Anda di halaman 1dari 14

KLIPING

TENTANG TARI DAERAH SULAWESI


Kelompok 5

Nama Kelompok :

1. Mira Wulandari
2. Erlin Widiyanti
3. Nurul Triyani
4. Nia Rahmawati

Kelas VIII A

SMP NEGERI 4 SEMIN

TAHUN 2016
i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
taufik serta hidayah Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kliping ini.
Tidak lupa pula sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW. Nabi yang telah membawa kita dari alam jahiliyah ke alam yang
terang benderang penuh dengan ilmu pengetahuan. Semoga kita termasuk umatnya yang akan
mendapatkan syafaatnya besok di hari kiamat. Amin.

Semoga kliping seni budaya ini bisa memberikan manfaat kita semua, terutama bagi
kami. Kami menyadari bahwa kliping ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihakyang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
kliping ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan kliping ini dari awal sampai akhir. Apabila ada kekeliruan kata atau
kalimat, kami mohon maaf yang sebesar besarnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar isi..............................................................................................................iii
Tari Tradisional Sulawesi Tengah - Tari Pontanu................................................1
Tari Tradisional Sulawesi Tengah - Tari Pamonte...............................................2
Tari Tradisional Sulawesi Tengah - Tari Dero.....................................................3
Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Ma'randing...........................................4
Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari manimbong..........................................5
Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Ma'badong...........................................6
Tari Tradisional Sulawesi Selatan -Tari Pa'Pangngan........................................7
Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Gandrang Bulo.....................................8
Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Bosara..................................................9
Tari Tradisional Sulawesi Selatan – Pajoge......................................................10
Penutup............................................................................................................. 11

iii
1. Tari Tradisional Sulawesi Tengah - Tari Pontanu

Tari Pontanu adalah tari tradisional Sulawesi Tengah yang menggambarkan kegiatan para penenun di
daerah Donggala, Sulawesi Tengah. Tarian ini biasanya ditarikan oleh para penari wanita dan gerakan
dalam tarian ini menggambarkan aktivitas para wanita yang sedang menenun Sarung Donggala, yaitu
jenis sarung yang khas dari daerah Donggala. Tarian ini sering ditampilkan di berbagai acara seperti
penyambutan tamu penting, festival budaya, bahkan promosi wisata

Tari Pontanu dari Sulawesi Selatan ini biasanya dimainkan oleh 4 orang penari wanita atau lebih.
Dalam pertunjukan Tari Pontanu biasanya diawali dengan gerakan tari yang dikreasikan. Kemudian di
tengah-tengah pertunjukan penari menari dengan gerakan seperti menenun. Pada babak akhir biasanya
diakhiri dengan membentangkan sarung khas Donggala yang dibawa masing-masing penari dan
dipertunjukan kepada penonton. Sarung tersebut biasanya juga dimainkan seperti dikibarkan layaknya
bendera.

Dalam pertunjukan Tari Pontanu biasanya diiringi oleh alunan musik yang dimainkan dengan
menggunakan alat musik tradisional Sulawesi Tengah seperti Ngongi dan Ganda. Ngongi sendiri
merupakan jenis alat musik seperti Gong, sedangkan Ganda merupakan jenis alat musik seperti
Gendang. Untuk irama yang dimainkan biasanya disesuaikan dengan gerakan para penari sehingga
terlihat selaras.

Kostum yang digunakan para penari dalam pertunjukan Tari Pontanu biasanya merupakan busana
adat. Pada busana atasan biasanya menggunakan baju longgar tanpa lengan yang disebut dengan Baju
Nggembe. Sedangkan untuk bawahannya menggunakan sarung khas Donggala yang disebut dengan
Buya Sabe. Untuk aksesoris penari biasanya menggunakan Dali Taroe (anting), Polosu Unte (tusuk
konde), dan Ponto (gelang). Selain itu, penari juga mengenakan sarung tambahan yang dilipat-lipat
dan diselipkan pada bagian pinggang. Sarung ini nantinya digunakan untuk menari di bagian akhir
tarian.

1
2. Tari Tradisional Sulawesi Tengah - Tari Pamonte

Tari Pamonte adalah tari tradisional yang mengangkat kegiatan suku Kaili di Sulawesi Tengah saat
musim panen padi. mereka memetik dan menuai padi secara bergotong-royong. Pesta panen disebut
dengan adat vunja yaitu tradisi masyarakat dalam mensyukuri keberhasilan panen. Dalam tarian ini
terlihat jelas proses pengolahan padi menjadi beras. Mulai dari memetik, menumbuk, menapis. Gerak
tari pamonte mengikuti syair lagu yang dinyanyikan.

Dalam pertunjukannya, Tari Pamonte ditarikan oleh para penari wanita. Jumlah penari Tari Pamonte
ini biasanya terdiri dari 10 orang penari dan seorang Penghulu yang disebut dengan Tadulako.
Seorang Tadulako dalam tarian ini berperan sebagai pemimpin tari dan memberikan aba-aba kepada
para panari lainnya. Dengan mengenakan busana yang khas layaknya para petani, penari menari
dengan gerakannya yang khas mengikuti alunan musik pengiring.

Gerakan dalam tarian ini dalam tarian ini menggambarkan aktivitas para petani saat masa panen padi,
seperti menuai padi, menumbuk padi, menapis dan lain-lain. Gambaran aktivitas petani tersebut
dikemas dalam suatu gerak tari yang khas dengan menggunakan caping atau toru sebagai alat yang
digunakan untuk menari.

Dalam pertunjukan Tari Pamonte biasanya diiringi oleh alat musik tradisional seperti Ngongi, Ganda
dan alat musik tradisional Sulawesi Tengah lainnya. Selain itu tarian ini juga diiringi dengan nyanyian
syair adat yang dinyanyikan oleh pengiring vokal. Gerakan para penari, biasanya juga mengikuti syair
yang dibawakan agar terlihat lebih padu. Namun seiring perkembangan teknologi, dan dengan alasan
kepraktisan, tari pamonte ada juga yang diiringi dengan musik dari kaset.

Dalam pertunjukan Tari Pamonte, penari menggunakan kostum layaknya para petani dan dipadukan
dengan gaya tradisional Sulawesi Tengah. Para penari pamonte biasanya memakai baju kebaya pada
bagian atas. Pada bagian bawah biasanya menggunakan kain sarung donggala. Baju kebaya dan sarung
tersebut biasanya memiliki motif dan warna khas Sulawesi Tengah. Sedangkan pada bagian kepala
biasanya menggunakan kerudung dan memakai caping (toru).

2
3. Tari Tradisional Sulawesi Tengah - Tari Dero

Tari Dero atau Madero adalah tarian yang berasal dari Suku Pamona yang berada di Kabupaten
Poso, Sulawesi Tengah.Tarian ini tergolong tarian pergaulan yang ditarikan secara masal oleh semua
kalangan masyarakat, baik pria maupun wanita, baik tua maupun muda bisa melakukan tarian ini. Tari
Dero ini merupakan salah satu tradisi lama masyarakat Suku Pamona yang masih dipertahankan
hingga sekarang dan sering ditampilkan di berbagai acara seperti upacara adat, pesta adat,
penyambutan, dan berbagai acara yang bersifat hiburan dan budaya lainnya.Bahkan dalam pertunjukan
Tari Dero, biasanya para penonton pun diajak berpartisipasi untuk ikut menari bersama. Mereka
berkumpul menjadi satu dan menari dengan diiringi musik pengiring serta nyanyian syair atau pantun.
Karena dilakukan dalam jumlah yang banyak, biasanya Tari Dero ini dilakukan di tempat yang luas.

Dalam pertunjukan Tari Dero, pada awalnya para penari dibagi menjadi dua kelompok. Kemudian
mereka menuju arena sambil menari dari arah yang berbeda dan bertemu menjadi satu barisan yang
panjang. Setelah menjadi satu barisan kemudian mereka menghadap ke satu arah dan menari bersama.
Setelah itu kemudian sambil menari mereka membuat formasi melingkar dan menari dengan saling
berpegangan tangan.

Gerakan Tari Dero ini cukup sederhana, gerakan tarian ini didominasi dengan gerakan mengayunkan
tangan ke depan dan gerakan kaki ke kiri dan ke kanan mengikuti irama. Untuk gerakan kaki ke kanan
biasanya dilakukan dengan satu kali, sedangkan gerakan kaki ke kiri biasanya dilakukan dua kali.
Sehingga formasi penari akan bergerak searah dengan jarum jam.

3
4. Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Ma'randing

Tari Ma'randing adalah tarian tradisional Sulawesi Selatan yang dipentaskan pada pemakaman
besar (biasanya orang dengan kasta tinggi). Para penari menggunakan pakaian perang tradisional dan
senjata. Tari ini secara mendasar adalah sebuah tari partriotik atau tari perang.

Kata ma'randing sendiri berasal dari kata randing yang berarti "mulia ketika melewatkan". Tari ini
menunjukkan kemampuan dalam memakai senjata tradisional Sulawesi Selatan dan menunjukkan
keteguhan hati serta kekuatan seseorang yang meninggal selama hidupnya. Tarian Ma'randing
dibawakan oleh beberapa orang yang setiap orangnya membawa perisai besar, pedang dan sejumlah
ornamen. Setiap objek menyimbolkan beberapa makna. Perisai yang dibuat dari kulit kerbau
(bulalang) menyimbolkan kekayaan, karena hanya orang kaya yang memiliki kerbau sendiri. Pedang
(doke, la'bo' bulange, la'bo' pinai, la'bo' todolo) menunjukkan kesiapa untuk perang, yang
menyimbolkan keberanian.

Tari ini dilakukan dengan 4 prinsip gerakan, yaitu :

1. Komanda menginspeksi tiap orang dan senjatanya, menyimbolkan disiplin.


2. Senjata diulur dan perisai ditarik kebelakang, menyimbolkan kesigapan.
3. Salah satu kaki diangkat sementara itu yang lain di tanah, menyimbolkan keteguhan hati.
4. Para menari mundur kebelakang, sementara itu satu penari bergerak ke kanan dan yang lain ke
kiri, menyimbolkan kesigapan.
Selama tarian, para penari berteriak untuk menyemangati satu sama lain selama pertempuran.
Penonton akan turut serta berteriak. Teriakan ini (peongli) terkadang bervariasi diberbagai tempat.
Makna yang terkandung dari tarian Ma'randing ini adalah untuk menjaga desa dan melindungi para
gadis muda dari penculikan desa tetangga.

4
5. Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari manimbong

Tarian Manimbong adalah tari tradisional Sulawesi Selatan yang hanya ditampilkan secara khusus
pada upacara adat Rambu Tuka’ oleh penari-penari pria. Seperti halnya tarian Rambu Tuka’ lainnya,
Manimbong juga diselenggarakan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Para penarinya menggunakan pakaian adat khusus yaitu Baju Pokko’ dan Seppa Tallu Buku yang
berselempang kain antik. Mereka juga dilengkapi dengan parang kuno (la’bo’ penai) dan sejenis
temeng bundar kecil yang bermotif ukiran Toraja.

5
6. Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Ma'badong

Ma' Badong merupakan salah satu tarian adat Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Tarian ma'
badong diadakan pada upacara kematian (Rambu Solo') yang dilakukan secara berkelompok, para
peserta (pa'badong) membentuk lingkaran dan saling berpegangan dengan mengaitkan jari kelingking.

Para pa' badong terdiri dari pria dan wanita setengah baya atau para orang tua dengan
pemimpin badong yang biasa disebut sebagai Indo' Badong (perempuan) atau Ambe' Badong (Laki-
laki). pemimpin badong akan melantunkan syair (Kadong Badong) atau semacam riwayat hidup dari
orang yang meninggal mulai dari lahir sampai ia wafat dengan memberikan kalimat-kalimat syair dan
modus nada untuk dinyanyikan oleh semua kelompok penari sambil berbalas-balasan. gerakannyapun
memiliki ritme tersendiri mengikuti syair dari badong yang dilantunkan.

Dalam Tarian badong beberapa hal yang menjadi keharusan sebagai tata baku badong adalah;
Penari badong paling sedikit berjumlah lima orang, Syair lagu badong adalah syair yang sudah
terstruktur sesuai dengan keempat fungsi ditambahkan dengan riwayat hidup dari orang yang
meninggal

Badong dilaksanakan pada upacara pemakaman di lapangan atau tempat terbuka yang
dikelilingi oleh lantang (Pondok) yang digunakan pada saat upacara kematian berlangsung. Ma'
bodong biasanya dilakukan pada upacara kematian yang dilaksanakan secara besar-besaran. para
peserta badong telah ditentukan untuk melaksanakan tarian badong selama kegiatan berlangsung
utamanya ketika menyambut tamu yang datang. Tarian Ma'badong kadang menelan waktu berjam-
jam, bahkan berlangsung sampai tiga hari tiga malam sambung menyambung di pelataran duka.

Badong hanya dilakukan di upacara kematian dan bersifat sakral, bukan untuk permainan
sehingga tidak akan dilakukan di upacara yang lain. Rangkaian gerakan badong berupa gerakan
kepala, pundak, tangan, dan kaki, serta perputarannya tidak mengalami perubahan dan variasi, tetapi
berupa tata cara yang masih sama dengan yang diwariskan turun-temurun. Masyarakat Tana Toraja
Percaya bahwa ma'badong akan menuntun arwah orang yang meninggal menuju alam peristirahatan
yang terakhir yaitu alam Puya.

6
7. Tari Tradisional Sulawesi Selatan -Tari
Pa'Pangngan

Tarian Pa'pangngan merupakan tarian tradisional Sulawesi Selatan yang dilakukan oleh gadis-
gadis cantik memakai baju hitam atau gelap dan menggunakan ornamen khas Toraja
seperti kandaure. Pangngan Ma adalah menari saat menerima tamu-tamu terhormat yang menyambut
dengan kata-kata Tanda mo Pangngan mali'ki, yaitu :

 Kisorong sorong mati '


 Solonna pengkaboro'ki '
 Rande pela'i toda
 Mala'bi tanda Kiala '
 Ki po Rannu matoto '
Kata panggan sendiri berarti sirih dimana kata-kata dan penawaran sirih menunjukkan nilai
ditempatkan pada kunjungan dan menegaskan bahwa para tamu telah diterima dan sekarang dianggap
sebagai bagian dari masyarakat Toraja. Penawaran ini secara simbolis diungkapkan oleh masing-
masing penari memegang sirih (pangngan) yang, dalam perjalanan tarian, ditempatkan dalam kantong
di depan mereka. Kantong tersebut dikenakan oleh wanita lansia kebanyakan di desa-desa dan
mengandung bahan untuk sirih mengunyah sirih pinang campuran.

7
8. Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Gandrang
Bulo

Tari Gandrang Bulo merupakan tarian dari Sulawesi Selatan yang merupakan salah satu
simbol bagi masyarakat Makassar. Tari ini biasanya dilaksanakan ketika ada pesta rakyat. Kata
Gandrang bulo berasal dari dua kata, yaitu “gandrang” yang berarti tabuhan atau pukulan dan “bulo”
yang berarti bambu. Tarian ini merupakan simbol keceriaan lantaran didalamnya diselipkan berbagai
humor yang membuat para penontonnya tertawa, oleh karena itulah maka para penari yang
membawakan tarian ini harus terlihat bahagia.

Pada awalnya Ganrang Bulo sebenarnya sekadar tarian yang diiringi oleh gendang. Seiring
waktu, tarian ini diiringi pula lagu-lagu jenaka, dialog-dialog humor namun sarat kritik dan ditambah
gerak tubuh yang mengundang tawa. Kadangpula diselipkan Tari Se’ru atau Tari Pepe pepeka ri
makka yang acap kali tampil sendiri di berbagai panggung pertunjukan, namun begitu oleh masyarakat
sekitar tetap saja ia dikenal sebagai bagian pertunjukan Ganrang Bulo.

Tarian Gandrang Bulo ini selalu mengikuti perkembangan zaman. Sekitar 1942, misalnya,
ketika perang melawan penjajah berkobar, kaum seniman pun tak mau kalah. Mereka membangun
basis-basis perlawanan dari atas panggung. Ganrang Bulo pun disulap bukan sekadar tari-tarian,
melainkan tempat pembangkit semangat perjuangan dengan mengejek dan menertawakan penjajah dan
antek-anteknya. Gadrang Bulo, ketika itu, lantas menjadi kesenian rakyat yang amat populer. Baru
sekitar akhir 1960-an, Gandrang Bulo mengalami kreasi ulang. Mulai saat itu Ganrang Bulo dikenal
dalam pentas-pentas tarian dalam acara-acara seremonial. Ganrang Bulo macam inilah yang
belakangan ini kerap tampil di acara-acara resmi pemerintah maupun partai-partai politik. Namun
begitu, walaupun mengalami berbagai perubahan, Ganrang Bulo tak pernah kehilangan tempat. Grup-
grupnya tersebar di berbagai tempat seperti Gowa, Makassar, Maros, dan Takalar. Gandrang Bulo
menjadi tempat bebas seniman kampung mengekspresikan problem mereka sehari-hari.

8
9. Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Bosara

Tari Bosara adalah tarian tradisional Makasar Sulawesi Selatan. Tari Bosara ditampilkan
dalam rangka menyambut tamu kehormatan. Pada zaman dahulu, Tari Bosara ditampilkan pada acara
penting untuk menjamu raja-raja dengan suguhan kue-kue tradisional sebanyak 2 kasera. Selain untuk
menyambut tamu raja, tarian Bosara juga ditampilkan pada berbagai pesta seperti pesta perkawinan.

Para penari tarian Bosara menggunakan pakaian adat makassar yang khas tarian Bosara
dengan membawa piring khas Sulawesi Selatan yang disebut Bosara.

Kata bosara sendiri menunjukan pada satu kesatuan utuh yang terbagi dalam piring, yang di
atasnya di beri alas kain rajutan dari wol, lalu ditempatkan piring di atasnya juga sebagai tempat kue
dan tutup bosara. Adapun kue-kue yang umumnya disajikan dengan memakai bosara merupakan kue-
kue tradisional, baik kue basah atau kue kering. Kue basah semisal cucur, bolu peca’, brongko, biji
nangka, kue lapis, kue sala’ dan lain-lain, yang biasanya terbuat dari tepung beras.

9
10. Tari Tradisional Sulawesi Selatan – Pajoge

Pajoge adalah sejenis tarian yang berasal dari Sulawesi Selatan, baik Bugis maupun
Makassar. Tari Pajoge biasanya ditampilkan dalam istana atau kediaman kalangan ningrat oleh gadis
yang berasal dari kalangan rakyat biasa. Pada mulanya tarian ini hanya merupakan hiburan bagi kaum
lelaki. Para penonton, biasanya dari kalangan ningrat, duduk dalam lingkaran. Para penari menari
melingkar. Setiap penari menari seorang diri sambil menyanyi dan mencari pasangannya di antara
penonton. Lalu dia akan memberi daun sirih kepada lelaki yang sudah dipilihnya. Lelaki tersebut akan
menari dengan sang gadis.

Demikian Pajoge berfungsi sebagai tarian hiburan, juga merupakan alat penghubung antara
raja dan rakyat, untuk mendekatkan hubungan agar rakyat tetap cinta kepada rajanya dan sebaliknya.

10
PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi tarian nusantara yang menjadi
pokok bahasan dalam kliping ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul kliping ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya kliping ini dan dan penulisan
kliping di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga kliping ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

11

Anda mungkin juga menyukai