Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

TARIAN BUJA KEDANDA

D
I
S
U
S
U
N

Oleh kelompok 4
 Caylani azzahra
 Rabiatul adwiah
 Intan safitri
 Nurul rubiati
Kata pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan banyak kemudahan
dan limpahan rezeki-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas kelompok dalam
membuat makalah yang bertajuk “tarian buja kedanda”.

Kami sadar betul dalam penggarapan makalah ini tak lepas dari bantuan banyak pihak,
termasuk Bapak dan ibu yang sudah membimbing kelompok 4 kami dari mulai
penggarapan sampai rampungnya makalah.

Selain itu, makalah yang kami garap masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan
pengalaman dan pengetahuan kami. Kiranya, kami berharap adanya saran dan kritik untuk
makalah yang baru kami buat. Terakhir, kami berharap semoga makalah bisa memberi
manfaat yang banyak bagi pembaca.

Bima, 9 agustus 2023


Daftar isi
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN ……………………………………………………………..1


1.1 latar belakang……………………………………………………………..
1.2 perumusan masalah………………………………………………………
BAB 2. tujuan dan masalah…………………………………………………………..
2.1 kesimpulan…………………………………………………………………
2.2 penutup…………………………………………………………………….
Latar belakang

setiap daerah tentu memiliki tarian khas. Dulu, tari diciptakan untuk memperingati
suatu hal atau peristiwa yang besar. Biasanya digunakan untuk menyemangati, menghibur,
atau juga merayakan peristiwa yang telah terjadi.
Tari biasanya ada sejak zaman nenek moyang, yang turun temurun ditarikan oleh
generasi penerus. Oleh karenanya, kita yang hidup di masa sekarang ini masih dapat
menikmati tari – tarian ini sebagai pertunjukan atau ketika memperingati upacara khusus.
Seperti halnya tari Buja Kadanda yang berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat ini.
Tari Buja Kadanda adalah tari tradisional yang menggambarkan ketangkasan prajurit
ketika berperang. Tari ini juga sering disebut juga Tari Mpa’a Manca. Berasal dari Desa
Maria, Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima, NTB. Tari ini adalah kesenian khas Desa Maria,
yang mana hanya dapat ditemukan di Desa Maria.
Tarian ini dilakukan oleh dua orang penari, yang menggambarkan dua prajurit yang
sedang berperang. Kedua penari ini juga mengenakan pakaian prajurit serta membawa
tombak dan perisai sebagai aksesoris tambahannya.
a. Sejarah Tari Buja Kadanda
Tarian ini tidak diketahui siapa penciptanya, karena dulunya tari ini berkembang di luar
lingkungan istana kerajaan. Tarian ini sudah berusia sangat tua, bahkan usianya sudah lebih
dari 700 tahun. Masyarakat sekitarlah yang menciptakan tarian ini, yang juga menjadi hak
milik oleh masyarakat, bukan perorangan. Karena adanya dukungan dari pihak Kerajaan
Bima serta para seniman istana, maka tarian ini mulai diperkenalkan.
Dari sana, tarian ini mulai diketahui oleh masyarakat luas. Nama Buja Kadanda sendiri
berarti tombak berumbai bulu ekor kuda. Inilah yang digunakan penari ketika menarikan Tari
Buja Kadanda. Dan dari dulu hingga sekarang, para penari masih tetap mengenakan atribut
yang sama.

Makna Tari Buja Kadanda


Tari Buja Kadanda diciptakan untuk mengenang dan memberikan apresiasi bagi para
prajurit yang berjuang mempertahankan daerah. Selain itu, tarian ini juga berfungsi untuk
memperkenalkan kepada generasi muda. Bahwa zaman dulu masyarakat Bima begitu hebat
dan berjaya, supaya dapat dicontoh oleh generasi masa kini.

Pertunjukan Tari Buja Kadanda


Jika dulu Tari Buja Kadanda hanya dapat ditemukan di Desa Maria, kini sudah banyak
masyarakat yang mementaskan tari ini dalam suatu acara. Tujuannya supaya tarian ini tetap
lestari. Dalam pementasannya, tari ini diawali dengan tabuhan musik pengiring.
Kemudian, dua penari datang membawa senjata dan memberi salam kepada penonton.
Setelah itu, dua penari ini mulai bergaya dengan tarian masing – masing. Tidak memiliki
gerakan seragam, namun lebih kepada gerakan bela diri yang ditampilkan dalam balutan
tari.
Bagian paling seru dari tarian ini adalah ketika para penari mulai melakukan gerakan saling
menyerang. Gerakan ini dilakukan dengan tombak dan tongkat yang dibawa sebagai atribut
tari. Tapi tenang saja, penari ini tidak akan melukai satu sama lain. Dan meskipun tidak
menyerang secara nyata, namun tarian ini harus dilakukan oleh mereka yang memiliki
keahlian bela diri khusus.

Pengiring Musik Tari Buja Kadanda


Dalam pementasannya, Tari Buja Kadanda diiringi oleh musik dari alat musik tradisional,
seperti gong, gendang, serunai, serta ditambahi dengan tawa dari pengiringnya. Hal ini
dilakukan supaya tarian lebih hidup dan seru. Apalagi, selama pementasan terdapat dua
irama yang berbeda, yaitu irama cepat dan lambat.

Di awal pertunjukan, irama dari musik akan melambat. Sementara ketika sudah masuk
dalam adegan saling serang, iramanya menjadi lebih cepat hingga membuat pementasan
semakin hidup. Lalu di akhir pementasan, irama kembali melambat yang menandakan
pertunjukan akan segara berakhir.

Kostum Para Penari Tari Buja Kadanda

Penari Buja Kadanda mengenakan kostum berupa pakaian lengan panjang dan celana
panjang. Ditambah ikat kepala atau penutup kepala, yan g biasanya dilengkapi juga dengan
rumbai – rumbai. Warna pakaian biasanya merah, tapi ada juga yang mengenakan pakaian
tari ini berwarna kuning. Selain itu, para penari juga mengenakan aksesoris tari, yaitu
tombak atau tongkat Buja Kadanda dan juga perisai. Dimana dua atribut inilah yang
digunakan dalam menari. Kini, di Bima masih sering mempertunjukkan Tari Buja Kadanda.
Namun masih sebatas pada tari – tarian di sanggar. Harapannya, generasi penerus akan
lebih aktif untuk menampilkan tarian khas daerah ini.
Kesimpulan

Tarian buja kedanda merupakan sebuah bentuk seni budaya yang memiliki makna
mendalam, simbbolismem, dan keunikan tersendiri. Tarian ini tidak hanya mewakili identitas
dan warisan budaya dari wawo, tetapi juga menghubungkan masyarakat dengan akar
budaya mereka. Melalui upaya melestarikan dan menghormati tarian ini, kitra dapat terus
merayakan keragaman nenek moyang kita.

Anda mungkin juga menyukai