Anda di halaman 1dari 6

Tari Daerah di Indonesia

Nama : Zalfa Fairuz Khairunnisa


No : 28
Kelas : IX F

Tari Merak- Jawa Barat

Tari Merak merupakan salah satu ragam tarian kreasi baru yang mengekspresikan
kehidupan binatang yaitu burung merak. Tata cara dan geraknya diambil
dari kehidupan merak yang diangkat ke pentas oleh Seniman Sunda Raden Tjetjep Somantri,
Ide dari Tari merak sendiri ketika Raden Tjejep Soemantri melihat tarian Dadak
Merak pada Reog Ponorogo, maka dari itu aksesoris kepala merak pada tari merak mematuk
manik-manik seperti tasbih yang ada pada merak pada Reog Ponorogo.
Merak yaitu binatang sebesar ayam, bulunya halus dan dikepalanya memiliki seperti
mahkota. Kehidupaan merak selalu mengembangkan bulu ekornya agamenarik burung wanita
menginspirasikan R. Tjetje Somantri untuk membuat tari merak ini.
Dari sekian banyaknya tarian yang diciptakan oleh Raden Tjetje Somantri, tari Merak
ini merupakan salah satu karyanya yang terkenal hingga kancah internasional. Tidak heran
kalau seniman Bali juga, di antaranya mahasiswa Denpasar menciptakan tari Manuk Rawa
yang konsep dan gerakannya hampir mirip dengan tari Merak.

Sejarah Tari Merak


Tari Merak berasal dari daerah Jawa Barat, lebih tepatnya di daerah Pasundan yang
diciptakan sekitar tahun 1950-an. Sesuai dengan namanya, tarian ini merupakan implementasi
dari kehidupan seekor burung merak. Gerakannya diambil dari tingkah laku merak jantan
ketika ingin menarik perhatian betinanya.
Dalam perkembangannya, tari merak ini mengalami beberapa kali perubahan dari gerakan
asli yang diciptakan oleh Raden Tjetje Somantri dengan koreografi dari Dra. Irawati Durban
Arjon. Kemudian, pada tahun 1985 gerakan tari merak kembali direvisi.
Tarian ini biasanya ditarikan berpasangan, biasanya tiga penari atau bisa juga lebih
yang masing-masing memiliki fungsi sebagai wanita dan laki-lakinya. Iringan lagu
gendingnya yaitu lagu Macan Ucul. Dalam adegan gerakan tertentu terkadang waditra
bonang dipukul di bagian kayunya yang sangat keras sampai terdengar kencang, itu
merupakan bagian gerakan sepasang merak yang sedang bermesraan.
Tari Merak biasanya ditampilkan sebagai penyambutan tamu, persembahan, edukasi, maupun
sebagai sarana untuk memperkenalkan budaya Indonesia dalam lingkup global.
Ciri Khas Tari Merak

Dalam setiap tarian pasti memiliki ciri khas yang membedakan antara tarian satu dengan
yang lainnya serta menjadi penanda kelebihan dan keunikan tarian tersebut. Pun tari merak
ini memiliki beberapa ciri yang langsung dapat dikenali, diantaranya:
1. Motif Busana (Kostum) yang dikenakan penari menyerupai motif bulu merak,
menggambarkan bentuk dan keindahan bulu tersebut. Kain dan bajunya
menggambarkan bentuk dan warna bulu-bulu merak; hijau biru dan/atau hitam.
Ditambah lagi sepasang sayapnya yang melukiskan sayap atau ekor merak yang
sedang dikembangkan. Gambaran merak akan jelas dengan memakai mahkota yang
dipasang di kepala setiap penarinya. 
2. Gerakan dalam tari merak mendemonstrasikan tingkah laku merak jantan yang sedang
mencari perhatian betinanya dengan gerakan yang gemulai.
Tari Bedhaya Ketawang- Jawa Tengah

Tari Bedhaya Ketawang adalah tarian kebesaran yang hanya di pertunjukan ketika
penobatan serta peringatan kenaikan tahta raja di Kasunanan Surakarta. Tarian ini merupakan
tarian sakral yang suci bagi masyarakat dan Kasunanan Surakarta. Nama Tari Bedhaya
Ketawang diambil dari kata bedhaya yang berarti penari wanita di istana, dan ketawang yang
berarti langit, yang identik sesuatu yang tinggi, kemuliaan dan keluhuran

Menurut sejarahnya, tarian ini berawal ketika Sultan Agung memerintah kesultanan
Mataram tahun 1613 – 1645. Pada suatu saat Sultan Agung melakukan ritual semedi lalu
beliau mendengar suara senandung dari arah langit, Sultan agung pun terkesima dengan
senandung tersebut. Lalu beliau memanggil para pengawalnya dan mengutarakan apa yang
terjadi. Dari kejadian itulah Sultan Agung menciptakan tarian yang diberi nama bedhaya
ketawang. Ada pula versi lain yang mengatakan bahwa dalam pertapaannya Panembahan
Senapati bertemu dan memadu kasih dengan Ratu Kencanasari atau Kangjeng Ratu Kidul
yang kemudian menjadi cikal bakal tarian ini.

Namun setelah perjanjian Giyanti pada tahun 1755, dilakukan pembagian harta
warisan kesultanan mataram kepada Pakubuwana III dan Hamengkubuwana I. Selain
pembagian wilayah, dalam perjanjian tersebut juga ada pembagian warisan budaya. Tari
Bedhaya Ketawang akhirnya di berikan kepada kasunanan Surakarta dan dalam
perkembangannya tarian ini tetap dipertunjukan pada saat penobatan dan upacara peringatan
kenaikan tahta sunan Surakarta.

Tari Bedhaya Ketawang ini menggambarkan hubungan asmara Kangjeng Ratu Kidul
dengan raja mataram. Semua itu diwujudkan dalam gerak tarinya. Kata – kata yang
terkandung dalam tembang pengiring tarian ini menggambarkan curahan hati Kangjeng Ratu
Kidul kepada sang raja. Tarian ini biasanya di mainkan oleh sembilan penari wanita. Menurut
kepercayaan masyarakat, setiap pertunjukan Tari Bedhaya Ketawang ini dipercaya akan
kehadiran kangjeng ratu kidul hadir dan ikut menari sebagai penari kesepuluh.
Sebagai tarian sakral, ada beberapa syarat yang harus di miliki setiap penarinya.
Syarat yang paling utama yaitu para penari harus seorang gadis suci dan tidak sedang haid.
Jika sedang haid maka penari harus meminta ijin kepada Kangjeng Ratu Kidul lebih dahulu
dengan melakukan caos dhahar di panggung sanga buwana, keraton Surakarta. Hal ini di
lakukan dengan berpuasa selama beberapa hari menjelang pertunjukan. Kesucian para penari
sangat penting, karena konon katanya, saat latihan berlangsung, Kangjeng Ratu Kidul akan
datang menghampiri para penari jika gerakannya masih salah.

Pada pertunjukannya, Tari Bedhaya Ketawang di iringi oleh iringan musik gending
ketawang gedhe dengan nada pelog. Instrumen yang di gunakan diantaranya adalah kethuk,
kenong, gong, kendhang dan kemanak. Dalam Tari Bedhaya Ketawang ini di bagi menjadi
tiga babak (adegan). Di tengah tarian nada gendhing berganti menjadi slendro selama 2x.
Setelah itu nada gending kembali lagi ke nada pelog hingga tarian berakhir. Selain di iringi
oleh musik gending, Tari Bedhaya Ketawang di iringi oleh tembang (lagu) yang
menggambarkan curahan hati kangjeng ratu kidul kepada sang raja. Pada bagian pertama
tarian diiringi dengan tembang Durma, kemudian di lanjutkan dengan Ratnamulya. Pada saat
penari masuk kembali ke dalem ageng prabasuyasa, instrument musik di tambahkan dengan
gambang, rebab, gender dan suling untuk menambah keselarasan suasana.

Dalam pertunjukannya, busana yang di gunakan penari dalam Tari Bedhaya


Ketawang adalah busana yang di gunakan oleh para pengantin perempuan jawa, yaitu Dodot
Ageng atau biasa di sebut Basahan. Pada bagian rambut menggunakan Gelung Bokor
Mengkurep, yaitu gelungan yang ukurannya lebih besar dari gelungan gaya Yogyakarta.
Untuk aksesoris perhiasan yang di gunakan diantranya adalah centhung, garudha mungkur,
sisir jeram saajar, cundhuk mentul, dan tiba dhadha (rangkaian bunga yang di kenakan pada
gelungan, yang memanjang hingga dada bagian kanan).
Tari Saman- Sumatra Utara

Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk


merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat Syair dalam tarian saman
mempergunakan bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk
merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur menyebutkan tari
Saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal
dari Gayo di Aceh Tenggara.
Makna dan fungsi :
Tari Saman merupakan salah satu media untuk menyampaikan pesan atau dakwah.
Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan
dan kebersamaan.
Sebelum saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang
tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) atau
nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton.
Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan berkesinambungan, pemainnya
terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian
tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara grup tamu dengan grup sepangkalan
(dua grup). Penilaian dititik beratkan pada kemampuan masing-masing grup dalam mengikuti
gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan. Nyanyian para penari menambah
kedinamisan dari tarian saman. Cara menyanyikan lagu-lagu dalam tari saman dibagi dalam 5
macam:
1. Rengum, yaitu auman yang diawali oleh pengangkat.
2. Dering, yaitu rengum yang segera diikuti oleh semua penari.
3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari
pada bagian tengah tari.
4. Syekh, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi
melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak.
5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh
penari solo.
Tarian Saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian
saman, yakni tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama Islam, Syekh
Saman mempelajari tarian Melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang
disertai dengan syair-syair dakwah islam demi memudakan dakwahnya .Dalam konteks
kekinian, tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk
menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan-pertunjukan. Tari Saman termasuk
salah satu tarian yang cukup unik,kerena hanya menampilkan gerak tepuk tangan dan
gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring (semua gerak
ini menggunakan bahasa Bahasa Gayo).

Pada umumnya, tarian saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki, tetapi
jumlahnya harus ganjil. Pendapat lain mengatakan tarian ini ditarikan kurang lebih dari 10
orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi.
Namun, dalam perkembangan pada era modern yang menghendaki bahwa suatu tarian itu
akan semakin semarak apabila ditarikan oleh penari dengan jumlah yang lebih banyak. Untuk
mengatur berbagai gerakannya ditunjuklah seorang pemimpin yang disebut syekh. Selain
mengatur gerakan para penari, syekh juga bertugas menyanyikan syair-syair lagu saman,
yaitu ganit.

Anda mungkin juga menyukai