Anda di halaman 1dari 11

Laporan Apresiasi Seni Tari

1. Pengertian Tari

a) Menurut Drs. Soedarsono Pringgobroto

Tari adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak-gerak yang indah dan ritmis.

b) Menurut Susan K. Lenger

Tari adalah gerak-gerak yang dibentuk secara ekspresif yang diciptakan manusia untuk dapat dinikmati.

c) Menurut Hawkins

Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak
sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2).

d) Menurut Drs. Wisnoe Wardhana dalam bukunya “Pengajaran Tari” menyatakan bahwa Tari adalah
ekspresi estetis dalam gerak dengan media tubuh manusia.

e) Menurut John Martin

Seni tari adalah gerak sebagai pengalaman yang paling awal dari kehidupan manusia.

f) Menurut Soeryodiningrat

Seni tari adalah gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik atau gamelan diatur oleh irama
sesuai dengan maksud tujuan tari.

g) Menurut Bagong Kussudiardjo

Seni tari adalah suatu seni yang berupa gerak ritmis yang menjadi alat ekspresi manusia.

2. Jenis-Jenis Tari

Jenis berdasarkan pola garapan atau koreograf

Koreograf adalah melatih daya kreatif seseorang untuk diungkapkan dalam penyusunan tari.
Berdasarkan pola garapannya, tari di Indonesia dapat dibagi menjadi dua yakni tari tradisional dan tari
kreasi baru atau modern.

A. Tari Tradisi atau Tradisional

Tradisi adalah suatu kebiasaan yang sifatnya turun temurun, berulang-ulang dari satu generasi ke
generasi berikutnya dalam kurun waktu yang panjang. Tari tradisional adalah tarian yang tumbuh dan
berkembang dalam suatu wilayah atau suatu komunitas, sehingga kemudian menciptakan suatu identitas
budaya dari masyarakat bersangkutan.
Tari tradisional berdasarkan nilai artistik garapannya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu tari primitif, tari
rakyat, dan tari klasik.

(1) Tari Primitif

Tari primitif bersifat magis atau sakral dan berciri khas sederhana. Tarian ini dapat dikatakan tarian yang
paling tua umurnya. Pada jaman dahulu tarian primitif terdapat di mana-mana, di seluruh pelosok dunia
yaitu pada jaman prasejarah, tetapi sekarang hanya terdapat di suku pedalaman yang masih
menjalankan tata kehidupan masyarakat primitif. Tari primitif lebih mengutamakan ungkapan ekspresi
kehendak atau keyakinan dari pada artistiknya. Fungsi tari tersebut untuk upacara kelahiran, upacara akil
balig, upacara perkawinan, menyambut tamu, kematian, akan melakukan perburuan, untuk
mendatangkan hujan (untuk kesuburan), akan melakukan peperangan, untuk menyambut kemenangan
dan sebagainya. Contoh tari primitif :

- Tari Kataga (Nusa Tenggara Timur)

tari ini diselenggarakan sebelum maju ke medan perang sebagai sarana untuk menggugah semangat para
ksatria.

- Tari Perang (Irian Jaya)

tari ini dilakukan pada upacara akan berangkat ke medan perang, dengan harapan agar dalam perang
nanti musuhnya dapat dipengaruhi oleh kekuatan yang tidak kelihatan yang terdapat pada tari tersebut.

(2) Tari Rakyat

Tari rakyat merupakan tarian tradisional yang di ciptakan/lahir dari kebudayaan masyarakat lokal, hidup
dan kemudian berkembang sejak zaman dahulu (primitif) lalu di teruskan secara turun menurun hingga
sekarang.

Tari rakyat sering berfungsi sebagai tari upacara atau kelengkapan sosial dan juga hiburan dalam
kehidupan masyarakat. Contoh tari rakyat :

- Tari Kuda Kepang (Yogyakarta)

Tarian rakyat ini dilakukan oleh laki-laki yang menunggang kuda-kudaan pipih yang terbuat dari
anyaman bambu dan dicat. Pertunjukan ini dikenal dengan kuda lumping (Jawa Barat), jathilan
(Yogyakarta) dan reyog (Jawa Timur).

- Tari Reog (Ponorogo)

Tari ini terdiri dari pemain kuda kepang, reyog, bujangganong, klana sewandono, thetek melek, pentul
dan tembem. Cerita yang dibawakan adalah cerita Panji atau Arjuna, yaitu seorang pangeran mulia yang
ideal, yang tak terkalahkan dalam pertempuran. Perjuangan Arjuna berhubungan dengan kesejahteraan
Pandawa serta masa pencarian Candrakirana.

- Tari Tayub
Tari ini merupakan bentuk tari pergaulan berpasangan antara penari wanita (ledhek) dengan penari pria
(penayub). Tari Tayub merupakan tarian rakyat biasanya berkaitan dengan kesuburan tanaman padi
maupun pada perkawinan yang juga melambangkan kesuburan.

(3) Tari Klasik

Tari klasik adalah tari tradisional yang lahir di lingkungan keraton, hidup dan berkembang sejak zaman
feodal, dan diturunkan secara turun temurun di kalangan bangsawan. Contoh :

- Tari Bedhaya

Tari ini adalah tarian puteri yang dibawakan oleh sembilan penari wanita dengan mengenakan busana
yang sama. Tari ini menjadi tari kebesaran di Keraton Yogyakarta maupun Keraton Surakarta.

- Tari Serimpi

Srimpi merupakan tari puteri yang dibawakan oleh empat orang penari wanita yang mengenakan busana
yang sama, ke empat penari tersebut menari dengan teknik tari puteri yang halus. Tari Srimpi di Keraton
Yogyakarta hanya dipentaskan di bangsal Kencana, sedangkan di Keraton Surakarta di bangsal Sasana
Sewaka.

- Tari Pendet (Bali)

Tari Pendet merupakan tari yang berfungsi sebagai penjemput para dewa yang datang ke Marcapada
dalam upacara odalan. Pendet dibawakan oleh empat penari gadis berbusana adat dengan sebuah bokor
berisi bunga pada masing-masing tangan kanan penari. Di Bali, tari ini biasa digunakan untuk
menyambut tamu.

B. Tari Kreasi Baru

Tari ini merupakan konsep dasar dari tarian klasik yang dikembangkan, atau diperbaharui sesuai dengan
kemajuan zaman saat ini, lalu diberi unsur Indonesia yang baru dan modern.

Contoh tari kreasi baru :

- Tari merak kreasi baru dari Surakarta

- Tari Manupuri

- Tari Panji Semirang

- Tari Kupu-kupu

Jenis berdasarkan nilai estetika

A. Tari Tradisi Klasik


Tari ini juga tergolong ke dalam tari tradisional seperti yang telah di sampaikan pada jenis tari menurut
koreografnya, yakni tari tradisional yang lahir di lingkungan keraton, hidup dan berkembang sejak zaman
feodal, dan diturunkan secara turun temurun di kalangan bangsawan. Karena ditampilkan di kalangan
keraton dan sangat sakral, tari tradisi klasik ini mempunyai nilai estetis yang tinggi dan makna yang
dalam dan juga di hadirkan dalam penampilan yang serba mewah baik dari gerakan, riasan sampai
dengan kostum yang di gunakan. Contoh : tari Bedhaya, tari serimpi, dan tari pendet (Bali)

B. Tari Tradisi Rakyat

Tari ini juga tergolong ke dalam tari tradisional seperti yang telah di sampaikan pada jenis tari menurut
koreografnya, yakni tarian yang tumbuh dan berkembang dalam suatu wilayah atau suatu komunitas,
sehingga kemudian menciptakan suatu identitas budaya dari masyarakat itu. Berbeda dengan tari tradisi
klasik, tari tradisi rakyat ini mempunyai nilai estetis yang sederhana. Artinya, gerak, rias, serta kostum
yang digunakan dalam tarian ini masih sederhana dan tidak terkesan mewah. Contoh : tari tayub, reog,
dan kuda lumping

3. Contoh Tari Tradisi Rakyat Jawa Tengah

a) Soreng (Magelang)

Kesenian ini idealnya dimainkan oleh 10 sampai 12 orang penari laki-laki. Tari Soreng merupakan tarian
keprajuritan yang menceritakan tentang Haryo Penangsang dan Patih Ronggo Metahun disebuah
kadipaten Jipang Panulon bersama para prajuritnya, yang membahas Soreng Rono, Soreng Rungkut dan
Soreng Pati. Haryo Penangsang adalah orang yang mempunyai watak adigang-adigung dan adiguna
punya iri hati terhadap kedudukan Sultan Hadiwijaya di Pajang. Kemudian Haryo Penangsang
menyusunkekuatan dengan sering mengadakan latihan perang di alun-alun. Sewaktu latihan berlangsung
tiba-tiba datang seorang pekatik yang dipotong daun telinganya dan juga di kalungi surat penantang.
Setelah dibaca, Haryo Penangsang memerintah semua prajuritnya untuk bergegas berangkat menuju ke
Sungai Bengawan Sore. Pada akhirnya Haryo Penangsang gugur setelah bertarung dengan Danang
Sutawijaya yang merupakan putra angkat Sultan Hadiwijaya. Danang Sutawijaya sendiri akhirnya menjadi
raja Mataram di Kotagede, Yogyakarta dengan gelar Panembahan Senopati.

b) Tari Dolalak (Purworejo)

Nama Dolalak diambil dari tangga nada Do dan La karena awalnya tarian ini hanya diiringi dengan alat
musik dua nada. Gerak tarian ini lahir dari peniruan aktivitas serdadu Belanda yang gemar berdansa saat
sedang istirahat dan minum-minuman keras. Kaum pribumi meniru gerakan itu dan menciptakan tarian
dolalak. Jumlah penari dalam satu tim Dolalak bisa mencapai 28 orang baik laki-laki maupun perempuan.
Tari ini oleh rakyat Indonesia diciptakan sebagai misi keagamaan dan politik untuk memerangi Belanda.

c) Tari Lengger (Wonosobo)

Tari ini adalah salah satu tarian tradisional dari Jawa tengah yang di mainkan oleh seorang laki – laki dan
seorang perempuan. Tari topeng lengger menceritakan kisah asmara antara Galuh Candra Kirana dan
Panji Asmoro Bangun.
Galuh Candra Kirana adalah putri dari Prabu Lembu Ami Joyo yang memimpin Kerajaan Jenggolo Manik,
sementara Panji Asmoro Bangun adalah putra dari Prabu Ami Luhur yang memimpin Kerajaan Cenggolo
Puro. Kedua kerajaan ini ingin mempererat hubungan dengan menikahkan kedua anak mereka. Sayang,
pernikahan tersebut hampir gagal karena usaha Galuh Ajeng (anak Prabu Lembu Ami Joyo dari selirnya).

Galuh Candra Kirana harus keluar dari kerajaan dan menjadi penari lengger. Suatu hari, kelompok tari
lengger Galuh Candra Kirana diundang main di Kerajaan Cenggolo Puro oleh Panji Asmoro Bangun.
Tampil di depan tunangannya, Galuh Candra Kirana memutuskan membuka penyamarannya. Melihat
kecantikan Galuh Candra Kirana, Panji Asmoro Bangun langsung jatuh cinta. Pasangan ini kemudian
menikah. Konon, tari ini diciptakan oleh Sunan Kali Jaga. Sunan Kali Jaga menggunakan tari ini sebagai
salah satu sarana menyebarkan agama Islam.

d) Tari Kethek Ogleng (Wonogiri)

Kethek Ogleng adalah sebuah tari yang gerakannya menirukan tingkah laku kethek (kera). Tari Kethek
Ogleng dipentaskan oleh 3 penari wanita dan seorang penari laki-laki sebagai manusia kera. Tari diawali
dengan ketiga penari wanita masuk panggung terlebih dulu, kemudian 2 penari berlaku sebagai dayang-
dayang dan seorang penari memerankan sebagai putri Dewi Sekartaji, Putri Kerjaan Jenggala, Sidoarjo.
Sedangkan seorang penari laki-laki berperan sebagai Raden Panji Asmorobangun dari kerajaan Dhaha
Kediri. Tari ini menceritakan kisah Raden Asmorobangun dan Dewi Sekartaji yang keduanya saling
mencintai dan bercita-cita ingin membangun kehidupan harmonis dalam sebuah keluarga.

Namun, Raja Jenggala, ayahanda Dewi Sekartaji, mempunyai keinginan untuk menikahkan Dewi Sekartaji
dengan pria pilihannya. Ketika Dewi Sekartaji tahu akan dinikahkan dengan laki-laki pilihan ayahnya,
diam-diam Dewi Sekartaji meninggalkan Kerajaan Jenggala tanpa sepengetahuan sang ayah dan seluruh
orang di kerajaan.

Malam hari, sang putri berangkat bersama beberapa dayang menuju ke arah barat. Berita minggatnya
Dewi Sekartaji itupun didengar oleh Raden Panji. Raden Panji pun bergegas mencari kekasihnya, di
tengah perjalanan dia singgah di rumah seorang pendeta. Sang Pendeta pun menyarankan untuk pergi
ke barat, dengan menyamar sebagai seorang kera. Sedangkan Dewi Sekartaji telah menyamar sebagai
Endang Rara Tompe berusaha naik gunung dan beristirahat di suatu daerah dan memutuskan menetap
disana.

Tempat tersebut tidak jauh dari keberadaan Raden Panji. Keduanya bertemu dan saling bermain dan
menjadi akrab. Awalnya keduanya saling tidak mengetahui penyamaran masing-masing. Dalam gerakan
tari, kejadian ini diwakili dengan masuknya manusia Kera ke dalam panggung pentas, menemui Endang
Rara Tompe dan kedua pengawalnya. Gerakan manusia kera melompat-lompat kesana kemari, gerakan
berguling-guling menggambarkan persahabatan yang akrab.

Tarian ini diakhiri dengan gerakan Endang Rara Tompe yang menaiki manusia kera dan berakhir dengan
persatuan keduanya, sambil kedua dayang memegangi sang Dewi Sekartaji. Dalam ceritanya, setelah
pertemuan itu Endang Rara Tompe mengubah perwujudannya sebagai Dewi Sekartaji dan manusia kera
berubah menjadi Raden Panji Asmorobangun. Keduanya kembali ke kerajaan Jenggala untuk
melangsungkan pernikahan.

e) Tari Topeng Endel (Tegal)

Tari topeng Endel pada mulanya menggambarkan seorang pembantu yang tugasnya untuk menghibur
ratu atau raja Brawijaya dan menyambut tamu sebelum adegan cerita satu malam dimulai. Tetapi seiring
perkembangannya, kini tari ini menggambarkan seorang wanita yang lenjeh atau genit seperti sifat
wanita Tegal (Jawa Tengah), karena itu biasanya dibawakan oleh penari wanita dengan menggunakan
topeng yang berwujud wanita cantik, murah senyum, dan berkulit wajah putih.

f) Tari Prawiroguno (Boyolali)

Tarian ini mengandung kisah ketika para penjajah yang hampir mengalami kemunduran, dan situasi saat
itu dijadikan ide untuk membuat sebuah tarian yang sekarang kita sebut Tari Prawiroguno. Tarian ini
memiliki tema peperangan, dan gerakan para penari bak seorang prajurit membawa pedang/samurai
dengan tameng berlenggok-lenggok seakan sedang bersiap-siap menyerang musuh. Tari Prawiroguno
bertema heroik yang berarti kepahlawanan.

g) Tari Sintren (Pekalongan)

Asal muasalnya tarian ini dibuat ketika Bupati Kendal menikah dengan Dewi Rantamsari yang biasa
dijuluki Dewi Lanjar. Namun pasangan itu tidak direstui oleh Ki Bahureksi. Akhirnya mereka berdua
berpisah, Sulandono menjadi petapa sedangkan Sulasih menjadi penari. Raden Sulandono diperintahkan
oleh ibunya untuk bertapa dan diberikan selembar kain sebagai sarana kelak untuk bertemu dengan
Sulasih setelah pertapaannya selesai. Sedangkan Sulasih diperintahkan untuk menjadi penari di setiap
acara bersih desa yang di adakan sebagai syarat untuk bertemu Raden Sulandono.

Tarian ini sangat mistis sekali, bahkan sebelum pertunjukan, harus diawali terlebih dahulu dengan Dupan
atau ritual berdoa.

h) Tari Kretek (Kudus)

Dalam tarian ini bercerita mengenai kehidupan buruh dengan kretek dimana Kota Kudus memang identik
dengan industri kretek. Dulunya, tarian Jawa Tengah ini bernama Tari Mbatil yang ternyata kurang begitu
populer di tengah masyarakat sehingga diganti menjadi tari kretek. Pada tarian ini semua penarinya
adalah perempuan dan hanya ada satu penari laki-laki yang berperan sebagai mandor yaitu orang
bekerja mengawasi para pekerja rokok ini. Tarian ini menceritakan asal mula sampai akhir proses
pembuatan rokok kretek, dari memilih bakau yang baik sampai menjadi rokok, yang diteruskan dengan
memotong bagian ujung rokok untuk dirapikan. Setelah pekerjaan ini selesai, kemudian diserahkan
kepada mandor untuk diperiksa. Ketika sedang memeriksa pekerjaan para pembhatil ini, kadang-kadang
sang mandor menggoda mereka. Gemulai tangan sang wanita mengambarkan kelincahan seorang buruh
rokok dalam melinting dan membhatil.

i) Tari Ebeg (Banyumas)


Ebeg merupakan bentuk kesenian tari daerah Banyumas yang menggunakan boneka kuda yang terbuat
dari anyaman bambu dan kepalanya diberi ijuk sebagai rambut. Tarian Ebeg di daerah Banyumas
menggambarkan prajurit perang yang sedang menunggang kuda. Lagu yang dinyanyikan dalam
pertunjukan Ebeg hampir keseluruhan menggunakan bahasa Jawa Banyumasan atau biasa disebut
Ngapak lengkap dengan logat khasnya. Ketersediaan sesaji atau menyan adalah syarat pementasan ebeg.
Sesaji digunakan untuk persembahan kepada para arwah maupun penguasa makhluk halus disekitar agar
mau mendukung pementasan. Efeknya para pemain ebeg akan mengalami trans atau kerasukan yang
dalam bahasa Banyumas disebut mendem karena dirasuki makhluk halus.

j) Tari Emprak (Jepara)

Emprak tradisional dimainkan oleh 9-15 orang, semuanya lelaki. Tarian ini biasanya diiringi dengan musik
yang berupa salawatan. Tema yang ditampilkan pada tarian ini berupa kejadian di masyarakat seperti :
kawin lari, kawin paksa, perselisihan rumah tangga, dan sebagainya yang diakhiri dengan pesan-pesan
dan hikmah dari cerita yang dipentaskan. Dalam menyuguhkan suatu cerita juga diselingi dengan
lawakan, tuntunan-tuntunan, serta pesan pengetahuan.

4. Contoh Tari Tradisi Klasik Jawa Tengah

a) Tari Bedhaya Ketawang

Tari Bedhaya Ketawang adalah tarian kebesaran yang hanya di pertunjukan ketika penobatan serta
peringatan kenaikan tahta raja di Kasunanan Surakarta. Nama Tari Bedhaya Ketawang diambil dari
kata bedhaya yang berarti penari wanita di istana, dan ketawang yang berarti langit, yang identik sesuatu
yang tinggi, kemuliaan dan keluhuran. Tarian ini biasanya di mainkan oleh sembilan penari
wanita. Menurut kepercayaan masyarakat, setiap pertunjukan Tari Bedhaya Ketawang ini dipercaya akan
kehadiran kangjeng ratu kidul hadir dan ikut menari sebagai penari kesepuluh.

Sebagai tarian sakral, ada beberapa syarat yang harus di miliki setiap penarinya. Syarat yang paling
utama yaitu para penari harus seorang gadis suci dan tidak sedang haid. Tarian ini menjelaskan
bagaimana hubungan asmara Kanjeng Ratu Kidul dengan Raja Mataram. Cerita-cerita yang ada di dalam
tarian ini merupakan curahan hati dari seorang kanjeng ratu kepada sang raja. Lagu atau tembang yang
digunakan untuk mengiringi tari ini adalah sebuah lagu yang merupakan sebuah curahan hati seorang
Kanjeng Ratu kepada Sang Raja. Penari wanita menggunakan busana seperti seorang pengantin wanita
jawa, yaitu Dodot Ageng atau Basahan. Dan rambutnya dipakai kan Gelung Bokor Mengkurep yang
ukurannya lebih besar dari gelungan gaya Yogyakarta.

b) Tari Serimpi

Tarian ini diperagakan oleh empat orang penari yang semuanya adalah wanita. Jumlah ini sesuai dengan
arti kata serimpi yang berarti 4. Menurut Kanjeng Brongtodiningrat, komposisi empat penari sebagai
simbol dari empat penjuru mata angin yakni Toya (air), Grama (api), Angin(udara) dan Bumi (tanah). Tari
serimpi menampilkan tarian yang mengisahkan pertempuran dengan dilambangkan dalam dua kubu
(satu kubu berarti terdiri dari dua penari) yang terlibat dalam suatu peperangan. Peperangan antara yang
baik dan yang buruk, antara benar dan salah, serta antara akal manusia dan nafsunya. Di Kesultanan
Surakarta, tari serimpi digolongkan menjadi Serimpi Anglir Mendung dan Serimpi Bondan.

c) Tari Gambyong

Gambyong merupakan salah satu bentuk tarian Jawa klasik yang berasal-mula dari wilayah Surakarta dan
biasanya dibawakan untuk pertunjukan atau menyambut tamu. Asal mula kata Gambyong awalnya
merupakan nama dari seorang waranggana atau wanita yang terpilih (wanita penghibur) yang mana
pandai serta piawai dalam membawakan tarian indah serta lincah. Nama lengkap dari waranggana
tersebut di atas ialah Mas Ajeng Gambyong. Awalnya, tarian ini hanya dibawakan oleh penari tunggal,
namun sekarang dengan perkembangan yang ada dilakukan oleh lebih dari satu penari atau sekitar 3-5
orang. Gambyong bukanlah satu tarian saja melainkan terdiri dari bermacam-macam koreograf, yang
paling dikenal adalah Tari Gambyong Pareanom dan Tari Gambyong Pangkur. Pakaian yang digunakan
bernuansa warna kuning dan warna hijau sebagai simbol kemakmuran dan kesuburan. Gambyong
menceritakan tentang remaja putri yang menginjak dewasa yang tengah berhias diri menyambut tamu
agung.

d) Tari Beksan Wireng

Beksan Wireng berasal dari kata Wira (perwira) dan ‘Aeng’ yakni prajurit yang unggul. Tarian ini
merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Kasutanan Surakarta atau Solo. Tari Wireng
diciptakan oleh Prabu Amiluhur dengan tujuan agar sang putra beliau aktif dalam mengolah keprajuritan
dengan memanfaatkan persenjataan perang serta cinta kepada negeri. Karena itulah, tari Wireng adalah
tari yang bertemakan perang sebagai usaha agar prajurit istana tangkas dalam olah keprajuritan atau
latihan perang. Biasanya tari ini dibawakan oleh dua orang penari dengan menggunakan kostum seperti
seorang prajurit. Tari Wireng menyajikan perang tanding dengan melibatkan dua orang penari namun
tidak ada kalah menang. Tari ini juga tidak mengambil suatu cerita dan berlangsung tanpa ontowacono
(dialog). Selain itu, bentuk tarian maupun pakaiannya sama dan disajikan dengan iringan gending satu
dan dua, dimulai oleh gendhing ladrang untuk kemudian diteruskan oleh gendhing ketawang.

e) Tari Pethilan

Tari Pethilan hampir sama dengan Tari Wireng. Bedanya Tari Pethilan mengambil adegan/ bagian dari
cerita pewayangan. Ciri-ciri Tari Pethilan yaitu tari boleh sama, boleh tidak, menggunakan ontowacono
(dialog), pakaian tidak sama, kecuali pada lakon kembar, ada yang kalah/menang atau mati, perang
mengguanakan gendhing srepeg, sampak, gangsaran, dan kisahnya memetik dari suatu cerita lakon.
Contoh tari pethilan adalah Bambangan Cakil.

f) Tari Bondan

Tari Bondan adalah tarian tradisional yang menggambarkan tentang kasih sayang seorang ibu kepada
anaknya. Tarian ini merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Surakarta, Jawa Tengah. Tari
Bondan memiliki 3 jenis tarian yaitu Tari Bondan Cindogo, Tari Bondan Mardisiwi dan Tari Bondan
Pegunungan/ Tari Bondan Tani. Khusus untuk Tari Bondan Cindogo mengisahkan kasih sayang ibu pada
anaknya, namun anak yang disayanginya tersebut telah meninggal. Sedangkan pada tari Bondan
Pegunungan menggambarkan perempuan desa di pegunungan atau desa tani dalam bertani. Setelah
menari menggunakan peralatan tani tersebut para penari melepas baju bertaninya dan mengganti
dengan baju yang di gunakan dalam Tari Bondan. Dalam pertunjukannya, para penari Tari Bondan menari
dengan menggendong boneka bayi dengan satu tangan, sementara tangan satunya memegang payung
kertas. Kostum Tari Bondan Para penari bondan wajib mengenakan kostum khusus pakaian adat khas
gadis desa Jawa ketika akan menari. Untuk tari bondan cindogo dan bondan mardisiwi, para penari harus
mengenakan busana berupa kain yang diwiron, baju kutang, jamang, dan properti tari berupa kain jarek,
kendi, payung kertas, serta boneka. Sedangkan untuk tari bondan tani, para penari lazimnya
mengenakan topi caping, menggendong rinjing atau tenggok, dan membawa alat-alat pertanian seperti
sabit atau golok.

g) Tari Golek

Tari golek adalah tarian putri yang bertemakan seorang gadis yang sedang merias diri atau bersolek. Tari
ini diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX setelah melihat pertunjukan Wayang Golek Menak
ditahun 1941. Tarian Golek Menak membawakan repertoar dengan mengambil cerita yang ada dalam
teks Serat Menak. Dalam pertunjukan Tari Golek Menak ini, penari dibalut busana seperti
baju bludru berlengan panjang pada bagian atas dan celana cindhe pada bagian bawah. Jumlah
penarinya sangat bervariasi, kadang penari membawakannya secara solo, berpasangan atau
berkelompok.

Tari Golek Menak ditampilkan dalam 2 tarian: (1) Perang antara Sudarawerti dengan Sirtupelaeli, (2)
perang antara Prabu Dirgamaruta dengan Raden Maktal.

h) Tari Gambir Anom

Tari Gambir Anom merupakan salah satu tarian klasik gaya Surakarta yang di dalamnya menggambarkan
kisah seorang tokoh pewayangan yakni Irawan putra Arjuna yang sedang jatuh cinta pada lawan jenisnya.
Pada masa lalu tarian ini termasuk tarian yang dipertunjukkan di dalam keraton sebagai salah satu
sambutan bagi tamu agung yang diperankan oleh seorang laki-laki. Meskipun pada awalnya tarian ini
dibawakan oleh seorang penari laki-laki secara tunggal, namun dalam perkembangannya saat ini tak
jarang penari tari gambir diperankan oleh seorang perempuan. Ketika tarian ini dipertunjukkan dalam
sebuah acara penghormatan biasanya penari akan mengalungkan sampur yang menjadi propertinya
pada tamu agung tersebut, hal ini menandakan penari mengajak tamu kehormatan tersebut untuk ikut
menari bersamanya. Keunikan gerakan dapat kita lihat dari gerakan berdandan atau bersolek, bercermin
hingga gerakan mondar-mandir seolah menggambarkan jika seseorang tengah jatuh cinta. Bentuk tari ini
termasuk bentuk tari putra tunggal alus.

i) Tari Retno Pamudya

Tari Retno Pamudya merupakan tari klasik jawa gaya Surakarta yang menceritakan kepahlawanan
Srikandi dalam menghadapi Bisma. Dalam pertunjukkannya, tari ini menampilkan latihan perang dari
para prajurit wanita. Bersenjatakan keris dan panah, para prajurit wanita berlatih perang dengan gagah
tapi tetap menunjukkan kelembutannya sebagai seorang wanita. Tari Retno Pamudya dibagi menjadi 4
bagian yaitu Maju Beksan, Beksan dan Mundur Beksan. Pada bagian Maju Beksan menggambarkan
bentuk semedi agar dalam menjalankan tugas berperang melawan Bisma mendapatkan suatu
kemenangan. Bagian Beksan Tari Retno Pamudya menggambarkan tokoh Srikandi sebagai tokoh wanita
yang masih mempunyai kelembutan, kehalusan, serta kesabaran sebagai kodratnya. Bagian akhir Tari
Retno Pamudya berupa mundur Beksan yang berisi sekaran-sekaran srisikan yang dilanjutkan Jengkeng
Sembahan. Pada Bagian mundur beksan ini mengandung maksud bahwa setelah mengakhiri sebuah
pekerjaan tidaklah luput dari doa yang dipanjatkan.

j) Tari Retno Tinanding

Retno Tinanding adalah bentuk tari klasik putri berpasangan gaya Surakarta yang menggambarkan
peperangan antara dua dewi, Dewi Wara Srikandhi dengan Dewi Larasati. Tari ini di ciptakan pada tahun
1958 oleh S.Ngaliman seorang seniman besar dari surakarta. Untuk menggambarkan suatu pertempuran,
para penari Retno Tinanding menyajikan tarian ini dengan membawa gendhewa (bendera) di tangan kiri.
Juga, membawa panah yang diletakkan di endong panah (tempat panah), serta sebuah cundrik atau keris
yang diletakkan di depan pusar. Tata rias yang digunakan adalah rias cantik, sedangkan busananya
mengacu wayang. Seperti umumnya tarian klasik Jawa lainnya, Tarian Retna Tinandhing disajikan dengan
iringan Gamelan Jawa.

5. Tari Modern

Tari modern adalah bentuk tarian yang merupakan ciptaan kaum muda dan sifatnya hanya mencari
popularitas. Atau dengan kata lain, tari modern adalah tarian yang sudah memuat berbagai unsur masa
kini dan tari modern adalah perkembangan dari tarian asli yang di kreasikan.

A. Jenis Tari Modern

- Berdasarkan Waktu -

a) Tari Kontemporer : Tari kontemporer adalah tarian yang terpengaruh dampak modernisasi serta
bersifat bebas dan tak terikat oleh pakem-pakem gerak sebagaimana pada tarian tradisional. Dengan
kata lain, tari ini dapat setiap waktu berubah dan tidak terpaku pada gerak yang sudah ada sebelumnya.
Contoh tari kontemporer :

♣ Break Dance : gaya tari jalanan yang muncul sebagai bagian dari gerakan hip hop di antara African
American dan anak muda dari Puerto Rico yang dilakukan di bagian selatan New York City yang brutal
pada tahun 1970.

b) Tari Kreasi Baru : tari kreasi baru adalah tarian klasik atau tari rakyat yang dikembangkan, atau
diperbaharui sesuai dengan kemajuan zaman saat ini, lalu diberi unsur Indonesia yang baru dan modern.
Perbedaan tari kontemporer dengan tari kreasi ini adalah pada tari kontemporer gerakan yang
ditampilkan tidak terpaku pada gerakan yang sudah ada sebelumnya, sedangkan pada tari kreasi ini
menggunakan gerakan yang sudah ada tetapi dikembangkan menjadi lebih modern. Contoh Tari kreasi
baru :
♠ Tari Merak

Tarian ini dibuat karena terinspirasi dari kehidupan seekor burung merak. Gerakan-gerakannya pun
diambil dari tingkah laku burung jantan yang sedang memikat burung merak betina.

♠ Tari Panji Semirang

Tari ini menggambarkan sebuah pengembaraan Galuh Candrakirana yang menyamar sebagai seorang
lelaki demi mencari kekasihnya yaitu Raden Panji Inu Kertapati.

♠ Tari Kupu-Kupu

Tari kupu-kupu ciptaan I Wayan Beratha adalah sebuah tari yang menggambarkan kedamaian, eksotisme,
dan keindahan pulau dewata, Bali. Gerakan gemulai para penarinya yang tampak seperti kupu-kupu yang
sedang terbang ditambah dengan padanan warna-warni kostum yang dikenakan penarinya membuat
tarian ini tampak harmonis.

- Berdasarkan Penyajiannya -

a) Tari Modern Tunggal

Merupakan tari modern yang ditampilkan oleh 1 orang penari (tunggal). Contoh : ballet

b) Tari Modern Berpasangan

Merupakan tari modern yang ditampilkan oleh 2 orang penari (berpasangan). Contoh : dansa, tari salsa,
tari waltz

c) Tari Modern Kelompok

Merupakan tari modern yang ditampilkan oleh lebih dari 2 orang. Contoh : break dance

B. Fungsi Tari Modern

(1) Tari sebagai media pergaulan, artinya adalah bahwa kegiatan ini sebagai interaksi antarpencipta seni.

(2) Tari sebagai hiburan, pada dasarnya tari ini tidak bertujuan untuk ditonton, tetapi tarian ini untuk
kepuasan penarinya. Keindahan tidak dipentingkan, melainkan lebih mementingkan untuk kepuasan
individual, sehingga tampak bersifat spontanitas.

(3) Tari sebagai pertunjukkan (theatrical dance), tari jenis ini adalah tari yang disusun sengaja untuk
dipertontonkan, maka dalam penyajiannya mengutamakan segi artistiknya, penggarapan koreograf yang
baik serta tema dan tujuan jelas.

Anda mungkin juga menyukai