Anda di halaman 1dari 6

1.

Tari Rejang Sari Karya I Kt Rena Dalam Rangka Menyambut Hari Raya
Nyepi

Tari Rejang Taman Sari merupakan sebuah Tari Rejang yang


menggambarkan ucap rasa syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa dengan
menyimbolkan perasaan yang tulus dan indah layaknya bunga yang
bertebaran di taman. Tarian ini diciptakan pada tahun 2019 oleh Bapak I
Ketut Rena, dan iringan tarinya dikomposisikan oleh Putu Dicky Ariana. Tari
Rejang Taman Sari pertama kali dipentaskan di Pura Taman Sari, Padang
Sambian, Denpasar (Wawancara bersama I Ketut Rena, 22 November 2019)
Tari rejang sari adalah tari bali yang bisa dipentaskan ketika ada upacara
keagamaan, maupun sebagai bentuk hiburan. Rejang ini termasuk ke dalam
jenis tarian baru yang bisa ditarikan oleh remaja maupun perempuan
dewasa. Ketika ditarikan oleh remaja, pakaian yang digunakan cenderung
lebih bervariasi, dengan menggunakan bebed sebagai tutup dada dan
gelungan rejang, sedangkan jika ditarikan oleh perempuan dewasa (biasanya
oleh ibu-ibu), penari hanya menggunakan baju kebaya dan kamben seragam.
2. Tari Hudoq Suku Dayak

Kalimantan Timur (Kaltim) mempunyai keanekaragaman tradisi dan


keunikan budaya yang patut dilestarikan. Salah satu tradisi yang masih
berlangsung hingga saat ini adalah Tari Hudoq Mahakam Ulu. Tari ini
disebut-sebut sebagai perwujudan semangat gotong-royong dari suku Dayak
Kaltim. Dikutip dari laman resmi Dispar Kaltim, Tari Hudoq adalah sejenis
festival yang berupa tarian ungkapan syukur yang digelar oleh Suku Dayak,
Kaltim. Kesenian ini menggunakan topeng dan kostum yang juga termasuk
golongan kesenian barongan. Uniknya, penggunaan topeng dan kostum para
penari Hudoq ini menyerupai binatang buas dan terbuat dari kayu. Para
penari menggunakan topeng sebagai perwujudan dari hewan atau hama yang
dianggap merusak tanaman. Contoh binatang buas yang dimaksud adalah
seperti, tikus, gagak, monyet, dan babi. Tetapi ada juga penari yang memakai
topeng burung elang karena dianggap sebagai pelindung dan pemelihara
hasil panen. Ada juga yang menggunakan topeng manusia sebagai simbol
para leluhur atau nenek moyang. Topeng para penari ini dibuat dari kayu
dengan ukiran dan bentuk yang berbeda satu sama lain sesuai dengan
perwujudan yang ingin ditampilkan. Hudoq sendiri artinya menjelma dan
tarian ini masih kental akan nuansa mistis, tetapi bisa menjadi sarana
hiburan. Terlebih pada saat perayaan menanam padi, panen, atau upacara
adat lainnya. Tidak ada batasan atas jumlah penari dan siapapun bisa turut
serta dalam tarian Hudoq asalkan memiliki niat yang kuat, kesanggupan
fisik, serta kelengkapan tari seperti pakaian dan topengnya.
3. Tari Yospan Sebagai Tari Hiburan

Salah satu contohnya yakni Tari Yosim Pancar atau yang biasa disingkat
dengan Tari Yospan. Tari ini merupakan tari berjenis kontemporer yang
menggambarkan persahabatan dari para kaum remaja di Kabupaten Biak
Numfor, Papua. Mulai popular sejak tahun 1960 dan pernah menjadi bagian
dari Senam Kesehatan Jasmani (SKJ). Bagaimana asal-usul Tari Yospan ini?
Simak lebih lanjut ya. Sebenarnya, Tari Yospan ini hasil dari gabungan dua
tarian daerah Papua yakni Tari Yosim yang berasal dari wilayah Teluk Sairei,
Serul, Waropen yang dikolaborasikan dengan Tari Pancar, berasal dari Biak,
Numfor dan Manokwari. Gerakan tarian Yosim hampir serupa dengan
gerakan Poleneis atau dansa Eropa dimana mengutamakan kebebasan dalam
geraknya serta melibatkan kelincahan gerak dari si penari. Sementara Tari
Pancar menggunakan gerakan yang lebih kaku karena mengikuti irama
musik iringannya.Dalam tarian ini dibagi menjadi dua kelompok, ada
kelompok pengiring dan kelompok penari. Seperti namanya, kelompok
pengiring bertugas untuk mengiringi kelompok penari. Kelompok penari akan
menari sesuai dengan iringan musik yang ada, biasanya jumlah penari ada
enam orang atau bisa lebih. Baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda,
boleh menarikan Tari Yospan ini.
4. Tari Kreasi Papua Yang Dipertunjukan Pada Festival Budaya Bulgaria

Asal-usul Tari Adat Sajojo sebenarnya masih menjadi perdebatan di kalangan


para ahli sejarah. Namun, banyak yang berpendapat bahwa tarian ini berasal
dari daerah Sarmi, Papua Barat. Sajojo sendiri merujuk pada nama sejenis
burung yang dianggap sakral di kalangan masyarakat Papua.Tarian ini
awalnya dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang
melimpah. Namun, seiring perkembangan waktu, tarian ini juga dipentaskan
dalam banyak acara budaya dan keagamaan yang diadakan oleh masyarakat
Papua.Tari Adat Sajojo adalah warisan budaya yang sangat penting bagi
masyarakat Papua. Oleh karena itu, penting untuk dijaga dan diapresiasi
agar dapat terus lestari dan dinikmati oleh generasi selanjutnya. Ada
berbagai kesempatan untuk menikmati Tari Adat Sajojo, seperti festival
budaya, pertunjukan tari, dan lokakarya. Selama festival budaya di Papua,
Tari Adat Sajojo sering dipertunjukkan untuk menghormati leluhur dan
menghargai warisan budaya Papua. Pertunjukan tari ini juga sering diadakan
di acara pernikahan dan upacara adat lainnya. Untuk yang tertarik, Anda
bisa bergabung dengan lokakarya tari tradisional Sajojo untuk mempelajari
gerakan dan musik yang khas. Dengan bergabung dalam lokakarya ini,
selain sebagai sarana untuk belajar, juga dapat mempelajari nilai-nilai
kearifan lokal yang terkandung dalam Tari Adat Sajojo.
5. Tari Payung sebagai seni wisata
Tari payung adalah tarian tradisional yang berasal dari daerah
Minangkabau, Sumatera Barat. Tari ini melambangkan cinta dan kisah kasih
sayang di antara dua orang manusia.
Asal Mula Tari Payung
Sejarah tari payung tidak dapat terlepas dari kebudayaan suku
Minangkabau. Beberapa suku yang ada di daerah ini adalah suku koto, bodi,
piliang, dan caniago. Dulunya tari payung ini merupakan sebuah ritual yang
sering dilakukan di setiap acara adat suku-suku tersebut.
Jika dilihat dari gerakan tariannya, maka ini diperuntukkan untuk muda-
mudi suku Minangkabau. Tarian ini bersifat menghibur. Selain itu, tari
payung juga seperti menjelaskan bagaimana seharusnya perilaku pasangan
dalam menjalin hubungan kasih sayang, yaitu yang sesuai dengan norma
agama dan norma adat.
Makna Payung dan Selendang
Dua perlengkapan utama dalam tarian ini adalah payung dan selendang.
Payung yang digunakan menggambarkan sikap seorang pria lajang
melindungi seorang gadis. Sementara makna selendang yang diikatkan
penari gadis ke leher pria pasangannya adalah merupakan lambang
penerimaan cinta dan janji suci dalam kesetiaan.
Pertunjukan Tari Payung
Pertunjukan tari payung biasanya dibawakan secara berpasangan oleh 3
sampai 4 pasang muda-mudi. Masing-masing pasangan melakukan gerak
tari yang merupakan drama kisah cinta mereka hingga menuju ke
pelaminan.
Musik yang berperan penting dalam mengiringi tari payung adalah hasil dari
permainan alat musik tradisional dan syair khusus. Sedangkan alat
musiknya berupa rebana, gendang, akordeon, dan gamelan khas Melayu.
Syair khusus yang dinyanyikan adalah syair berjudul “Babendi-bendi ke
Sungai Tanang”.
Tidak ada aturan khusus dalam penataan panggung tari payung. Tarian ini
dapat dipentaskan di mana saja, asalkan tempatnya luas. Semua penari yang
tampil mengatur jarak satu sama lain agar tidak bertubrukan pada saat
menari.
Kostum Penari
Kostum yang digunakan oleh penari perempuan adalah pakaian adat melayu
khas Minang. Pakaian adat tersebut terdiri dari baju kurung (kebaya), kain
songket sebagai bawahan, dan hiasan kepala berupa mahkota keemasan.
Sedangkan kostum penari pria berupa baju lengan panjang dan celana
panjang satu warna lengkap dengan sarung songket dan kopiah khas
Melayu.
Tari Payung di Masa Kini
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, informasi tentang tarian ini
menyebar luas. Tari payung pun menjadi tari daerah yang disenangi
masyarakat Sumatera Barat. Tidak hanya masyarakat lokal, tari ini juga
dikenal masyarakat Indonesia sebagai pertunjukan tarian dan hiburan yang
unik dan menarik.

KLIPING

FUNGSI TARI

Disusun Oleh:

JEVANI NATASYA

VII B

SMP NEGERI 1 SANGATTA SELATAN


TAHUN AJARAN 2023/2024

Anda mungkin juga menyukai