Indonesia
Kelas V
Hal itu juga dilambangkan dengan tarian adat Aceh yakni Tari saman, tari ini pada zaman
dahulu digunakan sebagai sarana dakwah para ulama-ulama Aceh.
Sumatera Utara yang terkenal dengan suku Mentawai mereka masih memegang erat tarian
adat ini hingga kini, tari Baluse menjadi bagian rangkaian ritual suku Mentawai biasanya
tarian ini diakhiri dengan loncat batu setinggi 4 meter.
Asal muasal Tari piring berasal dari Kota Minangkabau, fungsi tari daerah tersebut tidak
seperti saat ini yang mana digunakan sebagai acara pentas. Melainkan digunakan saat masa
panen tiba, tarian tersebut ialah bentuk rasa puji syukur kepada Dewi padi yang mereka
percayai telah memberikan hasil panen yang melimpah ruah kepada masyarakat Minang.
Hingga sekarang tarian ini masih dilestarikan oleh anak-anak bangsa, adapun tari Makan
sirih tersebut dipentaskan saat menyambut tamu besar seperti Gubernur atau pun Presiden
negara.
Dalam arti lain tari zapin juga mengandung ilmu edukasi yang memberi pelajaran bagi
masyarakat Kepulauan Riau agar menjadi penduduk yang memiliki rasa bersosialisasi yang
baik di tengah-tengah masyarakat.
Saat ini tarian ini dapat dipentaskan oleh siapa saja, hal itu terlihat dari banyaknya
perlombaan tari Melinting di Lampung.
Selang berkembangnya zaman, tari Serimpi sekarang bisa dinikmati oleh para wisatawan
yang berkunjung menikmati peninggalan kerajaan di daerah Jogja.
Tarian Tradisional Jawa Barat
Sampai saat ini tari Pendet menjadi tarik peminat orang-orang luar untuk berkunjung ke Bali,
karena tarian Bali sekarang sudah menjadi hiburan yang dipentaskan untuk menghibur
publik. Selain itu, tarian ini digunakan sebagai tarian menyambut orang penting seperti
presiden, dan para aparat negara.
Tarian Tradisional NTB
Tari Gareng Lemeng adalah tari yang di lakukan minimal oleh 2 orang pria dengan
memegang tongkat sebagai senjata (pedang/cambuk) lalu ditangan yang lain, mereka
memegang temeng.
Fungsi tarian ini sebagai hiburan yang dipertunjukan kepada publik, biasanya juga
dipentaskan ketika acara khitanan. Hal itu melambangkan agar anak yang dikhitan mendapat
sebuah keberkahan bagi kehidupan masa depannya.
Tarian adatnya memang seperti melakukan ritual yakni salah satu seorang penari Monong,
harus bertingkah layaknya seorang dukun lalu berkomat-kamit membacakan jampi-jampi
kepada orang lain.
Tari Maengket, juga disebut dengan tari ritual karena dipakai dan juga sering dipentaskan
saat acara keagamaan.
Adapun fungsi tarian ini biasanya digunakan untuk seni pentas acara-acara hiburan publik
seperti pernikahan, hajatan, maupun festival yang diadakan setiap tahunnya.
Selain itu, masyarakat Papua juga ramah-tamah dalam menyambut tamu yakni di iringi
dengan sambutan tari Adat yang mereka punya yaitu tari Selamat Datang, tak heran banyak
yang betah dan ingin menetap disana.