Anda di halaman 1dari 8

1.

Pendahuluan

Tari Kipas Pakarena adalah salah satu tarian tradisional sebagai bagian dari budaya
nusantara. Tari kipas berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan dan menjadi tarian yang sangat
dikenal oleh penduduk disana. Pakarena sendiri memiliki arti “Main” dalam bahasa Makassar.
Tarian dengan properti utama kipas ini kerap dipertunjukkan di acara-acara besar seperti
perayaan adat.

2. Latar Belakang

Tari Kipas Pakarena sudah dikenal pada masa kerajaan Gowa di sekitar abad ke-14. Tari
Kipas Pakarena ini awalnya digunakan oleh orang terdahulu di suku Makassar sebagai media
pemujaan kepada para dewa. Edisi pertama yang ditemukan mengenai tarian Kipas Pakarena
menceritakan saat kerajaan Gowa Purba mengalami kekacauan hingga akhirnya, terdengar kabar
kedatangan putri yang turun dari langit dengan kemampuan mengakhiri kekacauan di Gowa. Ia
berjanji untuk menyatukan negeri dan mendatangkan kesejahteraan hingga diangkat menjadi
ratu. Sang putri mengajarkan berbagai adat termasuk gerakan Tari Kipas.

Sedangkan edisi kedua menceritakan kisah


perpisahan yang terjadi antara penghuni limo
atau disebut juga bumi, dengan botong langit
atau disebut juga sebagai negeri khayangan.
Sebelum terjadi perpisahan, diceritakan bahwa
botong langit telah memberikan ilmunya
mengenai bagaimana cara hidup di bumi dengan
baik.

Mulai dari bercocok tanam, beternak sampai dengan berburu semuanya telah diajarkannya
kepada para penghuni limo. Mereka mengajarkannya melalui sebuah gerakan kaki maupun
gerakan tangan. Dari gerakan tersebutlah menjadikan para penghuni limo untuk membuat hal itu
sebagai sebuah ritual.

Tari Kipas Pakarena awalnya bernama Sere Jaga yang berfungsi sebagai bagian upacara
ritual khusunya pada ritual sebelum menanam padi dan usai menanam padi. Tarian ini dulunya
hanya di tari kan di dalam istana kerajaan gowa oleh putri-putri bangsawan, menjadi pelengkap
dan wajib
di pertunjukan pada saat upacara adat atau pesta-pesta kerajaan. Menggelar tari Kipas
Pakarana merupakan simbolis penghargaan kepada nenek moyang atau leluhur.

3. Karakter Tari

Gerakan yang dimulai dengan duduk dan mulai memutar searah jarum jam memiliki makna
adanya siklus hidup yang selalu berputar. Gerakan naik turun dalam tarian ini melambangkan
kehidupan manusia yang kadang berada di atas dan kadang berada di bawah, dengan keperluan
masyarakat untuk melalui hidup dengan kesabaran.

 Mabbiring kassi (berjalan di tepi pantai), yaitu ragam awal gerakan di mana penari
berjalan pelan ke depan sambil memegang kipas di tangan kanannya di depan dada,
tangan kiri memegang sarung, dan pundak kiri berhias selendang. Makna yang ingin
disampaikan yaitu peringatan hati-hati dalam pergaulan dan senantiasa menjaga diri,
sebagai pesan dari orang tua pada anaknya.
 Sita'lei (berpindah tempat), yaitu ayunan jari jempol tangan kiri menyentuh pusar, dengan
tangan kanan mengayun kipas ke arah kanan hingga ke depan perut. Selanjutnya kedua
tangan membuka dan diarahkan ke kanan. Badan penari berbalik dengan tangan kiri di
depan pusar dan tangan kanan mengayun kipas. Makna gerakan Sita’lei adalah
kekeluargaan, pertukaran tempat penari merupakan bentuk kolektivitas dalam
kekeluargaan untuk menyelesaikan masalah bersama dalam suka dan duka.
 Sonnayya (Bermimpi), yaitu gerakan tangan
kiri memegang sarung di bawah dan tangan
kanan memegang kipas dengan arah atas.
Makna yang ingin disampaikan dalam gerakan
yaitu tidak penting berkhayal dan bermimpi
karena orang yang hanya berkhayal akan
berharap yang tidak pasti.
 Accarammeng (Bercermin atau Melihat Diri ke dalam Cermin), yaitu gerakan tangan
yang diayunkan ke arah kanan dengan tegak, sedangkan tangan kiri digerakkan ke kiri
dan tangan diputar di samping telinga dengan menghentakkan kipas di paha. Makna
gerakan tersebut yaitu pentingnya bercermin diri atau introspeksi diri sebelum
berkomentar baik atau buruknya orang lain. Jadi, mawas diri sangat penting begitu pula
menghindari mengorek kekurangan dan kesalahan orang lain.
 Anging Kamalino (Angin Tanpa Berhembus), gerakan ini diawali dengan tangan kiri
meletakkan selendang di tangan kanan yang sedang memegang kipas tertutup. Kemudian,
penari berjalan ke kiri dan kanan, dengan tangan kiri akkingking lipa (memegang sarung)
dan tangan kanan memegang kipas dan selendang di depan. Anging kamalino memiliki
nilai falsafah bugis yaitu Sulapa Appa yaitu paham sumanga atau sifat manusia dalam
kehidupan yaitu air, api, angin, dan tanah.
Gerakan menutup kipas secara
pelan menunjukkan sifat air. Artinya,
manusia memiliki tempat di daerah asalnya
dan dimanapun yang ia tuju. Gerakan
memegang selendang dan kipas di tangan
kanan kemudian menggerakkan badan ke
arah ke bawah dan atas menggambarkan sifat api. ini menunjukkan sifat emosi manusia
yang kadang kala dapat naik dan turun. Gerakan penari bergerak ke kiri dan ke kanan
menggambarkan sifat angin. Artinya, manusia bisa saja memilih langkahnya kemana saja
layaknya angin, namun setiap langkah dapat membawa ke arah kebaikan atau keburukan.
Terakhir gerakan penari saat kembali ke posisi awal dan duduk menggambarkan sifat
tanah. Makna yang disampaikan yaitu manusia yang berasal dari tanah akan kembali
rebah ke tanah.
 Renjang-renjang, yaitu gerakan menghadap ke kanan dan ke kiri secara bergantian saat
hendak keluar dari panggung. Gerakan ini menjadi penutup dari tari dan pesan yang
disampaikan yaitu segala sesuatu hendak dimulai dan diakhiri dengan baik-baik, sebagai
bentuk mohon maaf dan pamit.

4. Busana Tari

Penari tari Kipas Pakarena menggunakan baju adat khas daerah Gowa bernama Baju Bodo,
yang juga merupakan pakaian masyarakat suku Bugis. Warnanya yang berbeda-beda bertujuan
sebagai penanda stratifikasi sosial. Seperti bagaimana pakaian yang memiliki warna hijau
dikenakan untuk bangsawan dan yang berwarna putih dipakai
untuk ibu yang sedang menyusui seorang bayi, serta beberapa
warna lainnya. Penari juga memakai kain selempang, dan
sarung khasnya yang berasal dari Sulawesi Selatan.

Tata rias penari tari Kipas Pakarena tidak memiliki jenis


tertentu, yang penting penari harus dapat memperlihatkan
ekspresi yang cerah ketika tampil di panggung.

Pada bagian kepala penari menggunakan sebuah hiasan berwarna emas dengan desain bunga.
Sementara untuk aksesoris, penari menggunakan gelang, kalung, dan juga anting sebagai
pelengkap penampilan para penari. Serta tak lupa, setiap penari membawa sebuah kipas yang
merupakan properti utama dan ciri khas dalam tari Kipas Pakarena.\

5. Alat Media Tari

Tari Kipas Pakarena diiringi musik dinamis dan menghentak yang bersumber dari sejumlah
alat musik tradisional yang tergabung dalam nama Grondong Rinci, yang menghasilkan alunan
musik pengiring tarian ini. Gondrong Rinci terdiri dari genderang, gong, katto-katto, dan puik-
puik (seruling). Pukulan dalam memainkan Gandrang ada dua, yaitu pukulan yang memakai stik
dari tanduk kerbau, dan pukulan menggunakan tangan dengan tumbu. Saat tabuhan gendang
ditimpali para pasrak (bambu belah), tiupan dari seruling, serta gong, suasana pun jadi makin
menghibur dan riuh.

Ada pula iring-iringan syair lagu khas daerah Makassar yang di nyanyikan saat dalam
momen penyambutan pahlawan perang ataupun pesta bulan purnama yang bertajuk Dongang-
dongang.

6. Tujuan Tari

Tari Kipas Pakarena memiliki tujuan untuk mengungkapkan rasa syukur dan terima
kasih kepada dewaterhadap bumi dan langit atas segala nikmat yang diberikan kepada rakyat.
Selain itu, tari ini juga memiliki tujuan untuk mengungkapkan permohonan rakyat agar
mendapatkan sumber makanan yang cukup, saat sebelum musim panen. Diiringi dengan
perkembangan zaman, tari ini juga digunakan sebagai media hiburan oleh kalangan
masyarakat dan tidak harus digunakan untuk menyambut musim panen atau kedatangan
pahlawan.

7. Refleksi

Dari pembelajaran dan web-browsing (researching) melalui sosial media, tari Kipas
Pakarena menjadi sarana informasi yang lebih terbuka bagi orang-orang dari luar suku Bugis
atau pun orang-orang yang terlepas dari penurunan kebudayaan daerah mereka. Tari Kipas
Pakarena adalah tarian yang mengandung banyak makna dengan arti yang kaya, dimana
tarian ini menggambarkan karakteristik rakyat Gowa dan kepercayaan mereka yang
memandang setiap bagian dari tahap kehidupan secara. Rakyat-rakyatnya dapat menjaga dan
mempertahankan tarian budaya tersebut hingga bahkan mengalahkan umur daerah asalnya
sendiri, yaitu Gowa, tanpa menghalangi perkembangan untuk terjadi di dalam aspek tarian itu
sendiri.
PENGENALAN TARI KIPAS PAKARENA DAN ASPEK
KEBUDAYAANNYA

NAMA KELOMPOK 1 X-6

ATHIAR ARMANSYAH

DEVON EZEKIEL BINTI

GOLDI MANALU

HESTI DWI HARYANTI

INDRIYANI

JOHANNES ULYA PRAJA


RAHMATUN INDAH ALIYAH

ZAHRA KAMILA

Anda mungkin juga menyukai