Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK SENI BUDAYA

ANGGOTA:

 Anak Agung Gde Shemara Widi Trisna (01)


 Gede Aryadivta Kesawa Mahadana (11)
 I Made Bardja Pranatha (16)
 Muhammad Aditya Firmansyah (28)
 Tio Rifaldi Firdaus (45)

I. Tari Saman

Aceh

Tari Saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini
mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan
kebersamaan.

Tari Saman merupakan tari tradisional masyarakat Gayo atau suku Gayo yang mendiami
Kabupaten Gayo Lues. Hasil penelitian menjelaskan bahwa bentuk penyajian tari saman Gayo
Lues di Sanggar Seni Seulaweuet terdiri dari bentuk gerakan, sya'ir, pola lantai, kostum dan
properti

Koreografi tari saman antaralain, lengek, lingang, tungkuk, langak, gerutup, guncang, dan
surang-saring. Berupa gerakan menggeleng, menunduk, membungkuk, menggoyang badan,
menepuk dada, hingga menghempaskan tangan ke paha. Syair yang dinyanyikan antaralain,
pembukaan disebut rengum, diikuti penari disebut dering

Tari Saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini
mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan
kebersamaan.
II. Tari Payung

Minangkabau

Tari payung adalah wujud perlindungan dan kasih sayang seorang kekasih kepada
pasangannya atau suami kepada istrinya dalam membina kehidupan rumah tangga agar selalu
bahagia dan sentosa.

Tari payung merupakan tarian berpasangan karena Tarian ini biasanya dilakukan oleh 3-
4 orang penari yang dilakukan secara berpasangan antara pria dan wanita.

Tarian ini menceritakan tentang drama kisah cinta sepasang suami istri. Oleh sebab itu,
tarian ini memiliki gerakan yang cenderung bebas dan tidak terlalu khusus seperti tarian
tradisional lainnya. Akan tetapi para penari harus tetap memperthatikan keserasian gerakan
antara payung yang dibawa penari pria dan selendang penari wanita.
III. Tari Cendrawasih

Bali

Tari cendrawasih adalah tarian yang gerakannya terinspirasi dari kehidupan burung, sama
seperti tari Manuk Rawa dan tari Belibis yang juga merupakan bagian dari seni tari Bali. Burung
cendrawasih sendiri dalam mitologi Hindu Bali dianggap sebagai burungnya para dewa atau
disebut Manuk Dewata.

Tari cendrawasih disajikan oleh 2 orang penari perempuan. Sesuai dengan temanya, salah
seorang penari berperan sebagai burung cendrawasih betina, dan seorang lainnya berperan
sebagai burung cendrawasih jantan. Kedua penari tersebut tidak naik ke panggung secara
bersamaan, melainkan salah satunya yakni yang berperan sebagai cendrawasih betina akan lebih
dahulu menari, baru disusul penari lainnya di pertengahan pertunjukan.

Masa-masa mengawan burung Cendrawasih di pegunungan Irian Jaya digambarkan


penuh keceriaan. Tarian ini menunjukan bagaimana kegirangan burung-burung tersebut, bermain
dan saling mengejar. Secara ekspresif, sang jantan memamerkan bulu-bulu indahnya yang kaya
warna pada sang betina yang memang bulu-bulunya tak seindah burung jantan.
IV. Tari Tortor

Sumatra Utara

Merupakan tarian yang berasal dari Sumatra Utara, dimana tari ini memiliki kisah yang
cukup unik. Dikisahkan 7 putri kayangan turun ke bumi untuk mandi di telaga, dimana tari tortor
ini digunakan masyarakat setempat untuk mengusir hal-hal negatif pada tanggal-tanggal tertentu.

Terlepas dari kisah di atas kini tari tortor merupakan salah satu tarian yang sering digunakan
dalam perayaan-perayaan, hal ini dikarenakan gerakannya yang khas dapat menghibur para tamu
undangan yang hadir dalam perayaan tersebut.

Tortor adalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang. Secara fisik tortor
merupakan tarian, namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya menunjukkan tortor adalah
sebuah media komunikasi, di mana melalui gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara
partisipan upacara.
V. Tari Pendet

Bali

Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura,
tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas
turunnya dewata ke alam dunia.

Iringan pada tari pendet dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian awal disebut sebagai
pengantar singkat (papeson) dilakukan dengan tempo cepat, bagian tengah atau pengadeg diiringi
musik dengan tempo lambat dan menjadi, dan pada end (panyuwud) disertai musik dengan
tempo cepat. Disertai dengan gamelan gamelan pelog atau laras gong kebyar dan angklung.

Penggunaan properti dan juga sloko mutlak digunakan. Di pinggiran mangkuk dihiasi dengan
ornamen berupa daun kelapa putih (daun kelapa yang masih muda dan kuning). Ornamen dapat
dihiasi dipatuhi janur dengan motif potongan yang sesuai dengan selera kelapa putih daun
penggunanya. Ada bagian tengah dari dekorasi dengan potongan bermotif kotak janur, dan lain-
lain memilih motif irisan rhombus berbentuk atau kombinasi keduanya motif.

Anda mungkin juga menyukai