Anda di halaman 1dari 16

SENI BUDAYA DAN PRAKARYA

MACAM-MACAM TARIAN

Oleh :

Nama : Oxcellva Maheswari Ghaisani Aulia

Kelas : 6B

No. Absen : 27

Sekolah : SDN PULOGEBANG 11


A. TARI TUNGGAL
Tari tunggal merupakan gerak tari yang hanya dilakukan oleh perseorangan atau satu
individu saja. Tarian ini bisa dilakukan oleh putra atau putri, sesuai dengan jenis tarian yang
akan ditampilkan. Adapun macam-macam dari tari tunggal adalah sebagai berikut :

1. Tari Gatot Kaca (Jawa Tengah)

Tari Gatotkaca atau disebut juga dengan Tari Gatotkaca Gandrung merupakan tarian
tradisional yang berasal dari Jawa Tengah. Tarian ini telah menjadi bagian dari warisan budaya
Indonesia.
Tari gatotkaca termasuk jenis tari tunggal atau perorangan yang biasanya dibawakan oleh
penari pria dengan mengenakan kostum warna hitam dan penutup kepala berupa mahkota garuda
mungkur.
Tari yang disajikan dalam bentuk dramatari ini memiliki banyak variasi koreografi dan motif
dalam pertunjukan Gatotkaca, tergantung untuk acara apa dan di mana ia dipentaskan.

Tarian ini menggambarkan bagaimana kegagahan seorang Gatotkaca pada saat menjaga
wilayahnya, Amartha.
Keunikan dari tarian ini terletak pada tokoh Gatotkaca dan Pergiwa yang ada dalam alur
cerita tersebut, dimana gatotkaca tergila-gila dengan Dewi Pergiwa.
Namun ternyata, Dewi Pergiwa adalah seorang Buta Raseksa “Cakil“, maka murkalah Gatot
kaca dan akhirnya terjadi peperangan. Gatotkaca sendiri adalah seorang tokoh yang terdapat
dalam cerita Mahabharata, ia merupakan seorang putra dari Bimasena atau yang dikenal dengan
Bisma.
Ada beberapa struktur gerakan utama dalam tari Gatotkaca, dalam gerakan ini juga
dipengaruhi dengan adanya tari wayang.
1. Gerak pokok
Dalam gerak pokok terdiri dari gerakan adeg-adeg, jangkung ilo, gedut, sonteng dan
mincid siku
2. Gerak khusus
Gerak khusus di dalamnya memuat mengenai gerakan yang memiliki karakter tertentu.
Misalnya pada saat Gatotkaca munggawa lungguh, maka gerakan khususnya seperti
gading, capang, sawang, pakbang ataupun laras konda.
3. Gerak peralihan
Contoh dari gerakan peralihan seperti gerakan jangkung ilo, adeg-adeg sabukan, gedig
anca atau nenjrag bumi.
4. Gerak penghubung
Dan yang terakhir adalah gerakan penghubung, merupakan gerak yang berfungsi sebagai
penghubung antara koreografi satu dengan yang lain.
Contoh gerakannya seperti trisi hiber, adeg-adeg jurus, adeg-adeg makutaan atau adeg-
adeg sabukan.
Fungsi Tari gatot kaca
Tari Gatotkaca dirancang sebagai pertunjukkan dan hiburan bagi masyarakat. Selain
hiburan, tentu di dalam tari ini tersimpan pesan mengenai cerita Mahabrata. Dimana Gatotkaca
sebagai pahlawan yang melindungi wilayahnya dari gempuran raksasa.
Namun sekali lagi,tari ini lebih menekankan estetika dari pada tujuannya. Karena memang
sejak awal tari ini dibuat untuk hiburan, maka dari segi konsepsional, koreografi dan artistiknya
dibuat lebih menonjol.
2. Tari Gambir Anom (Jawa Tengah)
Tari gambir anom merupakan tari klasik yang berasal dari daerah Surakarta, Jawa Tengah
dan telah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Islam.
Walaupun berbagai kesenian daerah pada sekarang ini dapat dibilang sudah tergerus oleh
perkembangan zaman yang semakin canggih. Akan tetapi, daya tarik dan keunikan kesenian tari
tradisional masih banyak diminati oleh kalangan masyarakat tertentu di Indonesia.

Catatan sejarah tari gambir anom memang masih belum banyak data yang jelas dari para
sejarawan dan seniman. Walaupun demikian, kesenian tari tradisional diyakini sudah ada ketika
masa Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.
Ketika saat itu, gambir anom menjadi salah satu kesenian tari yang banyak ditampilkan di
dalam lingkungan Keraton sebagai tari penyambutan tamu agung.
Tari gambir anom berasal dari Jawa Tengah ini menggambarkan Irawan yang merupakan
anak dari tokoh pewayangan Arjuna. Selain itu, tarian ini biasanya akan dibawakan oleh penari
laki-laki, sebab tidak bisa dilepaskan dari cerita yang dimuat dalam setiap gerakannya.
Walaupun pada awalnya tarian ini dibawakan oleh penari laki-laki secara tunggal, akan
tetapi dalam masa perkembangannya, tari ini malah sering dibawakan oleh penari perempuan.
Hal ini disebabkan dengan semakin cepatnya perkembangan arus modernisasi, maka sudah
jarang para pemuda yang mempunyai kemauan untuk melestarikan tarian ini.
Selain difungsikan sebagai sarana hiburan, tari klasik gambir anom ini juga memberikan
sebuah pesan bagi pemuda tentang percintaan di masa remaja. Selain itu, tari gambir anom
merupakan tarian yang telah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Islam.
Dalam menggambarkan tema cerita yang diangkat di dalam tarian ini, maka terdapat
berbagai gerakan simbolis yang unik dan khas.
Karakteristik gerakan yang unik dalam tarian ini bisa kalian lihat dengan jelas sekali.
Dimana selain menampilkan gerakan yang gemulai, tarian ini juga memberikan gerakan
pantomim. Gerakan pantomim yang biasa dilakukan dalam tarian ini seperti bercermin,
kebingungan, dan lain-lain sebagai penggambaran keadaan seorang remaja yang sedang jatuh
cinta.
3. Tari Topeng Kelana (Jawa Barat)
Tari Klana Topeng merupakan tari tradisional yang berasal dari Pulau Jawa. Tari ini
memiliki beberapa jenis sesuai dengan asalnya.
Di Yogyakarta, tari ini dikenal sebagai tari Klana Alus, sedangkan di Jawa Barat, khususnya
Cirebon, tari ini dikenal sebagai tari Klana Topeng.

Tari Topeng Kelana memiliki perbedaan dengan tari topeng lainnya. Tari ini tidak
menceritakan tentang siklus hidup melainkan menggambarkan tentang sifat buruk manusia yang
penuh emosi dan amarah. Tari Klana Topeng merupakan tarian yang menggambarkan kisah
tentang seorang raja pemarah yang bernama Prabu Klana Sewandana yang sedang jatuh cinta
kepada Dewi Candra Kirana, putri di Kediri.
Tari ini merupakan jenis tarian yang berkembang di wilayah Cirebon. dan biasa diiringi
dengan lagu Gonjing yang dilanjutkan dengan Sarung Ilang.
Gerakan dalam tarian ini menggambarkan seseorang dalam keadaan marah, mabuk,
gandrung, lalu tertawa terbahak-bahak, dan sebagainya.
Tari Topeng Kelana sering pula disebut topeng Rahwana. Hal ini disebabkan tari ini
menceritakan tentang salah satu tokoh Rahwana pada cerita Ramayana. Rahwana sendiri
memiliki cerita dan tabiat yang sama dengan Panji, tokoh dalam Topeng Kelana. Oleh karena itu,
kedua tarian ini disamakan oleh beberapa dalang.

B. TARI BERPASANGAN
Tari berpasangan (duet/pas de duex), Tari berpasangan adalah tari yang diperagakan oleh
dua orang secara berpasangan. Berikut adalah beberapa contoh tari berpasangan.
1. Tari Serampang Duabelas (Sumatera Utara)
Tari Serampang Dua Belas berasal dari Sumatera Utara. Tarian ini menggambarkan kisah
cinta pasangan kekasih dari jatuh cinta sampai jenjang pernikahan, Suku Melayu memiliki
kebudayaan dan kesenian seperti seni tari, seni musik, seni rupa, seni drama, dan jenis seni
lainnya. Suku Melayu yang tinggal di pesisir Sumatera Timur memiliki tarian sakral, tari perang,
dan tari pergaulan. Tarian tersebut berfungsi sebagai sarana upacara adat, upacara agama, sarana
pergaulan, dan tontonan. Salah satu tarian populer Melayu adalah tari Serampang dua belas.
Tarian ini dilakukan secara berpasangan dan diciptakan dari gerak-gerik tari pergaulan. Tarian
ini berkembang dari masyarakat dan kalangan istana.

Tari Serampang Dua Belas berasal dari Sumatera Utara. Tarian ini diciptakan oleh salah satu
guru seni bernama Guru Sauti. Serampang 12 dikenal masyarakat semenjak tahun 1950-an.
Tarian ini termasuk kreasi baru yang mewakili suku Melayu. Tarian ini berkembang pada masa
kesultanan Serdang. Mengutip dari kemdikbud.go.id, nama tari Serampang 12 berasal dari gerak
tarian yang berjumlah 12. Makna Tari Serampang Dua Belas merupakan penggambaran kisah
cinta pasangan.
Tarian ini menceritakan tentang dua anak manusia yang saling mencintai. Kemudian diakhiri
dengan pernikahan yang direstui kedua orang tua. Serampang dua belasi dilakukan secara
berpasangan oleh lelaki dan perempuan. Gerakan tarian menceritakan proses bertemuan
pasangan tersebut. Gerakan tersebut menceritakan pertemuan pertama, cinta meresap,
memendam cinta, menggila mabuk kepayang, isyarat tanda cinta, balasan isyarat, menduga,
masih belum percaya, jawaban, pinang meminang, mengantar pengantin, dan pertemuan kasih.

2. Tari ketuk Tilu (Jawa Barat)

Dalam sejarah yang sering diungkapkan masyarakat Sunda, sebagian dari mereka
mengisaratkan bahwa tarian ini mengandung usur ronggeng. Namun kisah ronggeng diabadikan
dalam tulisan tahun 1809 dari Jacob van Middlekoop berjudul “Reglement van de Tandak op
Ronggeng te Cheribon”.
Selain itu ada buku lain yang mengisahkan sejarah profesi Ronggeng saat berkunjung di
Tasikmalaya yaitu tulisan Pleyte tahun 1816 berjudul “De Eerste Ronggeng”.
Oleh orang Sunda terdahulu, Tari Ketuk Tilu digunakan sebagai salah satu rangkaian upacara
yang dilakukan oleh masyarakat Sunda sebagai bentuk kegembiraan dan wujud syukur untuk
menyambut datangnya hari panen padi. Adapun jumlah penari tari ketuk tilu adalah 12 orang
atau bisa juga dilakukan secara beramai-ramai dengan mengarak seorang gadis desa ketempat
yang luas.
Pada saat mulai melakukan tarian ketuk tilu dan proses arakan, akan ada berbagai iringian
musik tradisional khas Sunda. Acara tradisional ini biasanya dilaksanakan oleh para masyarakat
pada waktu malam hari telah tiba.
Tari ketuk tilu termasuk jenis tari pegaulan yang ditampilkan untuk menunjukkan rasa
kebersamaan dan tenggang rasa antar masyarakat sunda yang mengikuti acara. Awal mulanya
sebelum fungsi tari ketuk tilu ini bergeser menjadi perayaan hari panen, pada zaman penjajahan
belanda tari ini digunakan sebagai glosarium atau hiburan.
Pada dasarnya tari ketuk tilu mengandung unsur tarian, tabuhan dan nyanyian. Seiring
berjalannya waktu dan berkembangknya zaman, kini kegiatan tari ketuk tilu diadakan pada saat
acara-acara yang lain juga seperti pada acara pernikahan, pagelaran masyarakat dan juga
lainnya.
Sekarang tarian ini semkin berkembang dan kemudian dijadikan sebagai ajang bisnis serta
popularitas. Hal itu ditandai dengan adanya kelompok-kelompok tari ketuk tilu yang tersebar di
wilayah priangan Jawa Barat.
 Makna Nama Tarian
Nama ketuk tilu sebenarnya berasal dari sebutan nama alat musik pengiring tarian itu.
Adapun alat musik pengiring itu yaitu terdiri dari tiga buah ketuk/bonang yang bisa
mengeluarkan suara. Ketiga suara itu terdiri dari pola rebab, kendang indung (gendang
besar), dan kendang kulanter (gendang kecil). Dalam iringan musik untuk tari ini agar
mendapat suara yang khas juga diiringi alat musik gong dan kecrek.

 Tari Bernuansa Gembira


Tari ketuk tilu merupakan tarian yang dilakukan oleh seorang pria dan wanita sebagai
expresi dan wujud kegembiraan. Karena tarian ini termasuk jenis tarian yang membawa
kegembiraan, maka tarian ini diawali musik pengiring bertujuan mengumpulkan
penonton dahulu. Setelah para penonton mulai berkerumun, maka penari baru masuk
kedalam area atau tempat meraka akan menampilkan tariannya.
3. Tari Remo (Jawa Timur)

Tari Remo adalah sebuah tarian yang memiliki karakteristik masing-masing. Tari ini juga
memiliki sebuah konsep yang tentunya berbeda dengan tarian lainnya. Dalam konsepnya, tari ini
disajikan dengan konsep gerakkan, pemeran tari, busana dan masih banyak lainnya.
Tari ini biasanya akan dimainkan untuk menyambut tamu yang ada di Jombang, Jawa
Timur. Untuk menjumpai tarian ini, Anda bisa menemukannya dengan mudah yakni pada acara
ludruk ataupun pada hari Besar Nasional tertentu.
Berdasarkan sejarahnya, tarian ini berasal dari Jombang. Namun, kebanyakan masyarakat
yang menarikan tarian ini justru berasal dari daerah Surabaya Malang, Mojokerto, dan juga
Nganjuk. Hal ini karena daerah tersebut memiliki kultur dan nilai budaya yang hampir mirip.
Seperti tari lainnya, Tari Remo juga memiliki nilai sejarah dan filosofi yang terkandung
dalam setiap gerakannya. Hal inilah yang menjadikan Tari Remo menjadi salah satu jenis tari
yang sangat unik.
Dilihat dari sejarahnya, Tari Remo pada awalnya berasal dari Desa Ceweng, Kecamatan
Diwek, Kabupaten Jombang. Tari ini dibuat oleh para seniman jalanan di masa lalu dengan tema
seorang pangeran yang gagah dan berani. Tari Remo merupakan sebuah tari yang berasal dari
Jombang, Jawa Timur.
Jenis tari ini dipercaya sudah ada sejak tahun 1930-an dimana pada saat itu kesenian ludruk
sedang berkembang pesat. Tari Remo merupakan sebuah jenis tarian yang menceritakan
perjuangan dari seorang pangeran yang ada medan laga. Kemudian tari ini mulai dipromosikan
kepada masyarakat sekitar tahun 1900-an dan dijadikan sebagai salah satu ajang untuk
berkomunikasi dengan masyarakat.
Adapun tari ini pertama kali diperkenalkan dengan cara penampilan keliling di jalanan oleh
para pengamen. Hingga akhirnya tari ini terus berkembang dan mulai di alih fungsikan untuk
acara-acara tertentu, khususnya pertunjukkan ludruk.
Begitu eratnya kaitan antara tari ini dengan pertunjukkan ludruk membuat keduanya tidak
bisa dipisahkan. Bahkan, tarian ini menjadi konsumsi hiburan bagi masyarakat ada kala
itu. Seiring berjalannya waktu, tari ini mulai dikenal luas oleh masyarakat, terutama daerah-
daerah tetangga Jombang.
Hingga akhirnya kemudian tari ini disesuaikan dengan tradisi yang ada di daerah-daerah tetangga
tersebut. Pada awalnya, Tari Remo merupakan sebuah tarian yang hanya dibawakan oleh kaum
pria saja. hal ini tentunya sesuai dengan cerita dari tari ini sendiri. Namun, saat ini tari ini mulai
ditarikan oleh perempuan.
Meskipun demikian, kostum dan busana yang digunakan tetaplah busana pria, meskipun
yang menari adalah seorang perempuan. Tarian ini juga tidak hanya ditarikan di daerah Jombang
saja. Namun beberapa daerah yang ada di sekitar Jombang juga banyak diadakan pertunjukkan
tari ini.
Hal ini karena adanya unsur kesamaan karakteristik budayanya. Tidak heran jika Anda
pernah mendengar busana Gaya Surabayaan, Busana Gaya Sawunggaling, Busana gaya
Jombang, Busana gaya malangan pada Tari Remo. Sebab, busana yang digunakan oleh para
penari tari ini memang sudah melebur dengan akulturasi budaya dari daerah-daerah yang ada di
sekitarnya.
Tari Remo juga memiliki makna dan filosofi yang terkandung di dalam setiap gerakannya.
Hal ini bisa dilihat dengan jelas dari beberapa gerakan pada tarian ini. Misalnya saja seperti
gerakan genrung yang menghentak bumi.
Hal ini menjadi sebuah simbol tentang kesadaran manusia terhadap kehidupan yang ada di
bumi. Ada juga yang disebut dengan gerakan gandewa. Ini adalah sebuah gerakan manusia yang
sangat cepat seperti sebuah anak panah yang baru saja dilepaskan dari busurnya.
Selain itu, gerakan ini juga memiliki makna lain seperti sebuah gerakan tapisan yang
mengandalkan kecekatan dan kecepatan tangan. Makanan dari gerakan ini adalah sebuah simbol
penyaluran kekuatan yang berasal dari alam lain kepada manusia dengan cara menggesek-
gesekan telapak tangan. Ada juga gerakan Dan Ngore Remo yang memiliki arti untuk merias diri
terutama riasan rambut.
C. TARI BERKELOMPOK
Tari berkelompok memiliki daya tarik tersendiri karena kekompakan dan keselarasan
gerakannya. Para penari dalam tarian berkelompok harus serempak, serasi, dan saling
melengkapi. Berikut adalah beberapa contoh dari tari berkelompok :
1. Tari Tortor (Sumatera Utara)

Tari Tortor adalah tarian khas dari suku Batak Toba yang ada di provinsi Sumatra Utara.
Tarian ini menjadi hal penting bagi budaya dan adat dari suku Batak. Melalui tarian ini
masyarakat Batak mengutarakan segala harapan, doa, dan perlindungan. Karena itu tari Tortor
bersifat sakral. Biasanya tarian ini dilakukan pada upacara kematian, penyembuhan, panen, dan
lain-lain.

Sejarah Tari Tortor


Tari Tortor diperkirakan sudah ada sejak zaman Batak purba. Namun, pakar tari Tortor
mengungkap tarian ini ada pada sekitar abad ke-13. Di masa itu, tari Tortor diwujudkan sebagai
sebuah persembahan pada roh leluhur. Sifatnya sakral dan digunakan dalam upacara-upacara
tertentu.
Kemudian pada saat agama Kristen masuk di wilayah Silindung, tari Tortor dikenal
sebagai kesenian dan menjadi bagian dari kebudayaan Batak.

Jenis Tari Tortor dan Fungsinya


1. Tortor Pangurason (Pembersihan)
Jenis tari Tortor Pangurason biasanya dilakukan saat ada pesta besar. Tarian ini berfungsi
sebagai permohonan dan pembersihan agar pesta bisa berjalan lancar. Biasanya sebelum
diadakan sebuah pesta, masyarakat Batak akan membersihkan tempat dengan jeruk purut.
Kegiatan itu dipercaya bisa menjauhkan dari bahaya dan bencana.

2. Tortor Sipitu Cawan (Tujuh Cawan)


Saat ada pengangkatan atau penobatan raja Batak, maka tari Tortor Sipitu Cawan akan
dipertunjukkan. Jenis tari Tortor satu ini menggambarkan kisah tujuh putri kayangan yang turun
ke bumi untuk mandi di Gunung Pusuk Buhit. Lalu pada saat yang sama, datang pula pisau tujuh
sarung atau piso sipitu sasarung.

3. Tari Tortor Tunggal Panaluan


Jenis Tortor Tunggal Panaluan biasa dilakukan saat ada sebuah desa yang terkena musibah.
Biasanya jenis tarian ini dilakukan oleh para dukun agar bisa mendapat petunjuk untuk
mengatasi masalah yang ada.

2. Tari Saman (Aceh)


Tari Saman berasal dari Gayo, Aceh. Kesenian tradisional ini memiliki sejarah dalam
masyarakat Gayo. Gerakan Tari Saman beragam dan kompleks sehingga membutuhkan
keserasian dan ketelitian. Tari Saman adalah tari dengan para penarinya begitu kompak bergerak
sama antara satu dengan yang lain dan berimbang tanpa iringan musik.
Sejarah Tari Saman Dalam buku Saman, Kesenian Tanah Gayo oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kebudayaan (Puslitbangbud), saman merupakan tari tradisional masyarakat
Gayo atau suku Gayo yang mendiami Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Tenggara, dan
masyarakat Gayo yang berada di Kabupaten Aceh Timur (daerah Lukup atau Serbejadi).
Diperkirakan bahwa Saman adalah tarian daerah Gayo yang sudah dikenal jauh sebelum
Indonesia menyatakan proklamasi. Dari buku Puslitbangbud, sebelum Belanda tiba di daerah
Gayo, Tari Saman telah lebih dulu ada dan menjadi tarian yang biasa dilakukan oleh orang-orang
Gayo khususnya laki-laki tua dan muda menurut penuturan orang-orang tua dahulu. Menurut
penuturan masyarakat, tari Saman berasal dari kesenian masyarakat Gayo pada masa itu yang
bernama Pok Ane. Kesenian ini mengandalkan tepukan kedua tangan dan tepukan tangan ke
paha sambil bernyanyi riang. Tari Saman mulai populer di Aceh (di luar suku Gayo) pada tahun
1972, ketika Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-2 diadakan. Kepopuleran Tari Saman
meningkat saat sekelompok penari Saman tampil dalam peresmian Taman Mini Indonesia Indah
di Jakarta tahun 1974.
Pada tahun 1975, Tari Saman kembali ditampilkan di Jakarta dalam rangka peringatan hari
ulang tahun ke-30 RI. Tahun-tahun setelahnya, Tari Saman sering ditampilkan sebagai wakil
Aceh beragam Festival Tari Rakyat. Sejak diakui oleh UNESCO, kepopuleran tari saman terus
meningkat. Sebuah acara bertajuk “10.001 Penari Saman” pada 13 Agustus 2017
mempertemukan hingga 12.262 penari Saman di Stadion Seribu Bukit di kota Blangkejeren,
Gayo Lues, Aceh. Acara tersebut masuk dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk peserta
Tari Saman terbanyak menurut situs resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.
Tari Saman biasanya ditampilkan pada acara-acara tertentu, seperti peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW. Tari Saman juga ditampilkan pada setiap acara rakyat, seperti pesta ulang
tahun, pernikahan, atau perayaan lainnya. Tempat untuk Tari Saman biasanya dilakukan di
rumah, lapangan, dan ada juga yang menggunakan panggung.
Posisi penari duduk bersimpuh dengan berat badan bertumpu pada kedua kaki yang terlipat.
Penari sejajar rapat hingga bahu bersentuhan. Gerakan Tari Saman terdiri dari gerak tangan,
badan, dan kepala sehingga menghasilkan ragam gerak.
1. Gerak Tangan
Ada beberapa kategori gerak tangan, yaitu: Gerak tangan bertepuk dalam
berbagai posisi seperti horizontal, bolak-balik seperti baling-baling. Gerak kedua
tangan berimpit dan searah. Gerak ujung jari tengah dan jempol (induk jari)
seakan mengambil sesuatu benda ringan, seperti memetik atau menjentik.
2. Gerak Badan
Pada unsur gerak badan terlihat antara lain: Singkih, artinya miring (ke kiri dan ke
kanan). Lingang, artinya badan dalam posisi duduk melenggang kekanan,
kedepan, kekiri, juga ke belakang. Tungkuk, artinya membungkuk. Langak,
artinya telentang (badan melengkung ke belakang) lebih kurang 60 derajat.
3. Gerak Kepala
Gerak kepala meliputi: Anguk atau mengangguk dalam tempo lambat dan cepat
secara bergantian. Girik artinya kepala berputar seperti baling-baling.
4. Ragam Gerak
Ragam gerak yang terdiri dari: Gerak selalu (gerak seadanya) adalah gerak
perpaduan tangan dengan gerak tangan bertepuk sederhana, bolak balik, dengan
posisi badan duduk berlutut, yang mengayun lembut (kanan, kiri, depan,
belakang), gerak ini terlihat pada awal penampilan. Gerutup, yakni gerak dengan
tepukan yang menggebu-gebu, menepuk dada, dan hempasan tangan ke paha,
dengan posisi badan duduk berlutut atau berdiri diatas lutut. Guncang atau
goncang, yaitu gerak yang bergoncang dengan perpaduan gerak badan dan
tepukan tangan pada dada dengan tempo cepat dan menggebu-gebu. Gerakan ini
biasa terjadi pada posisi berlutut yang disebut guncang atas dan dalam posisi
duduk yang disebut guncang rendah. Surang-saring adalah pola gerak selang-
seling atau bergantian baik untuk posisi atas (ke atas ke bawah), maupun selang-
seling ke depan dan ke belakang, maupun pada gerak singkeh (miring ke kiri dan
miring ke kanan). Biasanya ada kesepakatan menetapkan nomor-nomor penari,
misalnya nomor ganjil ke atas nomor genap ke bawah.
3. Tari Kecak (Bali)
Tari kecak adalah seni tari yang berasal dari Bali. Seni tari kecak ini dipertunjukkan oleh
puluhan penari laki-laki yang duduk berbaris dengan pola melingkar dan dengan irama tertentu
menyerukan "cak, cak, cak" serta mengangkat kedua lengan.

Sejarah
Di tahun 1930-an, seniman Bali bernama Wayan Limbak dan pelukis asal Jerman bernama
Walter Spies menciptakan tarian kecak. Tarian ini terinspirasi dari ritual tradisional yang
dilakukan masyarakat Bali yang kemudian diadaptasi dalam cerita Ramayana dalam kepercayaan
Hindu untuk dipertontonkan sebagai pertunjukkan seni saat turis datang ke Bali.
Tari kecak biasanya dilakukan oleh puluhan laki-laki bertelanjang dada dan mengenakan
kain kotak-kota di pinggang hingga atas dengkul. Tari kecak pertama kali dipentaskan di
beberapa desa saja salah satunya adalah Desa Bona, Gianyar. Namun berkembang ke seluruh
daerah di Bali dan selalu dihadirkan saat kegiatan-kegiatan seperti festival yang dilaksanakan
oleh pemerintah maupun swasta.
Jumlah Penari Kecak
Umumnya tari kecak dimainkan oleh 50 penari laki-laki. Dari semua penari akan
mengeluarkan suara "cak" sehingga membentuk musik secara akapela. Satu orang akan bertindak
sebagai pemimpin yang memberikan nada awal, seorang lagi bertindak sebagai penekan yang
bertugas memberikan tekanan nada tinggi atau rendah dan seorang lagi bertindak sebagai dalang
yang mengantarkan alur cerita.
Di tahun 1979, tari kecak pernah dilakukan oleh 500 penari. Namun rekor tersebut
dipecahkan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan yang menyelenggarakan kecak kolosal dengan
5.000 penari pada 29 September 2006.
Gerakan dan Properti Tari Kecak
Gerak penari kecak tidak harus mengikuti pakem-pakem tari yang diiringi oleh gamelan.
Sehingga dalam tari kecak ini gerak tubuh penari lebih santai dan yang lebih diutamakan adalah
jalan cerita dan perpaduan suara.
Tarian kecak juga disebut dengan ritual sanghyang. Dalam tarian ini ada beberapa properti
yang terlihat yaitu bara api, bunga kamboja, gelang kerincing, selendang hitam putih, topeng
hingga tempat sesaji yang membuat tari kecak terkesan semakin sakral dan mistis.
Makna Pertunjukkan Tari Kecak
Ketika menonton tari kecak, pastikan kamu membaca skrip ringkas yang diberikan saat
membeli tiket agar memahami makna dari tarian kecak.
Tari kecak merupakan ritual shangyang atau tradisi menolak bala yang diselipkan kisah
Ramayana di dalamnya. Tari kecak menceritakan tentang pencarian Permaisuri Shinta, Raja
Rama dibantu oleh Hanoman. Hanoman lalu memporakporandakan tempat penyekapan
Permaisuri Shinta dengan membakarnya. Namun Hanoman justru terkepung oleh prajurit Raja
dan Rahwana dan hampir terbakar.
Pada awalnya Raja Rama mengalami kekalahan, tetapi tidak menyurutkan kesungguhan
Raja Rama menyelamatkan permaisurinya. Raja Rama berdoa dengan sungguh dan kemudian
berusaha kembali. Pada akhirnya Raja Rama dapat menyelamatkan Permaisurinya. Sehingga
makna nilai moral dalam tarian kecak ini ialah kasih yang tulus akan menang dengan doa dan
kesungguhan.

Anda mungkin juga menyukai