Anda di halaman 1dari 14

Tari Lilin (Minangkabau)

Selain tari piring, dari Minangkabau juga ada tari lilin. Tarian ini biasanya dilakukan untuk
menyambut malam ke-21 di bulan Ramadan. Ketika itu, penari akan berpasangan perempuan
dan laki-laki, kemudian mereka menari membawa lilin menyala di atas piring kecil.

Tarian Lilin terinspirasi dari cerita rakyat Minangkabau tentang seorang gadis yang ditinggal
oleh tunangannya. Gadis tersebut juga kehilangan cincin pertunangannya, lantas ia
mencarinya kemana-mana hingga larut malam menggunakan lilin yang ditaruh di atas piring.

Nah, gerakan gadis tersebut yang membungkuk dan meliuk-liuk seolah menari jadi latar
belakang gerakan tarian ini. Para penari akan bergerak secara indah untuk mempertahankan
api lilin agar terus menyala.

Tari Ronggeng Blantek (Betawi)

Etnis Betawi juga memiliki beragam tarian daerah yang populer sejak zaman kolonial
Belanda. Salah satu tarian daerah yang terkenal adalah Ronggeng Blantek.

Tarian yang memiliki tempo cepat dan gerakan enerjik ini awalnya ditampilkan sebagai
pembuka teater rakyat Betawi, Topeng Blantek.

Tarian yang ditarikan oleh penari perempuan ini biasanya dipertunjukkan dengan iringan alat
musik populer Betawi seperti terompet, trombone, baritone, gendang, gong, simbal, dan
tehyan.
Tari Jaipong (Karawang)

Di antara tarian daerah yang ada di daftar ini, Jaipong merupakan tarian yang muncul di era
yang relatif lebih modern. Tepatnya, Jaipong muncul pada tahun 1976. Tarian yang
gerakannya menggabungkan unsur silat, wayang golek dan ketuk tilu ini diciptakan oleh
seniman Jawa Barat, H. Suanda dan Gugum Gumbira.

Saat ditarikan, Jaipong biasanya diiringi oleh musik Jaipongan yang terdiri dari gong, kecapi,
gendang dan rebab.

Tari Topeng (Cirebon)

Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan tarian daerah. Salah
satu tarian daerah yang populer adalah tari bedhaya. Tarian yang biasanya ditampilkan oleh
penari perempuan ini dulunya dipertunjukkan untuk kalangan keraton saja.

Tarian ini bercerita tentang sosok spiritual yang diyakini sebagai penguasa dunia kebatinan di
pantai utara Jawa, Nyi Roro Kidul.

Tari Bedhaya banyak menampilkan gerakan gerakan-gerakan gemulai bertempo lambat.


Bedhaya Ketawang dimainkan dengan diiringi perangkat gamelan lengkap.
Tari Serimpi (Yogyakarta)

Sama seperti bedhaya, pada awalnya tari serimpi merupakan tari yang haya dipentaskan di
keraton saja. Tarian ini konon dipentaskan ketika ada peristiwa penting dalam keraton seperti
pergantian pejabat tinggi.

Tari serimpi sendiri banyak jenisnya, Toppers. Contohnya, serimpi genjung, serimpi babul
layar, serimpi bondan, serimpi anglir mendung dan serimpi dhempel. Biasanya, tarian ini
dimainkan oleh empat penari yang melambangkan api, air, angin dan tanah dan berpakaian
layaknya putri keraton.

Tari Gambyong (Solo)

Dari Jawa tengah, tepatnya di Kota Solo, terdapat tarian daerah yang sudah dikenal sejak
zaman raja-raja Jawa kuno yakni tari gambyong. Pada perkembangannya, tarian ini terus
berkembang dengan koreografi yang bermacam-macam. Tarian ini sebenarnya berakar dari
tayub, sebuah tarian rakyat yang biasa dimainkan ketika pesta panen.

Namun, pihak kraton membawa tarian ini dan mengembangkannya menjadi tarian yang
luwes dan penuh dengan gerakan indah yang sanggup membius mata.
Tari Reog (Ponorogo)

Tari reog adalah salah satu tarian daerah asli Ponorogo, Jawa Timur, yang telah mendunia.
Tarian tradisional ini dimainkan oleh sejumlah pria yang menggunakan topeng kepala singa
bermahkotakan bulu-bulu merak. Berat topeng besar ini bisa mencapai 50 kilogram, lho
Toppers.

Tari tradisional ini konon diciptakan oleh Ki Ageng Kutu, seorang abdi raja Majapahit
terakhir, Bra Kertabumi. Ki Ageng Kutu yang kemudian memberontak pada rajanya tersebut
menggunakan tarian ini sebagai sindiran bagi sang raja yang dianggapnya korup dan berada
di bawah pengaruh Cina.

Hal ini diperlihatkan lewat properti singa barong yang merepresentasikan sang raja dan bulu-
bulu merak di atas kepalanya yang melambangkan pengaruh Cina.

Tari Jaran Kepang (Ponorogo)

Tarian daerah ini merupakan bagian dari tari reog yang sudah kita bahas di atas. Tari jaran
kepang merupakan jenis tarian yang tersebar di sejumlah wilayah di pulau Jawa. Ada yang
menyebutnya tari kuda lumping atau tari jatilan.

Tarian yang menggunakan anyaman bambu dan kulit binatang yang berbentuk seperti kuda
ini menceritakan tentang para prajurit Majapahit yang gagah berani.

Salah satu keunikan dari tarian ini adalah para pemainnya yang bisa mengalami trance
(kesurupan) dan melakukan tindakan berbahaya seperti memakan potongan kaca atau
mengupas kelapa menggunakan gigi.
Tari Kecak (Bali)

Selain reog, tari kecak merupakan salah satu tarian daerah di Indonesia yang banyak dikenal
oleh orang asing. Maklum, tarian ini sangat sering dipertunjukkan baik di Bali maupun di luar
negeri.

Tari kecak sendiri diciptakan oleh penari Bali, Wayan Limbak dan pelukis asal Jerman,
Walter Spies. Tarian yang biasanya dimainkan oleh belasan bahkan puluhan laki-laki ini
diambil dari tarian ritual penolak bala bernama tari sanghyang.

Tarian yang dimainkan tanpa alat musik ini bercerita tentang pasukan kera yang membantu
Rama melan raja jin yang jahat, Rahwana.

Tari Pendet (Bali)

Salah satu tarian tertua di Bali ini dikenal sebagai tarian penyambutan bagi tamu atau turis
yang datang ke sebuah tempat wisata. Namun, tari ini sebenarnya merupakan tarian ritual
yang awalnya hanya dipentaskan di pura.

Tari yang bisa juga dipentaskan secara beramai-ramai ini merupakan bagian dari ritual
penyambutan turunnya dewata ke bumi. Biasanya penari pendet mengenakan kemben dan
kain berwarna keemasan sambil memegang bokor, tempat menaruh bunga yang nantinya
akan ditaburkan.
Tari Kancet Ledo/Tari Gong (Kutai Kertanegara)

Tarian asal Kalimantan Timur ini dikenal akan keindahan gerak tarinya dan keunikan busana
serta kelengkapan tari yang dikenakan penari. Dalam versi aslinya, para penari perempuan
yang menggunakan pakaian adat Dayak Kenyah ini harus menari di atas gong. Itulah
alasannya jika tarian ini juga disebut sebagai tari gong.

Selain memiliki makna keseimbangan dalam hidup, tarian ini sendiri memiliki
menyimbolkan karakter wanita dayang yang cantik, pandai dan indah untuk dipandang.

Tari Tempurung (Sulawesi Utara)

Tari tradisional dari Sulawesi Utara ini menggunakan atribut tempurung atau batok kelapa
yang biasa digunakan warga sebagai wadah tertentu atau mangkuk. Suara dari tempurung
yang saling dipukul akan membunyikan suara khas yang nyaring. 

Tarian ini mempunyai makna sebagai ungkapan rasa syukur serta apresiasi terhadap keluarga
petani atas hasil panen kopra atau buah kelapa.
Tari Kipas Pakarena (Sulawesi Selatan)

Tari Kipas Pakarena berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan. Setiap gerakan dari tarian
mencerminkan karakter perempuan Gowa yang patuh, sopan, dan hormat terhadap laki-laki,
khususnya terhadap suami.

Terdapat aturan unik pada tarian ini. Para penari tidak diperbolehkan membuka matanya
terlalu lebar, sementara gerakan kakinya tidak boleh diangkat terlalu tinggi. Tarian ini
biasanya berlangsung selama sekitar dua jam.

Tari Paduppa Bosara (Sulawesi Selatan)

Tari Padduppa Bosara adalah tarian penyambutan orang bugis-makassar. Tarian ini
menggunakan properti berupa Bosara yang biasa digunakan unutk menghidangkan makanan
jika kedatangan tamu.

Pada zaman dahulu kesenian tradisional ini sering ditarikan untuk menjamu raja, menyambut
tamu agung, pesta adat, dan pesta perkawinan.

Bosara sendiri merupakan tempat sajian kue tradisional atau lauk yang biasanya diletakkan di
meja dalam rangkaian acara tertentu, khususnya acara yang bersifat tradisional dan
kebudayaan.
Tari Gandrung Lombok (Nusa Tenggara Barat)

Tari Gandrung merupakan kesenian tari tradisional asal Lombok yang ditarikan oleh penari
wanita yang diiringi dengan seperangkat gamelan. Tarian ini biasanya juga ditampilkan
dengan puisi dan nyanyian.

Meski namanya serupa, tari gandrung asal Lombok berbeda dengan yang ada Jawa maupun
Bali. Perbedaan yang sangat menonjol dapat ditemukan baik pada gerakan, kostum maupun
penyajian pertunjukannya.

Awalnya, tarian ini digunakan untuk menghibur para prajurit setelah pulang dari medan
perang. Dengan iringan dari beberapa perangkat Gamelan yang ada, para penari wanita
menari sambil mengajak satu persatu para prajurit untuk menari secara berpasangan.

Tari Caci (Nusa Tenggara Timur)

Tari Caci atau adalah tari perang antara sepasang penari laki-laki yang bertarung dengan
cambuk dan perisai. Penari yang bersenjatakan cambuk (pecut) bertindak sebagai penyerang
dan seorang lainnya bertahan dengan menggunakan perisai (tameng). 

Tari ini dimainkan saat syukuran musim panen, ritual tahun baru, upacara pembukaan lahan,
serta dipentaskan untuk menyambut tamu penting.
Tari Lego Lego (Nusa Tenggara Timur)

Tari Lego-Lego berasal dari Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Tarian ini ditujukan
untuk mengajak masyarakatnya bersatu membangun kampung dan negeri dan biasa
ditampilkan pada saat upacara adat.

Tarian ini biasanya dilakukan oleh anak-anak muda. Para perempuan dan lelaki setempat
yang terlibat dalam tarian ini mengenakan kain tradisional. Sementara, bagian bernyanyi dan
berpantun biasanya dilakukan oleh orang-orang tua.

Tari Tide Tide (Maluku Utara)

Tari Tide Tide adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Halmahera Utara,
Maluku Utara. Tarian ini biasanya ditarikan secara berpasangan oleh pria dan wanita pada
acara-acara tertentu seperti pesta adat, penyambutan, pernikahan, dan lainnya.

Tide Tide merupakan tarian yang memberikan gambaran tentang kehidupan pergaulan antara
pria dan wanita di Halmahera pada masa itu. Dalam pertunjukannya, para penari akan diiringi
dengan alunan musik dari tifa, biola, dan gong.
Tari Saureka Reka (Maluku)

Tarian Saureka Reka dimainkan oleh muda mudi yang terdiri dari 4 laki-laki dan 4
perempuan. Pada mulanya, tarian ini dimainkan hanya pada saat musim panen sagu yang
merupakan ungkapan rasa syukur rakyat namun pada saat ini tarian Saureka Reka sudah
banyak dimainkan pada pertunjukkan-pertunjukkan.

Properti yang digunakan untuk tarian ini adalah gaba-gaba, tifa, dan totobuang. Gaba-gaba
hanya dimainkan oleh laki-laki sementara perempuan menari menghindari gaba-gaba.
Sedangkan tifa dan totobuang digunakan sebagai musik pengiring tarian.

Tari Awaijale Rilejale (Papua)

Tari Awaijale Rilejale berasal dari daerah Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.

Tarian ini dilakukan oleh sekelompok pria dan wanita. Dalam menampilkan tarian, para
penari menggunakan pakaian adat Papua bernama Pea Malo. 

Pakaian ini terbuat dari serat pohon genemo, kulit kayu, dan daun sagu. Tidak lupa,
dilengkapi perhiasan hamboni atau kalung manik-manik yang menambah kesan etnik pada
tarian.
Tarian ini menggambarkan tentang keindahan alam danau Sentani di waktu senja, yang
menceritakan bahwa para warga pulang dari bekerja dengan menaiki perahu.

Tari Selamat Datang (Papua Timur)

Tari Selamat Datang dari Papua Timur ini merupakan bentuk ungkapan rasa hormat dan juga
ungkapan rasa syukur serta kebahagiaan masyarakat Papua dalam menyambut para tamu.
Tarian Selamat Datang dilakukan secara beramai-ramai.

Umumnya dilakukan oleh wanita. Para penari membentuk sebuah lingkaran dan menari serta
bernyanyi secara bersahutan. Penari wanita menjemput para tamu dan memakaikan sebuah
penutup kepala dan kalung untuk bentuk penghormatan.

Para pria biasanya baru akan bergabung menari ketika tarian sudah setengah perjalanan.
Mereka ikut berputar dengan sesekali mengangkat tombak, panah, dan senjata-senjata lain
kebanggaan mereka.

Tari Sajojo (Papua)

Tari Sajojo merupakan tarian tradisional yang berasal dari Papua. Tarian ini sering
dipentaskan di berbagai acara, baik acara adat, budaya, maupun sekedar untuk hiburan.

Kesenian tari ini tidak diketahui secara pasti asal usulnya. Menurut beberapa sumber, tarian
ini sudah mulai ada sejak tahun 1990-an. 

Nama tari Sajojo diambil dari judul lagu yang mengiringinya yaitu Sajojo. Lagu “Sajojo”
merupakan lagu daerah dari Papua yang menceritakan tentang sebuah kisah perempuan
cantik dari desa. 
Kostum tarian ini hampir sama dengan kostum tarian tradisional Papua lainnya. Kostumnya
biasanya merupakan busana tradisional yang terbuat dari akar atau daun.

Tari Yospan (Papua)

Tarian yang satu ini berasal dari Papua dan merupakan salah satu tarian yang paling dikenal
di Indonesia. Pada tahun 1980-an, tarian ini mulai dikenal secara umum di tanah Papua. Tari
Yospan memiliki kepanjangan Yosim Pancar. Tari Yosim Pancar masing-masing memiliki
sejarah dari jenis tarian tersebut.

Berdasarkan sejarahnya, Tari Yosim berasal dari 2 daerah, yaitu Sarmi dan Biak. Tari Yosim
yang berasal dari Sarmi merupakan jenis tari yang bersifat sukacita biasa ditampilkan oleh
masyarakat pada berbagai kegiatan bahagia.

Para pria menggunakan celana pendek, dada terbuka, dan kepala yang dihiasi bulu-bulu
burung. Sedangkan, para wanita menggunakan sarung tenun yang menutup dada, juga kepala
yang dihiasi dengan bunga dan bulu-bulu burung.

Tari Ranup Lampuan (Aceh)

Tari Ranup Lampuan merupakan tarian tradisional yang berasal dari Aceh, yang dalam
bahasa Aceh berarti sirih dalam puan. Sementara itu, puan adalah tempat sirih khas Aceh.
Acara koreografi Tarian Ranup Lampuan menceritakan bagaimana masyarakat Aceh
menyambut tamu dengan menyuguhkan sirih sebagai tanda terima mereka.

Gerakan Tari Ranup Lampuan berupa gerakan salam sembah, memetik sirih lalu membuang
tangkainya, membersihkan sirih, menyapuklan kapur, lalu memberi gambir dan pinang,
sampai menyuguhkan sirih pada yang datang. Bisanya, tarian ini dilakukan untuk
penyambutan tamu terhormat yang dibawakan oleh penari wanita.

Anda mungkin juga menyukai