Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Disusun Oleh:
1.Nurul Fadilah
2.Annisa Amalia
3.Nahda Ulfadila
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT selalu kita panjatkan, atas izinnya kami dapat
menyelesaikanmakalah PKN mengenai persatuan dan kesatuan Bangsa
Indonesia dari masa ke masa.Penyusunan makalah ini bermaksud untuk
memenuhi salah satu tugas PKN yang diberikan kepada ibu .Makalah ini ditulis
berdasarkan informasi dari media massa, buku, dan hallain yang berhubungan
dengan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dari masa ke masa..Kami juga
menyadari bahwa penulisan ini tidak akan selesai tanpa ada dukungan dari
pihaklain. Untuk itu sudah seharusnya kami mengucapkan rasa terimakasih
yang sangat besarkepada semua pihak yang telah membantu kami
menyelesaikan makalah ini.
Semoga AllahSWT memberikan balasan yang setimpal atas segala jasa dan
bantuan yang telah diberikankepada kami. Kami juga menyadari bahwa banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini,oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, dengan kritikdan saran yang
membangun, demi kesempurnaan penulisan makalah ini
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN MASALAH..................................................................4
2.1 Pengertian Persatuan dan Kesatuan Bangsa......................................4
2.2 Maklumat Pemerintah...........................................................................6
2.3 Nama Kabinet........................................................................................7
BAB I
Latar Belakang
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa majemuk, ditandai dengan banyaknya
etnis, suku,agama, budaya, kebiasaan, di dalamnya. Di sisi lain, masyarakat
Indonesia dikenal sebagaimasyarakat multikultural, masyarakat yang
anggotanya memiliki latar belakang budaya(
cultural background)beragam. Kemajemukan dan multikulturalitas
mengisyaratkan adanya perbedaan. Bila dikelola secara benar, kemajemukan
dan multikulturalitas menghasilkanenergi hebat. Sebaliknya, bila tidak dikelola
secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas bisa menimbulkan bencana
dahsyat.Perbedaan yang terdapat di Indonesia ini merupakan sebuah warisan
yang diberikan kepadakita semua sebagai warga negara Indonesia. Perbedaan
yang meliputi banyak hal ini bukanmenjadi masalah bagi kita untuk tetap
menghargai, bertoleransi, dan menjaga kesatuan serta persatuan bangsa kita.
Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sudah menjadi kewajibankita sebagai
warga negara untuk menjaga, melindungi, dan mempertahankannya.Kesatuan
dan persatuan bangsa Indonesia dari masa ke masa mengalami perubahan-
perubahan yang signifikan. Di Indonesia terjadi beberapa masa yang berbeda,
yaitu masaRevolusi, Republik Indonesia Serikat, Liberal, Terpimpin, Orde Baru,
dan masa Reformasi.Tentunya perubahan masa yang sering terjadi dapat
berakibat kepada kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.

Seiring dengan berakhirnya perjuangan untuk mengamankan kemerdekaan


Indonesia, perpecahan di kalangan masyarakat Indonesia mulai muncul.
Perbedaan antardaerah dalam hal adat istiadat, moral, tradisi, agama, pengaruh
Marxisme, serta ketakutan akan dominasi politik Jawa, semuanya berkontribusi
pada perpecahan. Sebagai negara baru,

Indonesia memiliki masalah kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, dan


tradisi otoriter.[1] Berbagai gerakan separatis juga muncul untuk menentang
Republik Indonesia: militan Darul Islam memproklamasikan "Negara Islam
Indonesia" dan bergerilya melawan Republik Indonesia di Jawa Barat dari tahun
1948 hingga 1962; di Maluku, orang-orang Ambon yang dulunya adalah Tentara
Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) memproklamasikan kemerdekaan Republik
Maluku Selatan; ditambah dengan pemberontakan di Sumatra dan Sulawesi
antara tahun 1955 dan 1961.

Perekonomian Indonesia terpuruk setelah tiga tahun pendudukan Jepang,


kemudian empat tahun perang melawan Belanda. Di tangan pemerintahan yang
masih muda dan belum berpengalaman, perekonomian tidak mampu
mendorong produksi pangan dan kebutuhan lain untuk mengimbangi
pertambahan penduduk. Sebagian besar penduduk buta huruf, tidak terampil,
dan tidak memiliki kemampuan manajerial. Inflasi meningkat, banyak
penyelundupan yang merugikan pemerintah pusat yang sangat membutuhkan
devisa, dan banyak perkebunan hancur selama pendudukan penjajah dan
perang.
RUMUSAN MASALAH
1.Apa pengertian persatuan dan kesatuan bangsa?
2.Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Revolusi?
3.Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Republik
IndonesiaSerikat?
4.Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Demokrasi
Liberal?

5.Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Demokrasi


Terpimpin?
6.Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Orde Baru?
7.Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Reformasi?

TUJUAN
1.Untuk mengetahui pengertian dari persatuan dan kesatuan bangsa
2.Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada
masa Revolusi
3.Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada
masa RepublikIndonesia Serikat
4.Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada
masa DemokrasiLiberal
5.Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada
masa Demokrasi Terpimpin
6.Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada
masa Orde Baru
7.Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada
masa Reformasi

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Persatuan dan Kesatuan Bangsa


Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh dan tidak terpecah-belah.
Arti lebih luasnyayaitu berkumpulnya macam-macam corak dari berbagai
kalangan,ras,budaya, dan adatistiadat dalam masyarakat yang bersatu dengan
serasi.Persatuan bangsa berarti gabungan suku-suku bangsa yang sudah
bersatu. Dalam hal ini,masing-masing suku bangsa merupakan kelompok
masyarakat yang memiliki ciri-ciritertentu yang bersatu. Penggabungan dalam
persatuan bangsa, masing-masing bangsa tetapmemiliki ciri-ciri dan adat
istiadat semula.Dalam persatuan bangsa, satu suku bangsa menjadi lebih besar
dari sekedar satu suku bangsayang bersangkutan karena dapat
mengatasnamakan bangsa secara keseluruhan. Misalnyasuku Bugis atau suku
Batak dapat menyebutkan dirinya bangsa Indonesia, yang memiliki ciri jauh
lebih luas dan komplek dari pada suku Bugis atau Batak itu sendiri.Kesatuan
merupakan hasil dari persatuan yang telah menjadi utuh. Maka dari itu
persatuandan kesatuan sangat erat hubungannya.Kesatuan bangsa Indonesia
berarti satu bangsa Indonesia dalam satu jiwa bangsa seperti yangdiputuskan
dalam kongres Pemuda pada tahun 1928 dalam keadaan utuh dan tidak
bolehkurang, baik sebagai subyek maupun obyek dalam penyelenggaraan
kehidupan nasional.Sedangkan kesatuan wilayah Indonesia berarti satu wilayah
Indonesia dari Sabang sampaiMerauke yang terdiri dari daratan, perairan dan
dirgantara diatasnya seperti yang dinyatakandalam deklarasi Juanda 1957,
dalam keadaan utuh dan tidak boleh kurang atau retak.

B.Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Revolusi Kemerdekaan(18


Agustus 1945 – 27 Desember 1949)
a.Sistem Pemerintahan PresidensialUUD NRI 1945 menetapkan sistem
pemerintahan presidensial dengan kekuasaanyang besar di tangan presiden,
namun kekuasaan tertinggi berada di tangan MPR, sebagaisumber kekuasaan
negara dan presiden sebagai penyelenggara kekuasaan pemerintahan
yangtertinggi dibawah MPR. Prinsip ini tidak mengatur pembatasan yang tegas
penyelenggaraankekuasaan negara karena prinsip itu banyak disalahgunakan
dan ditafsirkan sesuai kehendak pihak yang memegang kekuasaan (Zoelva
2008).
b. Sidang PPKI 18 dan 19 Agustus 1945- Sidang 18-08-1945 menetapkan UUD RI
1945, mengangkat Ir. Soekarno dan Drs.Mohammad Hatta sebagai presiden dan
wakil prsiden RI.- Sidang 19-08-1945 menetapkan pembagian wilayah bekas
Hindia Belanda ke dalam 8 provinsi (Sumatra, Jabar, Jateng, Jatim, Sunda Kecil,
Borneo (Kalimantan), Sulawesi,Maluku).

c.pembentukan Komite Nasional Indonesia PusatDiresmikan pada 29 Agustus


1945 yang diketuai oleh Kasman Singodimedjo. Jumlahanggotanya 137 orang
yang berasal dari golongan muda dan tua. Ketetapan mengenai KNIP :.Semua
lembaga yang dibentuk di Indonesia pusatnya di Jakarta.Penjelmaan dari
kedaulatan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia untukmenyelenggarakan
kemerdekaan Indonesia yang berdasarkan kedaulatan rakyat.Pernyataan dari
rakyat Indonesia untuk hidup aman sebagai bangsa yang merdeka, persatuan
kebangsaan yang erat, menjaga keselamatan umum, dan membantu para
pemimpin dalam menyelenggarakan cita-cita bangsa Indonesia.
d.Kabinet PertamaSesuai dengan ketentuan UUD NRI 1945 ditetapkan pada
tanggal 2 September 1945 susunankabinet pertama sebagai berikut:
1.Menteri Dalam Negeri : R.A.A. Wiranata Kusumah
2.Menteri Luar Negeri : Mr. Achmad Soebardjo
3.Menteri Keuangan : Mr. A.A. Maramis
4.Menteri Kehakiman : Prof.Mr.Dr. Soepomo
5.Menteri Kemakmuran : Ir. Surachman Tjokroadisurjo
6.Menteri Keamanan Rakyat : Soeprijadi
7.Menteri Kesehatan : Dr. Boentaran Martoatmodjo
8.Menteri Pengajaran : Ki Hajar Dewantoro
9.Menteri Penerangan : Mr. Amir Sjarifudin
10.Menteri Sosial : Mr. Iwa Koesoema Soemantri
11.Menteri Pekerjaan Umum : Abikusno Tjokrosujoso
12.Menteri Perhubungan a.i. : Abikusno Tjokrosujoso
13.Menteri Negara : Wachid Hasjim
14.Menteri Negara : Dr.M. Amir
15.Menteri Negara : Mr.R.M. Sartono
16.Menteri Negara : R. Otto Iskandardinatae.

Maklumat Pemerintah
- Maklumat 5 Oktober 1945Pemerintah mengeluarkan maklumat pembentukan
Tentara Keamanan Rakyat (TKR)yang dibentuk dari hasil peningkatan fungsi BKR
dengan tujuan mengatasi situasiIndonesia yang mulai tidak aman karena
kedatangan kembali tentara sekutu keIndonesia.-
-Maklumat 3 November 1945Mengenai pembentukan partai politik. Memberi
kesempatan kepada rakyat seluas-luasnya untuk mendirikan partai-partai
politik.-Maklumat 14 November 1945-
-Tanggung jawab pemerintahan ada ditangan para menteri. Presiden tidak lagi
berfungsi sebagai kepala pemerintah, melainkan hanya sebagai kepala negara,
jabatankepala negara dijabat oleh perdana menteri.

f.Kabinet Pada Masa Awal Revolusi Kemerdekaan

NAMA KABINET AWAL MASA KERJA AKHIR MASA KERJA PIMPINAN KABINET
JABATAN
1. Presidensial2 September194514 November1945Soekarno Presiden2. Sjahrir
114 November194512 Maret1946SutanSjahrirPerdanaMenteri3. Sjahrir 2 12
Maret 19462 Oktober1946SutanSjahrirPerdanaMenteri4. Sjahrir 32
Oktober19463 Juli 1947SutanSjahrirPerdanaMenteri5. Amir Sjarifuddin 1 3 Juli
194711 November1947AmirSjarifuddinPerdanaMenteri6. Amir Sjarifuddin 211
Nomber194729 Januari1948AmirSjarifuddinPerdanaMenteri7. Hatta 129
Januari19484 Agustus1949Moh.hattaPerdanaMenteri8. Hatta 24
Agustus194920Desember1949Moh.hattaPerdanaMenterig.

Pemberontakan-

Pemberontakan PKI Madiun 1945Dipimpin oleh Muso dan Amir Syarifuddin. PKI
melakukan kekerasan fisik terhadap pejabat, tokoh, dan warga anti PKI.
Akhirnya pemberontakan ini dapat ditumpas olehsatuan TNI operasi militer
yang dipimpin oleh Kolonel Gatot Subroto dan KolonelSungkono. Muso dan
Amir Syarifuddin kemudian berhasil ditembak mati.-

Pemberontakan DI/TII Jabar & JatengBerawal dari gagasan Kartosuwiryo untuk


membentuk Negara Islam Indonesia (NII) pada 4 Agustus 1949 di Jabar. TNI
melakukan operasi militer diberbagai daerah yangdinilai menjadi pusat gerakan
ini.Jabar : Operasi Pagar Betis dan Operasi Baratayuda. Berhasil ditumpas
ketikaKartosuwiryo ditangkap tanggal 4 Juni 1962 di Majalaya, Jabar.Jateng :
pada 23 Agustus 1962 Amir Fatah memproklamasikan berdirinya gerakanDarul
Islam dan bermaksud mendirikan Negara Islam Indonesia. Gerakan ini
berhasildilumpuhkan pada tahun 1952.

Era Demokrasi Liberal (1950–1959)


Era di mana Presiden Soekarno memerintah menggunakan konstitusi UUDS
Republik Indonesia 1950.
kualitasnya dapat dipastikan. (September 2020)
Era Demokrasi Liberal (1950–1959) yang dikenal pula dengan Era Demokrasi
Parlementer adalah era ketika Presiden Soekarno memerintah menggunakan
konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950. Periode
ini berlangsung dari 17 Agustus 1950 (sejak pembubaran Republik Indonesia
Serikat) sampai 5 Juli 1959 (keluarnya Dekret Presiden). Pada masa ini terjadi
sejumlah peristiwa penting, seperti Konferensi Asia–Afrika di Bandung,
pemilihan umum pertama di Indonesia dan pemilihan Konstituante, serta
periode ketidakstabilan politik yang berkepanjangan, dengan tidak ada kabinet
yang bertahan selama dua tahun.

Gambaran umum
Pada masa Soekarno, sistem pemerintahan di Indonesia mengalami beberapa
peralihan. Indonesia pernah menerapkan sistem pemerintahan presidensial,
parlementer (demokrasi liberal), hingga demokrasi terpimpin. Pada masa
pemerintahan Soekarno juga terjadi penyimpangan UUD 1945, di antaranya
perubahan fungsi Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), dari pembantu
presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan
GBHN yang merupakan wewenang MPR.

Salah satu hasil dari Konferensi Meja Bundar tahun 1949 adalah terbentuknya
Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Pembentukan negara federal yang
diprakasai oleh Belanda untuk melemahkan integrasi Indonesia sebagai negara
kesatuan ternyata tidak didukung masyarakat Indonesia. Banyak negara bagian
yang menyatakan ingin kembali ke negara kesatuan dan pada 15 Agustus 1950,
Perdana Menteri Kabinet RIS Mohammad Hatta menyerahkan mandatnya
kepada Presiden Soekarno.

Mulainya Demokrasi Parlementer


Pada 17 Agustus 1950, Indonesia kembali menjadi negara kesatuan.
Pemerintahan Republik Indonesia masih melanjutkan model demokrasi
parlementer yang liberal. Kabinet dipimpin oleh seorang perdana menteri
sebagai kepala pemerintahan dan bertanggung jawab kepada parlemen.
Presiden hanya berkedudukan sebagai kepala negara. Sementara itu, Undang-
Undang Dasar Sementara Republik Indonesia (UUDS) 1950 digunakan sebagai
konstitusi berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 tentang
Perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-
Undang Dasar Sementara Republik Indonesia, dalam Sidang Pertama Babak ke-3
Rapat ke-71 DPR RIS tanggal 14 Agustus 1950 di Jakarta. Konstitusi ini
dinamakan “sementara”, karena hanya bersifat sementara, menunggu
terpilihnya Konstituante hasil pemilihan umum yang akan menyusun konstitusi
baru.

UUDS 1950 sangat berbeda dengan UUD 1945 dalam banyak hal; ia
mengamanatkan sistem pemerintahan parlementer dan menetapkan secara
panjang lebar jaminan konstitusional untuk hak asasi manusia, yang sangat
mengacu pada Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia oleh PBB
tahun 1948.[3]

Konstituante
Artikel utama: Konstituante dan Daftar anggota Konstituante
Pada tahun 1955, Indonesia melaksanakan pemilihan umum nasional yang
pertama. Pada bulan September, rakyat memilih wakil untuk DPR, dan pada
bulan Desember pemilih kembali memilih wakil-wakil yang lebih banyak lagi
sebagai anggota Konstituante.
Konstituante, setelah dipilih pada tahun 1955, mulai bersidang pada bulan
November 1956 di Bandung, ibu kota Jawa Barat, untuk membuat UUD yang
baru sesuai amanat UUDS 1950. Perdebatan, permusyawaratan, dan penulisan
draf-draf UD berlangsung selama dua setengah tahun. Perdebatan isu dasar
negara (terutama antara golongan yang mendukung Islam sebagai dasar negara
dan golongan yang mendukung Pancasila) terjadi sangat sengit. Walaupun para
pimpinan Konstituante merasa sudah lebih dari 90% materi undang-undang
dasar telah disepakati, dan walaupun ada beberapa tokoh partai politik Islam
yang merasa siap berkompromi, Konstituante tidak sempat menyelesaikan
tugasnya.

Berakhirnya Demokrasi Parlementer


Pemilihan Umum 1955 berhasil memilih Konstituante secara demokratis,
namun Konstituante gagal membentuk konstitusi baru sampai berlarut-larut.
Presiden Soekarno lalu menyampaikan konsep Demokrasi Terpimpin pada DPR
hasil pemilu yang berisi ide untuk kembali pada UUD 1945. Pada tanggal 5 Juli
1959, Soekarno mengeluarkan Dekret Presiden 5 Juli 1959, yang antara lain
berisi pembubaran Konstituante serta penggantian konstitusi dari UUDS 1950
menjadi UUD 1945 kembali. Peristiwa ini menandai berakhirnya Demokrasi
Parlementer dan mulainya Era Demokrasi Terpimpin. Pemerintah kemudian
membentuk lembaga-lembaga MPRS dalam demokrasi terpimpin yang
menerapkan sistem politik keseimbangan. Pada masa ini Soekarno
merencanakan konsep pentingnya persatuan antara kaum nasionalis, agama,
dan komunis.
Keberhasilan kabinet ini di antaranya mengadakan perbaikan ekonomi,
termasuk mengendalikan harga dengan menjaga agar tidak terjadi inflasi dan
sebagainya. Dalam masalah ekonomi, kabinet ini telah berhasil cukup baik.
Dapat dikatakan bahwa kehidupan rakyat semasa kabinet ini cukup makmur
karena harga-harga barang kebutuhan pokok tidak melonjak naik akibat inflasi.
Dalam periode kabinet ini, pemilihan umum pertama tahun 1955 dilaksanakan
untuk memilih anggota-anggota DPR. Selain itu, kabinet ini juga mengembalikan
wibawa pemerintah Republik Indonesia di mata pihak Angkatan Darat.
Kabinet ini jatuh tidak diakibatkan oleh keretakan di dalam tubuh kabinet, juga
bukan karena dijatuhkan oleh kelompok oposisi yang mencetuskan mosi tidak
percaya dari parlemen, tetapi karena merasa tugasnya sudah selesai. Pada
tanggal 2 Maret 1956 pukul 10.00 siang, Kabinet Burhanuddin Harahap
mengundurkan diri, sekaligus menyerahkan mandatnya kepada Presiden untuk
dibentuk kabinet baru berdasarkan hasil pemilihan umum. Kabinet ini terus
bekerja sebagai kabinet demisioner selama 20 hari sampai terbentuknya
kabinet baru yakni Kabinet Ali–Roem–Idham yang dilantik tanggal 24 Maret
1956 dan serah terima dengan Kabinet Burhanuddin Harahap dilakukan tanggal
26 Maret 1956.

Kabinet Ali Sastroamidjojo II


Artikel utama: Kabinet Ali Sastroamidjojo II
Kabinet Ali Sastroamidjojo II disebut pula Kabinet Ali–Roem–Idham karena
dipimpin oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dari PNI beserta dua Wakil
Perdana Menteri yakni Mohamad Roem dari Masyumi dan Idham Chalid dari
NU. Program pokok kabinet ini adalah pembatalan Konferensi Meja Bundar,
pemulihan keamanan dan ketertiban, dan melaksanakan keputusan Konferensi
Asia–Afrika. Program kerjanya disebut rencana pembangunan lima tahun yang
memuat program jangka panjang, yaitu
menyelesaikan pembatalan hasil Konferensi Meja Bundar;
menyelesaikan masalah Irian Barat;
membentuk Provinsi Irian Barat;
menjalankan politik luar negeri bebas aktif;
membentuk daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-
anggota DPRD;
mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai;
menyehatkan keseimbangan keuangan negara; dan
mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
Kerja Kabinet Ali Sastroamidjojo II mendapat dukungan penuh dari presiden dan
dianggap sebagai titik tolak dari periode planning and investment, yang hasilnya
adalah pembatalan seluruh perjanjian KMB. Kabinet ini pun berumur tidak lebih
dari satu tahun dan akhirnya digantikan oleh Kabinet Djuanda karena
mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi yang membuat kabinet hasil Pemilu
I ini jatuh dan menyerahkan mandatnya pada Presiden.

Kabinet Djuanda
Artikel utama: Kabinet Djuanda
Kabinet Djuanda atau juga disebut Kabinet Karya dipimpin oleh Perdana
Menteri Djoeanda Kartawidjaja dari PNI, beserta tiga orang Wakil Perdana
Menteri yaitu Hardi dari PNI, Idham Chalid dari NU, serta Johannes Leimena dari
Parkindo. Kabinet ini memiliki 5 program yang disebut Pancakarya yaitu
membentuk Dewan Nasional,
menormalisasi keadaan Republik Indonesia,
melanjutkan pembatalan Konferensi Meja Bundar,
memperjuangkan Irian Barat, dan
mempercepat pembangunan.
kemajuan) tidak boleh disepelekan. Kondisi ini membuat Natsir bersikeras agar
Soekarno membatasi dirinya dalam peran presiden yang hanya sebagai lambang
saja. Puncaknya, Natsir menyerahkan jabatannya yang kemudian digantikan
oleh Sukiman pada April 1951.

Jatuhnya Kabinet Sukiman disebabkan oleh adanya kegagalan dalam pertukaran


nota keuangan antara Menteri Luar Negeri Indonesia Achmad Soebardjo dan
Duta Besar AS Merle Cochran. Kesepakatan bantuan ekonomi dan militer dari
AS kepada Indonesia didasarkan pada ikatan Mutual Security Act (MSA) yang di
dalamnya terdapat pembatasan terhadap kebebasan politik luar negeri yang
bebas aktif. Indonesia diwajibkan lebih memperhatikan AS sehingga tindakan
Sukiman tersebut dipandang telah melanggar politik luar negeri yang bebas
aktif dan dianggap lebih condong ke blok Barat. Selain itu, penyebab lainnya
adalah semakin meluasnya korupsi di kalangan birokrat dan gagalnya Kabinet
Sukiman dalam menyelesaikan masalah Irian Barat.

Lain halnya dengan Kabinet Ali I (kabinet koalisi antara PNI dan NU), kabinet ini
jatuh karena tidak dapat menyelesaikan kemelut yang ada di tubuh Angkatan
Darat dan pemberontakan DI/TII yang berkobar di Jawa Barat, Sulawesi Selatan,
dan Aceh. Selain itu, ada pula konflik antara PNI dan NU yang mengakibatkan
NU menarik semua menterinya yang duduk di kabinet.

Jatuh bangunnya kabinet dalam waktu yang singkat menimbulkan


ketidakstabilan politik yang mengakibatkan program-program kabinet tidak
berjalan dengan baik. Kondisi ini yang kemudian membuat Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959.

Dekret Presiden 5 Juli 1959


Kata dekrit berasal dari bahasa Latin decemere yang berarti mengakhiri atau
memutuskan. Kata dekrit, kemudian digunakan untuk menunjukkan adanya
perintah dari kepala negara atau kepala pemerintahan untuk mengakhiri atau
memutuskan sesuatu yang terkait dengan sistem pemerintahan yang berjalan.
Dekrit yang dikeluarkan Presiden Soekarno berisi:

Pembubaran Konstituante hasil Pemilu 1955;


Pemberlakuan kembali UUD 1945 menggantikan UUDS 1950;
Pembentukan MPRS yang terdiri dari para anggota DPR ditambah dengan para
utusan daerah dan golongan.
Beberapa alasan mengapa Presiden Soekarno harus mengeluarkan dekrit adalah
sebagai berikut.
Kegagalan Konstituante untuk membuat UUD baru meskipun sudah berkali-kali
bersidang. Padahal, UUD sangat dibutuhkan sebagai pedoman hukum yang
penting dalam melaksanakan pemerintahan.
Situasi politik dan ketidakstabilan keamanan dalam negara semakin memburuk.
Konflik antarpartai yang terus-menerus terjadi sangat mengganggu stabilitas
nasional.
Para politisi partai yang saling berbeda pendapat sering bersikap membenarkan
segala cara agar tujuan kelompok/partai tercapai.
Sejumlah pemberontakan yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia semakin
mengarah kepada gerakan separatis.
Sisi positif dari adanya dekrit ini:

Memberikan pedoman yang jelas bagi kelangsungan negara melalui perintah


untuk kembali ke UUD 1945;
Menyelamatkan negara dari disintegrasi dan krisis politik yang berkepanjangan;
Memprakarsai pembentukan lembaga-lembaga tinggi negara (MPRS dan DPAS)
yang selama masa Demokrasi Liberal tertunda pembentukannya.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang dikeluarkan Presiden Soekarno ialah dekrit
yang mengakhiri masa parlementer. Masa sesudah ini lazim disebut masa
Demokrasi Terpimpin.

Anda mungkin juga menyukai