Anda di halaman 1dari 8

KOREOGRAFI I

Oleh:

SUCI PERTIWI
200803501013

DOSEN PEMBIMBING
RAHMA M., S.Pd., M.Sn.

JURUSAN SENI PERTUNJUKAN


PROGRAM STUDI SENI TARI
FAKULTAS SENI DAN DESAIN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021/2022

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu unsur kebudayaan yang masih dipertahankan masyarakat Indonesia
dalam perubahan budaya adalah sistem kepercayaan. Sistem kepercayaan dijadikan
pedoman dan pandangan hidup bagi masyarakat karena warisan leluhur yang harus
tetap dilestarikan walaupun di zaman yang modern seperti sekarang ini.Asal usul
kepercayaan itu adalah adanya kepercayaan manusia terhadap kekuatan yang
berasal dari luar serta lebih kuat dan tinggi dari padanya.Kepercayaan yang
merupakan bagian dari kebudayaan tersebut bisa terwakilkan dalam sebuah media
fisik.
Kebudayaan yang di maknai dengan banyaknya masyarakat generasi-generasi
yang mempercayai budaya yang menjadikan benda - benda atau tempat - tempat
yang dianggap sakral dan suci tak lepas dari pandangan akan adanya mitos yang
berkembang pada objek-objek tersebut. Mitos yang terus berkembang syarat
dengan nilai-nilai suci tersebut terus dijaga sebagai bagian dari kebiasaan.
Perkembangan atau kemajuan intelektual dengan perubahan cara pandang itulah
tidak aneh jika sesuatu yang bersifat mitos ditinggalkan akan tetapi beda halnya
dengan yang terjadi di Kabupaten Jeneponto Kecamatan Tarowang di Desa
Bontorappo tersebut suatu kepercayaan yang masih dipegang teguh salah satunya
adalah bungung salapang. Bungung Salapang dalam bahasa Makassar berarti
"Sumur Sembilan/Sembilan Sumur".
Diketahui lokasi tempat Bungung Salapang berada awalnya adalah hutan tempat
berburuhnya para raja. Saat itu, Raja Karaeng Bonto Rappo atau nama sebutanya
Karaeng Tupano datang kehutan ini berburu bersama seekor anjingnya sekitar
tahun 1943, tidak lama raja melihat anjingnya minum di semat-semat, Raja
mencoba mendekati anjingnya dan melihat ada sumur sembilan buah dengan
pondasi batu tersusun. Saat itulah raja menyampaikan ke masyarakat adanya sumur
sembilan berbentuk bulan dengan jumlah sembilan sumur posisi sejajar. Warga
saat itu akhirnya mensakralkan karena dianggap adalah karunia dari yang maha
kuasa. Pasalnya, sumur yang kedalam 30 cm itu memiliki air cernih dan tidak
pernah kering meskipun musim kemarau.
Bagi sebagian masyarakat Jeneponto, Bungung Salapang juga dipercayai selain
dapat menghilangkan berbagai macam penyakit, airnya juga berkhasiat menjadikan
wajah awet muda dan bisa cepat ketemu jodoh. Biasanya pengunjung mengikat tali
yang menyerupai akar-akaran atau kantong plastik di seputaran pohon atau area
Bungung Salapang, sambil berucap dalam hati "Aku akan kembali melepas tali ini
setelah do'a ku terkabulkan (seperti berdo'a agar bertemu jodoh)" lalu membasuh
air ke muka. Pengunjung yang telah berniat melakukan sesuatu akan kembali lagi
ke tempat itu untuk memberikan persembahan berupa nasi putih, telur ayam
kampung, beras ketan hitam dan merah sebagai tanda ucapan syukur atas doa
keinginan mereka yang telah terkabul.
Menurut cerita orang terdahulu, orang yang telah berkunjung dan berdo'a,
sebagian besar telah merasakan timbal balik (do'anya telah terkabul) melalui sumur
itu. Sehingga pengunjung ramai berdatangan, bahkan diluar daerah Jeneponto.
Meskipun demikian, pada hal itu juga masyarakat merasa bahwa hal tersebut
bukanlah sebuah simbol pernyataan bahwasanya sumur itu dijadikan tempat
untuk menyembah selain Allah, melainkan tempat sebagai perantara. Adapun
perantara yang dimaksudkan ialah perantara nazar dari seseorang kepada yang
maha kuasa melalui sumur.
Dari cerita ini, saya ingin memberitahu atau memperkenalkan kepada orang
melalui garapan tari bahwa di Jeneponto tepatnya di Kecamatan Tarowang
memiliki tempat yang dipercaya suci oleh masyarakat sekitarnya yang berupa
sumur. Sumur ini berbeda dengan sumur yang lainnya karena sumur yang satu ini
memiliki sembilan lubang yang berdempetan. Airnya pun dipercaya berbeda
dengan air sumur pada umumnya, yakni air sumur ini mampu mengabulkan
permohonan. Terlebih lagi airnya yang tidak pernah kering meski kemarau.

BAB II
IDE GARAPAN
1. Rangsang Tari
Tari ini menggunakan rangsang visual karena ide bersumber dari apa yang telah
dilihat secara langsung tentang kepercayaan yang masih dipegang teguh oleh
sebagian masyarakat Jeneponto yang kemudian menjadi inspirasi untuk
membawakannya menjadi sebuah tarian.
2. Tema
Dalam tema kita dapat menentukan judul tari sekaligus dapat mengeksplorasikan
gerak yang mengarah pada judul tarian. Tema sangatlah penting dalam
penggarapan sebuah karya tari karena sebagai pondasi dalam proses koreografi.
Tema yang akan menjadi sebuah karya tari ini adalah Bungung Salapang (Sumur
Sembilan).
3. Judul Tari
Judul yang akan diberikan kepada tari yang akan digarap ini adalah
4. Tipe Tari
Karya tari yang akan digarap ini, penata tari menggunakan tipe tari gerak maknawi.
Yang mana pada tari ini akan memiliki gerak yang distilisasi dari gerak
keseharian/gerak yang bersumber dari kebiasaan yang dilakukan pengunjung saat
berada di lokasi tersebut.
5. Mode Penyajian
Garapan tari Bukkuru' ini menggunakan mode penyajian representatif, yang
penyajiannya nanti akan disajikan dalam bentuk apa adanya agar mudah
tersampaikan kepada penonton. Mode penyajian ini akan menghasilkan sebuah
koreogarafi yang mengetengahkan wujud ide dari obyek-obyek secara nyata
(realistik). Dengan demikian, sesuatu yang digambarkan itu akan benar-benar
tampak naratif (bercerita).

BAB III
KONSEP PENCIPTAAN TARI
1. Gerak Tari
Karya ini akan digarap menggunakan gerak tari kreasi baru atau gerak yang tidak
terikat aturan tari daerah atau tari tradisional. Yang dimana pasa bagian awal akan
disajikan gerak seseorang yang sedang duduk untuk sebagai bentuk penghormatan.
Setelah itu menuju ke tempat sembilan sumur itu berada, lalu dilanjutkan gerakan
mengikat tali pada pohon-pohon yang ada di sekitar sembilan sumur itu.
Selanjutnya akan ada gerak mengeksplor sumur dengan maksud mensucikan diri
dengan cara membasuh muka dari air sumur tersebut.
2. Penari
Jumlah penari yang akan digunakan dalam karya tari ini adalah 5 orang penari.
Yakni 4 orang perempuan dan 1 laki-laki. Dari salah satu 4 penari perempuan itu
ada yang berusia sekitar 40-an tahun (dewasa) dan ada yang berusia 25 tahun
(remaja/masih gadis). Lalu satu orang penari laki-laki berusia 25 tahun. Penari
dewasa berperan sebagai orang yang mengantar sangat gadis. Dan salah satu penari
perempuan/gadis remaja akan saling berinteraksi dengan penari laki-laki pada
bagian akhir tarian sebagai tanda permohonan sang gadis untuk dipertemukan
dengan jodohnya terpenuhi.
3. Iringan/Musik
Musik adalah iringan yang digunakan untuk mengiringi sebuah tarian, selain
berfungsi untuk mengiringi tari, musik juga berfungsi untuk pemberi suasana dan
sebagai ilustrasi tari (Jazuli 1999:9). Dalam karya tari ini terdapat beberapa iringan,
antara lain:
No. Suasana Iringan
1. Sunyi, hening Bunyi alam seperti ada kicauan burung,
hembusan angin layaknya berada di alam
bebas.
2. Tenang (menuju ke Saat penari berjalan menuju tempat sembilan
tempat sembilan sumur) sumur itu, diberikan ketukan-ketukan hening.
Dibantu menggunakan alat musik berupa
triangle (yang berbentuk segitiga), dsb.
3. Penuh semangat tetapi Tempo yang digunakan pada bagian ini akan
tetap tenang sedikit cepat, menandakan semangat do'a
dengan mengikat tali ke pohon sekitar sumur.
Diiringi beberapa alat musik yang mendukung.
4. Membasuh muka Diberi efek suara air, karena pada scene ini
penari akan bergerak di sekitaran sumur dan
membasuh muka dari air sumur itu
5. Senang, bahagia Diiringi musik yang agak romantis dengan
bantuan beberapa alat musik, karena pada
bagian ini penari perempuan dan laki-laki akan
dipertemukan sebagai bentuk balasan dari do'a
yang telah dipanjatkan oleh sang gadis.
6. Tenang, hening kembali Diiringi alat musik triangle (yang berbentuk
segitiga). Dibagian ini penari perempuan dan
laki-laki kembali ke tempat sembilan sumur itu
untuk melepas kembali tali yang telah diikat.
4. Tata Rupa Pentas
Set yang akan dipasang di atas panggung yaitu berupa satu sumur yang terbuat dari
sterefoam dan sumur lainnya mungkin menggunakan sesuatu yang berbentuk bulat
yang kemudian diberi kain sehingga membentuk seperti sumur (berbentuk
lingkaran). Selain itu penari juga akan melakukan gerakan yang menyimbolkan
bahwa dia adalah sumur itu. Set lainnya berupa tali yang digantung dari atas ke
bawah sebagai bentuk wujud tali yang telah diikat oleh sang penari.
5. Tata Cahaya
Scene Warna Cahaya Penggambaran
1 Hijau Hijau (alami) menandakan bahwa tempat
tersebut berada di alam bebas.
2 Biru Biru (kepercayaan) sebagai bentuk
kepercayaan orang-orang terhadap
tempat tersebut.
3 Kuning, orange Menandakan sebuah harapan, optimis,
energi, keseimbangan dan kehangatan.
4 Putih Menggambarkan kesucian, kebersihan,
dan ketepatan.
5 Merah muda Cinta
6 Putih Kesucian, pengabulan do'a

6. Rias & Busana


Untuk tata rias, penari hanya memakai riasan cantik atau natural saja yang sesuai
dengan tema yang diangkat. Pada bagian wajah akan diberi penekanan efek2
tertentu di bagian wajah agar dapat terlihat dari jarak jauh dan lebih terang di
bawah sinar lampu/matahari jika akan dipertunjukkan.
Busana yang digunakan berupa celana panjang yang bagian bawahnya lebar.
Atasannya berupa baju panjang yang sampai dibawah lutut, di bagian depan dan
disampingnya diberi belahan sampai pinggang. Pada bagian perut kostumnya akan
dibuat ngepres agar memberi bentuk pada tubuh penari. Di lengan buat agak
panjang (tepat di atas siku). Konsep kostum ini disesuaikan dengan tema, yaitu
kostum yang agak tertutup/terlihat sopan.
Bahan yang digunakan pada kostum ini adalah kain siffon. Karena kain ini ringan,
jatuh, lemah, lembut, yang cocok dengan penggambaran seorang perempuan. Pada
celana akan menggunakan warna putih yang melambangkan kemurnian dan
kesatuan, selain itu juga melambangkan kebersihan, kedamaian, keseimbangan,
kebenaran, pengampunan, dan penerimaan. Bagian atasannya/bajunya
menggunakan warna biru muda untuk melambangkan kemurnian air sembilan
sumur tersebut.
7. Properti Tari
Properti adalah alat yang dimainkan oleh penari didalam sebuah garapan tari.
Dalam karya tari ini tidak menggunakan properti.

Tabel Koreografi I
No. Objek Penampilan/benda yang Perilaku
melekat pada individu
1. Tempat/lokasi: - Sumur Tempat/sumur yang dipakai
Alam terbuka - Tali yang diikat di untuk mensucikan
ranting-ranting pohon diri/membuat permohonan,
tidak digunakan untuk mencuci
atau melakukan hal yang dapat
mengotori sumur.

2. Pelaku: Para pelaku a). Setelah sampai di lokasi


a). Ibu-ibu mengenakan pakaian bersikap sopan, tidak ribut, dan
b). Remaja yang sopan, yaitu tidak mengikuti aturan.
Perempuan memakai pakaian b). Melakukan penghormatan
c). Remaja terbuka seperti celana lalu membuat permohonan
Laki-laki pendek, dsb. dengan mengikat tali ke pohon
Tidak memakai properti di sekitar sumur (misalnya agar
dipertemukan dengan
jodohnya), kemudian
membasuh muka dari air
sumur.
c). Pelaku pria bertemu dengan
pasangan perempuan, lalu
saling memperlihatkan
ketertarikan, dan akhirnya
bersama (jodohnya telah
dipertemukan). Kemudian
kembali ke sembilan sumur itu
untuk melepas kembali tali
yang diikat karena itu
menandakan bahwa
permohonan telah terkabul

Anda mungkin juga menyukai