Anda di halaman 1dari 5

TEKS MC DAY 1 TARI

Kelompok 1: TARI INCLING JANGGET


Sinopsis: Tari Incling merupakan tarian rakyat tradisional yang mempunyai tema cerita yang
diambil dari cerita Panji. Kesenian incling ini dibawakan secara berkelompok dengan jumlah
penari 15 atau 17 orang.Pertunjukan ini biasanya diadakan di tempat terbuka dengan durasi 3
sampai 4 jam. Meskipun penarinya laki-laki semua, tetapi ada peran wanita yang diperankan
oleh laki-laki yang disebut “cepet wadon”. Selain itu, yang juga menarik dan disukai penonton
adalah peran tokoh pentul, bejer, serta kethek atau kera. Beberapa grup Incling yang ada
antara lain berada di desa Jatimulyo, kecamatan Girimulyo, desa Sindutan, kecamatan Temon,
dan di desa Tanjungharjo, kecamatan Nanggulan.
Konon grup incling yang lama akan kehilangan ‘endang’ karena pindah ke grup Tarian
Incling Jawa Tengah yang baru didirikan. Setiap grup kesenian tradisional sejenis jatilan dan
incling dipercaya ada yang ‘menunggu’. Tak dapat dilihat dengan mata, namun dapat diketahui
dalam setiap pementasan, karena pasti ada penari kemasukan jin yang biasa disebut
masyarakat umum ndadi. ‘Endang’ merupakan sebutan ‘jin’ bagi kalangan sesepuh kesenian
incling.

Kelompok 2: Paris Barantai


Sinopsis: Paris Barantai merupakan lagu daerah yang menceritakan kerinduan pada sesorang
yang sudah lama terpendam dan tidak ingin terpisahkan. Lagu ini juga bercerita tentang
Kotabaru sebagai tempat yang menjadi pertemuan sepasang kekasih yang saling jatuh cinta
tersebut.
Lagu Paris Barantai adalah salah satu lagu daerah yang berasal dari Kalimantan Selatan
(Kalsel). Lagu Paris Barantai juga kerap dikenali dari kutipan liriknya yaitu “Kotabaru gunungnya
Bamega”.
Kelompok 3: Zapin melayu
Sinopsis: Tarian ini adalah tarian tradisional Melayu dari Provinsi Riau yang sangat mengakar
dan populer. tarian ini merupakan khazanah tarian rumpun Melayu yang mendapat pengaruh
dari Arab. Tarian tradisional ini bersifat edukatif dan sekaligus menghibur, digunakan sebagai
media dakwah Islamiyah melalui syair lagu-lagu Melayu yang didendangkan. Sebelum tahun
1960, tarian ini hanya ditarikan oleh penari laki-laki namun kini sudah biasa ditarikan oleh
penari perempuan bahkan penari campuran laki-laki dengan perempuan.
Tarian ini adalah Tari Zapin Melayu khas Riau

Kelompok 4: Tari Lenggang Nyai


Sinopsis: Tarian ini di ciptakan oleh seorang seniman tari dari Yogyakarta bernama Wiwik
Widiastuti, seorang seniman yang sangat mencintai kebudayaan Indonesia. Menurut ceritanya,
Nyai Dasimah merupakan seorang perempuan cantik dari Betawi yang berada dalam
kebingungan untuk memilih pendamping hidupnya.
Pada saat itu dia dihadapkan pada dua pilihan pria yang berbeda kebangsaan, yaitu pria
Belanda dan pria Indonesia. Setelah berpikir panjang, Nyai Dasimah pun memilih sorang pria
belanda bernama Edward William.
Setelah menikah, kehidupan Nyai Dasimah berubah. Adanya aturan-aturan yang dibuat
suaminya membuat Nyai Dasimah merasa terkekang. Merasa hak-haknya sebagai perempuan
di rampas, Nyai Dasimah memutuskan untuk memberontak dan memperjuangkan
kebebasannya.

Kelompok 5:
Sinopsis:

Kelompok 6: Tari Tor Tor


Sinopsis: Tortor Batak Toba adalah jenis tarian purba dari Batak Toba yang berasal dari
Sumatera Utara yang meliputi daerah Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir dan
Samosir. Tortor adalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang. Secara fisik
tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya menunjukkan
tortor adalah sebuah media komunikasi, dimana melalui gerakan yang disajikan terjadi interaksi
antara partisipan upacara. Tortor dan musik gondang ibarat koin yang tidak bisa dipisahkan.
Sebelum acara dilakukan terbuka, terlebih dahulu tuan rumah (Hasuhutan) melakukan acara
khusus yang dinamakan "Tua Ni Gondang", sehingga berkat dari Gondang Sabangunan.

Kelompok 7: tari Ondel-Ondel


Sinopsis: Tarian ini adalah kesenian yang ada di Betawi, entah mengapa diberi nama Ondel-
ondel. Yang pasti, setiap ada gelaran hajatan di kalangan warga Betawi, arak-arakan ondel-
ondel seperti tak pernah ketinggalan. Baik hajatan besar maupun sekedar pesta sunat anak.
Kesenian Betawi dapat digolongkan sebagai kesenian rakyat. Salah satu bentuk
pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalarn pesta-pesta rakyat adalah ondel-
ondel. Nampaknya ondel-ondelmemerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa
menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa.
Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar ± 2,5 m dengan garis tengah
± 80 cm, dibuat dari anyarnan barnbu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari
dalarnnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk.

Kelompok 8: Tari Indang


Sinopsis: tarian indang memiliki makna tentang syiar agama Islam di tanah Minang. Tarian
tradisional ini berfungsi sebagai sebuah sarana pendidikan dan pemberian edukasi kepada
masyarakat sekitar mengenai nilai-nilai ajaran Islam.

Kelompok 9: Bangbung Hideung


Sinopsis: Bangbung Hideung sendiri dalam bahasa Indonesia artinya adalah kumbang hitam.
Tari Bangbung Hideung bukan menceritakan tentang hewan jenis kumbang hutan yang
bewarna hitam ini, tetapi menceritakan tentang seorang laki – laki yang sangat mencintai dan
tergila – gila kepada seorang perempuan namun sayangnya laki – laki tersebut di tinggal oleh
sang perempuan.
Karena dirinya sangat tergila – gila kepada perempuan tersebut laki – laki itu kemudian
memiliki amarah dan nafsu yang membekas karena kepergian perempuan itu. Kecatikan
perempuan itu seperti bunga kerajaan sehingga membuat si laki – laki tergila – gila. Seperti
pada lirik “Nyangigir asa gigireun, nangkarak asa luhureun” maksudnya adalah sehingga ia (laki
– laki) berhalusinasi bahwa perempuan itu ada disampingnya.
Banyak orang mengatakan bahwa lagu Bangbung Hideung adalah lagu Mistis atau
Seram, tetapi pada liriknya jelas mengatakan bahwa lagu Bangbung Hideung itu
menggambarkan tentang kesedihan seseorang bukan menggambarkan menyembah jin ataupun
setan.

Kelompok 10: Tari Sirih Kuning


Sinopsis: yaitu tarian asal Betawi. Biasanya ditampilkan bersama alunan musik gambang
kromong. Salah satu tujuan tari sirih kuning adalah mengiringi prosesi pernikahan adat Betawi.
Tarian ini juga ditujukan untuk menyambut tamu atau sebagai simbol pergaulan muda mudi
Betawi.
Tarian jenis ini merupakan pengembangan dari tarian Cokek yang merupakan tarian
pergaulan di tanah Betawi tempo dulu dan banyak berkembang khususnya di daerah Betawi
pinggir ( Tangerang dan sekitarnya). Arti kata Cokek sendiri yaitu berasal dari nama seorang
Tuan Tanah di kawasan itu yang bernama lengkap Tan Sio Kek dengan mempersembahkan para
penari wanita untuk menghibur para tamu dalam setiap perayaan atau pesta rakyat.

Kelompok 11:
Sinopsis:
Kelompok 12: Tarian Sajojo
Sinopsis: yaitu tarian tradisional yang berasal dari Papua yang sangat populer dan sering
ditampilkan dalam acara festival dan upacara adat. Tarian ini memiliki gerakan dinamis dan
enerjik yang mencerminkan keindahan dan kegembiraan hidup masyarakat Papua. Penari
mengenakan pakaian adat Papua yang terdiri dari kain tenun dan hiasan kepala. Tarian Sajojo
menjadi simbol keindahan seni tari Papua dan bagian dari identitas budaya yang kaya dan
beragam.

Kelompok 13: Tari Ratoeh Jaroe


Sinopsis: Tari Ratoeh Jaroe disebut sebagai tari kreasi, karena di dalam gerakan tari Ratoh Jaroe
terdapat gabungan dari gerakan-gerakan yang berasal dari tarian tradisional asal Aceh lainnya
yakni seperti tari Ratoh Duek, Rateb Meusekat, Rapai Geleng, dan Likok Pulo. Pada saat Dek
Gam merantau ke ibu kota, ia membawa sebuah alat musik yang bernama Rapai, oleh sebab
itu, dalam tari kreasi Ratoh Jaroe juga dikreasikan dengan alat musik Rapai sebagai pengiring
tarian.
Selain berisi gerakan yang penuh makna, tari Ratoh Jaroe juga diiringi dengan syair-syair dalam
bahasa Aceh yang dilantunkan oleh seorang Syahi atau vokalis dalam tarian Ratoh Jaroe yang
berada di sisi kanan atau kiri penari. Syair-syair tersebut berisi pesan atau nasihat Islami dalam
bahasa Aceh, dibawakan sambil menabuh Rapai yaitu alat musik pukul khas Aceh yang
bentuknya menyerupai rebana, terbuat dari kayu dan kulit binatang. Selain memiliki makna
yang religius, tari Ratoh Jaroe juga merupakan interpretasi dari semangat perempuan Aceh
yang dikenal tangguh, kuat dan memiliki tekad berani yang sudah dikenal sejak masa yang
lampau. Gerakan yang ada pada tari Ratoh Jaroe juga memiliki tempo yang tinggi dan semangat
yang meledak-ledak, hal tersebut merupakan gambaran semangat para perempuan AceH.

Anda mungkin juga menyukai