Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KLIPING SENI BUDAYA

- NAMA KELOMPOK -
AMANDA DEWI
CHELSIA PUTRI S
DELIA ROHMI AGUSTIN
RATUVIC PUTRI GADIS SAN SHAL
MATERI KLIPING SENI BUDAYA

1. TARI TUNGGAL
Pengertian tari tunggal adalah tarian yang ditampilkan oleh seorang penari atau
terkadang 2 penari secara bergantian, sehingga jumlah penari di panggung tetap hanya
satu orang. Harry Sulastianto, (2006:19)

Tari merak ini diciptakan pada tahun 1950-an oleh seniman dan koreografer tari
asal Jawa Barat bernama Raden Tjetje Soemantri. Beliau mengambil gerakan-gerakan
indah dari burung merak yang kemudian dijadikan sebuah tarian. Pada mulanya,
penciptaan tarian ini ditujukan untuk menghibur para delegasi Konferensi Asia Afrika
dalam acara resepsi di Bandung tahun 1955.Tarian ini merupakan salah satu jenis tarian
Kreasi Baru yang mengekpresikan kehidupan burung merak, tata cara dan gerakan-
gerakan dari kehidupan burung merak ini diangkat ke atas pentas. Ciri tari merak dapat
dilihat dari pakaian yang digunakan oleh para penarinya yaitu pakaian yang motifnya
bergambarkan bentuk dan warna bulu-bulu merak, ditambah lagi dengan sepasang
sayapnya yang juga berlukiskan sayap atau ekor merak yang dipasang di bagian
belakang penari.

Ujung sayapnya ditempelkan kejemari penari sehingga kalau kedua tangannya


merentang akan membentuk merak yang sedang melebarkan sayapnya. Gambaran
merak akan lebih jelas lagi dengan mahkota (badong) yang dipasang pada kepala setiap
penari.

Tarian ini biasa ditarikan secara rampak, tiga penari atau lebih yang masing -
masing memerankan merak betina atau merak jantan. Iringan lagu gendingnya adalah
lagu Macan Ucul. Diantara tarian ciptaan R. Tjetje Somantri mungkin tari merak inilah
yang paling terkenal di Indonesia dan di luar negeri nih wargi Bandung!

Tari Merak, Warisan Budaya Takbenda dari Kota Bandung

Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman kebudayaan yang sangat


kaya. Banyak sekali aneka ragam kebudayaan di Indonesia dan salah satunya adalah
kesenian tari yang sudah menejadi warisan luhur yang wajib dijaga. Masing-masing
daerah di Indonesia memiliki seni tari yang khas. Salah satunya adalah tari merak,
kesenian tari yang berasal dari daerah Bandung, Jawa Barat.

Tari merak ini diciptakan pada tahun 1950-an oleh seniman dan koreografer tari
asal Jawa Barat bernama Raden Tjetje Soemantri. Beliau mengambil gerakan-gerakan
indah dari burung merak yang kemudian dijadikan sebuah tarian. Pada mulanya,
penciptaan tarian ini ditujukan untuk menghibur para delegasi Konferensi Asia Afrika
dalam acara resepsi di Bandung tahun 1955.

Sejak diciptakan, Tari Merak Sunda karya Tjetje hanya dipertunjukkan lima
kali, yaitu dalam rangkaian kegiatan KAA di halaman belakang Gedung Pakuan pada
tahun 1955; tahun 1955 di Hotel Orient, Bandung; tahun 1957 dalam rangka
menyambut kehadiran Voroshilof, Presiden USSR (Rusia) di Gedung Pakuan; di Hotel
Savoy Homann tahun1958 dan tahun 1958 dalam pertunjukan tari di YPK.

Sepeninggal Raden Tjetje Somantri pada Tahun 1963, Irawati Durban sebagai
muridnya menyempurnakan tatanan Tari Merak ciptaan Rd. Tjetje Somantri dengan
mengolah kembali struktur koreografi tariannya.

Seiring perkembangan zaman, Tari Merak mulai dikenal secara luas. Tarian
merak merupakan tari modern atau kontemporer, dimana setiap gerakan dalam tarian
ini diciptakan secara bebas dengan kreasi sendiri. Tari ini bukan tarian tradisional atau
tarian klasik.

Tarian ini terinspirasi dari burung merak dan diadaptasi dari gerak-gerik burung
merak jantan dengan pesona bulu-bulu ekornya yang cantik saat memikat merak betina
serta mempunyai bulu yang indah, seperti kostum yang dipakai oleh para penarinya.
Biasanya tarian ini dijadikan hiburan atau sambutan kepada tamu di acara besar.

Karena keindahan gerakannya, tarian ini mampu menjadi kebanggaan


masyarakat Jawa Barat dan Indonesia secara luas. Gerakan Tari Merak memiliki makna
sebagai salah satu perwujudan atas rasa kagum terhadap keindahan burung merak di
alam bebas. Jelasnya tari ini diambil dari perilaku burung merak jantan ketika ingin
memikat burung merak betina.

Salah satu gerakan indah yang ditampilkan adalah gerakan burung merak jantan
yang memperlihatkan keindahan bulu ekornya. Setiap penari memiliki peranan masing -
masing,, yaitu sebagai merak jantan dan merak betina.

Tari Merak ini biasa ditarikan oleh perempuan dengan mengenakan busana
yang sangat glamor, estetis, eksotis, serta komposisi kinestetiknya. Hal ini menjadikan
Tari Merak Sunda memiliki daya pikat tersendiri bagi siapapun yang menari dan
menontonnya. Setiap gerakan penari diiringi oleh musik tradisional bernama gending
macan ucul.
2. TARI BERPASANGAN
A. TARI BERPASANGAN PUTRA-PUTRI
Tari Serampang Dua Belas
Tari Serampang Dua Belas merupakan kesenian tari yang berasal dari daerah Sumatera
Utara, tepatnya dari Deli Serdang.

Tarian yang sudah ada sejak tahun 1940 ini pada awalnya dikenal dengan nama tari
Pulau Sari dan diciptakan oleh seorang seniman bernama Sauti.

Gerakan pada tarian ini berasal dari perpaduan antara tari Melayu dengan Portugis
karena pada saat itu Indonesia masih mendapatkan pengaruh dari Portugis terutama
dalam segi budaya.

Pengaruh Portugis ini tidak hanya mempengaruhi Gerakan saja, namun iringan musik
yang digunakan juga.

Pada mulanya, tarian Serampang Dua Belas hanya dilakukan oleh penari laki-laki saja
karena adanya larangan yang diyakini warga setempat bahwa wanita tidak boleh menari
dan tampil di hadapan khalayak umum.
Namun seiring perkembangannya, tarian ini dilakukan oleh penari pria dan wanita
secara berpasangan.

Hal ini tentunya tidak lepas dari topik yang diusung dalam tarian ini yaitu menceritakan
tentang pertemuan sepasang kekasih.

Perubahan dan perkembangan dalam tarian ini juga memberikan dampak yang baik
terutama bagi kesetaraan gender dan kekayaan warisan budaya Sumatera Utara.

Tarian Serampang Dua Belas tidak hanya digelar saat upacara adat saja, namun
ditampilkan di beberapa acara formal maupun nonformal.

Makna Tarian Serampang Dua Belas


Gerakan tarian Serampang Dua Belas ini sarat makna dan nilai-nilai kehidupan,
terutama bekal dalam mencari pasangan hidup.

Tarian ini menampilkan gambaran proses dan tahapan kehidupan asmara sepasang
kekasih mulai dari pertemuan pertama hingga menuju jenjang pernikahan.

Tarian ini juga menjadi simbol keterbukaan masyarakat terhadap budaya lain karena
tarian ini merupakan hasil akulturasi antara budaya Melayu dan Portugis.

Hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat Melayu tidak menutup diri dari budaya
lain asalkan sejalan dengan nilai-nilai yang dianut.

Pola Lantai Tari Serampang Dua Belas


Pola lantai yang digunakan dalam mementaskan tarian Serampang Dua Belas yaitu pola
lantai garis lurus (horizontal).

Pola lantai sendiri dapat diartikan sebagai suatu pola atau garis yang dilalui oleh para
penari sehingga dapat menciptakan gerakan yang indah dan teratur.

Tarian ini biasanya dilakukan oleh penari pria dan penari wanita secara berpasangan
dengan jumlah yang bervariasi.

Untuk iringan musiknya, tarian ini masih menggunakan pemain musik asli yang
memainkan alat musik tradisional dan diposisikan di belakang para penari.

Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian Serampang Dua Belas yaitu rebana,
kecapi, dan alat musik tradisional lainnya, dengan lagu pengiring berjudul Pulau Sari.

Namun dalam perkembangannya, tarian ini mulai menggunakan iringan musik


digital/rekaman agar lebih praktis.
B. TARI BERPASANGAN PUTRA-PUTRA
Tari Bambangan Cakil

Tari Bambangan Cakil merupakan sebuah tarian dari Jawa Tengah yang
ceritanya diambil dari Epos Mahabarata. Tarian itu berasal dari Surakarta, yang
menggambarkan adegan peperangan antara ksatria Pandawa melawan Cakil seorang
tokoh raksasa. Bentuk tarinya juga disebut Wireng, karena sifatnya yang tidak
menggunakan dialog dalam tariannya. Audiens disuguhkan interaksi antara tokoh
utama dengan lawannya melalui seni tari atraktif. Istilah Bambangan sendiri digunakan
untuk menyebut para ksatria keluarga Pandawa. Perang berakhir dengan tewasnya
Cakil akibat tertusuk kerisnya sendiri.

Dalam tarian tersebut mengandung makna filosofis melalui lakon yang


dibawakan dalam kisah Tari Bambangan Cakil, yakni tentang kebaikan yang akan
menang melawan kejahatan. Tokoh Cakil melambangkan perilaku jahat yang pada
akhirnya kejahatan itu mendatangkan hal buruk pada diri sendiri. Terdapat dua jenis
unsur gerak di dalamnya. Unsur pertama yakni penari yang menarikan tokoh ksatria,
menggunakan ragam tari halus, sebagai ksatria adalah perwujudan sifat lemah lembut
dan kebaikan. Unsur kedua, penari yang memainkan peran Cakil atau raksasa, akan
membawakan tariannya dengan ragam tari bapang. Tari tersebut memakai iringan
gending Srepegan, Ladrang Cluntang Sampak Laras Slendro.

Secara umum tarian ini diiringi oleh alat musik tradisional Jawa Tengah seperti
Gending Srempengan, Ladrang Cluntang Sampak Laras Slendro. Untuk menghasilkan
suara yang harmonis, suara gendang bagian dalam dalam pada musik pengiring sangat
penting dalam jenis tarian ini. Karena suara pengiring harus dikoordinasikan dengan
gerakan para penari di atas panggung. Dengan demikian, pentas tersebut bisa memukau
di depan penonton.

Dalam Tari Bambangan Cakil, busana penari yang dikenakan adalah pakaian
tradisional Jawa yang biasa dikenakan Wayang Orang dengan tata rias khusus. Tarian
tersebut juga dikembangkan dengan menambah penari dan kreativitas gerakan. Tari
Bambangan Cakil dipentaskan di berbagai acara budaya, baik acara penyambutan dan
festival budaya karena gerakannya yang artistik dan nilai khas tersendiri dalam tarian
tersebut.

C. TARI BERPASANGAN PUTRI-PUTRI


Tari Legong
Menurut Babad Dalem Sukawati, tari Legong tercipta berdasarkan mimpi I Dewa
Agung Made Karna, Raja Sukawati yang bertahta tahun 1775-1825 M.Kemunculan
tarian legong berasal dari lingkungan keraton-keraton di Bali pada paruh kedua abad
ke-18. Konon tarian ini lahir dari mimpi seorang pangeran kerajaan. Cerita rakyat yang
berkembang percaya bahwa pangeran yang bernama Sukawati mengalami mimpi
tersebut ketika sedang sakit.Dalam mimpinya, sang pangeran melihat 2 orang wanita
tengah menari dengan sangat anggun dengan iringan musik tradisional gamelan khas
Bali. Gerakan tari yang dibawakan serta alunan musik tersebut membuat Pangeran
Sukawati mengilustrasikannya dalam gerakan koreografi dibantu oleh bendesa atau
pemimpin adat ketewel.
Setelah sembuh, beliau kemudian mengajarkannya kepada para wanita di kerajaan. Dari
peristiwa inilah maka lahir tari legong yang sangat sakral dikenal hingga saat ini.
Dari istana hingga dikenal oleh masyarakat, tarian ini disampaikan oleh beberapa guru
tari yang berasal dari berbagai desa, seperti desa saba, bedulu, peliatan, klandis dan
sukawati. Guru tersebut mengajarkan kepada murid -muridnya dan menggunakan
legong sebagai bagian utama dalam upacara odalan.
Selanjutnya tarian ini juga berkembang menjadi tari dalam acara keagamaan ataupun
kepercayaan animisme. Tari legong juga tidak dapat dilepaskan dengan budaya Hindu
Istana dan Hindu Dharma.

3. TARI BERKELOMPOK
Tari Kecak
Mengenal Sejarah dan Asal Tari Kecak – Budaya Indonesia sangatlah beragam
jenisnya, bahkan keanekaragamannya telah terkenal sampai ke berbagai dunia.
Berbicara mengenai tarian tradisional Indonesia, semuanya memiliki sejarah dan nilai
luhur masing-masing. Salah satu seni tari yang dimiliki dan perlu dilestarikannya
adalah Tari Kecak. Tarian ini mempunyai cerita, sejarah, hingga filosofi tarian khasnya.

Tarian tersebut berasal dari Pulau Bali. Pulau yang terkenal akan destinasi wisata yang
cukup banyak tersebut, memiliki tarian yang unik bernama Kecak. Dengan keunikan
menjadikan tarian tersebut disukainya oleh beberapa masyarakat pendatang yang
berminat untuk mempelajarinya.

“Cak, Cak, Cak” itulah suara khas yang biasa kamu dengar ketika melihat pertunjukan
Tari Kecak Bali. Tarian Kecak ini merupakan sebuah seni drama tari yang diperankan
oleh 50 sampai 150 orang penari.

Sesuai dengan namanya tari ini, terdiri dari para penari yang sebagian besar yaitu pria
yang duduk bersila membentuk sebuah lingkaran. Pakaian yang dikenakannya tersebut
berupa kain sarung dan kain kotak yang memiliki warna hitam putih seperti papan catur
yang diikatkan melingkar ke pinggang penari.
Bagi kamu yang berwisata atau bertempat tinggal di Bali, tentunya sudah tidak asing
lagi dengan Tari Kecak. Tarian ini yang dipertunjukkan ketika ada acara, tamu, ataupun
lainnya. Rupanya menarik para simpatik para penonton atau pengunjung yang datang
melihatnya. Namun, dibalik kepopulerannya tarian tersebut, tersimpan sebuah asal,
sejarah, makna, serta beberapa properti yang digunakannya dalam tarian ini.

Asal Tari Kecak

Tarian Kecak yaitu salah satu satu tarian yang cukup populer di Pulau Bali. Tak hanya
terkenal saja, tarian ini biasanya juga digunakan sebagai upacara penyambutan tamu,
maupun upacara keagamaan.

Nah, namun, tahukah kamu bagaimana asal dari Tari Kecak pada zaman dulu hingga
bisa menjadi cukup populer saat ini? Berikut pembahasan selengkapnya mengenai asal
tarian kesenian tradisional bernama Tari Kecak.

Tari Kecak merupakan salah satu tarian yang berasal dari Bali. Tarian ini disebut juga
dengan nama Tari Api atau Tari Cak. Tarian ini adalah tarian pertunjukan hiburan
massal. Tarian ini dipentaskan oleh beberapa penari laki-laki, dengan mengenakan kain
penutup kotak-kotak berwarna hitam putih seperti bentuk dari papan catur.

Tarian ini dimainkan tanpa menggunakan iringan iringan alat musik berupa gamelan.
Dengan duduk secara berbaris membentuk pola lingkaran dan diiringi seruan irama
berbunyi “cak, cak, cak” seraya mengangkat kedua tangan.

Tarian tersebut merupakan salah satu tarian sakral. Tampak dari penari yang terbakar
api, tetapi mereka tidak mengalami kesakitan dan tidak terbakar justru mereka menjadi
kebal terhadap api.

Selain Tari Api atau Tari Cak, Tari Kecak juga dikenal dengan sebutan Tari Sanghyang
yang ditampilkan ketika adanya upacara keagamaan.

Pada saat itu, para penari ini umumnya kemasukan roh halus, dan dapat berinteraksi
dengan para leluhur atau dewa yang telah disucikannya. Penari ini dijadikannya sebagai
media untuk menyampaikan sabda Nya. Ketika kerasukan, mereka pun melakukan
tindakannya diluar dugaan. Contohnya yaitu melakukan beberapa gerakan yang cukup
berbahaya maupun mengeluarkan suara yang jarang sekali mereka keluarkan.

Wayan Limbak merupakan seorang figur pencipta dari Tari Kecak. Di tahun 1930, Ia
memperkenalkan tarian ini ke berbagai negara, dengan dibantu oleh seorang pelukis
dari Jerman bernama Walter Spies.

Para penari laki-laki yang menari ini, akan menyerukan kata berupa “cak, cak, cak”.
Dari seruan tersebutlah nama Kecak tercipta.
Sejarah Tari Kecak

Indonesia mempunyai berbagai kesenian tradisional yang tersebar di seluruh daerah dan
membuat takjub para pengunjung dari mancanegara. Dengan salah satu kesenian yaitu
Tari Kecak yang berasal dari Bali.

Tarian ini cukup populer bagi wisatawan nasional maupun internasional yang
berkunjung ke Bali. Serta, rasanya ada yang kurang, manakala tidak menyaksikan
pertunjukan dari Tari Kecak.

Namun, tahukah kamu bagaimana sejarah dari Tari Kecak pada zaman dulu hingga
sekarang bisa menjadi cukup populer? Berikut penjelasan selengkapnya mengenai
sejarah kesenian tradisional bernama Tari Kecak ini.

Alasan Walter membantu Wayan Limbak menciptakan sebuah tarian ini, yaitu karena
Walter sangat tertarik dengan kesenian tradisional satu yakni Tari Kecak. Serta
mempunyai ketertarikan dengan sejumlah ritual tradisional yang masih cukup kental.
Nah, sedangkan seruan kata yang ada atau terdengar ketika para pemain tersebut
memainkan tari Kecak, terdapat juga seruan berupa kata “cak cak cak” ketika kamu
memainkannya seni tari ini.

Dari tradisi Sanghyang, diangkatlah seni tari ini dari sejumlah bagian dari kisah
Ramayana. Sementara itu, asal tarian ini tercipta dari teriakan atau seruan kata yang
muncul dari bibirnya yang berbunyi dan bernama “cak cak cak” ketika d imainkannya
atau dipertunjukkan.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, Tari Kecak ini berasal dari provinsi Bali. Suara
alunan tarian ini menjadi khas ketika para penari mengikatkan krincing pada kaki
masing-masing. Ornamen yang dikenakan menjadi lebih lengkap dan bagus, ketika
mempertunjukan kesenian ini.

Sebab, tarian ini diiringi oleh alunan musik yang berasal dari kerincingan para penari.
Suaranya yang khas itulah menjadi daya tarik tersendiri bagi Tari Kecak ini. Serta
memberikan kesan bagi para penonton yang melihat pertunjukan dan mendengar suara
kerincingan tersebut.

Walter, dan Wayan berdiskusi menciptakan tarian ini dengan semenarik dan secantik
mungkin, kemudian memperkenalkan sampai ke berbagai negara atau mancanegara.
Bahkan tak sedikit dari masyarakat setempat mempertunjukan Tarian Kecak tersebut,
ketika menyambut para tamu besar.

Mulanya, tarian ini hanya ditampilkan di beberapa desa saja, dengan salah satu desanya
yaitu Desa Bona di Gianyar. Seiring berjalannya waktu, pementasan ini semakin
berkembang sampai ke semua daerah yang berada di pulau Bali. Tak hanya itu saja, tari
ini juga dijadikan sebagai pertunjukan andalan saat adanya kegiatan besar. Misalnya
festival yang sering kali dilakukan oleh pihak swasta maupun pemerintah.
Makna dari Gerakannya

Jika kamu melakukan kunjungan untuk berwisata ke pulau Bali. Tentunya, terasa
kurang lengkap, apabila kamu tidak melihat beberapa pertunjukan tradisional yang
paling indah, dan menawan yang ditawarkan pulau ini. Selain Tari Janger, dan Bangor
pertunjukan memukau lainnya yang tidak boleh kamu lewatkan yaitu Tari Kecak,
merupakan salah satu mahakarya seni dari Bali berupa tarian dan drama musikal.

Pertunjukan yang dilakukan di tempat terbuka dengan diiringi hembusan udara


menjelang matahari terbenam. Pada umumnya pementasan ini diadakan di atas tebing
yang menghadap ke laut, cerita ini sepenuhnya bergantung pada cahaya alami di saat
hari itu juga. Bermula ketika senja, cerita berlanjut pada kegelapan, saat hanya ada
cahaya yang datang dari obor bambu yang berkedip-kedip.

Tarian yang berasal dari Pulau Bali ini tidak cuma sekedar gerakan badan semata saja,
akan tetapi terdapat kisah di setiap gerakannya yang bermakna

Tahukah kamu Apa saja makna dari gerakan tarian Kecak ini. Mari simak pemahaman
berikut tentang makna dari gerakan tari Kecak.

Saat para penari memasuki panggung, maka awal kisah dimulainya. Lalu, dilanjutkan
dengan dibawa atau diculiknya Shinta oleh Rahwana. Kemudian, Rahwana bertarung
melawan Jatayu serta Hanoman untuk menyelamatkan Shinta. Di dalam proses
penyelamatan itu, Hanoman mengacaukan tempat penyekapan Shinta dengan cara
membakar.

Akan tetapi, Hanoman malah terkepung oleh prajurit Rahwana dan hampir saja
terbakar. Awalnya, Rama memang mengalami kekalahan. Tapi hal tersebut tak
membuat surut Rama dalam menyelamatkan permaisurinya, yakni Shinta.

Raja Rama pun berdoa dengan kesungguhan hati dan kembali lagi berusaha untuk
membawa kembali sang permaisurinya tersebut. Hingga akhirnya, Rama pun berhasil
mendapatkan Shinta dengan kondisi yang selamat.

Dari kisah itulah, terdapat makna Tari Kecak yang cukup mendalam yaitu adanya
kepercayaan pada kekuatan Tuhan. Hal itu dicerminkan pada tindakan Rama saat
meminta pertolongan kepada Dewata.

Hal seperti itulah memberikan pelajaran bahwa tarian ini dipercaya sebagai ritual untuk
mendatangkan dewi yang sanggup mengusir segala marabahaya, baik itu bencana
maupun penyakit yang menimpa masyarakat.

Sementara itu terdapat pesan moral berupa, Tarian Kecak yang mencerminkan perilaku
Rama kepada permaisuri kesayangannya yaitu Shinta, dan Burung Garuda yang rela
untuk mengorbankan sayapnya demi Shinta.

Anda mungkin juga menyukai