Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN TARI I

TARI PEPE - PEPE RI MAKKA

OLEH :

KELOMPOK I

AYU WINARTI
HALIJA
KHAERUNNISA
SUCI PERTIWI
YULIANA VENI

DOSEN PENGAMPUH
Dr. ANDI JAMILAH, M.Sn.

JURUSAN SENI PERTUNJUKAN


PRODI SENI TARI
FAKULTAS SENI DAN DESAIN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022/2023

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang / Sejarah Tari Pepe-pepe ri Makka


Sulawesi Selatan adalah provinsi yang dihuni oleh beberapa suku besar,
antara lain suku Bugis, Makassar, dan Toraja. Setiap suku adat yang tinggal di
Sulawesi Selatan memiliki adat dan tradisi masing-masing. Diantara tradisi
masyarakat Sulawesi Selatan adalah tari tradisional dan Kesenian yang diwariskan
secara turun-temurun agar tetap terjaga eksistensinya. Eksisitensi seni budaya
sebagai warisan leluhur dapat diteruskan oleh generasi-generasi berikutnya
sebagai bagian dari kearifan lokal.
Kesenian merupakan bagian dari tradisi dan budaya yang merupakan
wujud dari identitas sebuah bangsa. Salah satu daerah yang pertujukan tarinya
mengandung unsur magis adalah Makassar. Tari Pepe-Pepeka Ri Makka adalah
salah satu jenis kesenian tradisi rakyat di kalangan suku Makassar. Secara historis
tari Pepe-Pepeka Ri Makka terkait dengan penyebaran Agama Islam sekitar abad
ke-17 terutama di Kabupaten Gowa yang merupakan gerbang awal masuknya
Agama Islam. Zaman dahulu tarian ini di selenggarakan 7 hari sebelum
masuknya bulan suci Ramadhan. Sebelum tarian ini dimulai para penari haruslah
shalat di masjid 4 jam sebelum tarian ini dimulai dengan tujuan untuk meminta
perlindungan kepada Yang Maha Kuasa agar diberikan keselamatan saat
melakukan gerakan yang berbahaya pada tarian ini.
Tarian Pepe-Pepeka Ri Makka menampilkan pertunjukan tubuh penari
yang disulut oleh api namun tidak terbakar, bahkan baju yang dikenakan oleh
penari pun tidak terbakar. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi yang
menyaksikan pertunjukan tersebut, dan eksistensi pertunjukan ini masih terus ada
di kota Makassar. Tarian Pepe-Pepeka Ri Makka ini biasanya ditampilkan pada
Upacara Hajatan, Sunatan dan perkawinan, serta penyambutan tamu yang
diselenggarakan oleh pemerintah. Tari Pepe-Pepeka Ri Makka ini dilakonkan oleh
beberapa laki-laki tua dan muda. Tidak ada tarian yang baku. berputar-putar
sambil melakukan gerakan-gerakan jenaka untuk mengundang tawa penonton.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaku dan Penari


Pada tarian ini, menggunakan penari yang tidak ditentukan jumlahnya.
Namun, jumlah penari yang biasa digunakan yaitu 4-5 orang. Biasanya penari
yang digunakan berjenis kelamin Laki-laki karena adegan pada tarian ini
sangatlah berbahaya apabila di tarikan oleh perempuan. Pada zaman dahulu, tarian
ini hanya bisa ditarikan oleh laki-laki saja namun sekarang ada juga beberapa
perempuan yang menarikan tarian ini.
B. Gerak atau Ragam Gerak Tari
Pada zaman dahulu tarian ini hanya memiliki satu ragam saja, yaitu
a’manca’ (seperti gerakan silat). Namun seiring berkembangnya zaman, tarian ini
mulai diberikan aksen melayu agar terlihat seperti tarian. Gerakan yang
digunakan pada tarian ini lebih berpusat pada permainan apinya sehingga
geraknya tidak beraturan.

C. Desain Lantai (Floor Design)


Tarian ini tidak memiliki pola lantai tertentu, tetapi menyesuaikan dengan
ukuran panggung yang digunakan. Biasanya juga tergantung dari apa yang
diminta oleh penyelenggara.
D. Musik Iringan Tari
Pada zaman dahulu tarian ini hanya menggunakan batok kelapa sebagai
pengisi iringan tarinya. Seiring berkembangnya zaman tarian ini mulai
menggunakan musik iringan dari intrumen rabana, gendang panjang (gandrang
la’bu), kannong-kannong, biola dan gong dengan menggunakan sebuah syair,
yaitu
Pepe’ - pepeka ri Makka
Ratea ri Madina
Ya Allah kalombasangku
Na tassiara’ bonena
Punna teako sambayang
Sulukko pantarang lino
Ya Allah nanu a’boya
Karaeng maraenganna
Kere junnu’ kere sada’
Kere nikana satinja
Ya Allah kerenikana
Pannangkasi batang kale
Inai balla irate
Satinggi bawa karaeng
Ya Allah balla awalli
Passiringang maleka’
Maleka’ padangganna
Awalli pasombala’na
Ya Allah Nabi Muhamma’ anggincirangi
E. Properti atau Perlengkapan Tari
Properti yang digunakan dalam tarian ini adalah sebuah kain yang dililit
menjadi keras dan kuat lalu dikepang pendek sebagai alat yang nantinya akan
dibakar saat tarian ini berlangsung. Biasanya benda ini dapat di gunakan selama 4
kali penampilan.
F. Kostum dan Tata Busana
Kostum yang digunakan dalam tarian ini berupa baju dan bawahan
lipa’sabbe dengan dalaman celana kain pendek yang biasa dengan tidak diberikan
aksen-aksen tertentu atau dapat dibilang polos. Busana berbentuk seperti baju
Sultan Hasanuddin dengan hiasan kepala passapu’ dikenakan oleh laki-laki.
Kostum yang dikenakan oleh penari penari perempuan biasanya menggunakan
baju bodo. Warna yang biasanya digunakan lebih dominan warna merah, namun
tidak menutup kemungkinan bahwa warna lain dapat digunakan sesuai dengan
apa yang diminta oleh penyelenggara.

G. Tempat Pertunjukan
Tarian ini dapat ditarikan dimana saja artinya dapat di tarikan di dalam
ruangan maupun di alam bebas sesuai dengan apa yang diminta oleh
penyelenggara. Namun, saat tarian ini ditarikan dalam ruangan maka gerakan
menyembur api akan dihilangkan. Sebaliknya saat ditarikan di luar ruangan maka
gerakan menyemburkan api akan dilakukan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tari Pepe-Pepeka Ri Makka adalah salah satu jenis kesenian tradisi rakyat
di kalangan suku Makassar. Secara historis tari Pepe-Pepeka Ri Makka terkait
dengan penyebaran Agama Islam sekitar abad ke-17 terutama di Kabupaten Gowa
yang merupakan gerbang awal masuknya Agama Islam. Pada tarian ini,
menggunakan penari yang tidak ditentukan jumlahnya. Namun, jumlah penari
yang biasa digunakan yaitu 4-5 orang penari laki-laki. Akan tetapi sekarang ada
juga penari perempuan yang menarikan tarian ini. Tarian ini tidak memiliki pola
lantai yang artinya penari bergerak bebas dengan hanya menyadari ruang. Iringan
yang digunakan yaitu dari musik-musik trdisional suku Makassar yang diisi
dengan syair-syair menggunakan bahasa Makassar. Properti yang digunakan
berupa kain yang dililit hingga keras dengan kostum yang digunakan penari yaitu
bersumber dari pakaian adat Suku Makassar baik penari laki-laki maupun
perempuan. Panggung yang digunakan bisa di alam bebas maupun di dalam
ruangan.
DAFTAR PUSTAKA

Salam Rahayu, (2017), Jurnal Pertunjukan Tarian Pepe-pepeka Ri Makka,


Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan, Makassar.

Narasumber : Rais K.
Profesi : Seniman
Pembina Sanggar Seni Turikale Paropo

Anda mungkin juga menyukai