Anda di halaman 1dari 9

KERAJINAN NON BENDA DARI PROVINSI ACEH

Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki Seni tari tradisional
yang menarik dan populer, hal ini menunjukkan kreativitas anak bangsa di Aceh, meskipun
jauh dari ibu kota dan merupakan salah satu wilayah paling ujung yang berbatasan langsung
dengan Negara lain. Aceh atau dikenal dengan sebutan Nangro Aceh Darusalam, memilki
kultur dan seninya yang khas, sehingga hal ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri yang
menjadi nilai wisata di Aceh. Tarian di Aceh ini dapat disajikan sebagai sebuah paket wisata,
sebab disini tersedia SDM yang kreatif yang benar-benar memahami dan menggemari
kesenian Aceh yang ada. Selain itu juga didukung oleh pemain-pemain seni tari yang penuh
didikasi mau belajar dengan sungguh-sungguh untuk keperluan penyajian paket wisata
budaya.

1. TARI TAREK PUKAT


Tari Tarek Pukat adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Provinsi Aceh.
Tarian ini biasanya dibawakan oleh sekelompok penari wanita yang menari dengan
menggunakan tali sebagai atribut menarinya. Tari Tarek Pukat ini merupakan tarian
menggambarkan tentang aktivitas para nelayan Aceh saat menangkap ikan di laut. Tarian ini
biasanya sering ditampilkan di berbagai acara seperti upacara penyambutan, acara adat, dan
acara budaya.
A.

Sejarah Tari Tarek Pukat


Menurut sejarahnya, Tari Tarek Pukat terinspirasi dari tradisi menarek pukat atau tradisi
menarik jala yang sering dilakukan oleh masyarakat Aceh, Khususnya masyarakat di daerah
pesisir yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Konon kegiatan menarek pukat ini
sudah dilakukan masyarakat pesisir Aceh sejak lama.
Saat menangkap ikan, mereka melepas dan menarik jala tersebut secara gotong royong.
Setelah selesai menangkap ikan, hasil yang mereka dapatkan tadi akan dibagi-bagikan kepada
warga yang ikut serta saat menarek pukat tadi.Tradisi tersebut kemudian direfleksikan dalam
sebuah tari yang disebut dengan Tari Tarek Pukat ini.
B. Fungsi Dan Makna Tari Tarek Pukat
Selain difungsikan sebagai bentuk seni pertunjukan, Tari Tarek Pukat ini juga
difungsikan sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya dan tradisi masyarakat Aceh pesisir,
khususnya saat menangkap ikan di laut. Tarian ini dimaknai sebagai gambaran sikap gotong
royong dan semangat kebersamaan masyarakat yang direfleksikan dalam sebuah tarian.
C. Pertunjukan Tari Tarek Pukat
Tari Tarek Pukat biasanya ditampilkan oleh para penari wanita. Jumlah penari tersebut
terdiri dari 7 orang penari atau lebih. Jumlah penari biasanya disesuaikan dengan kelompok
atau sanggar masing-masing. Dalam pertunjukannya, penari dibalut dengan busana tradisional
serta dihias dengan hiasan dan tata rias yang membuatnya terlihat cantik. Dengan diiringi
kelompok pengiring, penari menari dengan gerakannya yang khas dan menggunakan tali
sebagai atribut menarinya.
Dalam pertunjukannya, Tari Tarek Pukat biasanya diawali dengan gerakan seperti tarian
Aceh pada umumnya, yaitu menari dengan posisi duduk sambil menepuk dada dan paha.
Gerakan tersebut dilakukan secara kompak mengikuti irama lagu dan musik pengiring.
Setelah itu dilanjutkan dengan saling mengaitkan tali satu sama lain.
Salah satu hal yang menarik dalam tarian ini adalah di akhir tarian, ketika selesai
mengaitkan tali satu sama lain, penari akan menarik tali tersebut dan menjadi sebuah
rangkaian jaring/jala. Bagi anda yang belum pernah menyaksikan tarian ini mungkin akan
bingung, bagaimana cara mereka membuat jaring tersebut? Hal ini lah yang menjadi salah
satu daya tarik Tari Tarek Pukat ini, dan tak jarang membuat para penonton takjub dan
memberikan tepuk tangan yang meriah kepada para penari.
D. Pengiring Tari Tarek Pukat
Dalam pertunjukan Tari Tarek Pukat biasanya diiringi oleh musik tradisional yaitu
sarune kale dan rapa’i. Tarian ini juga diiringi oleh lagu “tarek pukat” yang dinyanyikan oleh
pengiring vocal. Namun, ada kalanya juga para penari menyanyikan beberapa bait lagu
tersebut secara bersama sama. Saat menari, tempo gerakan penari juga harus disesuaikan
dengan musik pengiring agar terlihat padu dan kompak.
E. Kostum Tari Tarek Pukat
Kostum yang digunakan para penari dalam pertunjukan Tari Tarek Pukat ini biasanya
merupakan busana tradisional. Para penari biasanya menggunakan pakaian seperti baju lengan
panjang, celana panjang dan kerudung pada bagian kepala. Selain itu penari juga
menggunakan kain songket dan sabuk pada bagian pinggang dan hiasan kerudung sebagai
pemanisnya.
F. Perkembangan Tari Tarek Pukat
Dalam perkembangannya, Tari Tarek Pukat masih terus dilestarikan dan dikembangkan
hingga sekarang. Berbagai kreasi dan variasi dalam segi gerak, kostum, dan pengiring, juga
sering ditampilkan di setiap pertunjukannya agar terlihat menarik. Walaupun begitu, namun
tidak mengilangkan ciri khas dan keasliannya.
Tari Tarek Pukat juga masih sering ditampilkan di berbagai acara seperti acara
penyambutan, acara perayaan dan acara adat lainnya. Selain itu, tarian ini juga sering
ditampilkan di berbagai acara budaya seperti pertunjukan seni, festival budaya dan promosi
pariwisata. Hal ini dilakukan sebagai usaha melestarikan dan memperkenalkan kepada
generasi muda serta masyarakat luas akan Tari Tarek Pukat ini.
2. TARI RAPAI GELENG
Rapai Geleng adalah sebuah tarian etnis Aceh yang berasal dari wilayah Aceh Selatan.
Rapa'i Geleng dikembangkan oleh seorang anonim di Aceh Selatan. Permainan Rapai Geleng
juga disertakan gerakan tarian yang melambangkan sikap keseragaman dalam hal kerjasama,
kebersamaan, dan penuh kekompakan dalam lingkungan masyarakat. Tarian ini
mengekspresikan dinamisasi masyarakat dalam syair yang dinyanyikan, kostum dan gerak
dasar dari unsur Tari Meuseukat.

Jenis tarian ini dimaksudkan untuk laki-laki. Biasanya yang memainkan tarian ini ada
12 orang laki-laki yang sudah terlatih. Syair yang dibawakan adalah sosialisasi kepada
masyarakat tentang bagaimana hidup bermasyarakat, beragama dan solidaritas yang dijunjung
tinggi.
A. Sejarah Tari Rapai Geleng
Tari rapai geleng ini sendiri adalah sebuah tarian yang berasal dari etnis Aceh, dimana
wilayahnya sendiri berasal dari Aceh Selatan. Rapai Geleng ini sendiri dikembangkan oleh
seorang anonym di Aceh Selatan. Permainan Rapai Geleng juga disertakan dengan gerakan
tarian, dimana tarian tersebut melambangkan sikap keseragaman dalam hal kerjasama,
kebersamaan dan juga penuh kekompakan dalam lingkungan masyarakat. Tarian ini sendiri
mengekspresikan dinamisasi masyarakat dalam syair yang dinyanyikan, kostum dan gerakan
dasar dari unsure tari Meuseukat. Jenis tarian ini sendiri dimaksudkan untuk laki-laki, dan
biasanya dalam tari rapai geleng ini dilakukan oleh 12 laki-laki yang telah terlatih.
Tarian ini sendiri tentu saja memiliki beberapa fungsi seperti pada halnya tarian-tarian
lain yang ada pada daerah ini sendiri, tentu saja ada beberapa keistimewaan pada tarian ini
sendiri. Fungsi dari tarian ini sendiri adalah untuk syair agama, dimana diharapkan dapat
menanamkan nilai moral kepada masyarakat. Tentu saja dalam hal ini adalah moral yang baik
dan yang bisa dicontoh oleh masyarakat dan dapat diikuti oleh semua orang dan juga siapa
saja yang ada pada daerah tersebut. tarian ini sendiri pun biasanya dilakukan pada saat ada
santri yang merasa jenuh pada saat mereka melakukan pelajaran sendiri.
B. Fungsi Tari Rapai Geleng
Fungsi dari tarian ini adalah syiar agama, menanamkan nilai moral kepada masyarakat,
dan juga menjelaskan tentang bagaimana hidup dalam masyarakat sosial. Rapa'i Geleng
pertama kali dikembangkan pada tahun 1965 di Aceh Selatan. Saat itu tarian ini dibawakan
pada saat mengisi kekosongan waktu santri yang jenuh usai belajar. Lalu, tarian ini dijadikan
sarana dakwah karena dapat membuat daya tarik penonton yang sangat banyak.
C.

Tiga Babak dalam Tari Rapai Geleng


1. Saleuem (salam)
2. Kisah (baik kisah rasul, nabi, raja, dan ajaran agama)
3. Lani (penutup)
Gerakan tarian ini diikuti tabuhan rapa'i yang berirama satu-satu, lambat, lama
kemudian berubah cepat diiringi dengan gerak tubuh yang masih berposisi duduk bersimpuh,
meliuk ke kiri dan ke kanan. Gerakan cepat kian lama kian bertambah cepat.
Pada dasarnya, ritme gerak pada tarian rapai geleng hanya terdiri dalam empat
tingkatan; lambat, cepat, sangat cepat dan diam. Keempat tingkatan gerak tersebut merupakan
miniatur karakteristik masyarakat yang mendiami posisi paling ujung pulau Sumatera,
berisikan pesan-pesan pola perlawanan terhadap segala bentuk penyerangan pada eksistensi
kehidupan agama, politik, sosial dan budaya mereka.
Pada gerakan lambat, ritme gerakan tarian Rapai Geleng tersebut berikan pesan seluruh
tindakan yg di ambil harus dimulai dng sistem pemikiran yg masak, penyamaan persepsi serta
kesadaran pada masalah yg dapat timbul di depan sebagai disebabkan dari ketentuan yg di
ambil adalah suatu hal yang perlu dipertimbangkan dng seksama. maaf serta permakluman
pada sesuatu kekeliruan yaitu suatu hal yg harus di berikanlah untuk siapapun yg lakukan
kekeliruan. pesan dari gerak beritme lambat itu juga umumnya diiringi dng syair-syair
spesifik yg dianalogikan didalam bentuk-bentuk spesifik. sebagai perumpamaan dapat
tergambar dari nukilan syair dari di antara sisi tarian.
Gerakan beritme cepat adalah gerak kedua, sesaat pesan yang terkandung dalam
gerakan beritme lambat namun sarat makna usai dituturkan. Pada gerakan ini, pesan yang
disampaikan adalah pesan penyikapan ketika perbuatan jahat, yang dimaknakan sebagai ketak
beruntungan nasib, kembali dilakukan oleh orang atau institusi yang sama.
Gerakan beritme cepat ini tak lama, kemudian disusul dengan gerakan tari beritme
sangat cepat mengisyaratkan chaos menjadi pilihan dalam pola perlawanan tingkat ketiga.
Sebuah perlawanan disaat protes keras tak diambil peduli. Tetabuhan rapai pada gerakan
beritme sangat cepat inipun seakan menjadi tetabuhan perang yang menghentak, menghantam
seluruh nadi, membungkus syair menjadi pesan yang mewajibkan perlawanan dalam bentuk
apapun ketika harkat dan martabat bangsa terinjak-injak. Cuplikan sajak “perang” nya (alm)
Maskirbi yang biasa dilantunkan menjadi
syair dalam gerakan beritme cepat pada tarian
rapai geleng ini bisa menjadi contoh
sederetan syair-syair yang dijadikan pesan.

Rapai adalah jenis tamborin yang


biasanya dipakai untuk mengiringi sebuah
lagu atau tarian. Permainan Rapai telah
dikembangkan dan diiringi dengan lagu-lagu dan berbagai macam lenggak-lenggok yang
indah. Ini merupakan dobrakan penampilan sebuah tarian baru yang disebut “Rapai Geleng”.
Tarian ini dimainkan oleh 11 sampai 12 orang penari dan setiap mereka memainkan Rapai
(tamborin kecil). Sambil bermain Rapai dan menyanyikan lagu, mereka melakukan berbagai
gerakan tubuh yaitu tangan, kepala, dan lain-lain. Gerakan para penari hampir sama dengan
tarian Saman tetapi menggunakan Rapai. Tarian ini juga sangat dinikmati dan menyenangkan.

3. TARI SAMAN
A. Sejarah Tari Saman
Tarian ini di namakan Saman karena diciptakan oleh seorang Ulama Gayo bernama
Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi, dari dataran tinggi Gayo. Awalnya, tarian ini
hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun, kemudian ditambahkan
iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh
kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media
dakwah. Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya
pada saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW.
Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung).
Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga
penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan
sebagai tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa
atau upacara tertentu.
Taman sari dapat ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat keramaian dan
kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaan-perayaan lainnya.
Untuk tempatnya, tari Saman biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada juga yang
menggunakan panggung. Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh seorang pemimpin
yang lazimnya disebut Syekh. Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan baik
agar tercipta gerakan yang kompak dan harmonis.
B. Gerakan Tari Saman
Tarian saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian
saman: Tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama Islam, syeikh
saman mempelajari tarian melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang
disertai dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan dakwahnya.
Dalam konteks kekinian, tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai
media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan-pertunjukan. Tarian
Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan gerak tepuk
tangan dan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring
(semua gerak ini adalah bahasa Gayo). Selain itu, ada 2 baris orang yang menyanyi sambil
bertepuk tangan dan semua penari Tari Saman harus menari dengan harmonis. Dalam Tari
Saman biasanya, temponya makin lama akan makin cepat supaya Tari Saman menarik
C. Makna dan Fungsi Tari Saman
Tari Saman dijadikan sebagai media dakwah. Namun dewasa ini, fungsi tarian saman
menjadi bergeser. Tarian ini jadi lebih sering berfungsi sebagai media hiburan pada pesta-
pesta, hajatan, dan acara-acara lain.
1. Pada tari Saman, terdapat 5 macam nyanyian : Rengum, yaitu sebagai pembukaan atau
mukaddimah dari tari Saman. Rengum ini adalah tiruan bunyi. Begitu berakhir
langsung disambung secara bersamaan dengan pujian kepada seseorang yang
diumpamakan, bisa kepada benda, atau kepada tumbuh-tumbuhan.
2. Dering, yaitu rengum yang segera diikuti oleh semua penari.
3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari
pada bagian tengah tari.
4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi
melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak.
5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama seluruh penari setelah dinyanyikan penari solo.

D. Penari
Pada umumnya, tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki. tetapi
jumlahnya harus ganjil. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, tarian ini juga dimainkan
oleh kaum perempuan. Pendapat Lain mengatakan tarian ini ditarikan kurang dari 10 orang,
dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Namun,
perkembangan di era modern menghendaki bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak
apabila ditarikan oleh penari dengan jumlah yang lebih banyak. Di sinilah peran Syeikh, ia
harus mengatur gerakan dan menyanyikan syair-syair tari Saman.
E. Kostum Tari Saman
Kostum atau busana khusus saman terbagi dari tiga bagian yaitu :
 Pada kepala: bulung teleng atau tengkuluk dasar kain hitam empat persegi. Dua segi
disulam dengan benang seperti baju, sunting kepies.
 Pada badan: baju pokok/ baju kerawang (baju dasar warna hitam, disulam benang
putih, hijau dan merah, bahagian pinggang disulam dengan kedawek dan kekait, baju
bertangan pendek) celana dan kain sarung.
 Pada tangan: topeng gelang, sapu tangan. Begitu pula halnya dalam penggunaan
warna, menurut tradisi mengandung nilai-nilai tertentu, karena melalui warna
menunjukkan identitas para pemakainya. Warna-warna tersebut mencerminkan
kekompakan, kebijaksanaan, keperkasaan, keberanian dan keharmonisan.

Anda mungkin juga menyukai