Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SENI BUDAYA

SENI TARI TRADISIONAL

“GENDING SRIWIJAYA DAN TANGGAI DI PALEMBANG”

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS DARING

GURU PEMBIMBING: DEVI ARIANTI, S.Pd.

M. DONI IBRAHIM
KELAS: XI MIA 1

DINAS PENDIDIKAN
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
SMA NEGERI 1 KIKIM BARAT
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME karena atas limpahan
rahmat,hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang "Tari gending
Sriwijaya dan Tari Tanggai" dengan lancar dan tepat waktu tanpa halangan suatu apapun.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kearsipan.

Akhir kata, tiada gading yang tak retak. Penulis sadar, karya ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik maupun saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Terima kasih kami sampaikan kepada seluruh 
pihak yang telah membantu menyusun makalah ini.

Hormat Saya

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar Isi ....................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan...................................................................................................... 2
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan ................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 3
A. Sejarah Tari Gending Sriwijaya ........................................................................... 3
B. Fungsi Tari Gending Sriwijaya ............................................................................ 4
C. Sejarah Tari Tanggai ............................................................................................ 5
D. Raga gerak ........................................................................................................... 6
E. Bahan busana dan Tata rias................................................................................... 8
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 10
B. Saran ..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kota Palembang adalah salah satu kota di Indonesia yang merupakan ibukota
Provinsi Sumatera Selatan. Menurut sejarah, kota Pelembang merupakan kota tertua di
Indonesia. Banyak ikon-ikon dari Kota Palembang. Salah satunya adalah tari Gendhing
Sriwijaya dan Tanggai. Dalam penyusunan makalah kali ini saya memilih topik
“Kesenian Tari Gending Sriwijaya dan Tanggai dipalembang” karena keunikan keunikan
dari tarian tersebut.

Kebudayaan ialah sal  ah satu aspek yang terpenting dalan kehidupan manusia. Salah
satu unsur kebudayaan yaitu kesenian. Kesenian pada masyarakat Jawa, Kalimantan,
Sumatera, Bali, dan Nusa Tenggara merupakan satu kompleks unsur yang tampak amat
digemari oleh warga masyarakatnya, sehingga tampak seolah-olah mendominasi seluruh
kehidupan masyarakatnya. Seni tari penyambutan tamu pada daerah-daerah tersebut ialah
salah satu asset yang dimiliki oleh masyarakat itu karena merupakan seni tari yang khas
dan asli dari daerah tersebut. Tarian gending sriwijaya ini dari palembang dan sebagai
daerah kaya penyimpan koleksi sejarah masa lalu.

Palembang juga memiliki banyak ragam seni tari. Dari imajinasi dan khyalan
terhadap zaman keraton kerajaan Sriwijaya pada abad VI SM, yang sangat tersohor
dengan ekspansi  wilayah dan pusat Agama Budha sampai zaman keemasan kesultanan
palembang Darussalam. Tahapan sejarah masa lalu itu sampai kini memberikan banyak
inspirasi bagi masyarakat.

Tari Gending Sriwijaya termasuk lagu pengiringnya, diciptakan tahun 1944 untuk
mengingatkan para pemuda bahwa para nenek moyang adalah bangsa dan besar yang
menghormati persaudaraan dan persahabatan antar manusia dan hubungan antara manusia
dengan Sang pencipta. Tari tersebut melukisan kegembiraan gadis-gadis Palembang saat
menerima tamu yang diagungkan.

Tari tanggai adalah sebuah tarian yang disajikan untuk menyambut tamu yang telah
memenuhi undangan. Pada zaman sekarang, tari tanggai selain dipertontonkan dalam
acara-acara pernikahan masyarakat palembang, tari ini juga dipertontonkan dalam acara-
acara resmi organisasi dan pergelaran seni disekolah-sekolah.

Antropologi memang sejak lama menaruh perhatian terhadap kesenian tradisional.


Namun keseni bagi cabang ilmu pengetahuan ini tidak hanya diartikan sebagai tari-tarian,
1
tetapi terutama seni pembuatan tekstil (termasuk batik, ikat, dan songket). Dalam hal ini,
arti, kedudukan, dan simbolik dari motif-motif yang  tempat yang penting dalam
antropologi. Namun, disamping itu hampir semua cabang kesenian tradisional pun
mendapat perhatian yang mendalam dari antropologi.

B. RUMUSAN MASALAH

Makalah ini membahasa tentang beberapa hal yang penting dan perlu diketahui.

1. Bagaimana sejarah dari tari gending sriwijaya dan tanggai


2. Bagaimana lirik lagu gending sriwijaya dan tanggai
3. Ada berapa penari ditarian gending sriwijaya
4. Fungsi dalam tarian gending sriwijaya
5. Gambar gerakan tarian tanggai

C. TUJUAN

Untuk lebih mengetahui tarian gending sriwijaya dan tanggai. Dan menambah
pengetahuan mengenai tari gending sriwijaya dan tanggai, mengtahui keunikan-unikan
tarian gending sriwijaya dan tanggai.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Tari Gending Sriwijaya

Tarian ini digelar untuk menyambut para tamu istimewa yang bekunjung ke daerah
tersebut, seperti kepala negara Republik Indonesia, menteri kabinet, kepala negara  atau
pemerintahan negara sahabat, duta-duta besar atau yang dianggap setara dengan itu.

Untuk menyambut para tamu agung itu digelar suatu tarian tradisional yang salah
satunya adalah Gending Sriwijaya, tarian ini berasal dari masa kejayaan kemaharajaan
Sriwijaya di Kota Palembang yang mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira
dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu.

Tari ini ditampilkan secara khusus untuk menyambut tamu-tamu agung seperti
kepala Negara, Duta Besar dan Tamu-tamu agung lainnya. Tari Gending Sriwijaya
Hampir sama dengan tari Tanggai, perbedaannya terletak pada penggunaan tari jumlah
penari dan perlengkapan busana yang dipakai. Penari Gending Sriwijaya seluruhnya
berjumlah 13 orang terdiri dari :

   Para penari Gending Sriwijaya :


 Satu orang penari utama pembawa tepak (tepak, kapur, sirih).
 Dua orang penari pembawa peridon (perlengkapan tepak)
  Enam orang penari pendamping (tiga dikanan dan tiga kiri)
  Satu orang pembawa payung kebesaran (dibawa oleh pria)
  Satu orang penyanyi Gending Sriwijaya
  Dua orang pembawa tombak (pria)

3
Tarian Gending Sriwijaya digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang
berbusana Adat Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai.
Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan
tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini
peran penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder.
Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang peran
pengawal kadang-kadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu dipertunjukkan dalam
gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa tepak sebagai Sekapur
Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua penari yang
membawa pridon terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih ini menurut aslinya
hanya dilakukan oleh putri raja, sultan, atau bangsawan. Pembawa pridon biasanya
adalah sahabat akrab atau inang pengasuh sang putri. Demikianlah pula penari-penari
lainnya.

B. Fungsi Tari Gending Sriwijaya

Tari Gending Sriwijaya diterima dan diakui sebagai tari adat Sumatera Selatan
berfungsi sebagai tari penyambutan tamu penting dan tamu yang diangungkan. Fungsi
Tari Gending Sriwijaya sebagai tari penyambutan tamu itu diresmikan oleh H. Asnawi
Mangkualam selaku Gubernur Kepala Daerah Sumatera Selatan pada tahun 1960-an

Dalam prosesi penyambutan tamu resmi atau tamu angung itu, Tari Gending
Sriwijaya ditampilkan dengan penyuguhan tepak (tempat sirih), lengkap dengan isinya,
yaitu daun sirih, pinang, kapur, getah gembir, dan tembakau sebagai lambang
penghormatan kepada tamu resmi atau pun tamu agung itu. Penyuguhan sekapur sirih ini
dilakukan oleh 9 penari dengan gerak lemah gemulai dilengkapi dengan seorang
penyanyi, seorang pembawa payung dan dua orang pemegang tombak sebagai tanda
kebesaran keagungan.

Lirik Lagu Gending Sriwijaya

Di kala ku merindukan keluhuran dahulu kala


Kutembangkan nyanyian lagu Gending Sriwijaya
Dalam seni kunikmati lagi zaman bahagia
Kuciptakan kembali dari kandungan Sang Maha Kala
Sriwijaya dengan Asrama Agung Sang Maha Guru
Tutur sabda Dharmapala sakya Khirti dharma khirti
Berkumandang dari puncaknya Siguntang Maha Meru
4
Menaburkan tuntunan suci Gautama Buddha sakti.
Borobudur candi pusaka zaman Sriwijaya
Saksi luhur berdiri teguh kokoh sepanjang masa
Memahsyurkan Indonesia di benua Asia
Melambangkan keagungan sejarah Nusa dan Bangsa
Taman Sari berjenjangkan emas perlak Sri Kesitra
Dengan kalam pualam bagai di Sorga Indralaya
Taman puji keturunan Maharaja Syailendra
Mendengarkan iramanya lagu Gending Sriwijaya.
    
Musik pengiring Tari Gending Sriwijaya adalah lagu Gending Sriwijayab yang
diciptakan oleh duet A. Dahlan Mahibat Dengan Nungcik A.R. sebagai pengarang
syairnya pada tahun 1994.

C. Sejarah Tari Tanggai

Tari tepak atau tari tanggai yang biasa digelarkan untuk menyambut tamu-tamu
terhormat. Tarian ini memiliki persamaan dengan tari Gending Sriwijaya. Perbedaannya
pada jumlah penari dan busananya. Tari tepak atau tanggai dibawakan oleh 5 penari
sedangkan tari Gending Sriwijaya 9 penari. Busana penari tepak atau tanggai ini tidak
selengkap busana dan asesoris penari Gending Sriwijaya. Kelenturan gerak dan lentiknya
jemari penari menunjukan betapa tulusnya tuan rumah memberikan penghormatan
kepada tamu. Perpaduan gerak gemulai penari dengan harmoni lagu pengiring yang
berjudul enam bersaudara melambangkan keharmonisan hidup masyarakat
Palembang.                                                   

Tari Tanggai sering dipergunakan dalam acara pernikahan masyarakat Sumatera


Selatan, acara-acara resmi organisasi dan pergelaran seni di sekolah-sekolah. Sanggar-
sanggar seni di kota Palembang banyak yang menyediakan jasa pergelaran tarian tanggai
ini, lengkap dengan kemewahan pakaian adat Sumatera Selatan . Sebagai tarian
penyambutan, tari tanggai mempunyai banyak kesamaan dengan tari geding sriwijaya
yang juga berfungsi sebagai tari untuk menyambut tamu.

Perbedaan kedua tarian tersebut terletak pada jumlah penari dan kelengkapan
akseoris yang dipakai oleh penari. Pada tari tanggai biasanya berjumlah  5 orang penari,
sedangkan jumlah tari geding sriwijaya berjumlah 9 orang penari. Akseroris yang dipakai
oleh penari yang membawakan tarian geding sriwijaya juga biasanya lebih lengkap
5
dibanding aksesoris yang dipakai oleh penari tanggai. Walaupun pada dasarnya busana
yang dipakai oleh penari pada kedua traian tersebut biasanya terbuat dari kain songket
khas Sumatera Selatan.

Sebagai tarian penyambutan, gerakan-gerakan pada tari tanggai sepenuhnya mampu


mengambarkan ketulusan dan keramahan sang tuan rumah atas kedatangan tamunya. Hal
ini ditujukan dengan gerakan tari tanggai yang didominasi oleh gerakan tangan yang
lentur dan kelentikan jemari penari yang dihiasi oelh tanggai yang terbuat dari lempengan
tembaga. Selain gerakan yang lemah gemulai, harmoni lagu yang mengiringi tarian ini
juga mampu menggambarakan keharmonisan yang tercipta di kehidupan masyarakat
Palembang.

D. Raga Gerak

Tari tanggai mempunyai bentuk atau wujud yang tersusun dari rangkaian-rangkaian
gerak atau motif gerak yang dikembangkan dan divariasikan menjadi satu kesatuan yang
utuh sehingga membentuk struktur tari. Dalam tanggai ini terdapat bermacam-macam
gerakan. Antara lain: gerakan tangan, gerakan badan, gerakan badan, gerakan kaki, dan
gerakan kepala.

Gerakan tangan terdiri dari kecubung atas, kecubung bawah, tolak arus, mahameru,
menaburkan, borobudur, saksi luhur, elang terbang, lambing, tolak kana, tolak kiri,
mendengarkan dan sembah. Gerakan badan terdiri dari turun duduk, tutur sabda rebah
kayu, dan tegak. Gerakan kaki terdiri dari kaki kedepan, tutup, kaki tunjang, dan jalan
keset. Dan gerakan kepala umumnya mengikuti arah gerakan tangan dan pandang mata.

Jika diurutkan struktur gerak-gerak Tari Tanggai terbagai dalam:

a. Gerakan Tari Awal


 Gerak masuk posisi sembah
 Borobudur hormat
 Sembah berdiri
 Jalan ngeset
 Kecubung berdiri bawah kanan
 Kecubung berdiri bawah kiri
 Kecubung berdiri atas kanan
 Kecubung berdiri atas kiri
 Elang terbang berdiri
6
b. Gerakan Tari Pokok
 Elang terbang duduk
 Tutur sabda
 Sembah duduk
 Tabur bunga duduk kanan
 Tabur bunga duduk kiri
 Memohon duduk kanan
 Memohon duduk kiri
 Tafakur kanan
 Tafakur kiri
 Seguntang mahameru kanan
 Seguntang mahameru kiri
 Kecubung duduk kanan kecubung duduk kiri
 Stupa kanan
 Stupa kiri
 Mendengar duduk kanan
 Mendengar duduk kiri
 Tutur sabda
 Borobudur duduk elang terbang berdiri
c. Gerakan Tari Akhir
 Tolak bala berdiri kanan
 Tolak bala berdiri kiri
 Nyumping berdiri kanan
 Nyumping berdiri kiri
 Mendengar berdiri kanan
 Mendengar berdiri kiri
 Tumpang tali atau ulur benang berdiri kanan
 Tumpang tali atau ulur benang berdiri kiri
 Sembah berdiri
 Borobudur berdiri

7
Lirik lagu Tanggai
Lemah Lembut,Lemah Lembut
Tangan Gemulai,Gemulai
Jari – Jari Yang Menari Halus Semampai
Lemah Lembut,Lemah Lembut
Tangan Gemulai,Gemulai
Jari – Jari Yang Menari Halus Semampai
Anak Dara Yang Manis
Bidadari Rupawan Sedang Asyik Manari Tari Tanggai
Anak Dara Yang Manis
Bidadari Rupawan Sedang Asyik Manari Tari Tanggai
      
Musik pengiring untuk tari tanggai bersifat instrumental yang diiringi beberapa 
gendang dan satu gong berperan sebagai pola ritme. Instrumental yang mengiringi tari
tanggai ini memadukan dan memainkan lagu daerah yang menidetifikasikan dan
menggambarkan nuansa warna melayu.

E. Bahan busana dan tata rias

Aspek-aspek dalam tata rias dan busana antara lain meliputi tata rias wajah, tata tias
rambut, dan tata rias busana termasuk di dalam aksesoris yang digunakannya dapat
mendukung penampilannya. Aksesoris antara lain :

1. Gandik adalah yang terlatak di kening dan diikat dibelakang kepala


2. Gelang gepeng (berbentuk pipih)
3. Gelang sempuru (berduri menyerupai kulit durian)
4. Gelang kano ( berbentuk bulat berukir-ukir dengan uuran lebih besar dari gelang
biasa
5. Gelang burung (berbentuk burung bersayap)
6. Beringin adalah hiasan kepala yang terletak diatas sanggul
7. Teratai adalah penutup dada yang terbuat dari kain bludru yang ditabur dengan
hiasan manik-manik atau payet
8. Pending adalah ikat pinggang yang terbuat dari lempengan perak atau tembaga yang
diberi hiasan atau motif tumbuh-tumbuhan atau binatang
9. Rumbai melati letaknya disisi kiri-kanan wajah yang dikaitkan pada karsuhun.

8
10. Kalung kebo minggah-munggah melambangkan tingkatan pada masyarakat
palembang (strata).
11. Kalung ronce (ronce melati hidup kalau ada) melati, melambangkan niat yang suci
dari tuan rumah.
12. Selempang terbuat dari kain bludru yang dibuat seperti selempang selebar kurang
15cm dengan panjang 150cm dan diberi hiasan dari lempeng kuning yang diukir
13. Kain songket lepus
14. Kain songket limar
15. Baju Angkinan
16. Kuku tanggai
17. Tepak

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tari Gending Sriwijaya berasal dari Kota Palembang. Tarian ini digelar untuk
menyambut para tamu istimewa yang bekunjung ke daerah tersebut, seperti kepala negara
Republik Indonesia, menteri kabinet, kepala negara atau pemerintahan negara sahabat,
duta-duta besar atau yang dianggap setara dengan itu. Untuk menyambut para tamu
agung itu digelar suatu tarian tradisional yang salah satunya adalah Gending Sriwijaya,
tarian ini berasal dari masa kejayaan kemaharajaan Sriwijaya di Kota Palembang yang
mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia, tulus dan terbuka
terhadap tamu yang istimewa itu.

Tarian Gending Sriwijaya digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang


berbusana Adat Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai.
Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan
tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini
peran penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder.
Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang peran
pengawal kadang-kadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu dipertunjukkan dalam
gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa tepak sebagai Sekapur
Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua penari yang
membawa pridon terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih ini menurut aslinya
hanya dilakukan oleh putri raja, sultan, atau bangsawan. Pembawa pridon biasanya
adalah sahabat akrab atau inang pengasuh sang putri. Demikianlah pula penari-penari
lainnya. Gending Sriwijaya merupakan lagu dan tarian tradisional masyarakat Kota
Palembang, Sumatera Selatan. Melodi lagu Gending Sriwijaya diperdengarkan untuk
mengiringi Tari Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan
keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya
mempersatukan wilayah Barat Nusantara.

Tari tepak atau tari tanggai yang biasa digelarkan untuk menyambut tamu-tamu
terhormat. Tarian ini memiliki persamaan dengan tari Gending Sriwijaya. Perbedaannya
pada jumlah penari dan busananya. Tari tepak atau tanggai dibawakan oleh 5 penari
sedangkan tari Gending Sriwijaya 9 penari. Busana penari tepak atau tanggai ini tidak
selengkap busana dan asesoris penari Gending. Kelenturan gerak dan lentiknya jemari
10
penari menunjukan betapa tulusnya tuan rumah memberikan penghormatan kepada tamu.
Perpaduan gerak gemulai penari dengan harmoni lagu pengiring yang berjudul enam
bersaudara melambangkan keharmonisan hidup masyarakat Palembang.

Tari Tanggai sering dipergunakan dalam acara pernikahan masyarakat Sumatera


Selatan, acara-acara resmi organisasi dan pergelaran seni di sekolah-sekolah. Sanggar-
sanggar seni di kota Palembang banyak yang menyediakan jasa pergelaran tarian tanggai
ini, lengkap dengan kemewahan pakaian adat Sumatera Selatan.

Dahulu tarian ini pulalah yang selalu disajikan kepada tamu-tamu raja kerajaan
Sriwijaya. Tidak hanya pada acara perkawinan saja, disetiap acarapun tarian ini sering
dilakukan. Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai dengan busana khas
daerah. Tarian ini menggambarkan masyarakat Palembang yang ramah dan menghormati,
menghargai serta menyayangi tamu yang berkunjung ke daerahnya.

B. SARAN

Penulis ini berharap dengan adanya keanekaragam budaya yang dimiliki Indonesia
khususnya Kota Palembang dapat terus dipertahankan dan dijaga kelestariannya.
Sehingga kebudayaan asli yang kita miliki tetap terjaga utuh dan menjadi warisan budaya
yang tidak mati oleh karena kemajuan jaman arus globalisasi. Karena kebudayaan asli
yang kita miliki merupakan identitas diri Negara kita sebagai bangsa Indonesia. Dengan
kebudayaan yang kita miliki kita dapat memperkuat hubungan antar sesama bangsa
Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 2005 “Pengantar Antropologi II”. Jakarta: Rineka Cipta.

Bakker Anton. 2000 “Antropologi Metafisik”. Yogyakarta: Kanisius.

Koentjaraningrat. 2009 “Pengantar Ilmu Antropologi”. Jakarta: Rineka Cipta.

Sartono, Vebri Al Lintani, Yuli Sudartati. 2007 “Tari Tanggai Selayang


Pandang”. Palembang: Dewan Kesenian Palembang.

Suryanegara Erwan. 2009 “Kerajaan Sriwijaya”. Palembang: Dinas Pendidikan Provinsi


Sumatra Selatan.

Achmad, Ridjal K. 2007  “Study Guide Cultural Anthropoly”. Jakarta: STIKOM LSPR


Jakarta.

Mahfiraulfa . 2013 “Asal usul tari tanggai”.  blogspot.com diunduh 01 April 2020. Pukul
20:42 wib.

12

Anda mungkin juga menyukai