Tari Cokek adalah seni pertunjukan yang berkembang pada abad ke 19 M di Kabupaten
Tangerang, Propinsi Banten. Tarian ini dimainkan oleh sepuluh orang penari wanita, dan
tujuh orang laki-laki pemegang gambang kromong, alat musik yang mengiringinya.
Alunan musik gambang kromong merupakan hasil kombinasi suara yang ditimbulkan
oleh rebab dua dawai, suling, kempul, gong, kendang dan kecrek.
Tari Seudati, berasal dari Arab dengan latar belakang agama Islam. Sebuah tarian
dinamis penuh keseimbangan dengan suasana keagamaan. Tarian ini sangat disenangi
dan terkenal di daerah Aceh. Tari Seudati adalah nama tarian yang berasal dari provinsi
Aceh. Seudati berasal dari kata Syahadat, yang berarti saksi / bersaksi / pengakuan
terhadap Tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad utusan Allah.
Legong merupakan sekelompok tarian klasik Bali yang memiliki pembendaharaan gerak
yang sangat kompleks yang terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon
merupakan pengaruh dari gambuh. Kata Legong berasal dari kata "leg" yang artinya
gerak tari yang luwes atau lentur dan "gong" yang artinya gamelan. "Legong" dengan
demikian mengandung arti gerak tari yang terikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan
yang mengiringinya. Gamelan yang dipakai mengiringi tari legong dinamakan Gamelan
Semar Pagulingan.
Tari Andun dari Daerah Bengkulu
Tari Andun merupakan salah satu tarian rakyat yang dilakukan pada saat pesta
perkawinan. Biasanya dilakukan oleh para bujang dan gadis secara berpasangan pada
malam hari dengan diringi musik kolintang. Pada zaman dahulu, tari andun biasanya
digunakan sebagai sarana mencari jodoh setelah selesai panen padi. Sebagai bentuk
pelestariannya, saat ini dilakukan sebagai salah satu sarana hiburan bagi masyarakat
khususnya bujang gadis.
Tari Selampit Delapan merupakan tari tradisional yang berasal dari Provinsi Jambi. Tari
ini pertama kali diperkenalkan oleh M. Ceylon ketika bertugas pada Dinas Kebudayaan
Provinsi Jambi pada tahun 1970-an. Dalam perkembangannya, tari tersebut kemudian
ditetapkan menjadi salah satu tarian khas Provinsi Jambi.
Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut
dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Reog adalah salah satu
budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik
dan ilmu kebatinan yang kuat. Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa
peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo
terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Adegan dalam seni reog
biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara
pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan
penonton.
Tari Cakalele dari Daerah Maluku
Tarian Cakalele atau tarian kebesaran adalah tarian perang yang saat ini lebih sering
dipertunjukan untuk menyambut tamu agung maupun untuk acara yang bersifat adat.
Cakalele merupakan tarian tradisional Maluku yang dimainkan oleh sekitar 30 laki-laki
dan perempuan. Para penari cakalele pria biasanya menggunakan parang dan salawaku
sedangkan penari wanita menggunakan lenso (sapu tangan). Cakelele merupakan tarian
tradisional khas Maluku.
Tari tepak atau tari tanggai yang biasa digelarkan untuk menyambut tamu-tamu
terhormat. Tarian ini memiliki persamaan dengan tari Gending Sriwijaya. Perbedaannya
pada jumlah penari dan busananya. Tari tepak atau tanggai dibawakan oleh 5 penari
sedangkan tari Gending Sriwijaya 9 penari. Tari Tanggai sering dipergunakan dalam
acara pernikahan masyarakat Sumatera Selatan, acara-acara resmi organisasi dan
pergelaran seni di sekolah-sekolah. Sanggar-sanggar seni di kota Palembang banyak yang
menyediakan jasa pergelaran tarian tanggai ini, lengkap dengan kemewahan pakaian adat
Sumatera Selatan.
Tarian Topeng, salah satu khazanah budaya di Indonesia. Jakarta merupakan hasil
perpaduan antara budaya masyarakat ada di dalamnya. Tari Topeng adalah visualisasi
gerak, yang dibuat nenek moyang tanpa melalui konsep. Ada pengaruh budaya Sunda,
namun memiliki ciri khasnya berupa selancar. Para penarinya menggunakan topeng yang
mirip dengan Topeng Banjet Karawang Jawa Barat, namun dalam topeng betawi
memakai bahasa Betawi. Dalam topeng betawi sendiri ada tiga unsur: musik, tari dan
teater.
Tari Serampang Dua Belas dari Daerah Sumatra Utara
Tari Serampang Dua Belas merupakan salah satu dari sekian banyak tarian yang
berkembang di bawah Kesultanan Serdang di Kabupaten Serdang Bedagai (dahulu
Kabupaten Deli Serdang). Tari ini merupakan jenis tari tradisional yang dimainkan
sebagai tari pergaulan yang mengandung pesan tentang perjalanan kisah anak muda
dalam mencari jodoh, mulai dari perkenalan sampai memasuki tahap pernikahan.
Tari Tor-Tor dari Daerah Batak
Tari tor-tor adalah tarian yang gerakannya se-irama dengan iringan musik (Margondang) yang dimainkan
dengan alat-alat musik tradisional seperti gondang, suling, terompet batak, dan lain- lain. Menurut
sejarahnya tari tor-tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh, dimana roh tersebut
dipanggil dan "masuk" ke patung-patung batu (merupakan simbol dari leluhur), lalu patung tersebut
tersebut bergerak seperti menari akan tetapi gerakannya kaku. Gerakan tersebut meliputi gerakan kaki
(jinjit-jinjit) dan gerakan tangan.
Disebut sebagai tari klasik Surakarta karena bersumber pada tradisi budaya di lingkungan kraton. Semua
gerakan baik itu tangan, kaki, badan maupun kepala memiliki aturan sendiri-sendiri. Gerakan tertentu
bahkan memiliki filosofi yang sarat pesan, tidak sekedar melambangkan sebuah aktivitas. Belum lagi
pakaian yang harus dikenakan dan musik yang mengiringi. Unsur-unsur itulah yang membuatnya berbeda
dengan tari-tarian rakyat yang bersumber pada ekspresi masyakarat tempat dimana tarian itu berkembang.
Menikmati tari klasik jawa di tempatnya dilahirkan, ibarat menjadi bangsawan di masa kerajaan.
Tari Bedhaya Sang Amurwabhumi itu diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X setahun setelah
dinobatkan menjadi raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Karya seni tari yang dicukil dari serat
Pararaton itu mengkisahkan pergulatan asmara serta kepemimpinan yang dipersembahkan Sultan HB X
untuk mengenang ayahanda, Sri Sultan HB IX. Pergelaran tari itu memperlihatkan gerak dan penataan
koreografis tanpa cacat dalam menggambarkan kisah Ken Arok dan sang Pradnya Paramitha Ken Dedes di
sebuah masa yang berbunga dan padat politik kerajaan itu. Menari memang tak hanya sekedar menghafal
gerak. Menari adalah efek ekspresi jiwa, sehingga dengan begitu seluruh tubuh jumbuh, menyatu dalam
sebuah kesatuan gerak. Gerakan tubuh bukan sekedar interprestasi dari fisik semata-mata, tapi juga batin.
Roso. Perasaan. Memang ada sebuah motif di sana. Pemerintahan Sang Amurwabhumi agaknya
mengusahakan harmoni antara kepercayaan Hindu dan Budha. Di kraton Yogyakarta ada ketentraman
budaya yang selalu diupayakan agar ia terawat baik, bagi kehidupan juga bagi bangsanya
Tari Bosara
Merupakan tarian untuk menyambut
para tamu terhormat. Gerakan-gerakan
badannya sangat luwes
Tari Bosara
Tarian ma’gellu’
Tarian ini paling populer ditarikan
oleh para remaja putri padea upacara
kegembiraan seperti pada pesta
panen,pesta perkawinan, dan untuk
menyambut tamu.
Tarian Dao Bulan
Tarian ini juga ditarikan o0leh para
remaja putri dan dimainkan secara
massal pasda upacara-upacara, pesta
panen ,menyambut tamu.
Tarian Ma’Randing
Tarian untuk menjemput dan mengatur
pahlawan perang yang akan pergi
medan perang atau dari media
pertempuran.
Tarian Manimbong
Tarian ini dilakukan oleh beberapa pria
yang memakai kain adat maa’ dan
menggunakan parang-parang antik dan
ikat kepala yang terbuat dari bulu-bulu
ayam.
2. Tari-tarian Daerah Istimewa
Aceh
Tari Seudati, berasal dari Arab dengan
latar belakang agama Islam. Sebuah
tarian dinamis penuh keseimbangan
dengan suasana keagamaan. Tarian ini
sangat disenangi dan terkenal di
daerah Aceh.
.
Tari Bidadari Teminang Anak
Tarian ini dapat pula diartikan bidadari
meminang anak. Tarian adat ini berasal
dari Rejang Lebong.
Tari Bidadari Teminang Anak