DISUSUN OLEH :
2O21
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini tanpa suatu halangan apapun.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan dapat berguna bagi para
pembaca. Sebelumnya penyusun mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dalam penyusunan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan....................................................................................................19
B. Saran...............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perstuan dan kesatuan bangsa?
2. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Revolusi?
3. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Republik
Indonesia Serikat?
4. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa
Demokrasi Liberal?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari persatuan dan kesatuan bangsa
2. Untuk mengetahui kondisi dari persatuan dan kesatuan bangsa pada
masa Revolusi
3. Untuk mengetahui kondisi dari persatuan dan kesatuan bangsa pada
masa Republik Indonesia Serikat
4. Untuk mengetahui kondisi dari persatuan dan kesatuan bangsa pada
masa Demokrasi Liberal
2
BAB II
PEMBAHASAN
Persatuan berasal dari kata satu yang berartu utuh dan tidak terpecah
belah. Arti lebih luasnya yaitu berkumpulnya macam-macam corak dari
berbagai kalangan, ras, budaya, dan adat istiadat dalam masyarakat yang
bersatu dengan serasi.
Dalam persatuan banngsa, satu suku bangsa menjadi lebih besar dari
sekedar satu suku bangsa yang bersangkutan karena dapat mengatasnamakan
bangsa secara keseluruhan. Misalnya suku Bugis atau suku Batak dapat
menyebutkan dirinya bangsa Indonesia, yang memiliki ciri jauh lebih luas dan
komplek dari pada suku Bugis atau Batak itu sendiri.
Kesatuan merupakan hasil dari persatuan yang telah menjadi utuh. Maka
dari itu persatuan dan Kesatuan sangat erat hubungannya. Kesatuan bangsa
Indonesia berarti satu bangsa Indonesia dalam satu jiwa bangsa seperti yang
diputuskan dalam kongres Pemuda pada tahun 1928 dalam keadaan utuh dan
tidak boleh kurang, baik sebagai subyek maupun obyek dalam
penyelenggaraan kehidupan nasional. Sedangkan kesatuan wilayah Indonesia
berarti satu wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari
daratan, perairan dan dirgantara diatasnya seperti yang dinyatakan dalam
deklarasi Juanda 1957, dalam keadaan utuh dan tidak boleh kurang atau retak.
3
B. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Revolusi Kemerdekaan
(18 Agustus 1945-27 Desember 1949)
a. Sitem peemerintahan presidensial
4
2) Penjelmaan dari kebulatan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia untuk
menyelenggarakan Kemerdekaan Indonesia yang berdasarkan kedaulatan
rakyat
3) Pernyataan dari rakyat Indonesia untuk hidup aman sebagai bangsa yang
merdeka, persatuan kebangsaan yang erat, menjaga keselamatan umum,
dan membantu para pemimpin dalam menyelenggarakan cita-cita bangsa
indonesia.
d. Kabinet pertama
5
e. Maklumat pemerintah
1) Maklumat 5 Oktober 1945
Pemerintah mengeluarkan maklumat pembentukan Tentara Keamanan
Rakyat (TKR) yang dibentuk dari hasil peningkatan fungsi Badan
Keamanan Rakyat (BKR) yang sebelumnya sudah ada. Pembentukan TKR
bertujuan mengatasi situasi Indonesia yang mulai tidak aman karena
kedatangan kembali tentara sekutu ke Indonesia.
2) Maklumat 3 November 1945
Pada 3 November 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat mengenai
pembentukan partai politik. Maklumat yang ditandatangani Mohammad
Hatta ini memberi kesempatan kepada rakyat seluas-luasnya untuk
mendirikan partai-partai politik.
3) Maklumat 14 November 1945
Pada 14 November 1945, terjadi perubahan dengan keluarnya maklumat
Presiden, yaitu tanggung jawab pemerintahan ada di tangan para menteri.
Presiden tidak lagi berfungsi sebagai kepala pemerintahan, melainkan
hanya sebagai kepala negara. Jabatan kepala pemerintahan dijabat oleh
Perdana Menteri.
6
14
12 Maret Sutan Perdana
2. Sjahrir I November
1946 Sjahrir Menteri
1945
12 Maret 2 Oktober Sutan Perdana
3. Sjahrir II
1946 1946 Sjahrir Menteri
2 Oktober Sutan Perdana
4. Sjahrir III 3 Juli 1947
1946 Sjahrir Menteri
11
Amir Amir Perdana
5. 3 Juli 1947 November
Sjarifuddin I Sjarifuddin Menteri
1947
11
Amir 29 Januari Amir Perdana
6. November
Sjarifuddin II 1948 Sjarifuddin Menteri
1947
29 Januari 4 agustus Mohammad Perdana
7. Hatta I
1948 1949 Hatta Menteri
4 Agustus 20 Desember Mohammad Perdana
8. Hatta II
1949 1949 Hatta Menteri
g. Pemberontakan
7
Berawal dari gagasan Kartosuwirjo untuk membentuk Negara Islam
Indonesia (NII) pada 4 Agustus di Jawa Barat. TNI melakukan operasi
militer ke berbagai daerah yang dinilai menjadi pusat gerakan ini. Gerakan
DI/TII berhasil ditumpas ketika Kartosuwirjo ditangkap tanggal 4 Juni
1962 di daerah Majalaya, Jawa Barat. Pada 23 Agustus 1949, di Jawa
Tengah, Amir Fatah memproklamasikan berdirinya gerakan Darul Islam
dan bermaksud mendirikan Negara Islam Indonesia. Gerakan ini berhasil
dilumpuhkan pada tahun 1952.
Saat itu, Soekarno menjadi presiden RIS, dan Mohammad Hatta menjadi
perdana menteri RIS. Sistem yang berlaku yaitu, sistem parlementer. Pada
sistem ini, kabinet bertanggungjawab kepada parlemen, dan apabila
pertanggungjawaban kabinet tidak diterima oleh parlemen, maka kabinet harus
mengundurkan diri atau membubarkan diri.
1) Presiden,
2) Dewan Menteri,
3) Senat,
8
4) Dewan Perwakilan Rakyat,
5) Mahkamah Agung, dan
6) Dewan Pengawas Keuangan.
Bentuk negara serikat atau federal ini tidak berlandaskan konsepsi yang
kuat dan dilatarbelakangi politik melemahkan dan memecah belah Indonesia
yang telah merdeka pada 17 Agustus 1945. Sistem pemerintahan parlementer
pada masa RIS ini pun berlaku hanya selama kurang lebih delapan bulan. Atas
desakan rakyat, pada tanggal 17 Agustus 1950 Republik Indonesia serikat
bubar dan Indonesia kembali menjadi negara kesatuan.
b. Pemberontakan
9
1950 terjadi pertempuran dan APRIS/KNIL berhasil dikalahkan
APRIS/TNI.
3) Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Gerakan ini merupakan gerakan separatis yang menolak integrasi dan
ingin membentuk negara sendiri yang lepas dari Negara Indonesia Timur
(NIT) dan NKRI. Dipimpin oleh Dr. Soumokil dan memiliki basis di
Ambon. RMS menganggap kemerdekaan RI adalah hadiah dari
pemerintah jepang. Selain itu, RMS menolak kedatangan tentara
APRIS/TNI ke wilayah Maluku yamg bertujuan melucuti senjata bekas
tentara KNIL yang masih ada di Maluku. Pada 3 November 1950,
dilakukan operasi penumpasan oleh APRIS/TNI. Ambon berhasil
dikepung dengan bantuan angkatan udara dan serangan dari laut. Pada hari
itu juga, pasukan APRIS/TNI berhasil merebut Benteng Nieuwe Victoria
dan Ambon pun berhasil dikuasai oleh tentara APRIS/TNI.
1) Presiden,
2) Menteri-menteri,
3) Dewan Perwakilan Rakyat,
4) Mahkamah Agung, dan
5) Dewan Pengawas Keuangan.
10
dianut adalah sistem parlementer, presiden dan wakil presiden tidak boleh
diganggu-gugat. Penanggung jawab tindakan pemerintah adalah para menteri.
Sebagai kepala negara, tugas presiden terbatas.
Akhir
Nama Awal masa Pimpinan
No. masa Jabatan
Kabinet kerja Kabinet
kerja
6 September 27 April Mohammad Perdana
1. Natsir
1950 1951 Natsir Menteri
Sukiman- 27 April 3 April Sukiman Perdana
2.
Suwirjo 1951 1952 Wirjosandjojo Menteri
30 Juli Perdana
3. Wilopo 3 April 1952 Wilopo
1953 Menteri
Ali 12 Ali
Perdana
4. Sastroamidjojo 30 Juli 1953 Agustus Sastroamidjoj
Menteri
I 1955 o
Burhanuddin 12 Agustus 24 Maret Burhanuddin Perdana
5.
Harahap 1955 1956 Harahap Menteri
Ali Ali
24 Maret 9 April Perdana
6. Sastroamidjojo Sastroamidjoj
1956 1957 Menteri
II o
10 Juli Perdana
7. Djuanda 9 April 1957 Djuanda
1959 Menteri
c. Pemberontakan
11
Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan terjadi pada 10 Oktober
1950 dipimpin Ibnu Hajar. Ibnu Hajar dan pasukannya menyerang pos-pos
di kalimantan Selatan dan melakukan tindakan-tindakan pengacauan. TNI
melakukan tindakan tegas dengan melancarkan operasi militer. Gerakan
DI/TII di Kalimantan Selatan berhasil dilumpuhkan dan Ibnu Hajar
berhasil ditangkap pada tahun 1959.
Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan terjadi pada tahun 1951
dipimpin oleh Kahar Muzakkar. Penyebab utamanya adalah Kahar
Muzakkar sangat berambisi untuk menjadi salah satu pimpinan APRIS
serta tuntutan agar semua anggota pasukannya diangkat menjadi anggota
TNI. Setahun kemudian, Sulawesi Selatan dinyatakan sebagai bagian dari
NII di bawah komando Kartosuwirjo. Gerakan DI/TII yang berlansung di
Sulawesi Selatan ini baru berhasil ditumpas pada 3 Februari 1965 yang
ditandai dengan ditembak matinya Kahar Muzakkar.
Pada 21 September 1953, Daud Beureuh mengeluarkan maklumat
bahwa Aceh merupakan bagian dari NII di bawah Kartosuwirjo. Hal ini
disebabkan antara lain kekecewaan atas penurunan status Aceh dari daerah
istimewa menjadi karesidenan di bawah Sumatera Utara. Gerakan DI/TII
di Aceh akhirnya dapat diselesaikan dan situasi keamanan di Aceh pulih
kembali.
2) Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI)/Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)
Gerakan ini terjadi karena hubungan yang tidak harmonis antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, terutama Sumatera dan Sulawesi.
Kedua wilayah merasa tidak puas dengan otonomi daerah dan perimbngan
keuangan antara pusat dan daerah. Ketidakpuasan tersebut didukung
sejumlah perwira militer setempat. Di Sulawesi, Letnan Kolonel Ventje
Sumual memproklamasikan berdirinya Perjuangan Rakyat Semesta
(Permesta) pada 2 Maret 1957. Di Sumatra, diproklamasikan juga
Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) oleh Achmad Husain
pada 15 Februari 1958. PRRI dan Permesta sempat bergabung, tetapi
berpisah kembali. Pemerintah RI kemudian mengambil tindakan tegas
12
dengan melakukan operasi militer. PRRI dan Permesta akhirnya berhasil
dilumpuhkan, baik yang berada di wilayah Sumatera maupun Sulawesi.
1) Menurut UUD NRI Tahun 1945, MPR adalah lembaga yang membawahi
dan berkedudukan lebih tinggi dari presiden. Sedangkan lembaga lain
(DPR, MA, DPA, dan BPKI), sejajar dengan Presiden.
2) UUD NRI Tahun 1945 menentukan bahwa presiden tidak dapat
membubarkan DPR.
3) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa kekuasaan yang merdeka,
terlepas dari pengaruh pemerintah.
13
Nama Awal masa Akhir masa Pimpinan
No. Jabatan
Kabinet kerja kerja Kabinet
18 Februari
1. Kerja I 10 Juli 1959 Soekarno Presiden
1960
18 Februari
2. Kerja II 6 Maret 1962 Soekarno Presiden
1960
6 Maret 13 November
3. Kerja III Soekarno Presiden
1962 1963
13
27 Agustus
4. Kerja IV November Soekarno Presiden
1964
1963
27 Agustus 22 Februari
5. Dwikora I Soekarno Presiden
1964 1966
24 Februari 28 Maret
6. Dwikora II Soekarno Presiden
1966 1966
28 Maret
7. Dwikora III 25 Juli 1966 Soekarno Presiden
1966
c. Pemberontakan G30S/PKI
14
F. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Orde Baru (12 Maret
1967-21 Mei 1998)
Pada masa Orde Baru, sistem pemerintahan tetap berdasarkan UUD NRI
Tahun 1945 yaitu sistem presidensial. Selama Orde Baru, telah terbentuk tujuh
kabinet, semuanya bersifat presidensial, dalam arti diangkat dan diberhentikan
oleh presiden. Adapun, kabinet pada masa Orde Baru dapat dilihat pada tabel
berikut.
15
Presiden dianggap dapat mengendalikan lembaga negara (MPR, DPR,
MA, dan lainnya) tersebut. Presiden adalah Panglima Tertinggi ABRI.
G. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Reformasi (21 Mei 1998-
Sekarang)
a. Kebijakan berkaitan dengan kebebasan berpolitik
1) Kemerdekaan pers
Sebelumnya penerbitan media massa diwajibkan memiliki SIUPP (Surat
Izin Usaha Penerbitan Pers). Pada masa reformasi, pers dibebaskan dari
SIUPP.
2) Kemerdekaan membentuk partai politik
Sebelumnya, partai politik dibatasi hanya tiga, tetapi setelah reformasi,
pembentukan partai politik dibebaskan.
3) Terselenggaranya pemilu yang demokratis
Pemilu pertama Indonesia, tahun 1955 dianggap salah satu pemilu paling
demokratis. Empat puluh empat tahun kemudian, pada tahun 1999,
terselenggara pemilu yan juga dianggap demokratis.
16
4) Otonomi daerah pada tahun 1999, keluar UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Otonomi daerah
Peraturan ini memperluas kekuasaan pemerintahan pada pemerintah
daerah (pemda)
17
c. Pergantian presiden RI dan kabinet masa reformasi
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20