Anda di halaman 1dari 23

PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA INDONESIA

DARI MASA KE MASA

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD NAUVAL SUGIYONO

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SMK GERBANG RAJA


TENGGARONG

2O21
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini tanpa suatu halangan apapun.

Makalah dengan judul “Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia dari


Masa ke Masa” disusun untuk memenuhi mata pelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan dan penyusun sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita untuk meningkatkan
kinerja dan mutu perencenaan program pembelajaran. Penyusun menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebeb itu, penyusun berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah ini untuk di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami dan dapat berguna bagi para
pembaca. Sebelumnya penyusun mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dalam penyusunan makalah ini.

Tenggarong, 4 Agustus 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Persatuan dan Kesatuan Bangsa...................................................3


B. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Revolusi Kemerdekaan............4
C. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa RIS...........................................8
D. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Demokrasi Liberal....................10
E. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Demokrasi Terpimpin..............13
F. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Orde Baru.................................15
G. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Reformasi.................................16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................19
B. Saran...............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara yang


dikenal sebagai Nusantara, yang artinya negara kepulauan yang terdiri dari
ribuan pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dan didiami oleh
ratusan juta penduduk. NKRI dikenal juga sebagai negara yang memiliki
keragaman budaya, ras, suku, dan agama yang berbeda-beda sehingga
tercermin dalam satu ikatan “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya “berbeda-
beda tetapi tetap satu juga”.

Indonesia mengalami beberapa kali pergantian bentuk negara, mulai dari


tanggal 6-15 Desember 1949, terbentuklah Republik Indonesia Serikat (RIS),
kemudian tanggal 27 Desember 1949 belanda mengakui kedaulatan Indonesia
berubah menjadi Negara Serikat, bangsa indonesia bertekekad untuk
mengubah RIS menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada 17
Agustus 1950. RIS secara resmi dibubarkan dan Indonesia kembali ke bentuk
negara kesatuan. Tujuan NKRI adalah seperti yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 yaitu pada alinea ke-4 yang berbunyi “Melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, Memajukan
kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan Ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial”.

Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia menjadi negara


yang berdaulat dan berhak untuk menentukan nasib dan tujuannya sendiri.
Bentuk negara yang dipilih oleh para pendiri bangsa adalah Negara Kesatuan
Republik indonesia. Dalam perjalanan sejarah ada upaya untuk menggantikan
bentuk negara, tetapi upaya itu tidak bertahan lama dan selalu digagalkan oleh
rakyat. Hingga saat ini negara kesatuan itu tetap dipertahankan. Kita sebagai
generasi penerus wajib turut serta dalam usaha membela negara. Menjaga
sikap dan perilaku dalam mempertahankan NKRI.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perstuan dan kesatuan bangsa?
2. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Revolusi?
3. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Republik
Indonesia Serikat?
4. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa
Demokrasi Liberal?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari persatuan dan kesatuan bangsa
2. Untuk mengetahui kondisi dari persatuan dan kesatuan bangsa pada
masa Revolusi
3. Untuk mengetahui kondisi dari persatuan dan kesatuan bangsa pada
masa Republik Indonesia Serikat
4. Untuk mengetahui kondisi dari persatuan dan kesatuan bangsa pada
masa Demokrasi Liberal

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Persatuan berasal dari kata satu yang berartu utuh dan tidak terpecah
belah. Arti lebih luasnya yaitu berkumpulnya macam-macam corak dari
berbagai kalangan, ras, budaya, dan adat istiadat dalam masyarakat yang
bersatu dengan serasi.

Persatuan bangsa berarti gabungan suku-suku bangsa yang sudah bersatu.


Dalam hal ini, masing-masing suku bangsa merupakan kelompok masyarakat
yang memiliki ciri-ciri tertentu yang bersatu. Penggabungan dalam persatuan
bangsa, masing-masing bangsa tetap memiliki ciri-ciri dan adat istiadat
semula.

Dalam persatuan banngsa, satu suku bangsa menjadi lebih besar dari
sekedar satu suku bangsa yang bersangkutan karena dapat mengatasnamakan
bangsa secara keseluruhan. Misalnya suku Bugis atau suku Batak dapat
menyebutkan dirinya bangsa Indonesia, yang memiliki ciri jauh lebih luas dan
komplek dari pada suku Bugis atau Batak itu sendiri.

Kesatuan merupakan hasil dari persatuan yang telah menjadi utuh. Maka
dari itu persatuan dan Kesatuan sangat erat hubungannya. Kesatuan bangsa
Indonesia berarti satu bangsa Indonesia dalam satu jiwa bangsa seperti yang
diputuskan dalam kongres Pemuda pada tahun 1928 dalam keadaan utuh dan
tidak boleh kurang, baik sebagai subyek maupun obyek dalam
penyelenggaraan kehidupan nasional. Sedangkan kesatuan wilayah Indonesia
berarti satu wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari
daratan, perairan dan dirgantara diatasnya seperti yang dinyatakan dalam
deklarasi Juanda 1957, dalam keadaan utuh dan tidak boleh kurang atau retak.

3
B. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Revolusi Kemerdekaan
(18 Agustus 1945-27 Desember 1949)
a. Sitem peemerintahan presidensial

UUD NRI Tahun 1945 menetapkan sistem pemerintahan presidensial


dengan kekusaan yang besar di tangan presiden, meskipun kekuasaan tertinggi
berada di tangan MPR, sebagai sumber kekuasaan negara dan di bawahnya
adalah presiden sebagai penyelenggara kekuasaan pemerintahan yang tertinggi
di bawah MPR. Sistem seperti ini tidak mengsnut prinsip check and balance,
dan tidak mengatur pembatasan yang tegas penyelenggaraan kekuasaan
negara. Karena kelemahan inilah, dalam praktik ketatanegaraan Indonesia,
menurut Zoelva (2008), banyak disalahgunakan dan ditafsirkan sesuai
kehendak pihak yang memegang kekuasaan.

b. Sidang PPKI 18 dan 19 Agustus 1945

Pada 18 Agustus 1945, dilaksanakan sidang PPKI. Sidang tersebut


menetapakan UUD RI, yaitu UUD NRI Tahun 1945 mengangkat Ir.Soekarno
dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia. Pada 19 Agustus 1945, PPKI menetapkan pembagian wilayah
bekas Hindia Belanda ke dalam 8 provinsi Indonesia yang masing-masing
dipimpin oleh seorang gubernur. Provinsi-provinsi tersebut meliputi Sumatra,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Borneo (Kalimantan),
Sulawesi, dan Maluku.

c. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)

PPKI kemudian dibubarkan dan dibentuk Komite Nasional Indonesia


Pusat (KNIP) yang diresmikan pada 29 Agustus 1945. KNIP diketuai Kasman
Singodimedjo. Anggota KNIP berjumlah 137 orang, berasal dari golongan
muda dan tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai daerah.

Beberapa Ketetapan mengenai KNIP sebagai berikut.

1) Lembaga yang akan dibentuk di seluruh Indonesia dengan pusatnya di


Jakarta

4
2) Penjelmaan dari kebulatan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia untuk
menyelenggarakan Kemerdekaan Indonesia yang berdasarkan kedaulatan
rakyat
3) Pernyataan dari rakyat Indonesia untuk hidup aman sebagai bangsa yang
merdeka, persatuan kebangsaan yang erat, menjaga keselamatan umum,
dan membantu para pemimpin dalam menyelenggarakan cita-cita bangsa
indonesia.

d. Kabinet pertama

Susunan Kementrian Pertama sesuai dengan ketentuan UUD NRI Tahun


1945 ditetapkan pada tanggal 2 September 1945 yang dipimpin sekaligus oleh
Presiden Soekarno. Susunan kabinet pertama RI tersebut sebagai berikut.

1. Menteri Dalam Negeri : R.A.A. Wiranatakusumah


2. Mentteri Luar Negeri : Mr. Achmad Subardjo
3. Menteri Kehakiman : Prof. Dr. Soepomo
4. Menteri Kemakmuran : Ir. Soerachman Tjokroadisoerjo
5. Menteri Keuangan : Dr. Samsi
6. Menteri Kesehatan : Dr. Boentaran Martoatmodjo
7. Menteri Pengajaran : Ki Hajar Dewantara
8. Menteri Soial : Iwa Koesoemasoemantri
9. Menteri Penerangan : Amir Syarifuddin
10. Menteri Perhubungan : Abikoesno Tjokrosoejoso
11. Menteri Keamanan Rakyat : Suprijadi
12. Menteri Pekerjaan Umum : Abikoesno Tjokrosoejoso
13. Menteri Negara : K.H. Wachid Hasjim
14. Menteri Negara : Mohammad Amir
15. Menteri Negara : Mr. Sartono
16. Menteri Negara : Otto Iskandardinata
17. Menteri Negara : Mr. A.A. Maramis

5
e. Maklumat pemerintah
1) Maklumat 5 Oktober 1945
Pemerintah mengeluarkan maklumat pembentukan Tentara Keamanan
Rakyat (TKR) yang dibentuk dari hasil peningkatan fungsi Badan
Keamanan Rakyat (BKR) yang sebelumnya sudah ada. Pembentukan TKR
bertujuan mengatasi situasi Indonesia yang mulai tidak aman karena
kedatangan kembali tentara sekutu ke Indonesia.
2) Maklumat 3 November 1945
Pada 3 November 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat mengenai
pembentukan partai politik. Maklumat yang ditandatangani Mohammad
Hatta ini memberi kesempatan kepada rakyat seluas-luasnya untuk
mendirikan partai-partai politik.
3) Maklumat 14 November 1945
Pada 14 November 1945, terjadi perubahan dengan keluarnya maklumat
Presiden, yaitu tanggung jawab pemerintahan ada di tangan para menteri.
Presiden tidak lagi berfungsi sebagai kepala pemerintahan, melainkan
hanya sebagai kepala negara. Jabatan kepala pemerintahan dijabat oleh
Perdana Menteri.

f. Kabinet pada masa revolusi kemerdekaan

Pada awal Proklamasi Kemerdekaan, dibentuk kabinet pertama dengan


sistem presidensial yang hanya bersifat formal saja. Setelah dikeluarkannya
maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945, terjadi pergantian sistem
pemerintahan menjadi sistem parlementer. Pada masa ini, sempat terbentuk
sejumlah kabinet yang dipimpin perdana menteri. Berikut kabinet-kabinet
pada masa Revolusi Kemerdekaan tersebut.

Awal Masa Akhir Masa Pimpinan


No. Nama Kabinet Jabatan
Kerja Kerja Kabinet
14
2 September
1. Presidensial November Soekarno Presiden
1945
1946

6
14
12 Maret Sutan Perdana
2. Sjahrir I November
1946 Sjahrir Menteri
1945
12 Maret 2 Oktober Sutan Perdana
3. Sjahrir II
1946 1946 Sjahrir Menteri
2 Oktober Sutan Perdana
4. Sjahrir III 3 Juli 1947
1946 Sjahrir Menteri
11
Amir Amir Perdana
5. 3 Juli 1947 November
Sjarifuddin I Sjarifuddin Menteri
1947
11
Amir 29 Januari Amir Perdana
6. November
Sjarifuddin II 1948 Sjarifuddin Menteri
1947
29 Januari 4 agustus Mohammad Perdana
7. Hatta I
1948 1949 Hatta Menteri
4 Agustus 20 Desember Mohammad Perdana
8. Hatta II
1949 1949 Hatta Menteri

g. Pemberontakan

Pada masa revolusi Kemerdekaan ini, terjadi sejumlah pemberontakan


yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Pemberontakan terseebut
antara lain sebagai berikut.

1) Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun tahun 1948.


Dipimpin oleh Muso dan Amir Syarifuddin. PKI melakukan kekerasan
fisik terhadap pejabat, tokoh, dan warga anti-PKI. Akhirnya,
pemberontakan ini dapat ditumpas oleh satuan TNI melalui operasi
militeryang dipimpin oleh Kolonel Gatot Subroto dan Kolonel Sungkono.
Muso dan Amir Syarifuddin kemudian berhasil ditembak mati.
2) Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa
Barat dan Jawa Tengah

7
Berawal dari gagasan Kartosuwirjo untuk membentuk Negara Islam
Indonesia (NII) pada 4 Agustus di Jawa Barat. TNI melakukan operasi
militer ke berbagai daerah yang dinilai menjadi pusat gerakan ini. Gerakan
DI/TII berhasil ditumpas ketika Kartosuwirjo ditangkap tanggal 4 Juni
1962 di daerah Majalaya, Jawa Barat. Pada 23 Agustus 1949, di Jawa
Tengah, Amir Fatah memproklamasikan berdirinya gerakan Darul Islam
dan bermaksud mendirikan Negara Islam Indonesia. Gerakan ini berhasil
dilumpuhkan pada tahun 1952.

C. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Republik Indonesia


Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus 1950)
a. Republik Inddonesia Serikat (RIS)

Sejak 27 Desember 1949, berdasarkan perjanjian Konferensi Meja Bundar,


Negara Kesatuan Republik Indonesia berubah bentuk menjadi negara serikat
(Republik Indonesia Serikat/RIS). Penyelenggaraan negara pun didasarkan
pada konstitusi RIS 1949. Dalam pasal 1 ayat (1) Konstitusi RIS disebutkan
bahwa Republik Indonesia yang serikat yang merdeka dan berdaulat ialah
suatu negara hukum yang demokrasi dan berbentuk federal. Presiden adalah
kepala negara. Tidak didampingi oleh wakil presiden. Jika presiden
berhalangan perdana menteri akan menjalankan pekerjaan sehari-hari
presiden.

Saat itu, Soekarno menjadi presiden RIS, dan Mohammad Hatta menjadi
perdana menteri RIS. Sistem yang berlaku yaitu, sistem parlementer. Pada
sistem ini, kabinet bertanggungjawab kepada parlemen, dan apabila
pertanggungjawaban kabinet tidak diterima oleh parlemen, maka kabinet harus
mengundurkan diri atau membubarkan diri.

Konstitusi RIS mengenal enam lembaga negara, yaitu :

1) Presiden,
2) Dewan Menteri,
3) Senat,

8
4) Dewan Perwakilan Rakyat,
5) Mahkamah Agung, dan
6) Dewan Pengawas Keuangan.

Bentuk negara serikat atau federal ini tidak berlandaskan konsepsi yang
kuat dan dilatarbelakangi politik melemahkan dan memecah belah Indonesia
yang telah merdeka pada 17 Agustus 1945. Sistem pemerintahan parlementer
pada masa RIS ini pun berlaku hanya selama kurang lebih delapan bulan. Atas
desakan rakyat, pada tanggal 17 Agustus 1950 Republik Indonesia serikat
bubar dan Indonesia kembali menjadi negara kesatuan.

b. Pemberontakan

Pada masa awal Republik Indonesia Serikat ini, terjadi sejumlah


pemberontakan yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Pemberontakan tersebut antara lain sebagai berikut.

1) Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)


APRA dipimpin oleh Raymond Westerling, seorang bekas tentara KNIL
Belanda. KNIL adalah singkatan dari bahasa belanda, yaitu het
Koninklijke Nederlands (ch)-Indische Leger, yang berarti Tentara
Kerajaan Hindia Belanda. Tujuannya untuk mempertahankan negara-
negara federal dan meminta pemerintah mengakui APRA sebagai tentara
pemerintah. Pada 23 Januari 1950, Westerling dengan sekitar 800 orang
pasukan APRA menyerang kota bandung dan TNI sekitar. Jumlah anggota
TNI yang tewas tercatat 94 orang. Pemberontakan APRA berhasil
ditumpas TNI. Westerling sendiri berhasil melarikan diri ke Singapura.
2) Pemberontakan Andi Azis
Pada 5 April 1950 di Makassar, terjadi pemberontakan yang dilakukan
oleh KNIL di bawah pimpinan kapten Andi Azis, manta pewira tinggi
KNIL. Penyebabnya adalah penolakan masuknya pasukan APRIS
(Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) yang berasal dari TNI ke
Sulawesi Selatan. Gerakan ini diawali dengan APRIS/KNIL sering
melakukan provokasi dan konflik dengan pasukan APRIS/TNI. 5 Agustus

9
1950 terjadi pertempuran dan APRIS/KNIL berhasil dikalahkan
APRIS/TNI.
3) Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Gerakan ini merupakan gerakan separatis yang menolak integrasi dan
ingin membentuk negara sendiri yang lepas dari Negara Indonesia Timur
(NIT) dan NKRI. Dipimpin oleh Dr. Soumokil dan memiliki basis di
Ambon. RMS menganggap kemerdekaan RI adalah hadiah dari
pemerintah jepang. Selain itu, RMS menolak kedatangan tentara
APRIS/TNI ke wilayah Maluku yamg bertujuan melucuti senjata bekas
tentara KNIL yang masih ada di Maluku. Pada 3 November 1950,
dilakukan operasi penumpasan oleh APRIS/TNI. Ambon berhasil
dikepung dengan bantuan angkatan udara dan serangan dari laut. Pada hari
itu juga, pasukan APRIS/TNI berhasil merebut Benteng Nieuwe Victoria
dan Ambon pun berhasil dikuasai oleh tentara APRIS/TNI.

D. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Demokrasi Liberal (17


Agustus 1950-5 Juli 1959)
a. UUDS 1950 sebagai konstitusi

Setelah bubarnya RIS, Indonesia menggunakan UUDS 1950 sebagai


konstitusi. Berdasarkan UUDS 1950, bentuk negara RI adalah negara
kesatuan. UUDS 1950 menganut sistem pemerintahan parlementer, sama
seperti RIS. UUDS 1950 mengenal hanya lima lembaga negara, yaitu sebagai
berikut.

1) Presiden,
2) Menteri-menteri,
3) Dewan Perwakilan Rakyat,
4) Mahkamah Agung, dan
5) Dewan Pengawas Keuangan.

Berdasarkan UUDS 1950, presiden berfungsi sebagai kepala negara dan


dan menjadi bagian dari pemerintah. Namun, tanggung jawab pemerintahan
berada di tangan perdana Menteri bersama para menterinya. Karena yang

10
dianut adalah sistem parlementer, presiden dan wakil presiden tidak boleh
diganggu-gugat. Penanggung jawab tindakan pemerintah adalah para menteri.
Sebagai kepala negara, tugas presiden terbatas.

b. Kabinet pada demokrasi liberal

Akhir
Nama Awal masa Pimpinan
No. masa Jabatan
Kabinet kerja Kabinet
kerja
6 September 27 April Mohammad Perdana
1. Natsir
1950 1951 Natsir Menteri
Sukiman- 27 April 3 April Sukiman Perdana
2.
Suwirjo 1951 1952 Wirjosandjojo Menteri
30 Juli Perdana
3. Wilopo 3 April 1952 Wilopo
1953 Menteri
Ali 12 Ali
Perdana
4. Sastroamidjojo 30 Juli 1953 Agustus Sastroamidjoj
Menteri
I 1955 o
Burhanuddin 12 Agustus 24 Maret Burhanuddin Perdana
5.
Harahap 1955 1956 Harahap Menteri
Ali Ali
24 Maret 9 April Perdana
6. Sastroamidjojo Sastroamidjoj
1956 1957 Menteri
II o
10 Juli Perdana
7. Djuanda 9 April 1957 Djuanda
1959 Menteri

c. Pemberontakan

Pada masa demokrasi liberal ini, terjadi sejumlah pemberontakan yang


mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Pemberontakan tersebut antara
lain sebagai berikut.

1) Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)

11
Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan terjadi pada 10 Oktober
1950 dipimpin Ibnu Hajar. Ibnu Hajar dan pasukannya menyerang pos-pos
di kalimantan Selatan dan melakukan tindakan-tindakan pengacauan. TNI
melakukan tindakan tegas dengan melancarkan operasi militer. Gerakan
DI/TII di Kalimantan Selatan berhasil dilumpuhkan dan Ibnu Hajar
berhasil ditangkap pada tahun 1959.
Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan terjadi pada tahun 1951
dipimpin oleh Kahar Muzakkar. Penyebab utamanya adalah Kahar
Muzakkar sangat berambisi untuk menjadi salah satu pimpinan APRIS
serta tuntutan agar semua anggota pasukannya diangkat menjadi anggota
TNI. Setahun kemudian, Sulawesi Selatan dinyatakan sebagai bagian dari
NII di bawah komando Kartosuwirjo. Gerakan DI/TII yang berlansung di
Sulawesi Selatan ini baru berhasil ditumpas pada 3 Februari 1965 yang
ditandai dengan ditembak matinya Kahar Muzakkar.
Pada 21 September 1953, Daud Beureuh mengeluarkan maklumat
bahwa Aceh merupakan bagian dari NII di bawah Kartosuwirjo. Hal ini
disebabkan antara lain kekecewaan atas penurunan status Aceh dari daerah
istimewa menjadi karesidenan di bawah Sumatera Utara. Gerakan DI/TII
di Aceh akhirnya dapat diselesaikan dan situasi keamanan di Aceh pulih
kembali.
2) Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI)/Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)
Gerakan ini terjadi karena hubungan yang tidak harmonis antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, terutama Sumatera dan Sulawesi.
Kedua wilayah merasa tidak puas dengan otonomi daerah dan perimbngan
keuangan antara pusat dan daerah. Ketidakpuasan tersebut didukung
sejumlah perwira militer setempat. Di Sulawesi, Letnan Kolonel Ventje
Sumual memproklamasikan berdirinya Perjuangan Rakyat Semesta
(Permesta) pada 2 Maret 1957. Di Sumatra, diproklamasikan juga
Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) oleh Achmad Husain
pada 15 Februari 1958. PRRI dan Permesta sempat bergabung, tetapi
berpisah kembali. Pemerintah RI kemudian mengambil tindakan tegas

12
dengan melakukan operasi militer. PRRI dan Permesta akhirnya berhasil
dilumpuhkan, baik yang berada di wilayah Sumatera maupun Sulawesi.

E. Persatuan dan Kesatuan Bangsa Pada Masa Demokrasi Terpimpin (5


Juli 1959-12 Maret 1967)
a. Dekret Presiden 5 Juli 1959

Melalui Dekret Presiden 5 Juli 1959, pemerintah memberlakukan kembali


UUD NRI Tahun 1945. Hal ini berarti, sejak itu sistem pemerintahan yang
dijalankan adalah sistem pemerintahan presidensial berdasarkan Pancasila
UUD Tahun 1945. Presiden menjadi kepala pemerintahan dan penyelenggara
negara. Meski demikian, pada masa Demokrasi Terpimpin, berbagai
penyimpangan dari kerangka yang telah ditetapkan dalam UUD NRI Tahun
1945. Penyimpangan itu antara lain sebagai berikut.

1) Menurut UUD NRI Tahun 1945, MPR adalah lembaga yang membawahi
dan berkedudukan lebih tinggi dari presiden. Sedangkan lembaga lain
(DPR, MA, DPA, dan BPKI), sejajar dengan Presiden.
2) UUD NRI Tahun 1945 menentukan bahwa presiden tidak dapat
membubarkan DPR.
3) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa kekuasaan yang merdeka,
terlepas dari pengaruh pemerintah.

b. Kabinet pada masa demokrasi terpimpin

Pada masa Demokrasi Terpimpin, terbentuk sejumlah kabinet dengan


Soekarno sebagai presiden. Berikut adalah daftar kabinet yang terbentuk pada
masa Demokrasi Terpimpin.

13
Nama Awal masa Akhir masa Pimpinan
No. Jabatan
Kabinet kerja kerja Kabinet
18 Februari
1. Kerja I 10 Juli 1959 Soekarno Presiden
1960
18 Februari
2. Kerja II 6 Maret 1962 Soekarno Presiden
1960
6 Maret 13 November
3. Kerja III Soekarno Presiden
1962 1963
13
27 Agustus
4. Kerja IV November Soekarno Presiden
1964
1963
27 Agustus 22 Februari
5. Dwikora I Soekarno Presiden
1964 1966
24 Februari 28 Maret
6. Dwikora II Soekarno Presiden
1966 1966
28 Maret
7. Dwikora III 25 Juli 1966 Soekarno Presiden
1966

c. Pemberontakan G30S/PKI

Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk kedua kalinya berupaya mengganti


ideologi Indonesia dengan ideologi komunis melalui Pemberontakan
G30S/PKI pada 30 September 1965. G30S/PKI bertujuan mengambil alih
kekuasaan atau kudeta. Pada peristiwa ini, terjadi penculikan dan pembunuhan
sejumlah perwira tinggi Angkatan Darat. Selain itu, sarana penting
komunikasi seperti RRI Pusat dan Gedung Telekomunikasi berhasil dikuasai.
Gerakan ini berhasil diatasi oleh Mayor Jenderal Suharto yang saat itu
menjabat sebagai Panglima Kostrad (Komando Strategis Angkatan Darat).
Bersama rakyat dan pasukan tentara yang setia terhadap NKRI, G30S/PKI pun
ditumpas.

14
F. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Orde Baru (12 Maret
1967-21 Mei 1998)

Pada masa Orde Baru, sistem pemerintahan tetap berdasarkan UUD NRI
Tahun 1945 yaitu sistem presidensial. Selama Orde Baru, telah terbentuk tujuh
kabinet, semuanya bersifat presidensial, dalam arti diangkat dan diberhentikan
oleh presiden. Adapun, kabinet pada masa Orde Baru dapat dilihat pada tabel
berikut.

Awal masa Akhir Pimpinan


No. Nama Kabinet Jabatan
kerja masa kerja Kabinet
28 Maret
1. Pembangunan I 6 Juni 1968 Soeharto Presiden
1973
28 Maret 29 Maret
2. Pembangunan II Soeharto Presiden
1973 1978
Pembangunan 29 Maret 19 Maret
3. Soeharto Presiden
III 1978 1983
Pembangunan 19 Maret 23 Maret
4. Soeharto Presiden
IV 1983 1988
23 Maret 17 Maret
5. Pembangunan V Soeharto Presiden
1988 1993
Pembangunan 17 maret 14 Maret
6. Soeharto Presiden
VI 1993 1998
Pembangunan 14 Maret 21 Mei
7. Soeharto Presiden
VII 1998 1998

a. Pembatasan hak-hak politik rakyat

Sejak tahun 1973 jumlah parpol di indonesia dibatasi hanya 3 (PPP,


Golkar, dan PDI). Pers dinyatakn bebas, tetapi pemerintah dapat memberedel
penerbitan pers, selain itu, pegawai negeri dan ABRI didorong mendukung
partai penguasa, yaitu Golkar.

b. Pemusatan kekuasaan di tangan Presiden

15
Presiden dianggap dapat mengendalikan lembaga negara (MPR, DPR,
MA, dan lainnya) tersebut. Presiden adalah Panglima Tertinggi ABRI.

c. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)

Kekuasaan yang terpusat dan nyaris tak terkontrol membuat merebeknya


KKN. Keadaan ini membawa rakyat pada kesengsaraan, terutama yang
termasuk ekonomi menengah bawah.

Kekuasaan Orde Baru berakhir setelah munculnya gerakan perlawan


rakyat terhadap kekuasaan Soeharto melaui gerakan reformasi. Akhirnya,
Soeharto mundur dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998 dan
digantikan wakil presidennya, B. J. Habibie sebagai presiden RI ketiga.

G. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Reformasi (21 Mei 1998-
Sekarang)
a. Kebijakan berkaitan dengan kebebasan berpolitik

Setelah Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden, Indonesia


memasuki masa reformasi. Adanya pembaruan politik pada masa reformasi
dapat dilihat dari berbagai kebijakan yang berhubungan dengan kebebasan
berpolitik, antara lain sebagai berikut.

1) Kemerdekaan pers
Sebelumnya penerbitan media massa diwajibkan memiliki SIUPP (Surat
Izin Usaha Penerbitan Pers). Pada masa reformasi, pers dibebaskan dari
SIUPP.
2) Kemerdekaan membentuk partai politik
Sebelumnya, partai politik dibatasi hanya tiga, tetapi setelah reformasi,
pembentukan partai politik dibebaskan.
3) Terselenggaranya pemilu yang demokratis
Pemilu pertama Indonesia, tahun 1955 dianggap salah satu pemilu paling
demokratis. Empat puluh empat tahun kemudian, pada tahun 1999,
terselenggara pemilu yan juga dianggap demokratis.

16
4) Otonomi daerah pada tahun 1999, keluar UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Otonomi daerah
Peraturan ini memperluas kekuasaan pemerintahan pada pemerintah
daerah (pemda)

b. Amandemen UUD NRI Tahun 1945

Menurut Zoelva, perubahan UUD NRI Tahun 1945 mengenai


penyelenggaraan negara dilakukan untuk mempertegas kekuasaan dan
wewenang tiap lembaga negara, mempertegas batas-batas kekuasaan setiap
lembaga negara dan menempatkannya berdasarkan fungsi-fungsi
penyelenggaraan negara bagi setiap lembaga negara. Sistem yang hendak
dibangun adalah sistem check and balances, yaitu pembatasan kekuasaaan
setiap lembaga negara oleh undang-undang dasar, tidak ada yang tertinggi dan
tidak ada yang rendah, semuanya sama diatur berdasarkan fungsi masing-
masing.

Melaui amandemen UUD NRI Tahun 1945. Sejumlah kewenangan


presiden dikurangi dan dibatasi oleh UUD. Tujuannya adalah agar kekuasaan
presiden tidak disalahgunakan. Pengurangan dan pembatasan tersebut tampak
antara lain pada pasal-pasal berikut.

1) Penghapusan kekuasaan presiden untuk membentuk undang-undang (Pasal


5 ayat 1 UUD NRI Tahun 1945)
2) Pembatasan kekuasaan presiden untuk mengangkat duta dan menerima
duta negara sahabat harus melalui pertimbangan DPR (Pasal 13 UUD NRI
Tahun 1945)
3) Pembatasan kewenangan presiden untuk memberikan grasi dan rehabilitasi
harus melaui pertimbangan MA serta pemberian amnesti dan abolisi harus
dengan pertimbangan DPR (Pasal 14 UUD NRI Tahun 1945)
4) Pembatasan kewenangan pembentukan dan pembubaran departemen
pemerintah harus melalui pertimbangan atau persetujuan DPR (Pasal 17
UUD NRI Tahun 1945)

17
c. Pergantian presiden RI dan kabinet masa reformasi

Pada masa reformasi, Indonesia mengalami lima kali pergantian presiden.


Berikut tabel kabinet pada masa reformasi.

Awal masa Akhir Pimpinan


No. Nama Kabinet Jabatan
kerja masa kerja Kabinet
Reformasi 21 Mei 20 Oktober
1. B.J. Habibie Presiden
Pembangunan 1998 1999
Persatuan 26 Oktober 9 Agustus Abdurahman
2. Presiden
Nasional 1999 2001 Wahid
9 Agustus 20 Oktober Megawati
3. Gotong Royong Presiden
2001 2004 Soekarnoputri
Susilo
Indonesia 21 Oktober 20 Oktober
4. Bambang Presiden
Bersatu 2004 2009
Yudhoyono
Susilo
Indonesia 22 Oktober 20 Oktober
5. Bambang Presiden
Bersatu II 2009 2014
Yudhoyono
27 Oktober
6. Kerja - Joko Widodo Presiden
2014

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa


persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dari masa ke masa memiliki banyak
perbedaan. Dari kodisi suku, ras dan agame serta masa kepemimpinan
memiliki ciri khas tersendiri yang dapat membentuk Indonesia yang satu.
Meskipun banyak perbedaan, Indonesia tetap dapat mempertahankan
persatuan dan kesatuannya, dapat memberaantas masalah yang akan
mempecahbelahkan persatuan dan kesatuan di Indonesia, sehingga persatuan
dan kesatuan di Indonesia masih tetap terjaga hingga saat ini.

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya


penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggunjawabkan. Untuk saran bias berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulah dari bahasan
makalah yang telah dijelaskan

19
DAFTAR PUSTAKA

Kardiman, Yuyus.2018.Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk


SMA/MA kelas XII.Jakarta:Erlangga.

20

Anda mungkin juga menyukai