Anda di halaman 1dari 10

SENI TARI KLASIK

Tari Klasik

Tari klasik sendiri  biasanya menjadi tarian adat  atau kebudayaan dari suatu daerah. Tari klasik
biasanya diwariskan dari generarasi ke generasi secara turun temurun. Ada beberapa poin-poin dari tari
klasik yang tidak boleh diubah agar tidak merusak maknanya.

Pengertian Seni Tari

Seni tari merupakan karya cipta manusia yang indah. Seni bisa dikatakan indah jika rangkaian,
unsur penunjang dan maknanya tersusun dengan rapih dapat menumbuhkan kenikmatan para
penontonnya.

Tari juga bisa disebut sebagai penyampaian dari suatu cerita kuno atau mitos yang menyebar di
masyarat.

Tarian membuat seseorang tergerak untuk mengikuti irama tari, gerak tari, maupun unjuk
kemampuan, dan kemauan kepada umum secara jelas. Tari juga memberikan penghayatan rasa, empati,
simpati, dan kepuasan tersendiri terutama bagi pendukungnya.

Tari pada kenyataan sesungguhnya merupakan penampilan gerak tubuh, maka dari itu tubuh
sebagai media ungkap sangat penting perannya bagi tari.

Gerakan tubuh bisa menikmati alunan musik pada tarian, jadi ketika menari tubuh seakan-akan
berkomunikasi dengan musik.

Tari adalah salah satu bagian dari seni yang cukup banyak mendapatkan apresiasi dari
masyarakat. Sebagai sarana atau media komunikasi yang universal, tari menempatkan diri pada posisi
yang dapat dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja.

Ada 3 unsur utama dalam tari, yaitu:

 Wiraga (Fisik)

 Wirama (Irama Musik)

 Wirasa (Penjiwaan)

Gerakan tari dan gerakan biasa memiliki perbedaan dalam hal kehalusan, dinamika, dan iringan. Tari
juga digambarkan sebagai ekspresi jiwa menjadi sesuatu yang dilahirkan melalui media ungkap yang
disamarkan.
Seni Tari Klasik

Tari klasik merupakan salah satu jenis tari tradisional yang lahir dan berkembang di lingkungan
keraton dan sudah ada sejak zaman dulu. Tari klasik biasanya diturunkan secara turun temurun pada
kalangan bangsawan.

Pada umumnya tari klasik mempunyai beberapa ciri khas antara lain :

 Masih berpedoman pada pakem tertentu

 Memiliki makna yang dalam

 Tatarias

 Kostum yang digunakan para penari

Contoh-contoh Tari Klasik


Berikut adalah beberapa contoh tarian klasik beserta gambarnya:

Tari Klana

Contoh Tari Klasik pertama adalah Tari Topeng Klana. Tari Topeng Klana adalah gambaran
seseorang yang bersifat buruk, serakah, penuh amarah dan tidak bisa mengendalikan hawa nafsu.
Sebagian dari gerak tarinya menggambarkan seseorang yang tengah marah, gandrung, mabuk, tertawa
terbahak-bahak, dan sebagainya.
Tarian ini diiringi oleh lagu dari Gonjing yang dilanjutkan dengan Sarung Ilang. Struktur tarinya
seperti halnya topeng lainnya, terdiri atas bagian tari yang belum memakai kedok dan bagian tari yang
memakai kedok.

Tari Topeng Klana dibagi menjadi  2 bagian, yaitu:

1. Bagian pertama, adalah tai roping klana yang diiringi dengan lagu Gonjing dan sarung Ilang.

2. Bagian kedua, adalah tari Klana Udeng yang diiringi lagu Dermayonan.

Tari topeng Klana sering pula disebut tari topeng Rowana. Sebutan tersebut mengacu pada salah
satu tokoh yang ada dalam cerita Ramayana, yakni tokoh Rahwana. Kebetulan, karakternya sama persis
dengan tokoh Klana dalam cerita Panji.

Tari topeng kelana diyakini dulu sebagai tari yang hanya dipentaskan di dalam lingkungan
kerajaan. tari ini dibawakan oleh sang raja dan hanya dipertontonkan kepada perempuan dalam
lingkungan kerajaan.

Tari topeng kelana biasanya dipentaskan oleh laki-laki. Sejalan perkembangan zaman, kini
perempuan juga banyak yang mementaskan tarian topeng kelana. Tari topeng kelana biasa
beranggotakan oleh 4-6 orang penari.

Gerakan dalam tarian ini memerlukan keluwesan untuk bisa mementaskannya, tapi penampilannya
harus terlihat energik dan bersemangat. Tarian dari Jawa Barat ini sangat menarik untuk ditonton.

Tari Gambir Anom

Tari Gambir Anom adalah contoh tarian klasik yang berasal dari Surakarta Jawa Tengah. Tarian
ini seakan-akan bisa menghipnotis para penonton yang menyaksikan pertunjukan kesenian tersebut.

Tarian ini memiliki banyak sekali keunikan mulai dari sejarah, kostum, hingga alat musik
pengiringnya. Sejarah dari tari gambir tidak banyak diulas oleh para seniman, tapi diketahui kesenian
telah ada sejak Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarata.

Kisah cerita dalam tarian ini tentang tokoh Irawan yang merupakan putra Arjuna tengah jatuh
cinta pada lawan jenisnya.

Keunikan dari gerakan ini juga dapat kita lihat dengan jelas. Selain memamerkan gerakan yang
gemulai, tari ini juga sedikit banyak memperlihatkan gerakan pantonim seperti berdandan, bingung dan
lain sebagainya.

Ketika tarian ini dipertunjukkan dalam sebuah acara penghormatan biasanya penari akan
mengalungkan sampur yang menjadi propertinya pada tamu agung tersebut. Hal itu menandakan penari
mengajak tamu kehormatan tersebut untuk ikut menari bersamanya.
Selain sebagai media hiburan, secara tidak langsung tari klasik dari Jawa Tengah ini memiliki
fungsi yang tersirat. Fungsinya sebagai sebuah nasehat bagi para pemuda dalam menghadapi masa
remajanya dimana mulai merasa jatuh cinta.

Tari Kethek Ogleng

Seperti yang pernah dibahas, Tari Kethek Ogleng adalah salah satu Tari Tradisional Jawa Timur
yang para penarinya berpenampilan cukup menyeramkan. Disebut menyeramkan karena para penarinya
berpenampilan seperti Kethek.

Selain menjadi contoh tari klasik, ada hal unik pada tarian yang satu ini. Dimana tarian ini
merupakan tari yang gerakannya menirukan tingkah lakunya kethek atau dalam bahasa dinamakan kera
(monyet).

Awal kisahnya menceritakan seekor kera jelmaan Raden Gunung Sari dalam cerita Panji. Ia
berupaya mencari Dewi Sekartaji yang menghilang dari istana. Untuk mengelabuhi penduduk agar bebas
keluar masuk desa dan hutan, maka Raden Gunung Sari menjelma jadi seekor kera putih yang lincah.

Pada pertunjukannya disajikan berbeda-beda. Ada yang 4 penari, 6 penari, bahkan lebih. Tapi
rata-rata tarian ini dibawakan oleh 4 penari, 3 penari perempuan dan 1 orang berperan sebagai kera.

Tarian ini diawali dengan masuknya ketiga penari perempuan ke panggung. 2 penari dari ke 3
penari perempuan tersebut memerankan sebagai dayang dan yang satunya memerankan sebagi putri
kerajaan yaitu putri Dewi Sekarjati.

Tari Piring
Contoh tari klasik terakhir adalah Tari piring, merupakan tarian yang berasal dari suku
Minangkabau yang sudah begitu terkenal di dunia. Tari piring dipercaya telah ada sejak sekitar abad ke
12 Masehi, terlahir dari kebudayaan asli masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat.

Sebelum masuknya Islam, masyarakat Minangkabau mayoritas masih beragama Hindu, Budha,


dan sebagian Animisme. Jadi awal mula tarian ini tercipta untuk persembahan kepada dewa karena
limpahan panen yang telah diberikannya.

Masuknya Islam ke pulau Sumatera pada abad ke 14 secara tidak langsung ikut mempengaruhi
perkembangan Tari Piring. Peruntukan Tari Piring berubah semenjak agam islam menjadi mayoritas di
masyarat. Tarian ini dipertunjukan hanya untuk acara hajatan atau hiburan semata.

Gerakan dalam Tari Piring adalah perpaduan yang laras antara seni tari yang akrobatis, indah,
dan gerakan bermakna magis. Gerakan yang ditampilkan sangat beragam. Tarian ini berisikan 3-5 penari,
ada juga yang berpasangan dengan lawan jenis.

Gerakan-gerakan tersebut secara keseluruhan sebetulnya menceritakan tentang tahapan-


tahapan kegiatan dalam budidaya tanaman padi. Dimana hal tersebut menjadi mata pencaharian
masyarakat minang tempo dulu.

Tari Topeng Klana

Tari topeng berasal dari daerah Cirebon, tari topeng mengisahkan Prabu Minakjingga yang tergila gila
dan mengejar ngejar Ratu Kencana Wungu, namun sayang upayanya tak membuahkan hasil. Kostum
yang digunakan didominasi warna merah.

Tari Bedhoyo Ketawang

Tari ini berasal dari Keraton Kasunanan Surakarta. Tari Bedhoyo Ketawang diciptakan oleh Kanjeng Ratu
Kencanasari. Tarian ini merupakan tarian khusus yang hanya di gelar saat penobatan raja baru dan
peringatan hari jadi keraton. Tari ini diiringi oleh gamelan yang berirama dinamis namun lembut.
Tari Gambyong

Tari gambyong berasal dari Surakarta, tarian ini merupakan simbol ungkapan gembira. Nama Gambyong
berasal dari nama pencipta tarian ini. Gambyong sendiri awalnya adalah seorang penari Tayub. Tari
Gambyong sering dimainkan untuk menyambut tamu besar.

Tari Srimpi Sangopati

Tari Srimpi Sangopati berasal dari daerah Surakarta, Sangopati berakar pada kata Sang Apati yang
bermakna calon pengganti sang raja. Tarian ini berkembang pada era penjajahan Belanda, sekitar tahun
1778 sampai 1820. Tari ini diiringi oleh musik yang lembut. Tarian ini mengisahkan perjuangan melawan
penjajah.

Tari Gambir Anom


Tari gambir Anom berasal dari Surakarta, mengisahkan keseharian seseorang yang tengah jatuh cinta
dan berdandan setiap hari. Tarian ini diiringin oleh instrumen musik gamelan yang cepat. Penari
menggunakan aksesoris sayap serta kuluk hanoman.

Tari Patolan

Tari Patolan berasal dari rembang, Jawa tengah. Tari ini mengadaptasi dari sejenis gulat rakyat yang
berkembang di pelajar sepanjang pantai pandagan, bulu, kragan hingga tuban, jawa timur.

Tari Lengger

Tari Lengger berasal dari Wonosobo, dirintis di desa Kecis Dusun Giyanti oleh Gondhowinangun pada
tahun 1910. Tarian ini berkisah tentang usaha pencarian Dewi candra kirana mencari suaminya dan
kemudian diganggu raksasa bertopeng. Tarian ini diiringi angklung jawa.

Tari Rejang
Tari Bedhaya

Tari Bedhaya berasal dari wilayah surakarta, tari ini merupakan tari khas kesunanan Surakarta. Pada
zaman dahulu tarian ini merupakan tarian yang disajikan khusus di dalam lingkungan keraton. Tari ini
diiringi oleh instrumen musik gamelan jawa yang lembut dan menenangkan.

Tari Bondan

Tari Bondan berasal dari wilayah Jawa tengah. Tarian ini disajikan oleh penari wanita tunggal atau
kelonpok. Pada akhir tarian penari akan menari bersama kendi dan akan memecahkannya di depan
penonton. Tarian ini mengambarkan Ibu yang tengah mengasuh anaknya yang masih kecil sambil
mengerjakan kegiatan sehari hari seperti mencuci. Properti yang digunakan dalam tarian ini terbilang
sederhana seperti payung, baju kotor, kendi dan boneka. Tari Bondan diiringi oleh musik yang lembut
dan menggambarkan suasana desa.

Tari Dolalak
Tarian Dolalak berasal dari wilayah Purworejo , Jawa tengah. Kostum penari dalam tarian ini menyerupai
pakaian prajurit Peracis dan Belanda jaman dulu. Musik pengiring tarian ini berasal dari intrumen
kentrung, kendang , kecer dan rebana.

Tari Ketek Ogleng

Tarian ketek Ogleng berasal dari wilayah Wonogiri. Tari ini bercerita mengenai kisah cinta Roro Tompe
dengan ketek Ogleng. Gerakan dalam tarian ini didominasi oleh gerakan akrobat dari Ketek Ogleng.
Pemeran Ketek Ogleng menggunakan kostum seperti kera. Dalam bahasa Jawa Ketek berarti Kera. Tari
Ketek Ogleng diiringi oleh instrumen gamelan jawa dengan irama dinamis.

Tari Kuda Lumping

Tari Kuda lumping berasal dari Jawa tengah, tarian ini dibawakan dengan energik penuh
semangat,penari akan menaiki kuda kepang yang terbuat dari anyaman bambu dan menari penuh
semangat. Tarian ini menyimbolkan semangat pasukan berkuda di medan perang.
Tari Saman

Tari Saman berasal dari wilayah Aceh. Syair dalam tari Saman menggunakan Bahasa Gayo. Beberapa
Literasi kuno menyebutkan bahwa tari Saman dikembangkan oleh Syekh Saman, Ulama dari Gayo, Aceh
Tenggara. Pada 24 November 2011. UNESCO menetapkan tari saman sebagai Daftar Repesentatif
Budaya Tak Benda Warisan Manusia. Oleh Syekh Saman, Tari Saman digunakan sebagai perantara
Dakwah. Tari Saman tidak diiringi oleh suara musik, melainkan menggunakan suara dari tepukan tangan
dan paha. Tari Saman dapat dimainkan oleh belasan atau puluhan penari pria, namun jumlah penari
harus ganjil. Dua unsur gerak dasar dalam Tari Saman adalah tepuk dada dan terpuk tangan. Tarian ini
bersifat religius.

Tari Piring

Seni tari ini berasal dari wilayah solok, Sumatera Barat. Properti utama tari ini adalah piring yang di
genggam telapak tangan. Gerakan dalam tari piring cederung cepat. Tari ini diiringi musik dari instrumen
saluang dan talempong. Jumlah penari dalam tarian ini berjumlah ganjil dan menggunakan kostum yang
memiliki warna cerah.

Anda mungkin juga menyukai