Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki Seni tari tradisional
yang menarik dan populer, hal ini menunjukkan kreativitas anak bangsa di Aceh, meskipun
jauh dari ibu kota dan merupakan salah satu wilayah paling ujung yang berbatasan langsung
dengan Negara lain. Aceh atau dikenal dengan sebutan Nangro Aceh Darusalam, memilki
kultur dan seninya yang khas, sehingga hal ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri yang
menjadi nilai wisata di Aceh. Tarian di Aceh ini dapat disajikan sebagai sebuah paket wisata,
sebab disini tersedia SDM yang kreatif yang benar-benar memahami dan menggemari
kesenian Aceh yang ada. Selain itu juga didukung oleh pemain-pemain seni tari yang penuh
didikasi mau belajar dengan sungguh-sungguh untuk keperluan penyajian paket wisata
budaya.
Jenis tarian ini dimaksudkan untuk laki-laki. Biasanya yang memainkan tarian ini ada
12 orang laki-laki yang sudah terlatih. Syair yang dibawakan adalah sosialisasi kepada
masyarakat tentang bagaimana hidup bermasyarakat, beragama dan solidaritas yang dijunjung
tinggi.
A. Sejarah Tari Rapai Geleng
Tari rapai geleng ini sendiri adalah sebuah tarian yang berasal dari etnis Aceh, dimana
wilayahnya sendiri berasal dari Aceh Selatan. Rapai Geleng ini sendiri dikembangkan oleh
seorang anonym di Aceh Selatan. Permainan Rapai Geleng juga disertakan dengan gerakan
tarian, dimana tarian tersebut melambangkan sikap keseragaman dalam hal kerjasama,
kebersamaan dan juga penuh kekompakan dalam lingkungan masyarakat. Tarian ini sendiri
mengekspresikan dinamisasi masyarakat dalam syair yang dinyanyikan, kostum dan gerakan
dasar dari unsure tari Meuseukat. Jenis tarian ini sendiri dimaksudkan untuk laki-laki, dan
biasanya dalam tari rapai geleng ini dilakukan oleh 12 laki-laki yang telah terlatih.
Tarian ini sendiri tentu saja memiliki beberapa fungsi seperti pada halnya tarian-tarian
lain yang ada pada daerah ini sendiri, tentu saja ada beberapa keistimewaan pada tarian ini
sendiri. Fungsi dari tarian ini sendiri adalah untuk syair agama, dimana diharapkan dapat
menanamkan nilai moral kepada masyarakat. Tentu saja dalam hal ini adalah moral yang baik
dan yang bisa dicontoh oleh masyarakat dan dapat diikuti oleh semua orang dan juga siapa
saja yang ada pada daerah tersebut. tarian ini sendiri pun biasanya dilakukan pada saat ada
santri yang merasa jenuh pada saat mereka melakukan pelajaran sendiri.
B. Fungsi Tari Rapai Geleng
Fungsi dari tarian ini adalah syiar agama, menanamkan nilai moral kepada masyarakat,
dan juga menjelaskan tentang bagaimana hidup dalam masyarakat sosial. Rapa'i Geleng
pertama kali dikembangkan pada tahun 1965 di Aceh Selatan. Saat itu tarian ini dibawakan
pada saat mengisi kekosongan waktu santri yang jenuh usai belajar. Lalu, tarian ini dijadikan
sarana dakwah karena dapat membuat daya tarik penonton yang sangat banyak.
C.
3. TARI SAMAN
A. Sejarah Tari Saman
Tarian ini di namakan Saman karena diciptakan oleh seorang Ulama Gayo bernama
Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi, dari dataran tinggi Gayo. Awalnya, tarian ini
hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun, kemudian ditambahkan
iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh
kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media
dakwah. Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya
pada saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW.
Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung).
Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga
penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan
sebagai tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa
atau upacara tertentu.
Taman sari dapat ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat keramaian dan
kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaan-perayaan lainnya.
Untuk tempatnya, tari Saman biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada juga yang
menggunakan panggung. Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh seorang pemimpin
yang lazimnya disebut Syekh. Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan baik
agar tercipta gerakan yang kompak dan harmonis.
B. Gerakan Tari Saman
Tarian saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian
saman: Tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama Islam, syeikh
saman mempelajari tarian melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang
disertai dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan dakwahnya.
Dalam konteks kekinian, tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai
media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan-pertunjukan. Tarian
Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan gerak tepuk
tangan dan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring
(semua gerak ini adalah bahasa Gayo). Selain itu, ada 2 baris orang yang menyanyi sambil
bertepuk tangan dan semua penari Tari Saman harus menari dengan harmonis. Dalam Tari
Saman biasanya, temponya makin lama akan makin cepat supaya Tari Saman menarik
C. Makna dan Fungsi Tari Saman
Tari Saman dijadikan sebagai media dakwah. Namun dewasa ini, fungsi tarian saman
menjadi bergeser. Tarian ini jadi lebih sering berfungsi sebagai media hiburan pada pesta-
pesta, hajatan, dan acara-acara lain.
1. Pada tari Saman, terdapat 5 macam nyanyian : Rengum, yaitu sebagai pembukaan atau
mukaddimah dari tari Saman. Rengum ini adalah tiruan bunyi. Begitu berakhir
langsung disambung secara bersamaan dengan pujian kepada seseorang yang
diumpamakan, bisa kepada benda, atau kepada tumbuh-tumbuhan.
2. Dering, yaitu rengum yang segera diikuti oleh semua penari.
3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari
pada bagian tengah tari.
4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi
melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak.
5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama seluruh penari setelah dinyanyikan penari solo.
D. Penari
Pada umumnya, tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki. tetapi
jumlahnya harus ganjil. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, tarian ini juga dimainkan
oleh kaum perempuan. Pendapat Lain mengatakan tarian ini ditarikan kurang dari 10 orang,
dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Namun,
perkembangan di era modern menghendaki bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak
apabila ditarikan oleh penari dengan jumlah yang lebih banyak. Di sinilah peran Syeikh, ia
harus mengatur gerakan dan menyanyikan syair-syair tari Saman.
E. Kostum Tari Saman
Kostum atau busana khusus saman terbagi dari tiga bagian yaitu :
Pada kepala: bulung teleng atau tengkuluk dasar kain hitam empat persegi. Dua segi
disulam dengan benang seperti baju, sunting kepies.
Pada badan: baju pokok/ baju kerawang (baju dasar warna hitam, disulam benang
putih, hijau dan merah, bahagian pinggang disulam dengan kedawek dan kekait, baju
bertangan pendek) celana dan kain sarung.
Pada tangan: topeng gelang, sapu tangan. Begitu pula halnya dalam penggunaan
warna, menurut tradisi mengandung nilai-nilai tertentu, karena melalui warna
menunjukkan identitas para pemakainya. Warna-warna tersebut mencerminkan
kekompakan, kebijaksanaan, keperkasaan, keberanian dan keharmonisan.