KEMENTERIAN AGAMA
MAN 1 KABUPATEN GORONTALO
Tahun Ajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah mendukung dan membantu sehingga dapat bersama-sama
menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah
ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menjadi acuan
bagi penyusun untuk menjadi lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca dan dapat bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................2
2.1 Pengertian Disintegrasi Bangsa.........................................................................................2
2.2 Berbagai Ancaman Disintegrasi Sepanjang Tahun 1945-1965.......................................2
BAB III PENUTUP............................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................13
3.2 Saran...................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Negara kita, Republik Indonesia, memang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.
Namun, kemerdekaan itu tidak serta merta membuat kita bebas dari penjajahan. Pada saat itu,
Belanda tidak langsung mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Belanda bahkan tidak
mengakui hasil Perjanjian Linggarjati yang mengakui kedaulatan Republik Indonesia atas
wilayah Sumatera, Jawa, dan Madura.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Disintegrasi Bangsa
Disintegrasi secara harfiah difahami sebagai perpecahan suatu bangsa menjadi bagian-
bagian yang saling terpisah (Webster’s New Encyclopedic Dictionary 1994). Pengertian ini
mengacu pada kata kerja disintegrate, “to lose unity or intergrity by or as if by breaking into
parts”. Disintegrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan tidak bersatu
padu atau keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan atau persatuan; perpecahan.
2
Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk
menjalankan operasi penumpasan dibantu para santri.
3
Di Kebumen juga terdapat sebuah organisasi bernama Angkatan Umat
Islam (AUI) yang di dirikan oleh seorang kyai bernama Mohammad Mahfud
Abdurrahman. Organisasi tersebut juga bermaksud untuk membentuk Negara
Islam Indonesia (NII) dan bersekutu dengan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Sebenarnya, gerakan ini sudah di desak oleh pasukan TNI. Akan tetapi, pada
tahun 1952, organisasi ini bangkit kembali dan menjadi lebih kuat setelah
terjadinya pemberontakan Battalion 423 dan 426 di Magelang dan Kudus. Upaya
untuk menumpas pemberontakan tersebut, pemerintah membentuk sebuah
pasukan baru yang di beri nama Banteng Raiders dengan organisasinya yang di
sebut Gerakan Banteng Negara (GBN). Pada tahun 1954 di lakukan sebuah
operasi yang di sebut Operasi Guntur untuk menghancurkan kelompok DI/TII
tersebut.
c. Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan
Pada bulan Oktober 1950 terjadi sebuah pemberontakan Kesatuan
Rakyat yang Tertindas (KRyT) yang di pimpin oleh seorang mantan
letnan dua TNI bernama Ibnu Hajar. Dia bersama kelompok KRyT
menyatakan bahwa dirinya adalah bagian dari organisasi DI/TII yang
berada di Jawa Barat. Sasaran utama yang di serang oleh kelompok ini
adalah pos-pos TNI yang berada di wilayah tersebut. Setelah pemerintah
memberi kesempatan untuk menghentikan pemberontakan secara baik-
baik, akhirnya seorang mantan letnan Ibnu Hajar menyerahkan diri. Akan
tetapi, penyerahan dirinya tersebut hanyalah sebuah topeng untuk
merampas peralatan TNI, dan setelah peralatan tersebut di rampas
olehnya, maka Ibnu Hajar pun melarikan diri dan kembali bersekutu
dengan kelompok DI/TII. Setelah itu, akhirnya pemerintahan RI
mengadakan Gerakan Operasi Militer (GOM) yang di kirim ke
Kalimantan selatan untuk menumpas pemberontakan yang terjadi di
Kalimantan Selatan tersebut, dan pada tahun 1959, Ibnu Hajar berhasil di
ringkus dan di jatuhi hukuman mati pada tanggal 22 Maret 1965.
d. Pemberontakan DI/TII di Aceh
Sesaat setelah Kemerdekaan Republik Indonesia di proklamasikan, di
Aceh (Serambi Mekah) terjadi sebuah konflik antara kelompok alim ulama yang
tergabung dalam sebuah organisasi bernama PUSA (Persatuan Ulama Seluruh
Aceh) yang di pimpin oleh Tengku Daud Beureuh dengan kepala adat
(Uleebalang). Konflik tersebut mengakibatkan perang saudara antara kedua
kelompok tersebut yang berlangsung sejak Desember 1945 sampai Februari 1946.
Untuk menanggulangi masalah tersebut, pemerintah RI memberikan status
4
Daerah Istimewa tingkat provinsi kepada Aceh, dan mengangkat Tengku Daud
Beureuh sebagai pemimpin/gubernur.
Setelah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indoneisa (NKRI) yang
terbentuk pada bulan Agustus 1950. Pemerintahan Republik Indonesia
mengadakan sebuah sistem penyederhanaan administrasi pemerintahaan yang
mengakibatkan beberapa daerah di Indonesia mengalami penurunan status. Salah
satu dari semua daerah yang statusnya turun yaitu Aceh, yang tadinya menjabat
sebagai Daerah Istimewa, setelah operasi penyederhanaan tersebut di mulai, status
Aceh pun berubah menjadi daerah keresidenan yang di kuasai oleh provinsi
Sumatera Utara. Kejadiaan ini sangat mengecewakan seorang Daud Beureuh, dan
akhirnya Daud Beureuh membuat sebuah keputusan yang bulat untuk bergabung
dengan organisasi Negara Islam Indonesia (NII) yang di pimpin oleh Sekarmadji
Maridjan Kartosoewirjo. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 20 Spetember
1953. Setelah Daud Beureuh bergabung dengan NII, mereka melakukan sebuah
operasi untuk menguasai kota-kota yang berada di Aceh, selain itu mereka juga
melakukan propaganda untuk memperkeruh citra pemerintahan Republik
Indonesia.
Pemberontakan yang di lakukan Daud Beureuh bersama angota NII yang
di pimpin oleh Sekarmadji akhirnya di atasi oleh pemerintah dengan cara
menggunakan kekuatan senjata dan operasi militer dari TNI. Setelah
pemerintahan RI melakukan operasi tersebut, maka kelompok DI/TII tersebut
mulai terkikis dari kota-kota yang di tempatinya. Tentara Nasional Indonesia-pun
memberikan pencerahan kepada penduduk setempat untuk menghindari kesalah
pahaman dan mengembalikan kepercayaan kepada pemerintahan Republik
Indoneisa. Tanggal 17 sampai 28 Desember 1962, atas nama Prakasa Panglima
Kodami Iskandar Muda, kolonel M.Jasin mengadakan Musyawarah Kerukunan
Rakyat Aceh, yang musyawarah tersebut mendapat dukungan dari para tokoh
masyarakat Aceh dan musyawarah yang di lakukan tersebut berhasil memulihkan
kemananan di Aceh.
e. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan
Selain pemberontakan DI/TII di Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Kalimantan Selatan. Pemberontakan DI/TII ini juga terjadi di
Sulawesi Selatan yang di pimpin oleh Kahar Muzakar, organisasi yang
sudah di dirikan sejak tahun 1951 tersebut baru bisa di runtuhkan oleh
pemerintah pada Tahun 1965. Untuk menumpas organisasi tersebut di
butuhkan banyak biaya, tenaga, dan waktu karena kondisi medan yang
sangat sulit. Meski demikian, para pemberontak DI/TII sangat menguasai
area tersebut. Selain itu, para pemberontak memanfaatkan rasa kesukuan
5
yang berkembang di kalangan masyarakat untuk melawan pemerintah
dalam menumpas organisasi DI/TII tersebut. Setelah pemerintahan
Republik Indonesia mengadakan operasi penumpasan DI/TII bersama
anggota Tentara Republik Indonesia. Barulah seorang Kahar Muzakar
tertangkap dan di tembak oleh pasukan TNI pada tanggal 3 Februari 1965.
Pada akhirnya TNI mampu menghalau seluruh pemberontakan yang terjadi pada
saat itu. Karena seperti yang kita ketahui Indonesia terbentuk dari berbagai suku
dengan beragam kebudayaannya dan UUD 45 yang melindungi beberapa
kepercayaan sehingga tidak mungkin untuk menjadikan salah satu hukum agama
di jadikan hukum negara.
6
gugur, sedangkan hanya 3 orang yang berhasil melarikan diri. Secara keseluruhan
gerakan APRA di kota Bandung menyebabkan 79 anggota APRIS gugur dan banyak
penduduk sipil menjadi korban pembantaian.
Selain ke Bandung, gerakan APRA juga diarahkan ke Jakarta. Di daerah
ini, Westerling mengadakan kerjasama dengan Sultan Hamid II yang menjadi
menteri negara tanpa portofolia di dalam kabinet RIS.
Untuk mewujudkan ambisinya, Westerling dan Sultan Hamid II menyusun
rencananya sebagai berikut:
7
Belanda Regiment Speciale Troepen yang pernah dilatih Westerling maka dalam
pemberontakan Andi Azis hampir semua unsur pasukan Belanda terlibat terutama
KNIL non pasukan komando. Andi Azis adalah pemimpin TII (Tentara Islam
Indonesia) di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara kemudian bergabung
dengan Darul Islam (DI), hingga di kemudian hari dikenal dengan nama DI/TII
diSulawesi Selatan dan Tenggara.
Adapun faktor yang menyebabkan pemberontakan adalah :
Menuntut agar pasukan bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas
keamanan di Negara Indonesia Timur.
Menentang masuknya pasukan APRIS dari TNI
Mempertahankan tetap berdirinya Negara Indonesia Timur
b. Sebab Khusus
Karena tindakan Andi Azis tersebut maka pemerintah pusat bertindak tegas. Pada
tanggal 8 April 1950 dikeluarkan ultimatum bahwa dalam waktu 4 x 24 jam Andi Azis
harus melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya,
pasukannya harus dikonsinyasi, senjata-senjata dikembalikan, dan semua tawanan
harus dilepaskan.
c. Proses Peristiwa
Kedatangan pasukan pimpinan Worang kemudian disusul oleh pasukan ekspedisi
yang dipimpin oleh Kolonel A.E Kawilarang pada tanggal 26 April 1950 dengan
kekuatan dua brigade dan satu batalion di antaranya adalah Brigade Mataram yang
dipimpin oleh Letnan Kolonel Suharto. Kapten Andi Azis dihadapkan ke Pengadilan
Militer di Yogyakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dan dijatuhi
hukuman 14 tahun penjara dan ada pula yang mengatakan bahwa Andi Aziz telah
meninggal dunia karena di tembak oleh Suharto tetapi untuk sebahagian masyarakat
Sulawesi Selatan ada pula yang mempercayai bahwa beliau tidak di tangkap dan tidak
di tembak mati.
c. Solusi
Tidak ada jalan keluar dari pemberontakan ini, karena dikabarkan Andi Aziz telah
meninggal dunia karena di tembak oleh Suharto tetapi untuk sebahagian masyarakat
Sulawesi Selatan ada pula yang mempercayai bahwa beliau tidak di tangkap dan
tidak di tembak mati.
e. Dampak
Pemberontakan Andi Azis di Makassar ini cukup membuat resah para pimpinan
RI. Dari hasil pemeriksaan Aziz dalam sidang militer yang digelar tiga tahun
kemudian (1953), saksi mantan Presiden NIT Sukawati dan Let.Kol Mokoginta tidak
banyak meringankan terdakwa yang pada ahirnya dihukum penjara selama 14 tahun.
8
Dalam persidangan tersebut terdakwa mengaku bersalah, tidak akan naik appel tapi
merencanakan minta grasi kepada Presiden.
9
lainnya terdiri dari Sersan Mayor Kastanja, Sersan Mayor Aipassa, dan Sersan Mayor
Pieter. Untuk sistem kepangkatannya mengikuti system dari KNIL.
10
bulan Agustus 1958, dan pada tahun 1961 pemerintah membuka kesempatan bagi sisa-
sisa anggota Permesta untuk kembali Republik Indonesia.
11
Tindakan dan penyebarluasan ideologi komunis yang dilakukan oleh PKI
menimbulkan kecurigaan dari kelompok anti-komunis. Tindakan tersebut juga
mempertinggi persaingan antara elit politik nasional. Kecurigaan semakin mencuat dan
memunculkan desas-desus di masyarakat, terlebih menyangkut kesehatan Presiden
Soekarno dan Dewan Jenderal Angkatan Darat. Di tengah kecurigaan tersebut, Letnan
Kolonel Untung, Komandan Batalyon I Kawal Resimen Cakrabirawa, yakni pasukan
khusus pengawal Presiden, memimpin sekelompok pasukan dalam melakukan aksi
bersenjata di Jakarta. Pasukan tersebut bergerak meninggalkan daerah Lubang Buaya.
Peristiwa ini terjadi pada tengah malam, pergantian hari Kamis, 30 September 1956
menuju hari Jumat, 1 Oktober 1965.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Negara kita, Republik Indonesia, memang merdeka pada tanggal 17 agustus 1945.
Namun, kemerdekaan itu tidak serta merta membuat kita bebas dari penjajahan. Pada saat itu,
Belanda tidak langsung mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Belanda bahkan tidak
mengakui hasil perjanjian linggarjati yang mengakui kedaulatan Republik Indonesia atas wilayah
Sumatera, Jawa dan Madura.
Hasil perundingan ini mendapat kecaman dari rakyat Indonesia dan menyebabkan Amir
Syarifuddin mundur dari jabatannya sebagai perdana menteri dan menjadi pihak oposisi yang
menentang pemerintah. Amir Syarifuddin kemudian mendirikan front Demokrasi Rakyat dan
bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Puncak dari perlawanannya adalah
pemberontakan PKI madiun pada tahun 1948. Pemberontakan tersebut memicu pemberontakan –
pemberontakan di wilayah Indonesia lainnya.
Pemberontakan – pemberontakan ini dipicu oleh perbedaan ideology dan keinginan untuk
mendirikan Negara sendiri. Para pemberontak ingin mengganti konsep Negara menjadi Negara
islam atau ideology bangsa menjadi ideology komunis. Selain itu, msih ada pihak yang ingin
membentuk negarafeodal atau kerjaan. Pemberontakan – pemberontakan dalam negeri ini
tentunya mengancam kedaulatan dan persatuan bangsa yang saat itu baru merdeka.
13
Indonesia kembali menjaadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedaulatan dan persatuan
bangsa pun dijaga dengan integritas bangsa.
Integritas bangsa adalah bersatunya suatu bangsa yang menempati wilayah tertentu dalam
sebua Negara yang berdaulat. Integritas bangsa berasal dari dua kata yaitu integritas dan bangsa.
Integritas adalah kondisi pembauran dari berbagai komponen yang berbeda. Sedangakn bangsa
adalah penggabungan beberapa kelompok yang memiliki prinsip yang berbeda namun memiliki
tujuan yang sama.
3.2 Saran
Untuk menghindari ancaman tersebut dan menjaga integrasi bangsa, ada beberapa
hal yang bisa dilakukan, di antaranya :
1) Tidak berperilaku rasis Memberikan kebebasan beragama kepada orang lain
2) Bertindak adil kepada sesama
3) Bertindak sesuai peraturan yang berlaku baik di sekolah, masyarakat, berbangsa dan
bernegara
4) Menumbuhkan sikap tenggang rasa Aktif ikut serta dalam kegiatan masyarakat
5) Bersikap penuh empati, tenggang rasa, dan toleran terhadap antar sesama manusia
6) Menjalankan kewajiban dan amanah di lingkungan manapun dengan sebaik mungkin
7) Tidak bertindak semena-mena atas dasar kuasa yang dimiliki
8) Tidak menciptakan kelompok-kelompok tertentu yang dapat mengancam integritas
bangsa
Jika integrasi bangsa terancam, maka Indonesia akan mengalami kekacauan bahkan
kerusuhan yang dapat membahayakan masyarakat.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://sman1angkolabarat.sch.id/read/115/perjuangan-bangsa-indonesia-
mempertahankan-integrasi-bangsa-negara-ri
https://www.academia.edu/27589435/Pemberontakan_Andi_Aziz
https://www.academia.edu/38054806/
MAKALAH_Pemberontakan_Angkatan_Perang_Ratu_Adil_APRA_1950
https://www.academia.edu/40690026/
Peristiwa_Pemberontakan_Republik_Maluku_Selatan
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5688948/pemberontakan-pki-madiun-
latar-belakang-tujuan-dan-tokoh-yang-jadi-korban
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5733286/sejarah-pemberontakan-darul-
islamtentara-islam-indonesia-di-jawa-barat
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5747435/g30s-pki-sejarah-tujuan-
kronologi-dan-latar-belakangnya
https://www.ruangguru.com/blog/latar-belakang-dan-tujuan-pemberontakan-prri/
permesta
15