Anda di halaman 1dari 6

ari Ledo Hawu, Tarian Tradisional Dari Daerah Sabu

Raijua Provinsi NTT


Penerbit : Arifki Waktu : Tuesday, December 06, 2016

Tari Ledo Hawu adalah tarian tradisional dari daerah Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT). Tarian ini biasanya akan dibawakan oleh para penari pria dan wanita secara
berpasangan. Tari Ledo Hawu merupakan salah satu dari tarian tradisional cukup terkenal di
Provinsi Nusa Tenggara Timur, khususnya di daerah Sabu sebagai daerah asalnya. Tari Ledo
Hawu biasanya ditampilkan diberbagai acara seperti upacara adat, penyambutan dan di festival
budaya.

Asal Mula Tari Ledo Hawu

Tari Ledo Hawu ini merupakan tarian tradisional yang berasal dari daerah Sabu, Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Pada zaman dahulu, tarian ini hanya ditampilkan sebagai bagian dari upacara
kematian untuk kaum tertentu seperti kaum bangsawan, tokoh adat, ataupun kepala suku. Karena
merupakan tarian yang dianggap sakral, maka tarian ini hanya dilakukan oleh penari dari suku
tertentu yang memiliki kedudukan yang tertinggi di masyarakat Sabu.

Fungsi Dan Makna Tari Ledo Hawu

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Tari Ledo Hawu ini awalnya hanya digunakan sebagai
bagian dari upacara kematian untuk seseorang dari kalangan tertentu. Bagi masyarakat Sabu,
Tari Ledo Hawu ini dilakukan untuk menjauhkan dari roh-roh jahat atau tolak bala dan
menghantarkan arwah yang telah meninggal menuju tempat peristirahatan abadi. Selain itu juga
Tari Ledo Hawu dimaksudkan untuk menghibur keluarga yang telah ditinggalkan agar tidak
berlarut dalam berduka.
Pertunjukan Tari Ledo Hawu

Dalam pertunjukannya, Tari Ledo Hawu ini biasanya ditampilkan secara berkelompok atau
berpasangan antara para penari pria dan wanita. Jumlah para penari biasanya terdiri dari 3
sampai 5 orang, artinya 3 sampai 5 penari pria dan 3 sampai 5 orang penari wanita. Dengan
berpakaian adat Sabu serta diiringi oleh alunan musik tradisional, mereka akan menari dengan
gerakan yang sangat khas.

Didalam pertunjukannya biasanya akan dilakukan dalam 6 babak. Pertama diawali dengan
masuknya para penari yang masuk kedalam arena secara terpisah antara pria atau wanita menuju
ketengah arena dan membuat formasi seperti melingkar. Kemudian babak kedua dilajutkan
dengan formasi berpasangan antara penari pria dan wanita. Para penari penari pria akan berdiri
sambil memainkan pedang, sedangkan penari wanita akan merendah sambil mengayunkan
tangan mereka ke depan dan juga ke belakang secara bergantian.

Setelah itu dilanjutkan dengan babak ketiga, babak ini para penari pria dan wanita akan
membentuk barisan, para penari pria akan menari dengan memainkan pedang, sedangkan para
penari wanita akan menari dengan gerakan tangan kanan yang memegang sarung dan tangan kiri
diletakan di bagian pinggang. Kemudian babak keempat, dilajutkan dengan membentuk satu
lingkaran, para penari wanita akan merendah lagi dengan gerakan yang sama dengan sebelumnya
dan para penari pria akan melompat ke dalam dan juga mundur lagi.

Setelah itu dibabak kelima, para penari wanita menuju pinggir arena akan membentuk lingkaran
kemudian merendah dengan gerakan yang sama sambil menyaksikan para penari pria yang
sedang perang tanding. Setelah perang tanding itu selesai kemudian babak terakhir, para penari
akan berbaris dan keluar arena dengan gerakan yang sama seperti pada saat memasuki arena.

Gerakan Tari Ledo Hawu

Gerakan dalam Tari Ledo Hawu ini terbagi menjadi beberapa jenis. Pada para penari pria
terdapat jenis gerakan seperti ede, gedhe, gigi, dan juga pejuru. Sedangkan pada para penari
wanita terdapat jenis gerakan seperti launada, peidoi, beto, here, dan gepe. Setiap jenis gerakan
ini biasanya mewakili setiap babak pertunjukan Tari Ledo Hawu. Namun hal tersebut tergantung
dari konsep dan variasi yang dibawakan oleh setiap kelompok.

Pengiring Tari Ledo Hawu

Tari Ledo Hawu ini biasanya akan diiringi oleh alat musik tradisional seperti gong dan juga
tabur. Untuk alat musik gong umumnya terdiri dari beberapa gong yang dimainkan secara
bergantian sehingga akan menghasilkan nada yang indah. Sedangkan pada tarbur dimainkan
dengan melengkapi suara gong sehingga akan menghasilkan perpaduan irama musik yang enak
didengar.

Kostum Tari Ledo Hawu


Dalam pertunjukannya, para penari dibalut dengan pakaian adat khas Sabu. Pada para penari pria
biasanya akan menggunakan kain khas yang sering disebut higi huri yang dikenakan untuk
menutupi pada bagian perut sampai lutut dan digunakan untuk selampang. Pada bagian kepala
para penari menggunakan dastar (willa hipora). Selain itu juga penari pria dilengkapi dengan
giring-giring (walagiri), pedang (hamala) dan juga sapu tangan di tangan kiri.

Pada para penari wanita menggunakan kain khas dari Sabu (ei) yang diikat sebatas dada dan
menutupi kaki. Sedangkan pada bagian rambut akan dikonde khas suku Sabu dan dihiasi oleh
labba. Selain itu juga penari wanita dilengkapi dengan hiasan seperti kalung (habas), anting (ate-
ate), gelang (lele), dan juga ikat pinggang (pending).

Perkembangan Tari Ledo Hawu

Walaupun merupakan tarian ini telah lama, namun tarian ini masih dijaga serta dilestarikan oleh
masyarakat Sabu. Dalam perkembangannya, Tari Ledo Hawu ini tidak hanya ditampilkan pada
upacara adat saja, tetapi juga ditampilkan untuk acara seperti penyambutan tamu penting,
perayaan, dan juga pertunjukan seni budaya. Selain itu juga tarian ini menjadi daya tarik bagi
para wisatawan yang sedang berkunjung kesana. Hal tersebut tentunya merupakan salah satu dari
upaya dalam melestarikan dan juga memperkenalkan kepada para generasi muda serta masyarkat
luas akan tradisi dan budaya yang ada di daerah Sabu.

Tari Padoa Tarian Tradisional Dari Sabu Raijua, NTT


Kesenian Nusantara, NTT, Tarian Tradisional

Tarian satu ini merupakan tarian tradisional yang dimainkan secara masal di Sabu Raijua, Nusa Tenggara
Timur (NTT). Namanya adalah Tari Padoa.
Apakah Tari Padoa itu?

Tari Padoa adalah salah satu tarian tradisional dari daerah Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT).
tarian ini biasanya dilakukan secara masal oleh masyarakat di sana. Baik pria maupun wanita, mereka
berkumpul serta menari dengan membentuk formasi melingkar yang menjadi ciri khasnya. Tarian ini
merupakan tarian adat yang sudah diwariskan turun temurun di masyarakat Sabu, dan masih sering
dilakukan hingga sekarang.

Sejarah Tari Padoa

Tari Padoa dulunya merupakan tarian ritual adat masyarakat Sabu yang sering dilakukan di penghujung
musim hujan dan setiap malam pada bulan purnama. Tarian ini biasanya dilakukan oleh semua warga
kampung, baik pria atau wanita, tua atau muda. Mereka berkumpul menjadi satu formasi lingkaran dan
menari disertai dengan nyanyian yang berisi doa-doa atau pujian terhadap Tuhan. Selain digunakan
untuk upacara yang bersifat spiritual, tarian ini juga sering digunakan oleh para kaum muda untuk
mencari jodoh. Karena Tari Padoa ini biasanya banyak diikuti oleh kaum muda baik laki-laki maupun
perempuan, sehingga bisa menjadi sarana untuk saling mengenal satu sama lain.

Makna Tari Padoa

Bagi masyarakat Sabu, Tari Padoa tentu memiliki makna khusus di dalamnya, salah satunya adalah untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan dan ungkapan rasa syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan kepada
mereka. Selain itu Tari Padoa juga merupakan salah satu media untuk mempererat persatuan dan
kebersamaan mereka. Hal tersebut bisa dilihat dari bentuk tarian ini, dimana mereka berkumpul dan
menari bersama tanpa membedakan gender maupun status sosial mereka.

Pertunjukan Tari Padoa

Seperti yang dikatakan sebelumnya, Tari Padoa merupakan tarian dilakukan secara masal dan bisa
dilakukan semua orang, baik pria maupun wanita. Dalam pertunjukan Tari Padoa ini, biasanya penari
harus menggunakan pakaian adat dan dilengkapi dengan wadah anyaman di kaki mereka. Wadah
anyaman tersebut biasanya diisi dengan kacang hijau yang merupakan hasil panen di kebun. Selain
berfungsi untuk menghasilkan suara, konon apabila setelah menari biji kacang hijau tersebut masih
utuh, maka dipercaya memiliki kualitas yang baik dan akan ditanam pada musim berikutnya.

Dalam pertunjukannya, biasanya diawali dengan para penari berbaris dengan 2 barisan dan berjalan
menuju ke arena dengan dipimpin oleh seorang yang membacakan syair. Saat menuju ke arena, penari
berjalan dengan gerakan tangan yang khas serta kaki menghentak dan seakan diseret agar wadah di
kakinya menghasilkan suara. Setelah sampai di arena, mereka kemudian membentuk formasi satu
lingkaran.

Kemudian dilanjutkan dengan tangan saling berpegangan dibelakang badan penari lainnya dan menari
dengan gerakan maju mundur secara bersama-sama. Selain itu penari juga melakukan gerakan hentakan
kaki agar suara wadah tetap berbunyi. Setelah itu cara berpegangan tangan mereka di ubah menjadi
lebih renggang sehingga menghasilkan lingkaran yan lebih besar. Dalam babak ini penari sambil
menghentakan kaki, mereka juga ikut menyanyikan syair yang dipimpin oleh pembawa penyair. Setelah
selesai kemudian penari keluar arena dengan formasi dan gerak yang sama seperti saat masuk tadi.

Pengiring Tari Padoa

Dalam pertunjukan Tari Padoa secara umum hanya diiringi nyanyian syair dari seorang pembawa
penyair saja. Selain itu untuk suara musik hanya berasal dari suara wadah di kaki penari saja. Namun ada
juga yang menambahkan alat musik tradisional seperti gong dan tabur untuk mengiringi tarian sebagai
variasi agar pertujukan terlihat lebih menarik.

Kostum Tari Padoa

Dalam pertunjukannya, penari biasanya dibalut dengan pakaian adat. Untuk penari wanita biasanya
menggunakan kain khas disebut Ei yang diikat sebatas dada dan menutupi kaki. Untuk rambut biasanya
dikonde gaya khas Sabu. Selain itu penari wanita juga dilengkapi dengan aksesoris seperti, gelang,
anting, kalung, dan ikat pinggang berwarna perak.

Sedangkan untuk penari pria biasanya menggunakan kain khas disebut higi huri yang diikatkan di perut
dan menutupi hingga lutut. Pada tubuh bagian atas biasanya menggunakan kain itu juga, namun dibuat
selampang. Sedangkan bagian kepala biasanya penari pria menggunakan dastar yang disebut willa
hipora. Para penari baik pria maupun wanita menggunakan wadah berisi biji kacang hijau yang dipasang
dan diikat di kaki mereka.

Perkembangan Tari Padoa

Dalam perkembangannya, Tari Padoa masih terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Sabu. Selain
digunakan untuk acara adat, Tari Padoa juga sering ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan
tamu penting, pertunjukan seni dan festival budaya. Tari Padoa ini juga dijadikan sebagai salah satu daya
tarik wisata bagi para wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang datang kesana. Hal ini
merupakan salah satu cara masyarakat Sabu dalam mempertahankan dan memperkenalkan kepada
masyarakat luas akan warisan budaya yang mereka miliki.

Sekian pengenalan tentang “Tari Padoa Tarian Tradisional Dari Sabu Raijua, NTT”. Semoga bermanfaat
dan menambah pengetahuan anda tentang ragam kesenian tradisional di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai