Anda di halaman 1dari 13

Mengkaji Tarian I

Tari Kipas Pakarena

Wa Ode Dian Pratiwi


A. Latar Belakang
Tari kipas adalah kesenian tradisi yang berasal dari Kabupaten Gowa,
Provinsi Sulawesi Selatan. Di daerah Gowa, nama tarian ini mempunyai
nama Tari Kipas Pakarena.
Berdasarkan sejarah, Tari Kipas Pakarena merupakan salah satu kesenian
tari peninggalan dari Kerajaan Gowa. Dahulunya, kerajaan itu mengalami
masa kejayaan dan berhasil menguasai daerah Sulawesi yang berada di
bagian selatan sejak bertahun-tahun.
Menurut bahasa dari daerah setempat kata “Pakarena” berasal dari kata
“karena” yang mempunyai makna yaitu “main”. Tarian ini sendiri telah
dijadikan sebagai tarian daerah oleh masyarakat daerah Gowa yang
dahulunya adalah bekas dari Kerajaan Gowa.
Tarian daerah ini dulunya, dimainkan di dalam istana Kerajaan Gowa oleh
seorang putri-putri bangsawan. Tari Kipas Pakarena tersebut juga digunakan
sebagai bentuk pelengkap maupun suatu hal wajib dipertunjukkan ketika ada
upacara adat, pesta kerajaan, dan lain sebagainya.

Pada zaman dahulu, tarian ini berasal dari kisah perpisahan yang terjadi
antara penghuni lino atau disebut juga bumi, dengan boting langi atau
disebut juga sebagai negeri khayangan. Sebelum terjadi perpisahan,
diceritakan bahwa boting langit telah memberikan ilmunya mengenai
bagaimana cara hidup di bumi dengan baik.
Mulai dari bercocok tanam, beternak sampai dengan berburu semuanya telah
diajarkannya kepada para penghuni lino. Mereka mengajarkannya melalui
sebuah gerakan kaki maupun gerakan tangan. Dari gerakan tersebutlah
menjadikan para penghuni lino untuk membuat hal itu sebagai sebuah ritual.
Ritual tersebut dipakainya sebagai bentuk ungkapan rasa syukur yang telah
diberikannya pada boting langi. Hingga akhirnya muncullah sebuah nama
tarian bernama Tari Kipas. Gerakan pada tarian tersebut mengandung
sebuah ekspresi kelembutan.
Hal itu menggambarkan mengenai sebuah sifat yang dimiliki oleh
perempuan daerah Gowa yaitu patuh, setia, sopan, dan hormat pada lelaki,
terutamanya terhadap suami. Pada dasarnya, Tarian Kipas ini terbagi ke
dalam 12 bagian. Hanya saja tari kipas ini sangat sulit untuk dibedakan,
terlebih-lebih bagi orang yang baru mengenal sebab gerakan pada tarian ini
hampir serupa.
Setiap gerakan pada tari ini mempunyai makna masing-masing. Misalnya
yaitu ketika para penari melakukan gerakan duduk, maka hal itu sebagai
bentuk tanda dimulai dan diakhiri pertunjukan Tari Kipas. Sementara untuk
gerakan berputar searah dengan jarum jam mempunyai makna berupa siklus
hidup pada manusia. Serta beberapa gerakan lainnya yang memiliki makna
tersendirinya.
Selain itu, Tari Kipas Pakarena juga pernah digunakan sebagai tarian resmi
di Istana ketika masa pemerintahan Raja Gowa di abad ke 16. Dari situlah
budaya kesenian tari ini lahir dari masa ke masa. Kemudian berdampak bagi
kebudayaan masyarakat daerah Gowa dan sekitarnya.

Hingga akhirnya tarian kipas pakarena diturunkan dari generasi ke generasi


sampai saat ini. Meskipun Kerajaan Gowa telah tiada, namun Tari Kipas
Pakarena tetap ada, dan dilestarikan oleh masyarakat daerah Gowa, dan
sekitarnya.

Fungsi Tari Kipas Pakarena


Serupa halnya dengan tarian daerah lainnya, tarian kipas Pakarena juga
mempunyai fungsi tertentu pada setiap pertunjukannya. Apa saja fungsinya?
Berikut adalah beberapa fungsi Tari Kipas Pakarena yang diantaranya yaitu:

1. Tari Ritual
Berdasarkan sejarah, tarian kipas Pakarena memiliki hubungan mengenai
kisah antara langit atau khayangan dan bumi atau penghuninya. Tari kipas
ini diselenggarakan sebagai bentuk tarian ritual. Memiliki tujuan untuk
ungkapkan rasa syukur dan terimakasih kepada bumi dan langit.

2. Tari Pengiring Raja


Pada zaman dahulu, tarian kipas pakarena berfungsi sebagai tarian
penggiring bagi Raja Gowa hingga saat ini. Meskipun kini, kerajaan Gowa
telah tiada, namun tetap digunakan sebagai pengiring para pemimpin daerah
Gowa.

3. Sarana Dakwah
Tak hanya sebagai ritual dan pengiring saja, Tari Kipas Pakarena juga
berfungsi sebagai media dakwah. Lewat gerakan-gerakannya tersebut, tarian
ini mengajarkan mengenai kehidupan bahwa manusia perlu untuk sabar dan
tidak mudah menyerah maupun putus asa.

4. Wujud Syukur
Fungsi Tari Kipas Pakarena selanjutnya yaitu wujud syukur. Tarian ini
mulanya dilakukan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur karena pertanian
berjalan secara baik, dan hasil panen yang melimpah

5. Sarana Hiburan
Fungsi Tari kipas Pakarena yang terakhir ini yaitu sebagai sarana hiburan.
Biasanya tarian ini dipertunjukkan untuk media hiburan bagi masyarakat
Gowa maupun para wisatawan yang datang berkunjung ke daerah Gowa.
Perkembangan Tari Kipas Pakarena

Tarian Kipas Pakarena ini sudah ada ketika zaman dulu, dan masih bertahan
sampai saat ini. Masyarakat daerah Gowa tetap melestarikan dan menjadikan
tarian ini menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Tarian ini berawal
sebagai bentuk ungkapan rasa syukur, kini mulai berkembang menjadi tarian
daerah dan hiburan bagi masyarakat Gowa, dan sekitarnya.

Tarian ini pula sering kali dipertunjukkan pada sebuah acara festival guna
memperkenalkan wilayah Gowa. Kini, tarian kipas Pakarena sudah
mengalami perkembangan yang cukup pesat mulai dari kostum yang
dikenakannya hingga gerakannya.

Walaupun mengalami suatu perkembangan, tetapi ciri khas utama dari tari
kipas ini tetap ada atau tidak dihilangkan. Karena hal itulah yang membuat
karakteristik dari tarian kipas pakarena berbeda dengan tarian lainnya.

Makna Tari Kipas Pakarena


Tak hanya memiliki fungsi saja, Tari kipas pakarena juga mempunyai
beberapa makna yang diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Makna Tarian Kipas Pakarena yang pertama yaitu menggambarkan
mengenai karakter yang kontemplatif, hening, dan teduh.
2. Makna Tarian Kipas Pakarena yang kedua yaitu menceritakan mengenai
hubungan antara manusia dengan sang pencipta. Disesuaikan oleh ritme
dalam kehidupan.
3. Makna Tarian Kipas Pakarena pada Gerakan tari yang sulit tersebut,
menggambarkan mengenai persoalan atau masalah, dan kesulitan yang
terjadi di dalam kehidupan.
4. Makna gerakan tari berputar dengan mengikuti arah pada jarum jam
tersebut, memiliki makna yaitu siklus kehidupan manusia.
5. Makna gerakan tari kipas pakarena dalam gerakan mengeper secara naik
turun itu, menggambarkan mengenai irama pada kehidupan.
6. Makna gerakan tari yang terakhir yakni, berupa Alunan musik yang
mendayu-dayu memiliki makna bahwa seorang perempuan Makassar
mempunyai karakter yang lemah lembut.
Dari situlah kamu telah mengetahui apa saja makna dalam tari kipas
pakarena.

Gerakan Tari Kipas Pakarena


Setiap tarian daerah tentunya mempunyai gerakan-gerakan yang digunakan
untuk mempercantik penampilan ketika berada di atas panggung. Begitu
pula dengan Tari Kipas Pakarena, tarian ini mempunyai beberapa gerakan
masing-masingnya. Gerakan penari ini merupakan sebuah gambaran
mengenai kelembutan atas sifat dari wanita Makassar. Terdiri dari sifat setia,
sopan, hormat, dan patuh pada lelaki. Terutamanya kepada suaminya sendiri.
Apa saja gerakan tarian kipas pakarena? Berikut adalah gerakannya:
a. Gerakan tangan
Gerakan tari yang pertama yaitu gerakan tangan. Biasanya masyarakat yang
mempelajari gerakan ini melakukannya dengan cara mengayunkan ke kiri
dan ke kanan. Serta tak lupa juga mengayunkan kearah depan. Dengan
mengikuti tempo yang lambat. Penari hanya mengangkat tangannya sebatas
bahu dengan sangat lembut. Hal itu dilakukan agar para penonton yang
menyaksikan sulit membedakannya.
Setiap gerakan yang dilakukan oleh para penari mempunyai makna
tersendiri. Seperti gerakan awal dan gerakan akhir dengan berposisi duduk.
Memiliki makna bahwa tarian yang dipentaskan ini dimulai dan diakhiri.
Lalu, ada pula gerakan memutar, gerakan itu bermakna sebagai gambaran
mengenai siklus hidup manusia.
Gerakan tersebut mempunyai makna bahwa kehidupan manusia yang
berjalan itu tak selamanya berada diatas, sebab ada kalanya berada dibawah
seperti halnya sebuah roda.
Tarian kipas ini juga mempunyai peraturan yang dapat terbilang cukup unik.
Ketika menari, para penari yang menampilkan tarian ini tidak diperbolehkan
untuk membuka matanya dengan terlalu lebar.

b. Gerakan kaki
Gerakan tarian kipas pakarena yang kedua yaitu gerakan kaki. Pada gerakan
kaki, para penari tidak diperbolehkan untuk mengangkatnya terlalu tinggi.
Sebab pertunjukan ini berlangsung selama 2 jam. Penari dituntut untuk
mempunyai fisik yang sehat. Itulah alasan mengapa para penari tidak
diperbolehkan mengangkat terlalu tinggi.
Sementara itu untuk alunan pengiring tarian ini memakai sebuah alat musik
yang berasal dari tabuhan gendang dan juga seruling. Agar bisa mengiringi
para penari dalam setiap gerakan tarinya.

Makna Gerakan Pada Tari Kipas Pakarena


Gerakan berputar searah jarum jam pada tari tradisional ini melambangkan
siklus hidup manusia.
Gerakan naik dan turun melambangkan simbol roda kehidupan manusia
yang kadang berada di atas, kadang berada di bawah.
Kelembutan cara menari, mencerminkan karakter perempuan Gowa yang
sopan, setia, hormat, dan patuh. 
Secara keseluruhan, tari ini menunjukkan rasa syukur yang dirasakan oleh
penduduk bumi. 

Kostum Tari Kipas Pakarena

Para penari kipas pakarena biasanya menggunakan baju adat khas daerah
Gowa. Baju adat itu bernama Baju Bodo.

Baju bodo adalah baju adat masyarakat suku bugis. Di setiap pakaian
tersebut, mempunyai warna pakaian yang berbeda-beda. Hal tersebut
bertujuan sebagai penanda atas stratifikasi sosial.

Baju bodo adalah baju adat masyarakat suku bugis. Di setiap pakaian
tersebut, mempunyai warna pakaian yang berbeda-beda. Hal tersebut
bertujuan sebagai penanda atas stratifikasi sosial.
Pakaian yang memiliki warna hijau dikenakan untuk bangsawan. Pakaian
berwarna putih dipakai untuk ibu yang sedang menyusui seorang bayi, dan
beberapa warna lain sebagainya.

Namun dengan seiring kemajuan zaman makna itu mulai memudarnya, dan
sekarang tidak lagi harus berpatokkan kepada warna-warna diatas karena di
zaman sekarang bukan lagi zaman kerajaan. Sebab baju bodo yang dulu
terbuat dengan menggunakan kain sutra. Kini dibuat dengan memakai kain
kasa secara transparan, memiliki lengan yang pendek, dan dijahit secara
bersambung pada bagian lengan dalamnya.
Tak hanya mengenakan baju khas daerah Gowa saja, penari juga memakai
kain selempang, dan sarung khasnya yang berasal dari Sulawesi Selatan.
Kostum tersebut sangat menarik dan menjadi pembeda dengan tarian daerah
lainnya.

Selanjutnya, pada bagian kepala tersebut dikonde dan dimasukkan sebuah


hiasan berwarna emas dengan desainnya yaitu bunga. Kemudian ditusukkan
ke bagian kepala penari. Sementara untuk aksesoris penari berupa gelang,
kalung, dan juga anting sebagai pelengkap penampilan para penari. Serta tak
lupa, setiap para penari membawa sebuah kipas yang merupakan properti
utama dan ciri khas dalam tari kipas pakarena.

Properti Tari Kipas Pakarena


Atribut yang wajib dibawa oleh penari antara lain:
a. Kipas
Kipas berjenis lipat berukuran besar ini digunakan oleh masing-masing
para pemain.

Jumlah kipas yang dibawa masing-masing tangan kanan dan kiri ada 2
buah.

Warna-warna umumnya adalah cerah, seperti merah, kuning, ungu, atau


putih.

Karena ini adalah Tari Kipas, maka para penari harus memiliki
keterampilan yang baik dalam memainkan kipas.

Sehingga tarian indah pun bisa ditampilkan saat pertunjukan.

Apalagi tarian ini dimainkan selama 2 jam.

b. Baju pahang
Tenunan tangan asli dari Provinsi Sulawesi Selatan ini sendiri bernama Baju
Pahang.
Baju ini menjadi busana dan properti dalam penarian Kipas Pakarena.
Saat seorang penari mengenakannya, akan seketika didapatkan sebuah kesan
yang unik.

c. Gelang khas Sulawesi

Beragam tarian telah banyak memanfaatkan gelang sebagai aksesorisnya.


Gelang dalam tari ini lazimnya berwarna emas dan punya ukiran di semua
bagiannya.

d. Lipa’ sa’be adalah sarung sutra dengan corak yang khas Sulawesi
Selatan.

e. Kalung
Kalung kuning emas ini berhiaskan mutiara warna-warni di bagian
dalamnya.
Properti berupa perhiasan ini berguna untuk menambahkan nilai
kecantikan kepada para penari.

Tata Rias Penari Kipas


Sebelum penari memasuk panggung, meraka akan di rias agar tampil lebih
cantic. Riasan yang diberikan cukup tebal sehingga terlihat segar meski
dilihat dari kejauhan. Tta rias ini juga menyesuakan dengan pakaian serta
kipas yang digunakan.

Bagian Tari Kipas Pakerana


Dalam penyajiannya, gerakan tari kipas dibagi menjadi beberapa bagian,
antara lain:
 Samboritta (berteman), bagian ini juga disebut paulu jaga atau kegiatan
begadang semalam suntuk. Bagian ini juga diartikan sebagai tarian awal
untuk memberi hormat kepada pengunjung dan menjadi bagian pertama
dalam pertunjukkan.
 Jangang Leak-leak (ayam berkokok) – Dahulu tari pakarena dipentaskan
semalam suntuk hingga bagian penutupnya berlangsung saat subuh atau
ketika ayam telah berkokok. Tarian ini merupakan bagian ketiga dalam
tarian kipas pakarena.
 Ma’biring Kassi mempunyai arti mendarat ke pantai. Bagian ini disajikan
pada babak kedua yang bermakna permohonan yang terkabul.
 Bisei Ri Lau’ (dayung ke timur) – Bagian ini disajikan pada babak kedua
dengan makna bergerak ke arah timur atau ke arah terbitnya matahari
sebagai penadan kehidupan di bumi.
 Angingkamalino (angin tanpa hembusan) merupakan tarian babak kedua
yang bermakna angina yang tidak berhembus sehingga tidak membawa
kesejukan. Bagian ini menggambarkan rasa kecewa.
 Anni-anni (memintal benang) disajikan pada babak kedua. Bagian ini
memiliki makna jika suatu pekerjaan yang dikerjakan dengan tekun akan
membuahkan hasil. Biasanya bagian ini ditarikan saat upacara perkawinan.
 Dalle tabbua (meniti nasib dengan sabar) – Bagian ini ditarikan pada babak
kedua dengan maksud segala sesuatu terkadang harus dilakukan secara
berulang dan tidak mengenal putus asa hingga mencapai hasil yang baik.
 So’nayya (bermimipi) ditarikan pada babak kedua. Bagian ini memiliki
makna jika seorang manusia tidak boleh berharap terlalu tinggi tanpa usaha
dan upaya untuk mencapai cita-citanya.
 Iyolle’ (mencari kebenaran) bermakna tentang kebenaran yang harus terus
dicari agar hidup tenang dan tenteram.
 Lambassari (kekecewaan) memiliki arti bahwa apa yang kita usahakan
dalam hidup terkadang berakhir dengan kekecewaan.
 Leko’ Bo’dong (bulat sempurna) merupakan perumpaan bulan purnama
yang dianggap memiliki bentuk bulat dan bersinar terang.
 Sanro Beja’ (dukun beranak) disajikan pada babak kedua dan menampilkan
makna tentang cara merawat diri bagi perempuan seusai melahirkan.
Biasanya bagian ini dipentaskan saat upacara kelahiran.

Unsur keserasian adalah hal penting dalam tahap ini. Penggunaan baju bodo
dan riasan wajah yang sempurna akan membuat penari tampil cantik dan
anggun diatas panggung.
Karakteristik
Pakarena adalah gambaran karakteristik dari watak para wanita di Makassar,
dengan ciri utama berupa kipas dan selendang, serta gerakan tangan lambat
dan langkah tenang, tapi iringan musiknya khas.
Tarian ini pun pernah jadi kesenian khusus istana pada masa kepemimpinan
Sultan Hasanuddin, Raja Gowa ke-16 melalui sentuhan terampil dari ibunya,
Li’motakontu.

Pelestarian dan pewarisan tarian ritualnya kemudian dilakukan turun-


temurun oleh Anrongguru (pemimpin kesenian istana), serta masyarakat
Gowa dan sekitarnya.

Pasang surut terbesar yang menimpa pewarisan tarian ini terjadi saat Kahar
Muzakkar menjadi dalang dalam gerakan pemurnian Islam.
Pakarena bahkan dianggap sebagai seni yang kontradiktif dengan ajaran
dalam Islam pada saat itu.

Namun minat masyarakat untuk melestarikan tarian ini tetap berjalan terus
alih-alih surut meski ada peristiwa itu, karena mereka telah menjadikannya
bagian dari hidup.
Perubahan fungsilah yang menyebabkan Pakarena masih eksis sampai
sekarang.

Fungsi yang lebih profan sebagai hiburan juga hadir dalam tari kipas ini,
alih-alih hanya sebagai tarian sakral.
Tentu saja ini mendatangkan polemik baru, hingga Pakarena pun terbagi
antara seniman pro wisata dan seniman tradisi yang hanya ingin menjaga
aspek sakral dalam tarian ini.

Musik Pengiring dan Pemainnya

Sejumlah alat musik tradisional yang tergabung dalam nama Grondong


Rinci menghasilkan alunan musik sebagai pengiring tarian ini.
Rincian komponen Gondrong Rinci terdiri dari genderang, gong, katto-katto,
dan puik-puik (seruling).
Pemainnya berjumlah sekitar 4 sampai 7 orang, yang sebagian meniup
seruling, dan sisanya menabuh gendang.
Ada keharmonisan yang tercipta dari permainan nada yang saling berbeda-
beda, sehingga jenis suara yang indah, pas, unik, padu, pula merdu pun bisa
dihasilkan.
Ada juga gemuruh dari hentakan demi hentakan sebagai pengatur.
Anggapannya, ini adalah cerminan watak kaum lelaki Sulawesi Selatan yang
keras.
Pukulan dalam memainkan Gandrang ada dua, yaitu pukulan yang memakai
stik dari tanduk kerbau, dan pukulan menggunakan tangan dengan tumbu.
Saat tabuhan gendang ditimpali para pasrak (bambu belah), tiupan dari
seruling, serta gong, suasana pun jadi makin menghibur dan riuh.
Umumnya pemain atau penabuh Gandrang turut menggoyangkan kepala
atau tubuh, selain pukulan yang berjenis untuk tanda pengatur irama musik.
Ada pula iring-iringan syair maupun lagu sesuai acara, saat dalam momen
penyambutan pahlawan perang ataupun pesta bulan purnama.
Diketahui, lagu tersebut adalah dongang-dongang.
Selain itu, Tari Kipas tidak memberlakukan kelembutan tempo yang pelan
dalam pementasannya, alih-alih sebagaimana tari-tari lain.
Walaupun permainan tariannya tetap lemah lembut, tapi ritme yang
dimainkan oleh para pemusik justru sebaliknya, yakni bertempo cepat.
Perpaduan unsur kelembutan dari keteraturan gerakan penari yang
berkembang dan kecepatan tempo dari pemusik menghasilkan tarian yang
tampak unik sekaligus sangat serasi.
Sumber

https://www.gramedia.com/literasi/tari-kipas-pakarena/

https://rimbakita.com/tari-kipas-pakarena/

https://www.youtube.com/watch?v=TAS-4YNaVOA (youtube)

Anda mungkin juga menyukai