Gerakan beritme cepat adalah gerak kedua, sesaat pesan yang terkandung dalam gerakan
beritme lambat namun sarat makna usai dituturkan. Pada gerakan ini, pesan yang disampaikan
adalah pesan penyikapan ketika perbuatan jahat, yang dimaknakan sebagai ketak beruntungan
nasib, kembali dilakukan oleh orang atau institusi yang sama.
Gerakan beritme cepat ini tak lama, kemudian disusul dengan gerakan tari beritme sangat
cepat mengisyaratkan chaos menjadi pilihan dalam pola perlawanan tingkat ketiga. Sebuah
perlawanan disaat protes keras tak diambil peduli. Tetabuhan rapai pada gerakan beritme sangat
cepat inipun seakan menjadi tetabuhan perang yang menghentak, menghantam seluruh nadi,
membungkus syair menjadi pesan yang mewajibkan perlawanan dalam bentuk apapun ketika
harkat dan martabat bangsa terinjak-injak. Cuplikan sajak “perang” nya (alm) Maskirbi yang
biasa dilantunkan menjadi syair dalam gerakan beritme cepat pada tarian rapai geleng ini bisa
menjadi contoh sederetan syair-syair yang dijadikan pesan.
Rapai adalah jenis tamborin yang biasanya dipakai untuk mengiringi sebuah lagu atau
tarian. Permainan Rapai telah dikembangkan dan diiringi dengan lagu-lagu dan berbagai
macam lenggak-lenggok yang indah. Ini merupakan dobrakan penampilan sebuah tarian baru
yang disebut “Rapai Geleng”. Tarian ini dimainkan oleh 11 sampai 12 orang penari dan setiap
mereka memainkan Rapai (tamborin kecil). Sambil bermain Rapai dan menyanyikan lagu,
mereka melakukan berbagai gerakan tubuh yaitu tangan, kepala, dan lain-lain. Gerakan para
penari hampir sama dengan tarian Saman tetapi menggunakan Rapai. Tarian ini juga sangat
dinikmati dan menyenangkan.
3. TARI SAMAN
A. Sejarah Tari Saman
Tarian ini di namakan Saman karena diciptakan oleh seorang Ulama Gayo bernama
Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi, dari dataran tinggi Gayo. Awalnya, tarian ini
hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun, kemudian ditambahkan
iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi
tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media dakwah. Pada
mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya pada saat
merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut peringatan Maulid
Nabi Muhammad SAW.
Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung).
Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga penggunaannya
menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai tari
hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara
tertentu.
Taman sari dapat ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat keramaian dan
kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaan-perayaan lainnya.
Untuk tempatnya, tari Saman biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada juga yang
menggunakan panggung. Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh seorang pemimpin
yang lazimnya disebut Syekh. Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan baik
agar tercipta gerakan yang kompak dan harmonis.
B. Gerakan Tari Saman
Tarian saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian
saman: Tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama Islam, syeikh saman
mempelajari tarian melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai
dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan dakwahnya.
Dalam konteks kekinian, tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai
media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan-pertunjukan. Tarian
Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan gerak tepuk
tangan dan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring
(semua gerak ini adalah bahasa Gayo). Selain itu, ada 2 baris orang yang menyanyi sambil
bertepuk tangan dan semua penari Tari Saman harus menari dengan harmonis. Dalam Tari
Saman biasanya, temponya makin lama akan makin cepat supaya Tari Saman menarik
C. Makna dan Fungsi Tari Saman
Tari Saman dijadikan sebagai media dakwah. Namun dewasa ini, fungsi tarian saman
menjadi bergeser. Tarian ini jadi lebih sering berfungsi sebagai media hiburan pada pesta-pesta,
hajatan, dan acara-acara lain.
1. Pada tari Saman, terdapat 5 macam nyanyian : Rengum, yaitu sebagai pembukaan atau
mukaddimah dari tari Saman. Rengum ini adalah tiruan bunyi. Begitu berakhir langsung
disambung secara bersamaan dengan pujian kepada seseorang yang diumpamakan, bisa
kepada benda, atau kepada tumbuh-tumbuhan.
2. Dering, yaitu rengum yang segera diikuti oleh semua penari.
3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari
pada bagian tengah tari.
4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi
melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak.
5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama seluruh penari setelah dinyanyikan penari solo
D. Penari
Pada umumnya, tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki. tetapi
jumlahnya harus ganjil. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, tarian ini juga dimainkan
oleh kaum perempuan. Pendapat Lain mengatakan tarian ini ditarikan kurang dari 10 orang,
dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Namun,
perkembangan di era modern menghendaki bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak
apabila ditarikan oleh penari dengan jumlah yang lebih banyak. Di sinilah peran Syeikh, ia
harus mengatur gerakan dan menyanyikan syair-syair tari Saman.
E. Kostum Tari Saman
Kostum atau busana khusus saman terbagi dari tiga bagian yaitu :
Pada kepala: bulung teleng atau tengkuluk dasar kain hitam empat persegi. Dua segi
disulam dengan benang seperti baju, sunting kepies.
Pada badan: baju pokok/ baju kerawang (baju dasar warna hitam, disulam benang putih,
hijau dan merah, bahagian pinggang disulam dengan kedawek dan kekait, baju
bertangan pendek) celana dan kain sarung.
Pada tangan: topeng gelang, sapu tangan. Begitu pula halnya dalam penggunaan warna,
menurut tradisi mengandung nilai-nilai tertentu, karena melalui warna menunjukkan
identitas para pemakainya. Warna-warna tersebut mencerminkan kekompakan,
kebijaksanaan, keperkasaan, keberanian dan keharmonisan.