Anda di halaman 1dari 13

KELIPING KUMPULAN

TARI NUSANTARA


Nama : Firda Amalia yuniarti
Kelas : 5.1
Alamat : Jl. Nakhoda Rt. 34 Kel. Bukuan

Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu
untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran. Bunyi-bunyian yang
disebut musik pengiring tari mengatur gerakan penari dan memperkuat maksud yang ingin
disampaikan. Gerakan tari berbeda dari gerakan sehari-hari seperti berlari, berjalan,
atau bersenam. Menurut jenisnya, tari digolongkan menjadi tari rakyat, tari klasik, dan tari kreasi
baru. Dansa adalah tari asal kebudayaan Barat yang dilakukan pasangan pria-wanita dengan
berpegangan tangan atau berpelukan sambil diiringi musik.
MACAM MACAM TARI NUSANTARA
1. TARI JAIPONG

Gambar. Tari Topeng
Tari jaipong atau Jaipongan adalah sebuah kesenian dari sunda berupa seni tari dengan
diiringi musik Degung, yang dulunya bernama ketuk tilu dan bermula diciptakan seniman
berbakat yang bernama gugum gumilar. yang menjadi ciri utama Jaipongan adalah gaya
kaleran,alami dan apa adanya, ceria, erotis, humoris, bersemangat, berspontanitas, dan
kesederhanaan. Tari Raden Bojong,Tari Daun dan Pulus Keser Bojong adalah karya tari jaipong
Gugum Gumbira yang pertamakalinya.

Gerakan-gerakan pada TARI JAIPONG sangat dipengaruhi oleh kliningan, pencak silat, seni
ketuk tilu, dan ronggeng sehingga terbentukGERAKAN TARI YANG INDAH dan enak untuk
kita tonton.


Dalam garak Tari Jaipong dapat dibedakan dari beberapa bagian diantaranya :

1. Gerakan pembuka yang disebut juga Bukaan
2. Bagian dari gerakan-gerakan yang disebut Pencungan
3. pemberhentian atau titik disebut Ngala
4. Pindahan dari peralihan sesudah ngala disebut Mincit

Dalam perjalanannya kesenian Jaipongan terjadi pro kontra mengenai keerotisan dalam pakaian
dan gaya tariannya. namun meski demikian seni JAIPONGAN masih tetap eksis di berbagai
acara pentas nasional maupun Internasional

2. TARI MERAK
Tari Merak merupakan salah satu tarian daerah kreasi baru yang dikreasikan oleh Raden
TjetjepSomantri sekitar tahun 1950-an, yang kemudian direvisi kembali oleh dra. Irawati Durban
pada tahun 1965.
Pada tahun 1985 dra. Irawatai merevisi kembali koreografi tari merak dan
mengajarkannya secara langsung pada Romanita Santoso pada tahun 1993.
Walaupun tarian ini dibawakan oleh penari wanita, namun sebenarnya tarian ini
mengambarkan tingkah laku merak jantan dalam menebatkan pesonanya kepad merak betina.
Dalam tarian ini digambarkan bagaimana usaha merak jantan untuk menarik perhatian
merak betina dengan memamerkan bulu ekornya yang indah dan panjang.
Dalam usahanya menarik merak betina, sang jantan akan menampilkan pesona terbaik
yang ada pada dirinya hingga mampu membuat sang betina terpesona dan berlanjut pada ritual
pekawinan.

Gambar 2. Tari Merak

Gerakan tari merak lebih didominasi oleh gerakan yang menggambarkan keceriaan dan
kegembiraan yang dipancarkan oleh sang merak jantan. Dan nilai keceriaan yang digambarkan
dalam tari merak semakin jelas dengan penggunaan kostum yang digunakan oleh sang penari.
Dalam membawakan tarian merak, umumnya penari akan menggunakan kostum yang berwarna
warni dengan aksesoris yang semakin mempertegas kesan burung merak jantan.
Dan yang tidak pernah ketinggalan dalam kostum tari merak adalah sayap burung merak yang
bisa dibentangkan dan hiasan kepala (mahkota) yang akan bergoyang goyang ketika penari
menggerakan kepalanya.
Fungsi Tari Merak
Sedangkan untuk fungsi tari merak, tarian ini sering ditampilkan sebagai tarian persembahan
atau tarian penyambutan. Berikut adalah beberapa fungsi tari merak :
a. sebagai tarian persembahan untuk para tamu yang hadir dalam resepsi pernikahan
b. sebagai tarian penyambutan untuk rombongan pengantin pria ketika menuju pelaminan
c. sebagai tarian penyambutan tamu agung dalam sebuah acara atau ritual
d. sebagai sarana untuk memperkenalkan budaya Indonesia dalam kancah internasional.
(nn)


3. TARI PIRING
Tari Piring merupakan tarian khas dari daerah Sumatera Barat, Minang Kabau. Tarian khas
ini sudah sangat terkenal di Indonesia. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini saya akan sedikit
mengulasSejarah Asal Usul Tari Piring yang sangat terkenal tersebut sebagai penambah
wawasan dan pengetahuan kita terhadap budaya bangsa. Mari kita simak informasi lengkapnya
dibawah ini.

Gambar 3. Tari Piring
Pada mulanya, Tari Piring ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada
dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan
membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring sembari
melangkah dengan gerakan yang dinamis.
Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi Tari Piring tidak lagi digunakan
sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan
sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.
Di Malaysia , tarian piring dipersembahkan ketika majelis perkawinan terutama bagi
keluarga berada, bangsawan dan hartawan di sebuah kampung. Tarian ini biasa dilihat di
kawasan Seremban, Kuala Pilah dan Rembau oleh kumpulan tertentu. Ada yang dipersembahkan
dengan pakaian lengkap dan pakaian tarian tidak lengkap. Sedikit bayaran akan dikenakan jika
menjemput kumpulan tarian ini mempersembahkan tarian piring. 10 - 20 menit diperuntukkan
untuk persembahan tarian ini.
Tarian piring dan silat dipersembahkan di hadapan mempelai di luar rumah. Majelis
perkawinan atau sesuatu apa-apa majlis akan lebih meriah jika diadakan tarian piring. Namun
begitu, segelintir masyarakat tidak dapat menerima kehadiran kumpulan tarian kerana dianggap
ada percampuran lelaki dan perempuan. Bagi mengatasi masalah itu, kumpulan tarian disertai
hanya gadis-gadis sahaja.
Kira-kira 8 (delapan) abad yang lalu, Tari Piring telah ada di wilayah kehulauan Melayu. Tari
Piring identik dengan Sumatera Barat. Hingga masa kerajaan Sri Vilaya, eksistensinya masih ada
bahkan semakin mentradisi. Pada saat masa-masa kejayaan kerajaan Majapahitlah, tepatnya abad
ke-16, kerajaan Sri Vijaya dipaksa jatuh.
Namun demikian, Tari Piring tidak lantas ikut lenyap. Bahkan, Tari Piring mengalami
perkembangan ke wilayah-wilayah Melayu lain seiring hengkangnya pengagum setia Sri Vijaya.
Bergantinya pelaku peradaban memaksa adanya perubahan konsep, orientasi dan nilai pada Tari
Piring.
Pada awalnya Tari Piring diperuntukkan buat sesembahan para dewa, dibarengi dengan
penyediaan sesaji dalam bentuk makanan yang lezat-lezat. Tarian ini dibawakan oleh beberapa
perempuan yang dengan penampilan khusus, berbusana indah, sopan, tertib, dan lemah lembut.
Dalam perjalanannya, orientasi atau tujuan sesembahan Tari Piring bergeser drastis.
Ketika Islam datang, orientasi penyajian tidak lagi tertuju pada para dewa, namun
dipersembahkan kepada para raja dan pejabat, khususnya saat ada pertemuan atau forum khusus
dan istimewa lainnya. Selain itu, Tari Piring juga semakin populer dan tidak hanya dikonsumsi
oleh kalangan elit tertentu.


Gambar 3a. Tari Piring
Tidak cukup sampai disitu, perubahan orientasi terus dilakukan. Arti dan makna Tari
Piring diartikan secara agak luas. Dalam konteks ini, raja tidak harus kepala negara atau
pemimpin kekusaan politik pada rakyatnya, tapi bisa dianalogikan dengan sepasang pengantin.
Sang pengantin adalah raja, yaitu raja sehari. Karena itulah tradisi Tari Piring kerap
dipersembahkan dihadapan raja sehari (pengantin) saat bersanding dipelaminan dalam acara
walimatul arsy.
Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang, adalah salah
satu jenis Seni Tari yang berasal dari Sumatra Barat yaitu masyarakat Minangkabau disebut
dengan Tari Piring karena para penari saat menari membawa piring.
Pada awalnya dulu kala Tari Piring diciptakan untuk memberi persembahan kepada para
dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di Minangkabau Tari
Piring tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan bagi majlis-majlis keramaian yang
dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri, Tari Piring juga dipakai dalam acara
keramaian lain misalnya seperti pada acara pesta perkawinan.
Mengenai waktu kemunculan pertama kali Tari Piring ini belum diketahui pasti, tapi
dipercaya bahwa Tari Piring telah ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800 tahun yang lalu.
Tari Piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan berkembang hingga pada zaman Sri
Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit pada abad ke 16 yang menjatuhkan Sri Wijaya, telah
mendorong Tari Piring berkembang ke negeri-negeri melayu yang lain bersamaan dengan
pelarian orang-orang sri wijaya saat itu.
4. TARI PENDET

Gambar 4. Tari Pendet
Tari Pendet termasuk dalam jenis tarian wali, yaitu tarian Bali yang dipentaskan khusus
untuk keperluan upacara keagamaan. Tarian ini diciptakan oleh seniman tari Bali, I Nyoman
Kaler, pada tahun 1970-an yang bercerita tentang turunnya Dewi-Dewi kahyangan ke bumi.
Meski tarian ini tergolong ke dalam jenis tarian wali namun berbeda dengan tarian upacara lain
yang biasanya memerlukan para penari khusus dan terlatih, siapapun bisa menarikan tari Pendet,
baik yang sudah terlatih maupun yang masih awam, pemangku pria dan wanita, kaum wanita dan
gadis desa. Pada dasarnya dalam tarian ini para gadis muda hanya mengikuti gerakan penari
perempuan senior yang ada di depan mereka, yang mengerti tanggung jawab dalam memberikan
contoh yang baik. Tidak memerlukan pelatihan intensif.
Pada awalnya tari Pendet merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di Pura,
yang menggambarkan penyambutan atas turunnya Dewa-Dewi ke alam marcapada,merupakan
pernyataan persembahan dalam bentuk tarian upacara. Lambat laun, seiring perkembangan
zaman, para seniman tari Bali mengubah tari Pendet menjadi tari Ucapan Selamat Datang,
dilakukan sambil menaburkan bunga di hadapan para tamu yang datang, seperti Aloha di Hawaii.
Kendati demikian bukan berarti tari Pendet jadi hilang kesakralannya. Tari Pendet tetap
mengandung anasir sakral-religius dengan menyertakan muatan-muatan keagamaan yang kental.
Dan tari pendet disepakati lahir pada tahun 1950.


Gambar 4a. Tari Pendet
5. TARI SAMAN

Di antara beraneka ragam tarian dari pelosok Indonesia, tari saman termasuk dalam
kategori seni tari yang sangat menarik. Keunikan tari saman ini terletak pada kekompakan
gerakannya yang sangat menakjubkan. Para penari saman dapat bergerak serentak mengikuti
irama musik yang harmonis. Gerakan-gerakan teratur itu seolah digerakkan satu tubuh, terus
menari dengan kompak, mengikuti dendang lagu yang dinamis. Sungguh menarik, bukan? Tak
salah jika tari saman banyak memikat hati para penikmat seni tari. Bukan hanya dari Indonesia,
tapi juga dari mancanegara. Sekarang, mari kita ulas lebih dalam lagi mengenai tarian unik ini.
a. Sejarah
Mengapa tarian ini dinamakan tari Saman? Tarian ini di namakan Saman karena
diciptakan oleh seorang Ulama Aceh bernama Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi, dari
dataran tinggi Gayo. Awalnya, tarian ini hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok
Ane. Namun, kemudian ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah
SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman
menjadi salah satu media dakwah.
Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya pada
saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut peringatan Maulid
Nabi Muhammad SAW. Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis
surau panggung). Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga
penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai
tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau
upacara tertentu. Tari Saman dapat ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat keramaian
dan kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaan-perayaan lainnya.
Untuk tempatnya, tari Saman biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada juga yang
menggunakan panggung.
Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut
Syekh. Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan baik agar tercipta gerakan yang
kompak dan harmonis.

b. Makna dan Fungsi
Tari Saman dijadikan sebagai media dakwah. Sebelum Saman dimulai, tampil pemuka
adat untuk mewakili masyarakat setempat. Pemuka adat memberikan nasehat-nasehat yang
berguna kepada para pemain dan penonton. Syair-syair yang di antunkan dalam tari Saman juga
berisi petuah-petuah dan dakwah.
Berikut contoh sepenggal syair dalam tari S aman:

Reno tewa ni beras padi, manuk kedidi mulu menjadi rempulis bunge.

Artinya:

Betapa indahnya padi di sawah dihembus angin yang lemah gemulai. Namun begitu, burung
kedidi yang lebih dulu sebagai calon pengantin serta membawa nama yang harum.

Namun dewasa ini, fungsi tarian saman menjadi bergeser. Tarian ini jadi lebih sering berfungsi
sebagai media hiburan pada pesta-pesta, hajatan, dan acara-acara lain.


c. Nyanyian
Pada tari Saman, terdapat 5 macam nyanyian :

1. Rengum, yaitu sebagai pembukaan atau mukaddimah dari tari Saman (yaitu setelah dilakukan
sebelumnya keketar pidato pembukaan). Rengum ini adalah tiruan bunyi. Begitu berakhir
langsung disambung secara bersamaan dengan kalimat yang terdapat didalamnya, antara lain
berupa pujian kepada seseorang yang diumpamakan, bisa kepada benda, atau kepada tumbuh-
tumbuhan.
2. Dering, yaitu rengum yang segera diikuti oleh semua penari.
3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada
bagian tengah tari.
4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi
melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak.
5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari
solo.


d. Gerakan
Tarian saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian
saman: Tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama Islam, syeikh saman
mempelajari tarian melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai
dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan dakwahnya. Dalam konteks kekinian, tarian
ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-
pesan dakwah melalui pertunjukan-pertunjukan.
Tarian Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan
gerak tepuk tangan dan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang-
saring (semua gerak ini adalah bahasa Gayo). Selain itu, ada 2 baris orang yang menyanyi sambil
bertepuk tangan dan semua penari Tari Saman harus menari dengan harmonis. Dalam Tari
Saman biasanya, temponya makin lama akan makin cepat supaya Tari Saman menarik.
e. Penari
Pada umumnya, tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki. tetapi jumlahnya
harus ganjil. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, tarian ini juga dimainkan oleh kaum
perempuan. Pendapat Lain mengatakan tarian ini ditarikan kurang dari 10 orang, dengan rincian
8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Namun, perkembangan di era
modern menghendaki bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak apabila ditarikan oleh penari
dengan jumlah yang lebih banyak. Di sinilah peran Syeikh, ia harus mengatur gerakan dan
menyanyikan syair-syair tari Saman.

Kostum atau busana khusus saman terbagi dari tiga bagian yaitu:
Pada kepala: bulung teleng atau tengkuluk dasar kain hitam empat persegi. Dua segi
disulam dengan benang seperti baju, sunting kepies.
Pada badan: baju pokok/ baju kerawang (baju dasar warna hitam, disulam benang putih,
hijau dan merah, bahagian pinggang disulam dengan kedawek dan kekait, baju bertangan
pendek) celana dan kain sarung.

Pada tangan: topeng gelang, sapu tangan. Begitu pula halnya dalam penggunaan warna,
menurut tradisi mengandung nilai-nilai tertentu, karena melalui warna menunjukkan identitas
para pemakainya. Warna-warna tersebut mencerminkan kekompakan, kebijaksanaan,
keperkasaan, keberanian dan keharmonisan.
Tari saman memang sangat menarik. Pertunjukkan tari Saman tidak hanya populer di
negeri kita sendiri, namun juga populer di mancanegara seperti di Australia dan Eropa. Baru-
baru ini tari saman di pertunjukkan di Australia untuk memperingati bencana besar tsunami
pada 26 Desember 2006 silam. Maka dari itu, kita harus bangga dengan kesenian yang kita
miliki, dan melestarikannya agar tidak punah.


Gambar 5a. Tari Saman
6. TARI TOR TOR
Tor tor adalah tari tradisional Suku Batak.
Gerakan tarian ini seirama dengan iringan musik (magondangi) yang dimainkan
menggunakan alat-alat musiktradisional seperti gondang, suling, terompet batak, dan lain-lain.
Menurut sejarah, tari tor tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh. Roh
tersebut dipanggil dan "masuk" ke patung-patung batu (merupakan simbol leluhur). Patung-
patung tersebut tersebut kemudian bergerak seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku.
Gerakan tersebut berupa gerakan kaki (jinjit-jinjit) dan gerakan tangan.
Jenis tari tor tor beragam. Ada yang dinamakan tor tor Pangurason (tari pembersihan). Tari
ini biasanya digelar pada saat pesta besar.
Sebelum pesta dimulai, tempat dan lokasi pesta terlebih dahulu dibersihkan dengan
menggunakan jeruk purut agar jauh dari mara bahaya. Selanjutnya ada tari tor tor Sipitu Cawan
(Tari tujuh cawan). Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja.

Gambar 6. Tari Tor Tor
Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi di sebuah telaga di puncak gunung pusuk
buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung).
Terakhir, ada tor tor Tunggal Panaluan yang merupakan suatu budaya ritual. Biasanya digelar
apabila suatu desa dilanda musibah.
Tunggal panaluan ditarikan oleh para dukun untuk mendapat petunjuk solusi untuk mengatasi
masalah tersebut. Sebab tongkat tunggal panaluan adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu
yaitu Benua atas, Benua tengah, dan Benua bawah.
Dahulu, tarian ini juga dilakukan untuk acara seremoni ketika orangtua atau anggota keluarganya
meninggal dunia. Kini, tari tor tor biasanya hanya digunakan untuk menyambut turis.

Anda mungkin juga menyukai