Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH TARI KIPAS

D
I
S
U
S
U
N
Oleh
Nama : Maudy Agustriani Ardin
Kelas : 8 C
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT yang telsh


memberikan rahmat, kesehatan dan karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini yang berjudul “Sejarah
Tari Kipas” biasa selesai sesuai waktu yangtelah di tentukan.
Penulisan makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa
dukungan dan bantuan dari semua pihak. Untuk itu, perkenankan
penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:
1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulisan ini dapat terselesaikan
2. Ibu Marina Asnusa selaku guru mata pelajaran Seni Budaya
3. Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

Semoga melalui hasil makalah ini, memberikan banyak manfaat yang


berharga bagi setiap pembaca. Saya sangat membutuhkan kritikan dan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi kemajuan
makalah ini selanjutnya yang lebih baik dan maksimal. Sekali lagi saya
ucapkan terima kasih banyak dan mohon maaf bila ada salah kata
dalam penyusunan tugas makalah ini.

Bandar Lampung, 18 Maret 2020

Penyusun
SEJARAH TARI KIPAS

Tari Kipas Pakarena merupakan kesenian masyarakat


Gowa yang sering dipentaskan untuk mempromosikan
pariwisata Sulawesi Selatan. Dalam bahasan setempat,
“Pakarena” berasal dari kata “karena” yang memiliki arti
“main”. Tarian ini sudah menjadi tradisi di kalangan
masyarakat Gowa yang merupakan bekas kerajaan
Gowa.
Berawal dari kisah perpisahan antara penghuni boting
langi (negeri khayangan) dengan penghuni lino (bumi)
pada zaman dahulu. Konon, sebelum berpisah, penghuni
boting langi sempat mengajarkan bagaimana cara
menjalani hidup, bercocok tanam, beternak, dan berburu
kepada penghuni lino, melalui gerakan-gerakan badan
dan kaki. Selanjutnya, gerakan-gerakan itu pula yang
dipakai penghuni limo sebagai ritual untuk
mengungkapkan rasa syukur kepada penghuni boting
langi.
Ekspresi tarian ini mencerminkan karakter perempuan
Gowa yang sopan, setia, patuh dan hormat terhadap laki-
laki pada umumnya, khususnya terhadap suami. Tarian ini
terbagi dakam 12 bagian, meski agak susah dibedakan
oleh orang awam karena pola gerakan satu bagian
cenderung mirip dengan bagian yang lain. Tapi setiap pola
mempunyai makna tersendiri. Seperti gerakan duduk yang
menjadi tanda awal dan akhir pementasan tarian
pakarena. Gerakan berputar searah jarum jam
melambangkan siklus hidup manusia. Gerakan naik turun
mencerminkan roda kehidupan yang kadang berada di
bawah dan kadang di atas.
Tarian kipas pakarena memiliki aturan yang unik, dimana
penarinya tidak di perkenankan membuka matanya terlalu
lebar, dan gerakan kakinya tidak boleh diangkat terlalu
tinggi. Aturan ini melambangkan suatu nilai kesopanan
yang dijunjung tinggi.maka untuk melakukan tarian ini,
diperlukan rasa sungguh-sungguh dengan hati yang tulus.
Tarian ini berlangsung selama dua jam, jadi penarinya
diharuskan memiliki kondisi fisik yang prima.
Tabuhan Gandrang Pakarena yang disambut dengan
bunyi tiup-tiup seruling akan mengiringi tarian penari.
Jumlah pemain yang memainkan alat musik pengiring
berjumlah 4-7 orang pemain. Gemuruh hentakan
gandrang berfungsi sebagai pengatur irama dianggap
sebagai cermin dari watak kaum lelaki Sulawesi. Sebagai
pengatur irama music pengiring, pemain gandrang harus
paham dengan gerakan tarian Pakarena. Tarian ini
biasanya berjumlah tujuh orang, dan dikenal dengan
Gondrong Rinci.
Tidak hanya penari saja yang bergerak, penabuh
gandrang juga ikut menggerakan bagian tubuhnya,
terutama kepala. Ada dua jenis pukulan dalam menabuh
gandrang, yaitu menggunakan stik atau bambawa yang
terbuat dari tanduk kerbau, dan menggunakan tangan.
Tarian adat ini biasanya ditampilakan pada acara yang
sifatnya adat maupun hiburan. Tarian ini mengandung
makna khusus dan nilai-nilai yang sangat penting bagi
masyarakat gowa. Salah satunya adalah sebagai
ungkapan rasa syukur atas kebahagian yang telah mereka
peroleh. Kebahagian-kebahagian tersebut diungkapkan
melalui gerakan-gerakan yang dilakukan oleh para penari.
Selain ungkapan rasa syukur, ada makna kedua yang
dapat ditemukan, yakni ekspresi kelembutan dan kesucian
serta kesantunan dari kaum wanita. Hal ini terwujud dari
gerakan-gerakan para penari yang lemah dan lembut.
Liku-liku tarian ini biasanya didominasi dengan gerakan
salah satu tangan yang memainkan sebuah kipas lipat,
serta tangan yang lain begerak dengan lemah lembut.
Gerakan badan mengikuti irama gerakan tangan dan kaki
yang melangkah.
Kostum Tarian kipas yang digunakan ini umumnya
adalah busana adat khas Gowa. Para penari umumnya
menggunakan baju yang longgar, selempang kain, serta
sarung khas dari Sulawesi Selatan. Pakaian-pakaian
tersebut menjadikan suatu ciri khas menarik yang berbeda
dengan kostum tari kipas lainnya.
Pada bagian kepala penari, biasanya dikonde, serta
dihiasi tusuk berwarna emas dan memiliki desain bunga-
bunga yang mewarnainya. Aksesoris yang digunakan
penari adalah kalung, gelang, serta anting yang khas
untuk penari. Selain itu, penari juga tidak lupa membawa
alat kipas sebagai aksesoris utama yang digunakan saat
melakukan tarian.
Jika memiliki pada tradisi aslinya, pertunjukan seni Tari
Pakarena bisa berlangsung hingga semalaman penuh,
tarian ini terdiri dari tiga babak, dimana babak pertama
biasanya dimulai pukul 20.00 dan berakhir sebelum
terbitnya matahari. Sehingga, diperlukan penari serta
musisi cadangan agar pertunjukan bisa berlangsung
dengan sukses.
Meskipun tarian ini sudah berlangsung sejak lama, Tari
Kipas ini masih terus dilestarikan, dipertahankan serta
dikembangkan sampai sekarang. Tarian ini masih dapat
dilihat di banyak acara, baik acara adat ataupun acara-
acara hiburan lainnya. Perkembangan yang ditemui dari
tarian ini adalah kreasi dan variasinya.
Sebagai jenis tarian adat, tarian ini masih tetap
dilestarikan oleh masyarakat Gowa dan masyarakat lain di
daerah Sulawesi Selatan. Tarian ini membuat kebudayaan
di Sulawesi Selatan menjadi lengkap dan menarik.

Anda mungkin juga menyukai