PELANGI
KLIPING TARIAN TRADISIONAL DI
INDONESIA
Tari Saman adalah tarian daerah yang berasal dari Daerah Istimewa Aceh yang populer di dalam
negeri sekaligus di mata dunia. Tarian ini biasanya dilakukan oleh banyak orang penari yang
dilakukan dengan kombinasi gerakan duduk dan setengah berdiri. Penari Saman juga biasanya
sekaligus bernyanyi di atas panggung sambil menari.
Penari biasanya menggunakan kostum berwarna-warni namun tetap senada dengan ikat kepala
dan kain batik Aceh sebagai bawahan. Penari Saman juga biasa berhijab karena orang Aceh
mayoritas beragama islam.
Tarian ini dapat dimaknai sebagai bentuk kebersamaan, kekompakan karena tariannya yang
menuntut penari untuk kompak dan saling bekerja sama. Selain itu tarian ini juga mencerminkan
pendidikan, keagamaan, sopan santun, dan kepahlawanan karena penari diibaratkan sebagai
sebuah bala pasukan.
Penari biasanya menggunakan kostum tari yang terbuat dari kain tenun songket
khas Batak dengan ikat kepala. Makna dari tarian ini adalah sebagai media
komunikasi antara yang masih hidup dengan para leluhur mereka sebagai
penyemangat jiwa.
3. Tari Piring Asal Minangkabau
Tari Turuk Laggai adalah tarian daerah yang berasal dari Mentawai,
Sumatera Barat yang terinspirasi dari gerakan hewan yang ada di alam,
seperti burung, ular, ayam, hingga monyet. Tarian ini biasanya juga
diiringi dengan alat musik tradisional Mentawai, yakni gendang
Gajeuma dan Uliat.
Tari Topeng adalah tarian daerah yang berasal dari Cirebon yang populer, bahkan
pernah dijadikan media dakwah menyebarkan agama islam oleh Sunan Gunung
Jati. Kostum yang biasanya digunakan oleh penari tari topeng adalah warna-warna
cerah seperti merah dengan menggunakan 5 jenis topeng yang berbeda-beda.
Topeng yang penari gunakan memiliki nama dan makna watak masing-masing.
Contohnya topeng panji yang menyimbolkan bayi yang masih bersih dari dosa.
Sedangkan Topeng pamindo adalah simbol kesatria dan topeng patih
menyimbolkan sifat kedewasaan.
Tari Bedhaya adalah tarian daerah yang berasal dari keraton Yogyakarta yang
biasa ditampilkan oleh perempuan. Dahulu tarian ini hanya diperuntukan bagi
kalangan keraton saja. Tarian ini berkonsep gerakan-gerakan anggun yang
bertempo lambat dan gemulai diiringi perangkat gamelan jawa.
Kostum penari menggunakan kebaya jawa dengan kain jarik khas Yogyakarta
dengan siger di kepala sebagai mahkota. Tarian ini memiliki makna yang bercerita
tentang sosok spiritual Nyi Roro Kidul yang dipercayai sebagai penguasa dunia
kebatinan di pantai utara Jawa.