Anda di halaman 1dari 7

Macam-Macam Tari dari Daerah Sumatra Utara

A. Tapanuli Utara
1. Tari Tor-Tor Tujuh Cawan

Tari Tor-Tor Tujuh Cawan tidak bisa dipelajari sembarangan orang


kecuali kalau memang sudah jodoh. Lewat turun temurun, tarian tujuh cawan
dianggap sebagai tarian paling unik karena sang penari harus menjaga
keseimbangan tujuh cawan yang diletakkan di kedua belah tangan kanan dan kiri
tiga serta satu di kepala. 
Tarian tujuh cawan mengandung arti pada setiap cawannya. Untuk cawan
1 mengandung makna kebijakan, cawan 2 kesucian, cawan 3 kekuatan, cawan 4
tatanan hidup, cawan 5 hukum, cawan 6 adat dan budaya, cawan 7 penyucian atau
pengobatan. Kegunaan lain dari tarian ini adalah untuk membuang semua
penghalang bagi orang yang hadir disitu, tentunya bagi yang percaya. Biasanya
manusia punya kegagalan karna ada penghalang bawaan dari lahir, karma, guna-
guna, atau akibat perbuatan sendiri.
  Dari segi budaya, tarian ini merupakan tarian spiritual tertinggi di Danau
Toba. Sekarang tarian ini juga digunakan untuk pelantikan menteri, walikota,
bupati dll. Dari dulu tarian ini sudah menjadi kebanggan di kalangan orang Batak.
Tarian ini juga dulunya digelar di opera Batak. 
Gerakannya se-irama dengan iringan musik (Margondang) yangdimainkan
dengan alat-alat musik tradisional seperti gondang,suling, terompet batak, dan
lain-lain.

2. Tor-Tor Tongkat Panaluan


Tari tongkat Panaluan adalah sebuah tongkat yang bersifat magis dan
terbuat dari kayu yang telah diukir dengan gambar kepala manusia dan binatang,
panjang tongkat tersebut diperkirakan lebih kurang 2 (dua ) meter sedangkan
tebalnya / besarnya kira – kira 5-6 cm..

Dalam suku batak tongkat panaluan dipakai oleh para datu dalam upacara
ritus, dan tongkat ini dipakai para datu (dukun) dengan tarian tortor yang diiringi
gondang (gendang) sabangunan.

Konon menurut sejarah suku batak bahwa Tunggal Panaluan ini merupakan fakta
sejarah yang memiliki kisah hubungan terlarang, pada dahulu kala ada seorang
raja yang tinggal di desa Sidogor dogor Pangururan di pulau Samosir di teluk
perpisahan antara darat dan air, Raja ini bernama Guru Hatiabulan dengan
memiliki seorang istri bernama Nan Sindak Panaluan.
 
3. Tor-Tor Sigale-Gale

Sigale-gale merupakan pertunjukan kesenian dari daerah Tapanuli Utara.


SiGale-gale adalah nama sebuah patung yang terbuat dari kayu yang berfungsi
sebagai pengganti anak raja Samosir yang telah meninggal. Untuk menghibur raja
maka dibuatlah patung kayu yang di beri nama sigale-gale dan di gerakkan oleh
manusia.

4. Tari Souan
Tari ini berasal dari daerah Tapanuli Utara. Tari ini merupakan tari ritual,
dahulunya tari ini dibawakan oleh dukun sambil membawa cawan berisi sesajen
yang Sebagai media penyembuhan penyakit bagi masyarakat Tapanuli Utara.

B. Tapanuli Selatan

1. Tari Endeng-Endeng
 
Endeng-endeng dapat dikategorikan sebuah perpaduan tarian dan pencak
silat. Tradisi ini lazimnya dilakukan masyarakat yang sedang menggelar pesat
khitanan (sunat rasul) atau malam pesta perkawinan oleh masyarakat.Tari ini
menggambarkan semangat dan ekspresi gembira masyarakat sehari- hari. Tari
endeng-endeng merupan tari tradisi yang berasal dari daerah Tapanuli Selatan.
Dalam penampilannya, endeng-endeng dimainkan oleh sepuluh pemain yakni dua
orang bertugas sebagai vokalis, satu orang pemain keyboard, satu orang pemain
tamborin, lima orang penabuh gendang, dan seorang pemain ketipung (gendang
kecil). Biasanya lagu yang dibawakan berbahasa Tapanuli Selatan. Setiap tampil,
kesenian ini memakan waktu empat jam. Daya tarik kesenian ini adalah joget dan
tariannya yang ceria, sesuai dengan lagu-lagu yang dibawakan.

Simalungun
v  Tari Toping-Toping (Huda-Huda)

Toping-toping adalah jenis tarian tradisional dari suku Batak Simalungun


yang dilaksanakan pada acara duka cita di kalangan keluarga Kerajaan. Toping-
toping atau huda-huda ini terdiri dari 2 (dua) bagian, bagian pertama yaitu huda-
huda yang dibuat dari kain dan memiliki paruh burung enggang yang menyerupai
kepala burung enggang yang konon menurut cerita orang tua bahwa burung
enggang inilah yang akan membawa roh yang telah meninggal untuk menghadap
yang kuasa, bagian kedua adalah manusia memakai topeng yang disebut topeng
dalahi dan topeng ini dipakai oleh kaum laki-laki dan wajah topeng juga
menyerupai wajah laki-laki dan kemudia topeng daboru dan yang memakai
topeng ini adalah perempuan karena topeng ini menyerupai wajah perempuan
(daboru).
Pada Zaman dahulu penampilan huda-huda atau toping-toping dan tangis-
tangis hanya dilaksanakan dikalangan keluarga kerajaan saja.
Tari Manduda
Tari ini berasal dari daerah Simalungun, menggambarkan kehidupan
petani yang sedang turun kesawah dengan suasana gembira, mulai menanam padi
hingga sampai kepada suasana menuai padi. Gerak memotong padi, mengirik dan
menampis padi tergambar melaui motif-motif gerakannya yang lemah gemulai
dan lincah.
e.   Nias
v  Balanse Madam

Tari Balanse Madam sebuah tari tradisional yang terdapat di Seberang


Palinggam Kota Padang, yang menjadi milik dan warisan budaya masyarakat
Suku Nias Kota Padang. Tari Balanse Madam merupakan sebuah kesenian tari
yang berupa peninggalan budaya lama yang telah ditransmisikan secara turun
temurun dalam masyarakat suku Nias di Seberang Palinggam.
Sejarah keberadaan Tari Balanse Madam tidak terlepas dari kehadiran
bangsa Portugis di pantai barat pulau Sumatera pada abad ke enam belas.
Kedatangan bangsa Portugis ke Kota Padang telah membawa dampak terhadap
tumbuhnya kesenian di Padang waktu itu, diantaranya tari Balanse Madam dan
Musik Gamad. Nosafirman (1998: 2) menjelaskan seabad sebelum tanggal 7
Agustus tahun 1669, Namun kampung ini mulai ramai sejak orang-orang Portugis
dan Aceh berdatangan untuk berdagang ke Kota Padang pada masa itu.Menilik
kehadiran bangsa Portugis ke Padang sebagai pedagang, maka bersamaan itu pula
berdatangan penduduk imigran dari pulau Nias untuk bekerja sebagai buruh atau
pembantu di pelabuhan bagi bangsa Portugis.
Dengan dipekerjakannya orang-orang Nias yang berada di Padang oleh
Portugis, maka terjadilah relasi sosial budaya antara kedua suku bangsa tersebut,
sehingga menularkan suatu bentuk kesenian yakni tari Balanse Madam. Awal
lahirnya Tari Balanse Madam adalah akibat seringnya terjadi kontak (hubungan)
sosial antara bangsa Portugis sebagai majikan dengan orang Nias sebagai
bawahan atau pekerja. Setiap pesta yang dilakukan oleh bangsa Portugis baik di
kapal ataupun di daratan selalu diperkenalkan tarian yang berbentuk tari pergaulan
seperti dansa kepada orang-orang Nias.
Tari Baluse
 
Tari baluse merupakan tari perang ala masyarakat Nias. Tarian ini berasal
dari Nias Selatan. Sekarang ini, tari baluse biasanya digunakan untuk
penyambutan tamu atau wisatawan.
Tari Maena

Maena merupakan tarian yang sangat simpel dan sederhana, tetapi


mengandung makna kebersamaan, kegembiraan, kemeriahan, yang tak kalah
menariknya dengan tarian-tarian yang ada di Nusantara. Tari maena tidak
memerlukan keahlian khusus. Gerakannya yang sederhana telah membuat hampir
semua orang bisa melakukannya. Kendala atau kesulitan satu-satunya adalah
terletak pada rangkaian pantun-pantun maena (fanutunõ maena), supaya bisa
sesuai dengan event dimana maena itu dilakukan. Pantun maena biasanya
dibawakan oleh satu orang atau dua orang dan disebut sebagai sanutunõ maena,
sedangkan syair maena (fanehe maena) disuarakan oleh orang banyak yang ikut
dalam tarian maena dan disebut sebagai sanehe maena/ono maena. Syair maena
bersifat tetap dan terus diulang-ulang/disuarakan oleh peserta maena setelah
selesai dilantunkannya pantun-pantun maena, sampai berakhirnya sebuah tarian
maena. Pantun maena dibawakan oleh orang yang fasih bertuntun bahasa Nias
(amaedola/duma-duma), namun seiring oleh perkembangan peradaban yang
canggih dan moderen, pantun-pantun maena yang khas li nono niha sudah banyak
menghilang, bahkan banyak tercampur oleh bahasa Indonesia dalam
penuturannya, ini bisa kita dengarkan kalau ada acara-acara maena di kota-kota
besar. Maena boleh dibilang sebuah tarian seremonial dan kolosal dari Suku Nias,
karena tidak ada batasan jumlah yang boleh ikut dalam tarian ini. Semakin banyak
peserta tari maena, semakin semangat pula tarian dan goyangan (fataelusa)
maenanya. Maena biasanya dilakukan dalam acara perkawinan
(falõwa/fangowalu) dan pesta (owasa/folau õri).
Tari Moyo (Tari Elang)

Tari moyo atau tarian elang juga merupakan tarian yang biasa digunakan
untuk penyambutan tamu agung yang dilakukan secara adat. Tarian ini biasanya
dibawakan oleh gadis-gadis Nias yang melakukan gerakan layaknya burung elang.
f.    Karo
v  Tari Piso Surit
Piso Surit adalah salah satu tarian Suku Karo yang menggambarkan
seorang gadis sedang menantikan kedatangan kekasihnya. Penantian tersebut
sangat lama dan menyedihkan dan digambarkan seperti burung Piso Surit yang
sedang memanggil-manggil. Piso dalam bahasa Batak Karo sebenarnya berarti
pisau dan banyak orang mengira bahwa Piso Surit merupakan nama sejenis pisau
khas orang karo. Sebenarnya Piso Surit adalah bunyi sejenis burung yang suka
bernyanyi. Kicau burung ini bila didengar secara seksama sepertinya sedang
memanggil-manggil dan kedengaran sangat menyedihkan. Jenis burung tersebut
dalam bahasa karo disebut "pincala" bunyinya nyaring dan berulang-ulang dengan
bunyi seperti "piso serit". Kicau burung inilah yang di personifikasi oleh
Komponis Nasional dari Karo Djaga Depari dari Desat Desa dan penyelenggaraan
pesta adat di Desa Seberaya diberi nama Jambur Piso Serit.
Berkat kepiawaian Djaga Depari menciptakan lagu-lagu berbasis lagu
Karo, Moralitas Masyarakat Karo,Perkembangan zaman, adat-istiadat Karo,
romantisme sampai kehidupan perjuangan masyarakat Karo semasa merebut
kemerdekan dari tangan penjajah pada masa lalu, sehingga sang maestro
dianugrahkan gelar sebagai komponis nasional Indonesia, dan kini untuk lebih
mengenang jasa-jasa beliau, maka dibangun sebuah monumen Djaga Depari, di
Persimpangan antara Jl Patimura, Jl. Sultan Iskandar Muda dan Jl. Letjen Djamin
Ginting
v  Guro-Guro Aron (Terang Bulan)
Guro-guro Aron adalah arena muda-mudi Karo untuk saling kenal dan
sebagai lembaga untuk mendidik anak muda-mudi mengenal adat.
Dahulu acara ini dibuat sebagai salah satu alat untuk membudayakan seni tari
Karo agar dikenal dan disenangi oleh muda-mudi dalam rangka pelestariannya.
Acara ini dilengkapi dengan alat-alat musik khas Karo yakni:
Sarune, gendang (singindungi dan singanaki), juga dari penganak.

g. Dairi

Tari Tak-Tak Garo-Garo

Tari ini menggambarkan kehidupan burung, terbang kesana kemari


mencari makan dan bersendau gurau dengan kawan-kawanya. Tari ini berasal dari
Phakpak, Dairi, Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai