Tari Nguri adalah salah satu tarian tradisional dari Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara
Barat (NTB). Tarian ini dibawakan oleh para penari wanita secara berkelompok. Tarian
ini menggambarkan keterbukaan dan keramah-tamahan dari masyarakat Sumbawa yang
dicurahkan dalam bentuk gerakan tari. Tari Nguri ini merupakan tarian tradisional yang
cukup terkenal di Indonesia, khususnya di daerah Sumbawa yang merupakan daerah
asalnya.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, tarian ini berawal tradisi adat dari
masyarakat Sumbawa yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan juga
pengabdian masyarakat kepada pemimpin mereka. Selain terdapat nilai historis
didalamnya, tarian ini juga mempunyai berbagai nilai-nilai tentang kehidupan seperti
kesopanan, kelembutan, keramahan, dan bagaimana peran masyarakat kepada
pemimpin dalam menciptakan kesejahteraan bersama.
Tari Nguri ini biasanya akan ditampilkan oleh para penari wanita secara
berkelompok. Dalam pertunjukannya, para penari akan menari dengan gerakan yang
lemah lembut yang mengedepankan kesopanan dan juga keramahan. Gerakan dasar
didalam tarian ini terdiri dari gerak batanak, gerak nyema, linting sere, jempit tope,
gerak tebe, dan lunte begitik. Gerakan tersebut dikreasikan menjadi satu rangkaian
dari gerakan penghormatan dan persembahan. Dalam pertunjukannya, Tari Nguri ini
biasanya diiringi oleh sebuah alunan musik tradisional seperti gong, genang atau
gendang, rebana besar, serunai pelampong, dan juga satung serek.
Kostum yang digunakan para penari dalam pertunjukan Tari Nguri ini
biasanya menggunakan busana tradisional khas dari Sumbawa. Busana tersebut
diantaranya, baju lengan pendek dengan ukuran yang agak besar. Dibagian bawah
menggunakan kain panjang dan juga rok pendek pada bagian luar sebagai pemanis.
Dibagian kepala, rambut penari digelung serta diberi semacam bando atau mahkota.
Selain itu juga berbagai aksesoris seperti kalung, anting dan juga hiasan bunga yang
membuat para penari terlihat cantik dan anggun.
2. Tari Hudoq, Tarian Tradisional Dari
Kalimantan Timur
Tari Hudoq adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Kalimantan
timur. Tarian ini menggunakan topeng sebagai perwujudan dari leluhur, binatang, dan
dewa. Tarian ini biasanya ditampilkan pada saat pembukaan lahan pertanian atau pada
saat setelah menanam padi di ladang. Menurut kepercayaan masyarakat Dayak, tarian
ini merupakan ritual permohonan yang ditujukan kepada Tuhan agar hasil pertanian
mereka diberikan hasil yang melimpah ruah.
Nama Tari Hudoq ini sendiri diambil dari kata hudoq yang berarti menjelma.
Maka dalam tarian ini para penari menggunakan topeng sebagai perwujudan dari
binatang atau hama yang dianggap merusak tanaman seperti binatang tikus, gagak,
monyet, babi dan binatang lainya. Selain itu ada juga topeng yang melambangkan
burung elang yang dianggap sebagai pelindung dan memelihara hasil panen dari
masyarakat Dayak dan ada pula topeng manusia yang dilambangkan sebagai para
leluhur atau nenek moyang dari mereka.
Dalam tarian ini para penari bergerak dalam lingkaran barisan. Para penari
bergerak dari satu sudut kesudut lain hingga ke empat sudut tersentuh. Kemudian para
penari akan duduk bersila dengan berbaris memanjang dan sambil memanggil roh.
Pada saat pemanggilan roh itulah roh tersebut mulai merasuki mereka seperti
kesurupan. kemudian para penari akan kembali menari seperti semula dan setelah itu
para penari duduk kembali. Setelah itu, roh yang merasuki para penari tadi akan
keluar dari tubuh mereka dan juga meninggalkannya.
Dalam pertunjukan tari hodoq ini memang terlihat bernuansa mistis. Pada
pelaksanaan ritual tersebut pawang atau pemimpin upacara akan memulai dengan
pembancaan mantra dengan sesaji yang telah di persiapkan. Saat para penari duduk
berbaris, kemudian pawang pun menaburkan beras kuning di bagian kepala para
penari tersebut sebagai tanda dimulainya acara setelah itu para penari pun akan
menari seperti gerakan tadi dengan iringan musik tradisional khas suku Dayak. Saat
roh merasuki tubuh penari, pawang kemudian menyampaikan pesan kepada para roh
tersebut dengan mengucapkan mantra. Maksud dari mantra itu adalah untuk meminta
supaya roh tersebut menjaga tanaman mereka dan juga melindungi penduduk desa.
Setelah pesan tersebut tersampaikan, pawang akan meminta roh tersebut kembali ke
asal mereka. Pada pertunjukan ini dapat berlangsung selama satu jam bahkan bisa
sampai sehari.
Tarian hudoq merupakan salah satu tradisi dari suku Dayak yang terlihat kental
nuansa mistis. Namun pertunjukan Tari Hudoq ini dapat menjadi sarana hiburan bagi
masyarakat disaat perayaan menanam padi atau acara adat mereka. Seiring dengan
perkembangan zaman, tarian ini tidak hanya ditampilkan dalam upacara adat saja.
Namun juga ditampilkan dalam berbagai perayaan budaya masyarakat dari
Kalimantan timur, sebagai hiburan dengan berbagai modifikasi dan juga kreativitas
dalam pertunjukannya.
3. Tari Topeng Malangan, Tarian
Tradisional Dari Malang Provinsi Jawa
Timur
Tari Topeng Malangan adalah salah satu kesenian tradisional yang berasal dari
Malang, Jawa Timur. Tarian ini merupakan pertunjukan kesenian tari dimana semua
pemerannya akan menggunakan topeng. Tari Topeng Malangan ini sekilas hampir
sama dengan Wayang wong, tetapi yang membedakan adalah pemerannya yang
menggunakan topeng dan cerita yang dibawakan biasanya adalah cerita panji.
Tari Topeng Malangan ini biasanya dilakukan oleh beberapa orang didalam
satu kelompok seni atau sanggar tari dengan memakai topeng dan kostum sesuai
tokoh dengan cerita yang dibawakan. Cerita yang angkat pada pertunjukan Tari
Topeng Malangan ini biasanya adalah cerita panji dengan tokoh-tokoh seperti Galuh
Candrakirana,, Raden Panji Inu Kertapati (Panji Asmarabangun), Dewi Ragil Kuning,
Raden Gunungsari dan lain-lain.
Pada pertunjukan Tari Topeng Malangan ini biasanya akan dibagi menjadi
beberapa sesi. Pertama dilakukan Gending giro yakni iringan musik gamelan yang
dilakukan oleh para pengrawit untuk menandakan bahwa pertunjukan akan dimulai
atau memanggil para penonton untuk menyaksikan. Kedua dilakukan salam
pembukaan, didalam salam pembuka ini biasanya akan dilakukan oleh salah satu
anggota pertunjukan untuk menyapa para penonton dan menceritakan sinopsis dari
cerita yang akan dibawakan. Pada bagian ketiga akan dilakukan sesajen, yakni ritual
yang dilakukan agar para pemain dan penonton diberi keselamatan serta pertunjukan
berlangsung lancar. Dan yang terakhir ialah inti acara yaitu pertujukan dari Tari
Topeng Malangan.
Dalam cerita yang dibawakan biasanya terdapat beberapa babak, diantaranya
ialah jejer jawa, jejer sabrang, perang gagal, gunungsari-patrajaya, perang brubuh dan
juga bubaran. Seperti halnya dalam cerita pewayangan, tokoh pada cerita Tari Topeng
Malangan ini juga akan terbagi menjadi beberapa ragam, diantaranya adalah bolo
tengen (kesatria jawa), bolo kiwo (raksasa atau klono), dewa, penari putri, dan juga
punakawan. Untuk memerankan tokoh-tokoh pada Tari Topeng Malangan ini
dibutuhkan kemampuan didalam visualisasi tokoh yang diperankan, ekspresi gerak,
dan juga fisik yang cocok dengan si tokoh.
Dalam pertunjukan Tari Topeng Malangan ini juga terdapat seorang Dalang.
Selain mengatur jalannya cerita, Dalang juga bertugas untuk memberikan sesaji serta
membacakan doa pada saat sesajen. Untuk musik pengiring dalam pertunjukan Tari
Topeng Malangan ini, biasanya diiringi oleh iringan dari alat musik tradirisional
seperti kendang, bonang, gong serta instrument gamelan lainnya. Selain itu juga,
pertunjukan tarian ini akan semakin meriahkan dengan adanya Panjak dan Sinden.
Khusus dalam Panjak biasanya dilakukan oleh salah satu dari penabuh musik
pengiring. Selain bertugas memainkan alat musik dan menyanyi, Panjak juga ini
sering berkomunikasi dengan Dalang dan para penonton untuk memeriahkan acara.
Tari Boran adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Lamongan,
Jawa Timur. Tarian inimenggambarkan kehidupan dari para penjual nasi boran yang
menjajakan dagangannya serta berinteraksi dengan pembeli. Tari Boran ini selain
kaya akan nilai seni dan budaya, tetapi juga banyak terdapat nilai filosofis
didalamnya. Tarian ini merupakan tarian tradisional yang sangat terkenal di
Lamongan dan juga menjadi salah satu tarian khas disana.
Tari Boran ini terinspirasi dari para penjual nasi boran, yakni makanan
tradisional khas dari Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Pada zaman dahulu para
penjual nasi boran ini dalam menjajakan dagangannya dengan cara menggunakan
Wakul atau sebuah wadah nasi yang terbuat dari bambu yang ditaruh pada atas
kepala mereka untuk membawanya. Dalam menjajakannya nasi boran mereka
berjalan kaki dan menawarkan dagangannya ke setiap orang yang dijumpainya.
Dibawah panasnya terik matahari dan juga kerasnya kehidupan mereka berjuang
dalam mencari rejeki. Dari perjuangan mereka itulah yang menginspirasi dari para
seniman di Lamongan untuk menciptakan sebuah tarian yang bernama Tari Boran
ini.
Keindahan dari Tari Boran ini terletak digerakannya yang indah serta
tersusun rapi. Dalam pertunjukannya, tarian ini dilakukan secara berkelompok
sehingga formasi dan juga kekompakan sangat penting disini. Gerakan dari Tari
Boran ini cenderung gerakan yang sederhana dan juga penuh makna. Setiap
gerakan dalam tarian ini menggambarkan aktivitas dari para penjual nasi boran
pada zaman dahulu, mulai dari menyiapkan makanan hingga menjualkannya
kepada pelanggan.
Pertunjukan Tari Boran
Dalam pertunjukannya, para penari menari dengan lincah dan kompak. Ritme
gerakan ditarian ini kadang lambat dan kadang juga menjadi cepat sesuai dengan
alur jalan cerita yang ditampilkan agar pesan dan maknanya dapat tersampaikan
dengan mudah kepada para penonton. Selain itu gerakannya juga disesuikan
dengan musik pengiringnya agar terlihat selaras. Music pengiring dalam Tari
Boran ini adalah musik gamelan yang khas dari Provinsi Jawa Timur.
Dalam perkembangannya, Tari Boran ini menjadi salah satu tarian khas
dan juga kebanggaan dari kota Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Berbagai prestasi
yang telah diraih diberbagai event budaya, tarian ini semakin dikenal oleh
masyarakat luas. Tari Boran ini masih terus dilestarikan serta dijaga
keberadaannya, terbukti dengan sering ditampilkan diberbagai acara seperti pada
acara daerah dan festival budaya.
5. Tari Bondan, Tarian Tradisional
Dari Provinsi Jawa Tengah
Tari Bondan merupakan tarian tradisional yang berasal dari Surakarta, Jawa
Tengah. Tarian ini merupakan salah satu tarian tradisional yang menggambarkan
tentang kasih sayang dari seorang ibu kepada anaknya. Ciri khas dari Tari Bondan ini
adalah properti yang digunakan, yaitu payung kertas, kendil dan boneka bayi yang
digendong penari.
a. Sejarah Tari Bondan
Menurut beberapa sumber sejarahnya yang ada, Tari Bondan ini
merupakan tarian yang harus dimainkan oleh para kembang desa dalam
menunjukan jati dirinya. Dengan Tari Bondan ini maka akan terlihat bagaimana
mereka nanti saat menjadi seorang ibu serta mengasuh anak mereka. Sehingga
sebagai wanita tidak hanya berparas cantik namun juga harus dapat mengasuh,
memberikan kasih sayang dan juga melindungi anaknya.
Tari Bondan ini memiliki 3 jenis tarian yakni Tari Bondan Cindogo, Tari
Bondan Mardisiwi dan juga Tari Bondan Pegunungan atau Tari Bondan Tani.
Setiap jenis dari Tari Bondan memiliki ciri khasnya tersendiri, diantaranya ialah
cerita dalam tarian, properti yang digunakan, dan kostum yang digunakan.
Namun tetap tidak meninggalkan ciri aslinya yakni tarian yang menggambarkan
tentang kasih sayang dari seorang ibu kepada anaknya. Khusus dalam Tari
Bondan Cindogo mengisahkan kasih sayang ibu kepada anaknya, tetapi anak
yang disayanginya tersebut telah meninggal. Dapat dikatakan Tari Bondan
cindogo ini lebih bernuansa sedih.
Pertunjukan Tari Bondan
Untuk pertunjukan Tari Bondan Pegunungan ini sedikit berbeda dengan tari bondan
cindogo dan juga mardisiwi. Dalam pertunjukannya, Tari Bondan Pegunungan ini
menggambarkan perempuan desa di pegunungan atau di desa tani dalam menggarap
ladang atau bertani. Setelah para penari menari menggunakan peralatan tani tersebut
para penari kemudian melepas baju bertaninya dan menggantinya dengan baju yang
digunakan dalam Tari Bondan. Kemudian para penari menari dengan gerakan pada
Tari Bondan lainnya.
b. Pengiring Tari Bondan
Tari Beskalan adalah tarian tradisional yang berasal dari Malang, Provinsi
Jawa Timur. Tarian ini biasanya dipertunjukan saat penyambutan tamu besar yang
sedang datang ke sana. Selain menjadi tarian selamat datang, tarian ini juga sering
dipertunjukan pada saat pementasan Ludruk sebagai tarian pembuka setelah Tari
Remo. Tari Beskalan ini merupakan tarian tradisional yang terkenal di Malang.
Dalam pertunjukannya para penari menggunakan busana dan tata rias khas
dari Tari Beskalan. Pada bagian kepala penari biasanya menggunakan sanggul yang
dihias dengan cundhuk mentul. Lalu dibagian tubuh atas menggunakan kemben yang
dipadukan dengan ilat-ilatan. Pada bagian bawah menggunakan celana sepanjang lutut
dan tambahan kain dibagian depan dan belakang yang panjangnya sejajar dengan
celana. Sedangkan dibagian kaki menggunakan kaos kaki putih dan gongseng. Tidak
lupa juga selendang yang dipasangkan pada bagian bahu yang digunakan untuk
atribut menari.
Dalam pertunjukan Tari Beskalan ini juga akan diiringi oleh iringan musik
tradisional. Awalnya Tari Beskalan ini hanya diiringi oleh beberapa alat musik yang
sederhana seperti kendang, jidor dan lain-lainnya. Namun pertunjukan Tari Beskalan
saat ini diiringi oleh musik gamelan jawa dengan laras slendro yang menjadi ciri khas
dari gamelan di Jawa Timur.
d. Perkembangan Tari Beskalan
Dalam perkembangannya, Tari Beskalan ini sudah menjadi salah satu tarian
kebanggan dari kota Malang, Jawa Timur. Tarian yang awalnya hanya menjadi tarian
ritual, saat ini telah menjadi tarian pembuka diberbagai acara budaya di kota Malang,
seperti pada kesenian Ludruk, festival budaya dan lain sebagainya. Selain itu juga
Tari Beskalan ini sering digunakan sebagai tarian selamat datang dalam menyambut
tamu besar atau para rombongan wisatawan yang sedang berkunjung kesana.
Menurut beberapa sumber sejarah yang ada, pada zaman dahulu Tari
Bedoyo Wulandaru digunakan oleh masyarakat Blambangan dalam menyambut
kedatangan rombongan dari Prabu Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajahmada
yang berkunjung ke wilayah mereka. Tari Bedoyo Wulandaru ini merupakan
ungkapan rasa gembira dari masyarakat Blambangan dalam menyambut tamu
agung tesebut dan kemudian diberi nama Tari Bedoyo Wulandaru.
Nama dari Tari Bedoyo Wulandaru ini sendiri merupakan gabungan dari kata
bedoyo dan kata wulandaru. Kata bedoyo ini sendiri merujuk pada sebutan para
penari wanita yang membawakan tarian ini. Sementara pada kata wulandaru
merupakan gabungan dari kata wulan dan ndaru. Didalam bahasa jawa, kata
wulan ini artinya bulan yang dimaknai sebagai penerang dalam kegelapan,
sedangkan kata ndaru ini sendiri artinya bintang jatuh yang dimaknai tanda
keberuntungan. Sehingga melalui tarian ini dapat dilihat bahwa masyarakat
Blambangan dalam menganggap tamu agung mereka sebagai sinar bulan yang
terang dan juga keberuntungan bagi mereka.
Dalam pertunjukannya, penari ini menari dengan indah dan cantik dengan
balutan busana layaknya seorang putri keraton pada zaman dahulu. Pada bagian
kepala penari akan menggunakan mahkota yang penuh dengan hiasan bunga-
bunga. Pada bagian atas tubuh akan menggunakan kain seperti kemben yang
setinggi dada. Pada bagian bawah akan menggunakan kain panjang hingga mata
kaki. Selain itu juga akan dilengkapi berbagai aksesoris seperti gelang serta ikat
pinggang dengan corak berwarna emas dan bunga-bunga. Dan tidak lupa
selendang yang disematkan pada bagian depan dalam menari. Busana yang
digunakan para penari Tari Bedoyo Wulandaru ini identik dengan warna hijau.
Warna hijau ini melambangkan kesuburan dan kemakmuran. Selain itu juga ada
warna merah dan emas yang tentunyamempunyai makna tersendiri.
Tari Hegong adalah tarian tradisional dari Maumere, Sikka, Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT). Tarian ini biasanya dimainkan secara berkelompok oleh para
penari pria dan wanita dengan berpakaian adat dan diiringi oleh musik Gong Waning.
Tari Hegong merupakan tarian tradisional yang cukup terkenal dan sering ditampilkan
diberbagai acara seperti acara adat, penyambutan tamu penting, kesenian daerah dan
diberbagai acara lainnya.
a. Asal Mula Tari Hegong
Tari Hegong ini umumnya dimainkan oleh kurang lebih 6 sampai dengan 10
orang penari, baik itu penari pria maupun penari wanita dan satu orang sebagai
pemimpin tarian diposisi paling depan. Dalam tarian ini, para penari akan dilengkapi
dengan ikun, lesu, dan juga reng sebagai atribut dalam menarinya. Ikun merupakan
senjata yang seperti pisau dan terbuat dari kayu serta dihiasi dengan ekor kuda.
Sedangkan lesu merupakan sejenis sapu tangan yang digunakan sebagai pelengkap
dari gerakan tangan para penari. Dan pada reng adalah sejenis gelang kaki yang
dilengkapi dengan sebuah kelinting.
Dalam pertunjukan Tari Hegong ini biasanya terdapat 4 (empat) babak. Pada
babak pertama, para penari wanita akan memasuki arena dengan diiringi musik Gong
Waning, kemudian diikuti oleh penari pria sambil memewang parang atau porong.
Pada babak tersebut para penari akan menari dengan irama cepat dan dengan gerakan
Pledong wa’in atau sentakan dari kaki.
Pada babak kedua, para penari pria dan wanita akan membentuk lingkaran
dimana para penari akan mengelilingi penari wanita. Lalu pada babak ketiga, para
penari akan melakukan gerakan bebas. Biasanya dalam babak ketiga ini merupakan
gerakan kreasi yang dipadukan dengan irama dari musik Gong Waning. Kemudian
pada babak terakhir, para penari akan kembali membentuk lingkaran dan juga sebagai
penutup, salah satu penari akan diangkat keatas dengan memakai sebatang bambu.
Dalam pertunjukan Tari Hegong ini biasanya akan diiringi oleh iringan musik
dari Gong Waning. Gong Waning ini merupakan alat musik tradisional khas dari
masyarakat Sikka yang terdiri dari gendang yang disebut Waning, Wong dan Peli
anak. Pada instrument waning ini sendiri terdiri dari gendang besar dan juga gendang
kecil yang disebut Dodor. Pada instrument gong terdiri dari Gong Ina Wa’a, Gong
Lepe, Gong Higo Hagong, Gong Ina Depo, dan Gong Udong. Sedangkan pada peli
anak sendiri merupakan sepotong bambu yang digunakan dalam menstabilkan irama
dari pukulan Gong Waning. Musik Gong Waning ini dapat menghasilkan beberapa
jenis irama musik, salah satu irama yang dapat dimainkan untuk mengiringi Tari
Hegong ialah irama Badu Blabat.
Pada pertunjukan Tari Hegong ini biasanya para penari menggunakan kostum
pakaian adat. Pada para penari wanita biasanya menggunakan busana seperti Labu
Gate, Utan dan juga Dong warna-warni. Pada bagian rambut dibuat Legen dan
ditambahkan dengan Hegin untuk memperkuat lingkaran rambut serta diberi sebuah
hiasan Soking. Tidak lupa menggunakan Gelang Gading dipergelangan tangan
mereka.
Sedangkan untuk para penari pria biasanya akan menggunakan busana seperti
Lipa Prenggi atau Lipa Mitan dan juga tenun ikat khas Sikka. Selain itu dibagian
kepala akan menggunakan pengikat kepala yang disebut Lesu Widin Telun. Dan tidak
lupa, para penari baik itu pria maupun wanita dilengkapi dengan Ikun, Lesu dan juga
Reng sebagai perlengkapan menarinya.
Tari Hegong ini merupakan salah satu tarian kebesaran masyarakat Sikka yang
masih hidup sampai sekarang. Dalam perkembangannya, tarian ini masih terus-
menerus dilestarikan dan dikembangkan oleh masyarakat disana. Berbagai kreasi dan
juga variasi sering ditambahkan disetiap pertunjukannya, baik itu dalam segi gerak,
formasi serta musik pengiringnya, namun tidak menginggalkan ciri khas dari tarian
tersebut. Tarian ini juga tidak hanya ditampilkan dalam acara adat saja, namun juga
ditampilkan diberbagai acara seperti festival budaya dan acara pertunjukan seni yang
diadakan ditingkat daerah, nasional, bahkan internasional.
9. Tari Golek Menak, Tarian
Tradisional Klasik Dari Yogyakarta
Tari Golek Menak adalah salah satu tarian klasik yang terinspirasi dari
gerakan Wayang Golek Menak. Tarian ini merupakan tarian klasik tradisional yang
berasal dari Yogyakarta yang memiliki nilai seni tinggi. Tarian ini diciptakan oleh Sri
Sultan Hamengku Buwono IX dikarenakan kecintaan dan kekagumannya kepada
Wayang Golek Menak.
Dinamakan Tari Golek Menak ini karena tarian ini terinspirasi oleh
pertunjukan dari Wayang Golek Menak. Sesuai dengan namanya, gerakan, alur cerita,
tata busana dan juga tokoh pada Tari Golek Menak ini diwujudkan dalam Tari Golek
Menak ini. Sehingga dalam tarian ini dapat dikatakan salah satu tarian yang
mempunyai nilai seni yang tinggi.
Menurut sejarahnya, Tari Golek Menek ini mulai diciptakan oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono IX ditahun 1941. Dalam melaksanakan idenya itu, Sri Sultan
tersebut mengajak para pakar tari dan beberapa lembaga tari di Provinsi Yogyakarta.
Dalam proses penciptaan tarian ini memakan waktu yang cukup lama, karena dalam
menirukan gerakan dari setiap tokoh pada Wayang Golek Menak ini memiliki tingkat
kesulitan yang tinggi. Tarian ini mulai mendapatkan bentuk sempurnanya ditahun
1989. Sebelum Sri Sultan sempat menyaksikan hasil dari penyempurnaan tarian ini,
beliau sudah wafat terlebih dahulu.
Untuk memenuhi permintaan dari Sri Sultan hamengkubuwono IX, tim
penyempurnaan dari Tari Golek Menak ini menggelar sebuah pertunjukan untuk
pertama kalinya setelah tarian ini disempurnakan. Dalam pagelaran itu juga
ditampilkan Wayang Golek Menak serta drama Tari Golek Menak dengan tema yang
sama yakni kelaswara palakrama atau sebuah perkawinan antara kelaswara dengan
Wong Agung Jayengrana. Pagelaran penyempurnaan tarian tersebut telah berhasil
dipertunjukan seperti yang diinginkan oleh Sri Sultan. Namun untuk tata busana yang
diinginkan Sri Sultan membutuhkan biaya yang cukup besar, sehingga didalam
pertunjukan tersebut, busana yang dipakai pun masih menggunakan busana yang
belum disempurnakan yang hanya dengan tambahan dan juga modifikasi seperlunya.
Seiring dengan perkembangannya zaman, tarian ini terus dikembangkan sampai
mencapai seperti bentuknya yang saat ini.
Dalam pertunjukan, para penari dibalut busana seperti baju bludru lengan
panjang pada bagian atas dan celana cindhe dibagian bawah. Selain itu aksesoris yang
digunakan seperti mahkota, sumping, gelang, kalung dan juga keris yang diselipkan
dibagian depan. Tata busana dan rias untuk setiap para penari pada tarian ini
disesuaikan dengan tokoh yang dibawakannya.
d. Perkembangan Tari Golek Menak
Tari Jepin adalah kesenian tradisional yang berasal dari Kalimantan Barat
yang diadaptasi dari kesenian melayu, agama islam, dan juga budaya lokal. Tarian ini
merupakan salah satu media penyebaran dari agama Islam di Provinsi Kalimantan
Barat. Tari Jepin merupakan kesenian tari gerak dan lagu yang memiliki arti disetiap
gerakannya.
Menurut beberapa sumber sejarah yang ada. Tari Jepin ini awalnya
merupakan kesenian yang menjadi media dakwah didalam penyebaran agama
islam pada abad ke-13. Tarian ini pada awalnya ditampilkan di daerah Sambas
Provinsi Kalimantan Barat. Kemudian menyebar dan juga berkembang ke
berbagai daerah di Provinsi Kalimantan Barat.
Gerakan dalam Tari Jepin ini lebih menekankan kepada gerakan kaki dan
juga tangan. Dalam pertunjukannya, gerakan diawali dengan salam pembuka.
Setelah itu para penari melakukan gerakan yang bertumpu pada gerakan kaki
yang bergerak berulang-ulang. Dua kaki para penari bergerak maju-mundur, ke
kiri dan ke kanan, dan juga gerakan memutar. Pada awalnya gerakan ini
mempunyai beberapa aturan, salah satunya ialah penari tidak boleh terlalu
mangangkang dan juga tangan tidak boleh diayunkan terlalu tinggi.
c. Busana Tari Jepin
Dalam pertunjukannya Tari Jepin ini sering dimainkan oleh para penari laki
laki dan perempuan yang dibalut dengan busana khas dari melayu. Dengan baju
lengan panjang dan juga celana panjang yang dihiasi balutan kain atau sarung
dipinggang mereka. Pada bagian kepala, para penari pria biasanya akan menggunakan
penutup kepala seperti peci hitam. Pada penari wanita biasanya dihiasi dengan hiasan
pernak-pernik seperti bunga-bunga.
Pada pertunjukannya, tarian ini diiringi dengan musik tradisional khas melayu
seperti alat musik gambus, perkusi, dan juga marawis. Selain diiringi dengan musik,
tarian ini juga diiringi dengan lagu yang berupa pantun berisi tentang kehidupan
sehari-hari dan nilai-nilai dalam ajaran islam.
Tarian jepin dapat kita temukan diberbagai acara adat melayu di Provinsi Kalimantan
Barat seperti pernikahan gaya melayu. Selain itu juga tarian ini dapat kita temukan
diberbagai acara seperti acara penyambutan tamu besar atau festival budaya.
Tugas Tematik Terpadu
OLEH
KELAS : IVA
TAHUN AJARAN
2018/2019