor bernama Jonosewojo.
Selain itu, pasukan Divisi Siliwangi yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Sadikin juga
berusaha untuk menguasai Madiun.
Dampak dari Pemberontakan PKI di Madiun
Gerakan NII ini bertujuan untuk menjadikan Republik Indonesia sebagai sebuah Negara
yang menerapkan dasar Agama Islam sebagai dasar Negara. Dalam proklamasinya tertulis bahwa
“Hukum yang berlaku di Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam” atau lebih jelasnya lagi,
7
di dalam undang-undang tertulis bahwa “Negara Berdasarkan Islam” dan “Hukum tertinggi
adalah Al Qur’an dan Hadist”. Proklamasi Negara Islam Indonesia (NII) menyatakan dengan
tegas bahwa kewajiban Negara untuk membuat undang-undang berdasarkan syari’at Islam, dan
menolak keras terhadap ideologi selain Al Qur’an dan Hadist, atau yang sering mereka sebut
dengan hukum kafir.
Usaha untuk meruntuhkan organisasi DI/TII ini memakan waktu cukup lama di
karenakan oleh beberapa faktor, yaitu:
Tempat tinggal pasukan DI/TII ini berada di daerah pegunungan yang sangat
mendukung organisasi DI/TII untuk bergerilya.
Pasukan Sekarmadji dapat bergerak dengan leluasa di lingkungan penduduk.
Pasukan DI/TII mendapat bantuan dari orang Belanda yang di antaranya pemilik
perkebunan, dan para pendukung Negara pasundan.
Suasana Politik yang tidak konsisten, serta prilaku beberapa golongan partai
politik yang telah mempersulit usaha untuk pemulihan keamanan.Akhir
Pemberontakan Pada tanggal 3 Februari 1965, melalui Operasi Tumpas, Kahar
Muzakar dinyatakan tertembak mati dalam pertempuran antara pasukan TNI dari
satuan Siliwangi 330 dan anggota pengawal Kahar Muzakkar di Lasolo. Akhirnya
Tentara Islam Indonesia yang dipimpin oleh Kahar Muzakar tumpas pada saat itu.
Pemberontakan di bawah naungan Andi Azis ini terjadi di Makassar yang diawali dengan
adanya konflik di Sulawesi Selatan pada bulan April 1950. Kekacauan yang berlangsung di
Makassar ini terjadi karena adanya demonstrasi dari kelompok masyarakat yang anti federal,
mereka mendesak NIT supaya segera menggabungkan diri dengan RI. Sementara itu di sisi lain
terjadi sebuah konflik dari kelompok yang mendukung terbentuknya Negara Federal. Keadaan
tersebut menyebabkan terjadinya kegaduhan dan ketegangan di masyarakat.
8
Untuk menjaga keamanan di lingkungan masyarakat, maka pada tanggal 5 April 1950
pemerintah mengutus pasukan TNI sebanyak satu Batalion dari Jawa untuk mengamankan
daerah tersebut. Namun kedatangan TNI ke daerah tersebut dinilai mengancam kedudukan
kelompok masyaraat pro-federal. Selanjutnya para kelompok masyarakat pro-federal ini
bergabung dan membentuk sebuah pasukan “Pasukan Bebas” di bawah komando kapten Andi
Azis. Ia menganggap bahwa masalah keamanan di Sulawesi Selatan menjadi tanggung
jawabnya.
Pada tanggal 5 April 1950, anggota pasukan Andi Azis menyerang markas Tentara
Nesional Indonesia (TNI) yang bertempat di Makassar, dan mereka pun berhasil menguasainya.
Bahkan, Letkol Mokoginta berhasil ditawan oleh pasukan Andi Azis. Akhirnya, Ir.P.D Diapri
(Perdana Mentri NIT) mengundurkan diri karena tidak setuju dengan apa yang sudah dilakukan
oleh Andi Azis dan ia digantikan oleh Ir. Putuhena yang pro-RI. Pada tanggal 21 April 1950,
Sukawati yang menjabat sebagai Wali Negara NIT mengumumkan bahwa NIT bersedia untuk
bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Untuk menanggulangi pemberontakan yang di lakukan oleh Andi Azis, pada tanggal 8 April
1950 pemerintah memberikan perintah kepada Andi Azis bahwa setiap 4 x 24 Jam ia harus
melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang sudah ia lakukan.
Untuk pasukan yang terlibat dalam pemberontakan tersebut diperintahkan untuk menyerahkan
diri dan melepaskan semua tawanan. Pada waktu yang sama, dikirim pasukan yang dipimpin
oleh A.E. Kawilarang untuk melakukan operasi militer di Sulawesi Selatan.
Hikmah di Balik Pemberontakan Andi Azis
Kapten Andi Abdoel Azis, ia adalah seorang pemberontak yang tidak pernah menyakiti
dan membunuh orang untuk kepentingan pribadinya. Ia hanyalah korban propaganda dari
Belanda, karena kebutaannya terhadap dunia politik. Andi Azis adalah seorang militer sejati
yang mencoba untuk mempertahankan kesatuan Negara Republik Indonesia pada masa itu, dan
dalam kesehariannya, seorang Andi Azis cukup dipandang dan dihargai oleh masyarakat suku
Bugis Makassar yang bertempat tinggal di Tanjung Priok, Jakarta. Disanalah Andi Azis diakui
9
sebagai salah satu sesepuh yang selalu dimintai nasehat oleh para penduduk tentang bagaimana
cara menjadikan suku Bugis Makassar supaya tetap dalam keadaan rukun dan sejahtera.
Andi Azis dikenal juga sebagai orang yang murah hati dan suka menolong. Ia selalu
berpesan kepada anak-anak angkatnya bahwa “Siapapun boleh dibawa masuk ke dalam
rumahnya kecuali 3 jenis manusia yaitu pemabuk, penjudi, dan pemain perempuan.
Tujuan dari pemberontakan PRRI ini adalah untuk mendorong pemerintah supaya
memperhatikan pembangunan negeri secara menyeluruh, sebab pada saat itu pemerintah hanya
fokus pada pembangunan yang berada di daerah Pulau jawa. PRRI memberikan usulan atas
ketidakseimbangan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah pusat.
10
dan PKI menghendaki supaua pemberontakan tersebut untuk segera di usnahkan dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Sementara itu, untuk pimpinan Masyumi dan PSI yang berada di
Jakarta sedang mendesak adanya perundingan dan penyelesaian secara damai. Namun pada
akhirnya, pemerintah RI memilih untuk menindak para pemberontak itu dengan tegas. Pada akhir
bulan Februari, Angkatan Udara Republik Indonesia memulai pengeboman instansi-instansi
penting yang berada di kota Padang, Bukit Tinggi, dan Manado.
APRA merupakan pemberontakan yang paling awal terjadi setelah Indonesia diakui
kedaulatannya oleh Belanda. Hasil Konferensi Meja Bundar yang menghasilkan suatu bentuk
negara Federal untuk Indonesia dengan nama RIS (Republik Indonesia Serikat). Suatu bentuk
negara ini merupakan suatu proses untuk kembali ke NKRI, karena memang hampir semua
masyarakat dan perangkat-perangkat pemerintahan di Indonesai tidak setuju dengan bentuk
negara federal. Tapi juga tidak sedikit yang tetap menginginkan Indonesia dengan bentuk negara
11
federal, hal ini menimbulkan banyak pemberontakan-pemberontakan atau kekacauan-kekacauan
yang terjadi pada saat itu. Pemberontakan- pemberontakan ini dilakukan oleh golongan-
golongan tertentu yang mendapatkan dukungan dari Belanda karena merasa takut jika Belanda
meninggalkan Indonesia maka hak-haknya atas Indonesia akan hilang.
Pemberontakan yang dilakukan oleh Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang dipimpin
oleh mantan Kapten KNIL Raymond Westerling bukanlah pemberontakan yang dilancarkan
secara spontan. Pemberontakan ini telah direncanakan sejak beberapa bulan sebelumnya oleh
Westerling dan bahkan telah diketahui oleh pimpinan tertinggi militer Belanda.
Penumpasan APRA
Ketika terjadi pemberontakan APRA tidak dilakukan perlawanan yang berarti, hal ini
disebabkan karena beberapa faktor. Pertama, karena serangan dilakukan dengan sangat tiba-tia,
pembalasan tembakan pun tidak dilakukan karena orang-orang APRA bercampur dengan orang
KNIL dan KL. Sedangkan mengenai latar belakang aksinya, diduga keras bahwa APRA ingin
mendukung berdirinya negara Pasundan, supaya negara ini bisa berdiri tanpa gangguan TNI dan
menggunakan APRA sebagai angkatan perangnya.
Bila dilihat dari latar belakang pemberontakan yang dilakukan oleh APRA (Angkatan
Perang Ratu Adil) yang diketuai oleh Raymond Pierre Westerling ini bertujuan untuk mendapat
pengakuan dari pemerintah RIS yang ingin diakui sebagai tentara Pasundan. Selain itu,
pemberontakan ini juga bertujuan untuk tetap mempertahankan pemerintahan Reupblik Federal
dan tidak menginginkan adanya penyerahan kedaulatan serta adanya tentara tersendiri di negara-
negara bagian RIS. Sehingga terjadilah pemberontakan APRA ini yang terjadi di Bandung.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
2. Pemberontakan ini terjadi pada tahun 1948 ini merupakan pengkhianatan terhadap bangsa
Indonesia ketika sedang berjuang melawan Belanda yang berupaya menanamkan kembali
kekuasaannya di Indonesia.
3. Pemberontakan di dalam Negeri terjadi karena dipicu oleh beberapa masalah berikut : (1)
Keinginan untuk mendirikan Negara sendiri yang lepas dari RI, (2) Mempertahankan Negara
agar tetap berbentuk Negara Federal, (3) Keengganan APRIS di Negara Bagian, bergabung
dengan TNI dan menolak kebijakan pemerintahan Hatta untuk melakukan Reorganisasi dan
Rasionalisasi dalam tubuh militer yang menekankan profesionalisme.
3.2 Saran
Oleh karena itu kita sebagai generasi muda berupaya untuk mencegah hal hal yang tidak
diinginkan tersebut terjadi dengan cara belajar dengan tekun dan memperkuat ilmu agama. Dan
kita juga harus selektif dalam mengambil langkah dalam era globalisasi. Jangan sampai hal itu
membuat kita terpuruk kedalam lembah kezaliman dan membuat segala hal menjadi biadap
seperti pada zaman pemberontakan tersebut.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://www.nafiun.com/2014/03/peristiwa-pemberontakan-pki-di-madiun-1948.html
http://www.nafiun.com/2014/03/pemberontakan-ditii-di-indonesia.html
http://www.nafiun.com/2014/03/peristiwa-pemberontakan-andi-azis-di-makassar.html
http://www.nafiun.com/2014/03/peristiwa-pemberontakan-prripermesta.html
https://ideageografer.blogspot.com/2014/10/pemberontakan-angkatan-perang-ratu-adil.html
http://mutisavmachiriee.blogspot.com/2015/11/makalah-pemberontakan-dalam-negeri.html
http://lilianyratna.blogspot.com/2015/01/pemberontakan-di-indonesia-pada-masa.html
https://donipengalaman9.wordpress.com/2013/08/27/pemberontakan-di-indonesia/
https://www.gurusejarah.com/2017/08/pemberontakan-di-indonesia-antara-tahun.html
14