Disusun Oleh:
1.Nurul Fadilah
2.Annisa Amalia
3.Nahda Ulfadila
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT selalu kita panjatkan, atas izinnya kami dapat
menyelesaikanmakalah PKN mengenai persatuan dan kesatuan Bangsa
Indonesia dari masa ke masa.Penyusunan makalah ini bermaksud untuk
memenuhi salah satu tugas PKN yang diberikan kepada ibu .Makalah ini ditulis
berdasarkan informasi dari media massa, buku, dan hallain yang berhubungan
dengan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dari masa ke masa..Kami juga
menyadari bahwa penulisan ini tidak akan selesai tanpa ada dukungan dari
pihaklain. Untuk itu sudah seharusnya kami mengucapkan rasa terimakasih
yang sangat besarkepada semua pihak yang telah membantu kami
menyelesaikan makalah ini.
Semoga AllahSWT memberikan balasan yang setimpal atas segala jasa dan
bantuan yang telah diberikankepada kami. Kami juga menyadari bahwa banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini,oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, dengan kritikdan saran yang
membangun, demi kesempurnaan penulisan makalah ini
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN MASALAH..................................................................4
2.1 Pengertian Persatuan dan Kesatuan Bangsa......................................4
2.2 Maklumat Pemerintah...........................................................................6
2.3 Nama Kabinet........................................................................................7
BAB I
Latar Belakang
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa majemuk, ditandai dengan banyaknya
etnis, suku,agama, budaya, kebiasaan, di dalamnya. Di sisi lain, masyarakat
Indonesia dikenal sebagaimasyarakat multikultural, masyarakat yang
anggotanya memiliki latar belakang budaya(
cultural background)beragam. Kemajemukan dan multikulturalitas
mengisyaratkan adanya perbedaan. Bila dikelola secara benar, kemajemukan
dan multikulturalitas menghasilkanenergi hebat. Sebaliknya, bila tidak dikelola
secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas bisa menimbulkan bencana
dahsyat.Perbedaan yang terdapat di Indonesia ini merupakan sebuah warisan
yang diberikan kepadakita semua sebagai warga negara Indonesia. Perbedaan
yang meliputi banyak hal ini bukanmenjadi masalah bagi kita untuk tetap
menghargai, bertoleransi, dan menjaga kesatuan serta persatuan bangsa kita.
Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sudah menjadi kewajibankita sebagai
warga negara untuk menjaga, melindungi, dan mempertahankannya.Kesatuan
dan persatuan bangsa Indonesia dari masa ke masa mengalami perubahan-
perubahan yang signifikan. Di Indonesia terjadi beberapa masa yang berbeda,
yaitu masaRevolusi, Republik Indonesia Serikat, Liberal, Terpimpin, Orde Baru,
dan masa Reformasi.Tentunya perubahan masa yang sering terjadi dapat
berakibat kepada kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.
TUJUAN
1.Untuk mengetahui pengertian dari persatuan dan kesatuan bangsa
2.Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada
masa Revolusi
3.Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada
masa RepublikIndonesia Serikat
4.Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada
masa DemokrasiLiberal
5.Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada
masa Demokrasi Terpimpin
6.Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada
masa Orde Baru
7.Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada
masa Reformasi
BAB II
PEMBAHASAN
Maklumat Pemerintah
- Maklumat 5 Oktober 1945Pemerintah mengeluarkan maklumat pembentukan
Tentara Keamanan Rakyat (TKR)yang dibentuk dari hasil peningkatan fungsi BKR
dengan tujuan mengatasi situasiIndonesia yang mulai tidak aman karena
kedatangan kembali tentara sekutu keIndonesia.-
-Maklumat 3 November 1945Mengenai pembentukan partai politik. Memberi
kesempatan kepada rakyat seluas-luasnya untuk mendirikan partai-partai
politik.-Maklumat 14 November 1945-
-Tanggung jawab pemerintahan ada ditangan para menteri. Presiden tidak lagi
berfungsi sebagai kepala pemerintah, melainkan hanya sebagai kepala negara,
jabatankepala negara dijabat oleh perdana menteri.
NAMA KABINET AWAL MASA KERJA AKHIR MASA KERJA PIMPINAN KABINET
JABATAN
1. Presidensial2 September194514 November1945Soekarno Presiden2. Sjahrir
114 November194512 Maret1946SutanSjahrirPerdanaMenteri3. Sjahrir 2 12
Maret 19462 Oktober1946SutanSjahrirPerdanaMenteri4. Sjahrir 32
Oktober19463 Juli 1947SutanSjahrirPerdanaMenteri5. Amir Sjarifuddin 1 3 Juli
194711 November1947AmirSjarifuddinPerdanaMenteri6. Amir Sjarifuddin 211
Nomber194729 Januari1948AmirSjarifuddinPerdanaMenteri7. Hatta 129
Januari19484 Agustus1949Moh.hattaPerdanaMenteri8. Hatta 24
Agustus194920Desember1949Moh.hattaPerdanaMenterig.
Pemberontakan-
Pemberontakan PKI Madiun 1945Dipimpin oleh Muso dan Amir Syarifuddin. PKI
melakukan kekerasan fisik terhadap pejabat, tokoh, dan warga anti PKI.
Akhirnya pemberontakan ini dapat ditumpas olehsatuan TNI operasi militer
yang dipimpin oleh Kolonel Gatot Subroto dan KolonelSungkono. Muso dan
Amir Syarifuddin kemudian berhasil ditembak mati.-
Gambaran umum
Pada masa Soekarno, sistem pemerintahan di Indonesia mengalami beberapa
peralihan. Indonesia pernah menerapkan sistem pemerintahan presidensial,
parlementer (demokrasi liberal), hingga demokrasi terpimpin. Pada masa
pemerintahan Soekarno juga terjadi penyimpangan UUD 1945, di antaranya
perubahan fungsi Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), dari pembantu
presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan
GBHN yang merupakan wewenang MPR.
Salah satu hasil dari Konferensi Meja Bundar tahun 1949 adalah terbentuknya
Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Pembentukan negara federal yang
diprakasai oleh Belanda untuk melemahkan integrasi Indonesia sebagai negara
kesatuan ternyata tidak didukung masyarakat Indonesia. Banyak negara bagian
yang menyatakan ingin kembali ke negara kesatuan dan pada 15 Agustus 1950,
Perdana Menteri Kabinet RIS Mohammad Hatta menyerahkan mandatnya
kepada Presiden Soekarno.
UUDS 1950 sangat berbeda dengan UUD 1945 dalam banyak hal; ia
mengamanatkan sistem pemerintahan parlementer dan menetapkan secara
panjang lebar jaminan konstitusional untuk hak asasi manusia, yang sangat
mengacu pada Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia oleh PBB
tahun 1948.[3]
Konstituante
Artikel utama: Konstituante dan Daftar anggota Konstituante
Pada tahun 1955, Indonesia melaksanakan pemilihan umum nasional yang
pertama. Pada bulan September, rakyat memilih wakil untuk DPR, dan pada
bulan Desember pemilih kembali memilih wakil-wakil yang lebih banyak lagi
sebagai anggota Konstituante.
Konstituante, setelah dipilih pada tahun 1955, mulai bersidang pada bulan
November 1956 di Bandung, ibu kota Jawa Barat, untuk membuat UUD yang
baru sesuai amanat UUDS 1950. Perdebatan, permusyawaratan, dan penulisan
draf-draf UD berlangsung selama dua setengah tahun. Perdebatan isu dasar
negara (terutama antara golongan yang mendukung Islam sebagai dasar negara
dan golongan yang mendukung Pancasila) terjadi sangat sengit. Walaupun para
pimpinan Konstituante merasa sudah lebih dari 90% materi undang-undang
dasar telah disepakati, dan walaupun ada beberapa tokoh partai politik Islam
yang merasa siap berkompromi, Konstituante tidak sempat menyelesaikan
tugasnya.
Kabinet Djuanda
Artikel utama: Kabinet Djuanda
Kabinet Djuanda atau juga disebut Kabinet Karya dipimpin oleh Perdana
Menteri Djoeanda Kartawidjaja dari PNI, beserta tiga orang Wakil Perdana
Menteri yaitu Hardi dari PNI, Idham Chalid dari NU, serta Johannes Leimena dari
Parkindo. Kabinet ini memiliki 5 program yang disebut Pancakarya yaitu
membentuk Dewan Nasional,
menormalisasi keadaan Republik Indonesia,
melanjutkan pembatalan Konferensi Meja Bundar,
memperjuangkan Irian Barat, dan
mempercepat pembangunan.
kemajuan) tidak boleh disepelekan. Kondisi ini membuat Natsir bersikeras agar
Soekarno membatasi dirinya dalam peran presiden yang hanya sebagai lambang
saja. Puncaknya, Natsir menyerahkan jabatannya yang kemudian digantikan
oleh Sukiman pada April 1951.
Lain halnya dengan Kabinet Ali I (kabinet koalisi antara PNI dan NU), kabinet ini
jatuh karena tidak dapat menyelesaikan kemelut yang ada di tubuh Angkatan
Darat dan pemberontakan DI/TII yang berkobar di Jawa Barat, Sulawesi Selatan,
dan Aceh. Selain itu, ada pula konflik antara PNI dan NU yang mengakibatkan
NU menarik semua menterinya yang duduk di kabinet.