Tari Sapu Tangan merupakan tari tradisional Melayu yang berasal dari Sumatra Utara.
Tarian ini menggambarkan kegiatan masyarakat Melayu pedesaan dalam keseharian
mereka.
1. Asal-usul
Tarian Sapu Tangan bertempo sedang, yaitu 2/4 namun sedikit lebih cepat. Sesuai
dengan lagu pengiringnya, yaitu lagu Cek Minah Sayang, tarian ini pun sering disebut
sebagai Tari Cek Minah Sayang. Ragam gerakan dalam tarian ini mirip dengan Tari
Kapri dari Tapanuli Tengah atau Tari Kaparinyo dari Minangkabau. Sebagaimana
namanya, tarian ini menggunakan sapu tangan dari awal hingga akhir gerakan.
3. Ragam Gerakan
a. Gerakan
Tarian ini mempunyai 4 bentuk langkah yang membuat tarian ini berbeda dengan
tarian Melayu yang lain. Perbedaan yang lain juga terdapat pada penggunaan sapu
tangan dari awal hingga akhir tarian. Berikut ini langkah-langkah dalam Tari Sapu
Tangan.
1.Langkah Beriring
Langkah beriring terbagi menjadi 2, yaitu langkah beriring kanan dan langkah beriring
kiri.
Langkah Beriring Kanan
Langkah beriring kanan bertumpu pada kaki kiri. Hitungan gerakan ini, yaitu pada
hitungan 1 kaki kanan melangkah ke depan dengan menapak menggunakan telapak
kaki bagian depan (menjinjit). Kaki kiri menyilang di belakang kaki kanan dengan
menggunakan hitungan bantu âhopâ. Hitungan 2 kaki kanan melangkah ke
depan dengan posisi menapak menggunakan tumit. Kaki kiri menyilang di bagian
belakang kaki kanan dengan menggunakan hitungan bantu âhopâ. Begitu
seterusnya pada setiap hitungan ganjil langkahnya sama dengan hitungan 1 dan pada
hitungan genap sama dengan hitungan 2.
Tangan kanan dan tangan kiri masing-masing memegang ujung sapu tangan yang
diregangkan. Pada hitungan ganjil tangan kanan berada di depan dada, sedangkan
tangan kiri sejajar sisi kiri. Pada hitungan genap tangan kiri berada di depan dada,
tangan kanan di depan paha sebelah kanan, dan sapu tangan tegak lurus sejajar sisi
kanan.
Langkah Beriring Kiri
Langkah beriring kiri bertumpu pada kaki kanan. Hitungan pada gerakan ini adalah
pada hitungan 1 kaki kiri melangkah ke depan dengan posisi menapak pada telapak
kaki bagian depan. Kaki kanan berada di belakang kaki kiri dengan posisi menyilang.
Gerakan ini menggunakan hitungan bantu âhopâ. Hitungan ke 2 kaki
melangkah ke depan dengan bertumpu pada tumit. Kaki kanan menyilang di belakang
kaki kiri dengan hitungan bantu âhopâ. Selanjutnya, pada setiap hitungan
ganjil langkahnya sama dengan hitungan 1 dan pada hitungan genap kaki melangkah
serupa dengan hitungan 2.
Kedua tangan pada posisi gerakan ini memegang ujung sapu tangan yang
direntangkan. Pada hitungan ganjil tangan
3.Langkah Mengirik
Gerakan langkah pada bagian ini dilakukan di tempat. Hitungan langkah ini yaitu,
hitungan 1 kaki kanan diletakkan di belakang tumit kaki kiri, pada hitungan bantu hop
kaki kanan menggantikan posisi kaki kiri dengan sedikit melompat dan serentak kaki
kiri diangkat. Hitungan 2 kaki kiri diletakkan di belakang tumit kaki kanan, pada
hitungan bantu âhopâ kaki kiri menggantikan posisi kaki kanan dengan sedikit
melompat dan serentak kaki kanan diangkat. Gerakan pada hitungan ganjil berikutnya
sama dengan hitungan 1 dan hitungan genap berikutnya sama dengan hitungan 2.
Gerakan tangan pada langkah ini, yaitu sapu tangan diputar membentuk lingkaran di
depan dada dengan arah tangan kanan dari bawah ke depan, tangan kiri dari atas ke
dalam atau ke arah dada. Gerakan tersebut bergantian pada setiap hitungan.
4.Gerakan Mengindang
Mengindang Kanan
Badan bertumpu pada kaki kiri menghadap ke arah serong kanan. Kaki kanan beredar
di depan. Hitungan gerakan ini adalah hitungan 1 kaki kanan serong kanan dengan
mencecahkan ujung jari, pada hitungan bantu âhopâ, kaki kanan menyilang di
depan kaki kiri juga dengan mencecahkan ujung jari, dan gerakan pada hitungan
selanjutnya sama dengan gerakan pada hitungan 1. Pada saat melakukan gerakan ini
tangan berada di sisi badan setinggi pinggang dan diayunkan searah dengan kaki
kanan.
Mangindang Kiri
Badan bertumpu pada kaki kanan menghadap serong kiri, kaki kiri beredar di depan.
Hitungan gerakan ini adalah sebagai berikut hitungan 1 kaki kiri serong kiri dengan
mencecahkan ujung jari kaki. Pada hitungan bantu âhopâ, kaki kiri menyilang
di depan kaki kanan dengan mencecahkan ujung jari kaki. Kemudian pada hitungan
selanjutnya sama dengan gerakan pada hitungan 1. Kedua tangan berada di sisi kanan
badan dengan posisi setinggi pinggang dan diayunkan searah dengan kaki kiri.
b. Ragam
Tarian ini mempunyai 3 ragam, dan setiap ragam terdapat dua bagian, yaitu A dan B.
Sedangkan setiap ragam terdiri dari 8 x 8 ketuk, sehingga tarian ini berjumlah 24 x 8
ketuk. Bagian setiap ragam ada yang berupa pengulangan dan ada pula yang berbeda.
Ragam gerakan pada tarian ini, yaitu:
Ragam 1A:
1. Penari maju melintasi garis tengah dengan menggunakan langkah beriring
kanan dengan hitungan 1x8.
2. Penari membelok ke kanan dan kembali ke tempat semula dengan membentuk
mata pancing atau huruf âSâ terbalik dengan menggunakan langkah
beriiring kiri. Hitungan untuk gerakan ini adalah 1x8.
3. Penari maju menuju garis tengah sambil membelokkan badan ke arah kanan
dengan menggunakan langkah beriring kanan dalam hitungan 1x8.
4. Penari kembali ke tempat semula dengan posisi badan tetap ke arah kanan.
Gerakan ini menggunakan langkah beriring kanan atau menyamping dengan
hitungan 1x8.
Ragam 1B:
Gerakan pada ragam ini adalah pengulangan dari ragam 1A.
Ragan 2A:
1. Penari melangkah serong kanan atau serong kiri dengan hitungan 1x8.
2. Pada hitungan 1-4 penari maju langkah dua, kemudian mengadu (melagakan)
tumit pada waktu hitungan bantu hop. Hitungan 5-8 penari kembali ke tempat
semula dengan menggunakan langkah dua. Pada hitungan 5-6 posisi badang
menghadap ke kanan, dan hitungan 7-8 posisi badan menghadap ke pasangan
dengan hitungan 1x8.
3. Sama dengan gerakan pada nomor 1.
4. Sama dengan gerakan pada nomor 2.
Ragam 2B:
1. Langkah mengirik dengan hitungan 1x8.
2. Penari maju serong kanan menuju garis tengah, kemudian berbelok ke kanan,
dan menuju ke tempat pasangan dengan arah memutar ke kiri membentuk mata
pancing. Dalam gerakan tersebut langkah yang digunakan adalah langkah dua.
Adapun gerakan tangannya serupa dengan langkah beriring kanan dengan
hitungan 1x8.
3. Kembali ke tempat semula dengan garis edar yang sama dengan nomor 2
dengan hitungan 1x8.
4. Gerakan melingkar ke arah kanan menggunakan langkah beriring kanan, posisi
badan dari merendah atau setengah jongkok hingga berdiri. Posisi tangan
kanan berada di depan dada, tangan kiri di sisi kiri, dan sapu tangan berada
sejajar dengan sisi kiri. Hitungan pada gerakan ini adalah 1x8.
Ragam 3A:
1. Gerakan mengindang kanan dengan hitungan 1x8.
2. Gerakan mengindang kiri dengan hitungan 1x8.
3. Pada hitungan 1, kaki kanan penari serong kanan, kemudian mengayun tangan
searah kaki kanan. Hitungan 2 penari menarik kaki kanan menyilang di deoan
kaki kiri seraya menari tangan ke arah sisi kiri. Hitungan 3 kaki kanan diantar
serong kanan sambil menjinjit sambil mengayun tangan ke arah kanan.
Hitungan 4 membalikkan badan menghadap ke kiri, kaki kiri menyusul kaki
kanan, tangan berada di sisi kanan. Hitungan 5 kaki kanan melangkah ke
belakang dan pada hitungan bantu âhopâ kaki kiri menyusul kaki kanan.
Pada saat gerakan ini tangan berada di sisi kiri. Selanjutnya, hitungan 6-8
serupa dengan hitungan 5.
4. Penari kembali ke tempat semula dengan edaran memutar ke kiri, membentuk
mata pancing dengan menggunakan langkah dua. Gerakan tangan sama dengan
langkah beriring kanan. Hitungan gerakan ini adalah 1x8.
Ragam 3B:
Ragam ini adalah pengulangan dari semua gerakan pada Ragam 3A.
4. Lagu Pengiring
Lagu yang digunakan untuk mengiringi tarian ini adalah lagu Cek Minah Sayang.
Nama lagu inilah yang kemudian menjadi nama lain dari tarian ini.
5. Nilai-nilai
Nilai-nilai yang terdapat dalam tarian ini adalah:
1. Kebersamaan. Tarian ini menggambarkan kearifan tentang rasa kebersamaan
dan bagaimana masyarakat tradisional melakukan pekerjaan bersama-sama
secara gotong-royong. Kebersamaan menjadi nilai terpenting dalam tarian ini
karena nilai itu mendasari semua gerakan yang ada di dalamnya.
2. Nilai Tradisi. Tarian ini bermakna dua hal. Pertama, tarian itu sendiri adalah
tradisi yang diwariskan dari nenek moyang. Kedua, makna yang terkandung
dalam tradisi tersebut adalah kearifan masyarakat Melayu dalam kehidupan
mereka dan rasa solidaritas mereka dalam kehidupan sehari-hari. Kedua hal
tersebut merupakan kekayaan budaya masyarakat Melayu.
3. Nilai Pelestarian Budaya. Pementasan tarian ini merupakan salah satu upaya
untuk melestarikan salah satu entitas budaya Melayu. Selain dalam bentuk
pementasan, pelestarian tarian ini dilakukan dengan mengajarkannya kepada
generasi muda maupun mendokumentasikan tarian ini dalam berbagai bentuk
yang lain.
6. Penutup
Tarian Sapu Tangan merupakan salah satu kekayaan budaya masyarakat Melayu.
tarian ini menggambarkan kearifan dan solidaritas sosial masyarakat tradisional
Melayu. Pelestarian tarian ini merupakan hal yang signifikan bagi masa depan
kebudayaan Melayu.