Anda di halaman 1dari 48

BAB I

GAMBARAN UMUM
TERBANG GEDE

1.1 Terbang Gede

Terbang gede merupakan jenis alat musik yang dimainkannya dengan cara
ditepuk. Terbang gede berdasarkan keberadaannya terdapat di beberapa daerah
seperti Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten.
Keberdaan terbang gede dapat mewarnai keanekaragaman seni musik musik
islami yang dibawakan dengan syair-syair islami pula. Dalam buku penulis
memberikan gambaran umum tentang terbang gede berdasarkan keberadaannya.

1.1 Terbang gede Nanggroe Aceh


Nanggroe Aceh Darussalam disebut juga “Serambi Mekah” sehingga
tidak mengherankan jika musik daerah Aceh mendapat pengaruh banyak dari
agama Islam, baik syair lagu yang dilatunkan maupun jenis alat musik yang
digunakan. Hal ini dilatar belakangi oleh sejarah agama Islam yang masuk ke
Nanggroe Aceh Darussalam. Alat musik yang ada di Aceh yang sudah ada sejak
dari jaman Kerajaan Jeumpa Aceh, Kerajaan Aceh Darussalam hingga jaman
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Rebana (bahasa Jawa : terbang) adalah gendang berbentuk bundar dan
pipih. Ini merupakan symbol kota Bumiayu . Terbuat Bingkai berbentuk lingkaran
dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit
kambing. Kesenian di Malaysia, Brunei, Indonesia dan Singapura yang sering
memakai rebana adalah musik irama padang pasir, misalnya, gambus,
kasidah dan hadroh. Bagi masyarakat Melayu di negeri Pahang, permainan rebana
sangat populer, terutamanya di kalangan penduduk di sekitar Sungai Pahang.
Tepukan rebana mengiringi lagu - lagu tradisional seperti indong - indong, burung
kenek - kenek, dan pelanduk - pelanduk.
Di aceh / NAD dulunya rebana disebut Rampaie. Nama ini diadopsi dari
nama Syeik Ripai yaitu orang pertama yang mengembangkan alat musik pukul

1
ini. Bentuk Rapai hampir seperti rebana, hanya saja terdapat sedikit perbedaan
antara rapai dan rebana, yakni kayu yang digunakan untuk pembuatan kedua alat
musik ini. Ukuran dan beratnya pun berbeda, rapai cenderung lebih besar dan
berat dibandingkan dengan rebana. Alat musik ini terdiri dari Rampaie
Geurumping dengan cara dipukul sambil berduduk dengan gerak Rudat duduk,
sedangkan rampai pasie di Aceh utara adalah rebana besar dimainkan kurang lebih
40 orang. Adapun Rampai Peluiet dimainkan 4 orang dan istimewanya permainan
ini diselingi dengan akraktif akrobatik dengan menyesuaikan irama serta ragam
pukulannya. Masih di Aceh, Rampai Deboeih namanya rebana ini disertai pemain
debus bahkan dengan menusuk senjata di badan pendebus tersebut karena itu
rampai atau rebana ini disebut Rampai Deboeih. Berikutnya adalah pemain rebana
(rapa’i) dan pemain atraksi kekebalan tubuh. Para pemain rapa’i, tentu saja
berfungsi mengiringi penampilan aktor yang beratraksi di panggung sambil
dengan memukul rapa’i (rebana" secara berirama disertai nyanyian yang di
dalamnya berisi mantra mohon kekebalan).

1.2 Terbang Gede Buhun di Jawa Barat


Terbang Buhun merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang
sebagian besar tersebar di beberapa tempat di Jawa Barat, dengan beberapa
sebutan seperti Terbang Gede, Terbang Gebes, dan Terbang Ageung. Pada masa
lalu, seni terbang digunakan sebagai media dakwah Islam, melalui puji - pujian
yang dilantunkan sepanjang pertunjukan berlangsung. Terbang Buhun dianggap
pula memiliki kekuatan - kekuatan spiritual dan mitis, karena itu seringkali
dipakai dalam upacara Ngaruwat, misalnya ngaruwat anak, ngaruwat rumah, dan
lain - lain. Dalam upacara ruwatan biasa diadakan acara Ngahurip dengan
menebarkan air suci serta membuat sesajen dan sambung layang, yakni rangkaian
hasil bumi yang disusun tiga lingkaran.
Terbang buhun dikenal juga sebagai Terbang Pusaka, khususnya di
Tanjungkerta yang dipimpin oleh Adis Mukaya (sekarang dilanjutkan oleh
putranya, Sutisna). Pertunjukan terbang buhun di Jawa barat pada umumnya tak
jauh berbeda, baik dalam upacara Ngaruwat maupun pertunjukan dalam hajatan
biasa. Sebagai contoh struktur pertunjukan terbang buhun, misalnya pada saat

2
pertunjukan Ngaruwat Rumah, adalah sebagai berikut: Pertama, diadakan Ijab
Kabul oleh saehu; Tatalu dengan lagu-lagu pupujian yang dilantunkan oleh
Reuahan, sambil saehu mempersilahkan penari maju ke depan arena pertunjukan
dengan diiringi lagu Engko, dilanjutkan dengan lagu Bangun, Kembang Kacang,
Lailahaillah, Malong, Siuh, dan Benjang; kedua acara ruwatannya yang dipimpin
oleh Saehu dengan membacakan mantra-mantra sambil membakar kemenyan
serta menyiramkan Cai Hurip ke seluruh penjuru rumah ; musik terbang buhun
ditabuh dengan irama naik, dengan lagu Eling Allah, Riring - riring, Kikis
Kelir, Nyai Lais Koncrang,Meungpeung Hurip, Keupat Eundang ; Ketiga,
pertunjukan ditutup dengan pembacaan doa, sementara para pemain meletakkan
alat musik terbangnya dan duduk khidmat membentuk setengah lingkaran sambil
menengadahkan kedua tangannya.
Alat-alat musik terbang buhun antara lain: terbang kempring, terbang
ageung, terbang gebrung, terbang talingtik, terbang goong, dan kendang.
Sementara lagu-lagu pupujian yang dilantunkan, seperti Bismilah, Yahmadun
Kayumbilah, Robun Allah, Sasamate, Wangsit Siliwangi, Bangbung Hideung,
Sasamate, Nyileuk Sorangan, dan Kembang Gadung.

1.3 Terbang Gede /Rebana Jawa Tengah


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) Kesenian yang memiliki
kata dasar “seni” dan memiliki arti “kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu
yang bernilai tinggi (luar biasa)”. Kesenian Terbang tumbuh dilingkungan
Masyarakat dan lingkungan masyarakat dan diakui sebagai kesenian Rakyat
kesenian rakyat , kesenian terebang disebut juga dengan Terbang Gede.
Rebana ( istilah bahasa jawa " Terbang " ) adalah alat musik tradisional
yang berasal dari daerah timur tengah dan dipakai untuk acara kesenian. Secara
historis, telah maklum bahwasanya masyarakat Madinah pada abad ke - 6 telah
menggunakan rebana sebagai musik pengiring dalam acara penyambutaan atas
kedatangan Baginda Nabi Muhammad SAW yang hijrah dari Makkah. Masyarakat
Madinah kala itu menyambut kedatangan Beliau dengan qasidah Thaala'al Badru
yang diiringi dengan rebana, sebagai ungkapan rasa bahagia atas kehadiran
seorang Rasul ke bumi itu.

3
Di Indonesia, sekitar abad 13 Hijriyah seorang ulama' besar dari negeri
Yaman yang bernama Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi (1259 -
1333H / 1839 - 1913M) datang ke tanah air dalam misi berdakwah menyebarkan
agama Islam. Di samping itu, beliau juga membawa sebuah kesenian Arab berupa
pembacaan qasidah yang diiringi rebana ala Habsyi dengan cara mendirikan
majlis sholawat dan pujian-pujian kepada Rasulullah sebagai sarana mahabbah
(kecintaan) kepada Rasulullah saw.
Selang beberapa waktu majlis itu pun menyebar ke seluruh penjuru daerah
terutama Banjar Masin Kalimantan dan Jawa. Beliau, Habib 'Ali bin Muhammad
bin Husain Al-Habsyi juga sempat mengarang sebuah buku yang berjudul
“Simthu Al-Durar” yang di dalamnya memuat tentang kisah perjalanan hidup dari
sebelum lahir sampai wafatnya Rasulullah SAW. Di dalamnya juga berisi bacaan
sholawat - sholawat dan madaih (pujian-pujian) kepada Rasulullah. Bahkan sering
kali dalam memperingati acara maulid Nabi Agung Muhammad saw. Kitab itulah
yang sering dibaca dan diiringi dengan alat musik rebana. Sehingga sampai
sekarang kesenian ini pun sudah melekat pada masyarakat, khususnya para
pecinta sholawat dan maulid Nabi saw, sebagai sebuah eksistensi seni budaya
Islam yang harus selalu dijaga dan dikembangkan.
Ada 4 (empat) unsur bunyi, khusus yang akan kita bicarakan disini
instrument rebana atau terbang :
1. Dipukul ditepi menimbulkan bunyi tinggi melengking seperti tang, ting, tung.
2. Dipukul ditengah, kurang lebih 7 cm menimbulkan bunyi rendah berdengung
seperti ding, dang, dung.
3. Dipukul dengan telapak tangan di tengah rebana menimbulkan bunyi kafrak.
4. Dipukul dengan lima jari yang disatukan, kemudian di buka pada saat
memukulnya bunyi triel.
5. Bentuk rebana sudah jelas bundar dan berbingkai kayu (bukan besi) di
Museum Laiden (Belanda) tersimpan 4 (empat) bentuk dan ukuran rebana
Indonesia.
Bentuk rebana sudah jelas bundar dan berbingkai kayu (bukan besi) di
Museum Laiden (Belanda) tersimpan 4 (empat) bentuk dan ukuran rebana
Indonesia.
Diameter atas Diameter Bawah Tinggi Bingkai Keterangan
49 cm 39 cm 15,5 cm bass

4
40 cm 36 cm 14 cm Sda
38 cm 35 cm 10,5 cm Pengiring,
Penenteng,
Peningkah
20 cm 17 cm 8 cm Sda

(sumber ensiklopedi musik Indoesia depdikbud)

Pada musik gambus, kasidah dan hadroh adalah jenis kesenian yang sering
menggunakan rebana, yang sering memakai rebana adalah musik irama padang
pasir. Kesenian Rebana merupakan salah satu kesenian yang bernafaskan
Islam keberadaannya sangat melekat pada pola kehidupan masyarakat di Pantai
Utara Jawa Tengah mulai dari pedasaan sampai perkotaan. Melekatnya
aktifitas rebana tidak terlepas dari fungsi kesenian rebana bagi masyarakat
pendukungnya serta dukungan dari tokoh masyarakat dan para alim ulama.
Bentuk penampilan kesenian rabana dapat dikategorikan dalam bentuk tradisional
maupun modern. Masing-masing mempunyai wilayahnya sendiri - sendiri yang
menjadi ciri- khas dari daerahnya seperti salafudin Pekalongan, Semarangan, dan
Demak.

1.4 Terebang Gede Banten


Istilah terebang gede sendiri berasal dari dua suku kata yaitu terebang dan
gede. Kata terebang dimaksudkan ialah perjalanan Rasulullah SAW pada
peristiwa Isra Mi’raj ketika berangkat dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa lalu
menuju Sidratul Muntaha. Kata gede dalam bahasa setempat ialah ukuran besar
bagi waditra alat pada kesenian tradisional ini. Terebang gede dijadikan penamaan
bagi kesenian tradisional ini sejak mulai ada dan digunakannya kesenian ini.
Terebang gede merupakan jenis rebana besar yang penamaannya dimaksudkan
bagi seluruh instrument kesenian ini. Dalam terebang gede terdapat lagu – lagu
yang dinyanyikan yang sebagian besar lagu tersebut berisi dengan syair – syair
pujian terhadap Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Kesenian ini tumbuh
pertama kali di Desa Panggung Jati Kecamatan Taktakan Kabupaten Serang.
Musik Terebang Gede banten lebih condong tergolong ke dalam kategori
musik arab. Karena lagu-lagu pengiringnya berisi tentang lagu-lagu islami.
Seperti lagu-lagu arab dan sholawat. Menurut Karl-Edmund Prier sj (1991: 51)

5
Sejarah Musik Arab dalam masa prasejarah (300-1000 SM) daerah diantara Mesir
dan Mesopotamia sejak tahun 3000 SM menjadi pusat kebudayaan.Sejak dulu
orang badui / beduin ( badawi) sampai sekarang dalam perjalanannya melagukan
huda’ dengan irama rajaz yang katanya diambil alih dari irama perjalanan unta.
Karena Berdagang sejak dulu, maka arab berkontak dengan bangsa-bangsa
sekitarnya, termasuk berdagang dengan orang Mesopotamia, yahudi, kemudian
yunani.Pengaruh timbal balik nampak pada nama beberapa musik arab yang
dipakai dilain tempat dengan nama yang berbeda-beda.
Kesenian ini tumbuh pertama kali di Desa Panggung Jati Kecamatan
Taktakan Kabupaten Serang. Beberapa sumber mengatakan bahwa daerah
Panggung Jati pada zaman dahulu dijadikan tempat peristirahatan bagi para
prajurit kerajaan Banten yang telah berperang. Di namakan Panggung Jati karena
pada dahulunya disini terdapat rumah panggung yang terbuat dari kayu jati. Pada
saat itu kesenian terebang gede ini dipertunjukan untuk menghibur para prajurit
yang telah beres berperang menuju ke selatan (Kanekes). Namun ada yang
menyebutkan bahwa pada zaman dahulu, ada seorang anak buah kerajaan
melarikan diri ke daerah ini dan berkata Panglima Agung Jaya Sakti (Panggung
Jati) dan disini terdapat makam yang dikeramatkan. Yang pertama bernama Ki
Buyut Sepuh dari Panggung Jati Barat dan yang kedua di Panggung Jati timur
bernama Ki Buyut Kanjeng Dalem. Kedua orang ini yang memperjuangkan
daerah ini (Panggung Jati) hingga jadi seperti ini. Ki Buyuh Sepuh merupakan
jelmaan dari 4 orang yaitu Ki Tol Yahya, Ki Tol Mu’min, Ki Tol Leman dan Ki
Tol Latif.
Sumber pertama tentang music arab terdapat pada prasasti Asyria dari
Abad 7 SM dimana disebut bahwa orang tahanan Arab bekerja sambil bernyanyi
dengan demikian indahnya hingga tuan-tuan Asyria terpesona dan ingin
mendengar lagu lebih banyak.sebelum lahir agama islam nampaknya orang arab
memakai music juga untuk agama anamis, sama seperti halnya dalam kebudayaan
di sekitarnya.
Dalam sejarah musik Arab pada abad-abad sebelum lahir agama islam
( abad 1-7 M) Raja-raja di arab selatan memeang mendukung music dan sastra;
maka hingga sekarang orang arab utara memandang daerah yemen selatan sebagai

6
tempat lahirnya music arab yang sebenarnya. Namun kerajaan arab selatan jatuh
( Berkaitan dengan jatuhnya Mesopotamia ) maka terjadinya transmigrasi dasri
selatan ke utara pada abad 2. Dengan demikian berkembanglah musik pada tiga
pusat; di Syiria, Mesopotamia, dan daerah Arab Barat (Karl-Edmund : 1991).
Terebang Gede merupakan kesenian tradisional khas Banten yang tumbuh
bersamaan dengan berkembangnya agama islam di Banten. Dalam penyebaran
islam di Indonesia, kita mengenal jasa 9 wali yang dikenal dengan sebutan Wali
Sanga. Diantara 9 wali tersebut ada yang bernama Syarif Hidayatullah dengan
gelar Sunan Gunung Jati. Menurut I Sholeh (1976 : 3) dalam buku riwayat seni
Terebang menyebutkan Sunan Gunung Jati semasa hidupnya menyebarkan agama
islam di Jawa Barat dengan dibantu murid – muridnya. Pada tahun 1450 – 1500M
(sekitar abad ke XV) ketika itu penduduk masih beragama Hindu, beliau
mengutus 5 orang dari Cirebon. Yaitu : Sacapati, Madapati, Jayapati, Margapati
dan Wangakusumah, atas petunjuk Sunan Gunung Jati diharuskan
mengembangkan agama islam, salah satunya dengan cara pementasan kesenian
yang menurut kesenian Tanah Mekah. Kelima utusan tersebut segera
melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Sunan Gunung Jati, yaitu membuat
satu bunyi – bunyian yang meniru kesenian di Tanah Mekah, yaitu Genjering yang
terbuat dari potongan – potongan kayu setelah terbentuk dinamakan Terebang.
Terebang merupakan asal kata dari Terebang yang berarti ngapung, dimana
maknanya untuk menghubungkan bathiniah antara manusia dengan Tuhannya.
Pertamakali dibuat jumlahnya 5 buah yang merupakan symbol dari rukun islam.
Ada beberapa versi yang menjelaskan pengertian Terebang, namun dari
setiap versi memiliki maksud yang sama, versi itu diantaranya menyatakan
Terebang merupakan Waditra dengan media kulit dan kayu berbentuk silinder
berdiameter antara 10 – 60 cm, tinggi badan antara 10 – 15 cm sejenis rebana,
namun pengertian lain mengatakan bahwa, Terebang berarti ngapung karena
masyarakat zaman dahulu beranggapan bahwa Allah berada di langit ketujuh,
untuk mengadakan hubungan batin dengan-Nya harus dengan cara Terebang
(ngapung). Namun masyarakat melaksanakannya hanya dengan symbol yaitu
dengan cara menggunakan bunyi – bunyian yang bernama Genjering Besar
(Terbang sambil menyanyikan pujian – pujian), hal ini dilakukan sebagai upaya
untuk menarik perhatian masyarakat sekitarnya agar masuk agama islam.

7
Sedangkan pandangan lain mengatakan Terebang berarti menaikkan derajat agama
islam. Karena itu salah satu penyebaran agama islam adalah melalui kesenian
Terebang menurut Departemen Pendidikan Nasional.
Terbang Gede merupakan suatu kesenian tradisional di daerah Banten dan
merupakan kesenian yang tumbuh dan berkembang pada waktu para penyebar
agama islam menyebabkan agama baru di kalangan masyarakat khususnya Banten
umumnya. Kesenian ini disebut Terebang Gede karena salah satu instrument
waditranya terdapat sebuah gendang besar (gede) yang berdiameter bagian depan
57 cm, belakang 42 cm serta mempunyai ketebalan 23 cm. Sedangkan menurut
Atik Sopandi (1985 – 1999) Terbang merupakan Waditra dengan media kulit dan
kayu berbentuk silinder berdiameter antara 40 – 60 cm, dengan tinggi antara 10 –
15 cm, sejenis rebana. Kesenian Terebang Gede termasuk kedalam kesenian
pertunjukan rakyat dan music tradisional seperti halnya seni qasidah, Rudat, dll.
Pada masa itu kesenian terbang gede berkembang di pesantren-pesantren maupun
di masyarakat.

BAB II
PERKEMBANGAN MUSIK TERBANG GEDE

2.1 Perkembangan Musik Arab


Dalam sejarah musik Arab pada abad - abad sebelum lahir agama islam
(abad 1-7 M) Raja-raja di arab selatan memeang mendukung musik dan sastra;
maka hingga sekarang orang arab utara memandang daerah yemen selatan sebagai

8
tempat lahirnya music arab yang sebenarnya. Namun kerajaan arab selatan jatuh
(Berkaitan dengan jatuhnya Mesopotamia ) maka terjadinya transmigrasi dasri
selatan ke utara pada abad 2. Dengan demikian berkembanglah musik pada tiga
pusat; di Syiria, Mesopotamia, dan daerah Arab Barat (Karl - Edmund Prier sj,
1991 : 51. “Sejarah Musik Jilid 1”. Pusat Musik Liturgi, Yogyakarta).
Musik Arab berkembang sejak abad ke - 3. Musik Arab erat hubungannya
dengan agama islam. Secara geografis, perkembangan musik Arab berkembang
baik di Negara - negara Libya, Mesir, Palestina, Libanon, Syria, Irak, dan Persia
(Iran). Saat ini musik Arab mulai dikenal dan digemari di Indonesia, Misalnya,
Lagu yang dimainkan oleh grup-grup music nasyid.
Musik islam pada abad 7 - 9 musik juga dipakai dalam ibadat. Dengan
berkembangnya agama islam music duniawi mula-mula mundur. Dibawah
khalifah-khalifah pertama (632-661) sesudah wafat nabi Muhammad tedapat
banyak tulisan terutama melawan quina ( gadis penyanyi). Di madina pada
pertengahan abad 7 makin banyak pemusik pria yang tampil, mungkin juga karena
adanya pengaruh dari rusia. Namun tidak lama kemudian music-musik duniawi
mendapat dukungan baru oleh khalifah-khalifah umayah (661-750 M) Karl-
Edmund Prier sj, 1991 : 51).
Para penyanyi Arab dewasa ini mengambil melodi, ritme, instrumentasi,
dan gaya menanyi tradisional yang dipadukan dengan gaya pop Barat. Tema-tema
yang digunakan hamper senada, meliputi bagian ragam kehidupan manusia,
seperti masalah percintaan, keluargaan, dan lingkungan hidup/alam.
Kesenian klasik arab berkembang terus dengan jaya dibawah khalifah-
khalifah bani abbasysyiah pertama (750-847 M); pusat kegiatan music dipindah
ke Bagdad. Masa jaya dicapai dibawah khalifah Harun Al Rasyid (766 - 809 M)
yang terkenal karena cerita 1001 malam. Ciri Khas Musik Arab antara lain :
1. Melodi
Maqamat Yaitu suatu melodi lagu yang terdiri atas sejumlah variasi
melodi.
2. Sistem Nada
3. Struktur Ritme

9
Pola musik Arab , kurang lebih terdiri dari atas 48 pukulan dan secara khas
sudah meliputi dum (ketukan beraksen,tesis) . Tanda diam (istirahat). dan taks
(ketukan tidak beraksen,aksis).
Sifat Musik Arab adalah monofonik, artinya tidak berdasarkan susunan
kontrapun atau harmoni seperti Musik Barat. Sedangkan tangga nada yang dipakai
adalah yang disebut maqam (jamak: maqamat), yaitu susunan nada-nada
yang tidak ditala sempuna (well tempered) seperti halnya musik barat. Sifat dari
monofonik ini terlihat pada musik qasidah yang berupa nyanyian tunggal iringan
rabana, jadi melodi hanya dengan iringan pukulan irama. Seperti diketahui juga,
bahwa susunan maqam juga mengenal 1/4 nada yang tidak dipunyai tangga nada
barat (hanya 1/2 nada). Contoh adzan memiliki liku-liku melodi yang rumit.
Sehingga bisakah maqam ditulis dalam notasi barat? Jawabnya: tidak bisa.
Dengan demikian, Musik Arab tidak ada susunan harmoninya. Sususnan melodi
arab adalah unisono, yaitu melodi diimitasi dengan suara gambus secara unisono.
Perkembangan musik terebang pada saat itu termasuk kedalam musik
klasik (1750 – 1820). Musik klasik adalah karya seni musik yang sempat
mengintikan daya ekpresi dan bentuk bersejarah sedemikian hingga terciptalah
suatu ekspresi yang meyakinkan dan dapat bertahan terus, hal ini menurut
Friedrich Blume. Dapat diketahui bahwa masa klasik dibagi dalam pra klasik
(1730 – 1760), klasik awal (1760 – 1780) dan klasik tinggi (1780 – 1820). Musik
klasik ini ditandai dengan bentuk musik seperti opera klasik, opera buffa, opera
comique, oratorio yang berkembang. Musisi ternama yang kita kenal adalah
Mozart, Beethoven, Gluck.dll (Karl - Edmund Prier sj, 1993. “Sejarah Musik Jilid
2”. Pusat Musik Liturgi, Yogyakarta).

2.2 Perkembangan Terbang gede Rampaie Aceh

Rebana atau yang dalam istilah jawa lebih akrab disebut "Terbang",
dikenal sebagai salah satu instrument khas pengiring alunan musik atau syair-syair
arab. Alat musik yang terbuat dari kulit kambing yang dikeringkan tersebut
memiliki sejarah yang demikian tua.

10
Secara historis, telah maklum bahwasanya masyarakat Madinah pada abad
ke-6 telah menggunakan rebana sebagai musik pengiring dalam acara
penyambutaan atas kedatangan Baginda Nabi Muhammad SAW yang hijrah dari
Makkah. Masyarakat Madinah kala itu menyambut kedatangan Beliau dengan
qasidah Thaala'al Badru yang diiringi dengan rebana, sebagai ungkapan rasa
bahagia atas kehadiran seorang Rasul ke bumi itu.
Kemudian rebana digunakan sebagai sarana dakwah para penyebar Islam.
Dengan melantunkan syai r- syair indah yang diiringi rebana, pesan-pesan mulia
agama Islam mampu dikemas dan disajikan lewat sentuhan seni artistic musik
Islami yang khas. Permainan Rapai saat ini disertakan gerakan tarian yang
melambangkan sikap keseragaman dalam hal kerjasama, kebersamaan, dan penuh
kekompakan dalam lingkungan masyarakat. Fungsi dari tarian ini adalah sebagai
media dakwah (syiar agama), menanamkan nilai moral kepada masyarakat, dan
juga menjelaskan tentang bagaimana hidup dalam masyarakat sosial.
Jenis tarian ini dimaksudkan untuk laki-laki. Biasanya yang memainkan
tarian ini ada 12 orang laki-laki remaja yang sudah terlatih. Syair yang dibawakan
adalah sosialisasi kepada mayarakat tentang bagaimana hidup bermasyarakat,
beragama dan menjunjung tinggi solidaritas. Syair tersebut dinyanyikan oleh
seorang Syahi. Selain menyanyikan lagu, Syahi juga bertugas mengatur tempo
dan irama permainan. Saat ini syair-syair dalam tarian ini telah banyak
diperbaharui tanpa menghilangkan fungsi utamanya yaitu berdakwah.

2.3 Perkembangan Terbang gede Buhun Jawa Barat


Menyebaran agama Islam di Jawa Barat yang dibawa para Wali
berkembang seiring dengan berkembangnya bentuk seni Islam terdiri dari seni
vokal dan tari , seni drama / teater, kaligrafi dan arsitektur Islam. Alkulturasi
budaya Islam dengan budaya Hindu dan animisme menghasilkan beberapa bentuk
seni pertunjukan yang khas . seni musik Islami di Indonesia ialah permainan
rebana / terebang yang tersebar di seluruh Indonesia . Seni vokal biasanya
dimasukan ke seni musik karena lagu-lagu pujian yang dilantunkan sering diiringi
musik / lagu - lagu yang dinyanyikan untuk menyebarkan Agama Islam yang
diambil dari Kitab Berjanji. Kesenian Terbang tumbuh dilingkungan Masyarakat

11
dan lingkungan masyarakat dan diakui sebagai kesenian Rakyat kesenian rakyat ,
kesenian terebang disebut juga dengan Terebang Gede , Terebang gebes, terebang
ageung dll di Kab Bandung tepatnya di Desa Karang Kecamtan Pasehmsyarakat
masih mengadakan upacara untuk menghindari malapetaka dengan mengadakan
kesenian terebang yang khas dan unik yang diturunkan dari generasi ke generasi .
Dengan bergesernya kesenian terebang menjadi hiburan yang lebih luas
maka kesenian tersebut mengalami perubahan alat musik dan lagu-lagu nya,
penambahan alat musik seperti kendang, terompet, goong bahkan alat musik
moderen seperti organ dan gitar lagu yang asalnya bernafaskan Islam bergeser
menjadi lagu rakyat seperti lagu botol kecap, tepang sono, buah kawung, ayun
ambing , kukupu hiber dll juga menjadi lagu pop Sunda seperti lagu botol kecap
dll.
Gerak tari dalam kesenian terebang buhun diantaranya mengambil gerak
-gerak pencak silat dan gerak keseharian . kostum terebang buhun memakai
celana pangsi, baju kampret, iket bentuk bebas. nama alat musik kesenian
terebang di setiap daerah berbeda seperti daerah Paseh Majalaya terebang paling
besar terebang brung, terebang yang ke 2 disebut terebang Kempring terebang ke
3 disebut terebang prok terebang ke 4 disebut terebang gembrung

2.4 Perkembangan Terbang gede / Rebana Jawa Tengah


Rebana adalah alat musik tradisional yang berasal dari daerah timur tengah
dan dipakai untuk acara kesenian. Alat musik semakin meluas perkembangannya
hingga ke Indonesia. Pada musik gambus, kasidah dan hadroh adalah jenis
kesenian yang sering menggunakan rebana,yang sering memakai rebana adalah
musik irama padang pasir.
 Rebana merupakan alat musik tradisi islami, di buat dari bahan kayu pilihan
berbentuk bundar, pipih dan berlobang di tengahnya. di satu sisi sebelahnya di
pasang kulit yang telah di samak. kalau di pukul pake telapak tangan maka
akan mengeluarkan bunyi nada suara.
 Alat musik rebana biasa di mainkan untuk mengiringi kitab barzanji, simthu
duror, Ad'dibai, maulid dan sholawat Nabi SAW. Tapi pengembangannya

12
sekarang sudah meluas dan modern. Ada yang untuk mengiringi tari-tarian,
instrument musik, sampai ada yang sekedar di jadikan barang cinderamata.
 Kesenian Rebana merupakan salah satu kesenian yang bernafaskan Islam
keberadaannya sangat melekat pada pola kehidupan masyarakat di Pantai
Utara Jawa Tengah mulai dari pedasaan sampai perkotaan. Melekatnya
aktifitas rebana tidak terlepas dari fungsi Kesenian rebana bagi masyarakat
pendukungnya serta dukungan dari tokoh masyarakat dan para alim ulama.
Sebagai salah satu media dakwah, aktifitas kesenian rebana hadir dari
berbagai kegiatan kelompok pengajian, kegiatan peringatan hari besar islam,
tasyakuran, walimatul Urusy, Walimatul Khitan, Walimatul Hamli, maupun
perayaan yang lain.
Bentuk penampilan kesenian rabana dapat dikategorikan dalam bentuk
tradisional maupun modern. Perbedaan rebana tradisi terletak pada
Peralatan musik yang digunakan yaitu berupa alat musik terbang dan lagu-lagu
yang dibawakan umumnya diambil darikitab albarjanzi, kitab dziba, kitab simbud
durror, dan kitab kuning lainnya, sementara rebana modern terdapat penambahan
peralatan musik yang bertangga nada diatonis seperti key board dalam mengiringi
lagu-lagu mulai dari musik pop, musik dangdut, musik campur sari dan lainya,
dengan menggunakan teks lagu dengan bahasa Arab, bahasa Jawa, dan Bahasa
Indonesia yang semuanya menggunakan seperangkat alat musik rebana sebagai
irirngan lagu. Bentuk penampilan rebana tradisional maupun modern, masing -
masing mempunyai wilayahnya sendiri-sendiri yang menjadi ciri khas dari
daerahnya masing - masing.

2.5 Perkembangan Terbang gede Banten

Banten dalam masa perkembangan awalnya merupakan kota yang


berfungsi sebagai pusat kerajaan yang bercorak maritime. Sejarah mencatat
kerajaan Banten merupakan salah satu kerajaan islam yang cukup di wilayah
Jawa. Mengingat kuatnya kekuasaan kerajaan pada waktu itu, maka

13
perkembangan kebudayaannya pun cukup kuat. Kuatnya pengaruh budaya
Banten, dalam hal ini menyangkut karya seni tidak terlepas dari peranan kerajaan
Banten yang turut mempertahankan dan mengembangkan budaya seni khususnya
seni tari dengan perkembangan kerajaan Banten tidak dapat dilepaskan. Menurut
catatan survey pada Dinas Kebudayaan dan Peristiwa Kabupaten Serang tahun
1985, bahwa terdapat kurang lebih 70 kesenian yang tumbuh dan berkembang di
Kabupaten Serang Banten. Berbicara mengenai beberapa kesenian rakyat yang
banyak berkembang di Serang Banten, maka kita tidak akan pernah terlepas dari
cerita fenomena sejarah tentang proses masuknya agama islam yang dibawa
Syarif Hidayatullah dan Sultan Maulana Hasanuddin ke Banten.
Kesenian – kesenian tradisional yang sangat beragam dan banyak di
Banten sebagian besar bernafaskan islam. Dalam setiap pertunjukan, kesenian
tradisional ini tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan islam dan pengaruh kuat
dari kesultanan Banten pada zaman dahulunya. Kesenian tradisional ini dijadikan
media atau cara yang efektif para penyebar islam saat itu yaitu dengan
memadukan cara penyampaian lewat adat atau kebudayaan masyarakat setempat.
Hal ini dapat dilihat dari cara – cara beberapa wali penyebar islam yang
memadukan konsep – konsep islam yang disampaikan melalui media seni,
misalnya lewat wayang kulit, gamelan atau atraksi seni lainnya termasuk Terbang
Gede. Munculnya kesenian terebang gede menurut Shova dan Ridwan dalam
tabloid DP HKTI provinsi Banten bersamaan dengan penyebaran agama islam
yang dilakukan oleh Sultan Agung Tirtayasa. Dapat diartikan kesenian terebang
gede pada dahulu digunakan sebagai media dakwah melalui seni dan budaya oleh
kerajaan Banten melalui rajanya yang pada waktu itu yaitu Sultan Agung
Tirtayasa sekitar abad 15 – 16 M. Hal ini menunjukkan seperti yang telah
dijelaskan bahwa pada masa kejayaan Kesultanan Banten, segala bentuk kesenian
termasuk terebang gede turut terangkat keberadaannya. Terlebih seni tradisional
pada saat itu dijadikan sarana para ulama untuk menyebarkan agama islam.
Berdasarkan tradisi yang berkembang di masyarakat tersebut, terebang
gede yang sekarang berkembang di Kabupaten Serang saat ini memang berasal
dari satu induk yaitu Desa Panggung Jati Kecamatan Taktakan Kabupaten Serang.
Namun seiring dengan perkembangannya kesenian ini mulai menyebar ke daerah

14
lain di luar Panggung Jati salah satunya yaitu daerah Pontang. Penyebaran
kesenian ini berlangsung ketika dilakukannya pertunjukan kesenian terebang gede
ini di beberapa daerah.
Kesenian terbang gede di Desa Panggung Jati terdapat beberapa group,
antara lain Mayaang Sari pimpinan Bapak Asmad (almarhum) yang berdiri sejak
tahun 1959 yang kemudian dilanjutkan oleh puteranya H. Mistar dengan nama
group Al-Barokah, dan group Al-Karomah pimpinan Sobri. Adapun tokoh – tokoh
lainnya sebelum Asmad adalah bapak Darab, Jari, Alka, dan H.Kaban.
Kesenian terbang gede amat digemari oleh masyarakat kota Serang karena
bernafaskan keagamaan. Saat ini banyak group baru bermunculan, bukan saja
group yang didirikan bersama oleh remaja dan dewasa, bahkan bermunculan pula
group kesenian yang terdiri dari anak – anak yang berusia antara 6 tahun sampai
dengan 13 tahun. Penyebarannya diwilayah kota serang selain di Desa Panggung
Jati juga terdapat di kecamatan Kasemen, dikampung Angsana Desa Terumbu dan
desa Kilasah. Di kecamatan Serang terdapat di kelurahan Kagungan, dan Desa
Neglasari, sedangkan di Kecamatan Walantaka di Desa Kiara. Selain di Kota
Serang, kesenian terbang gede tersebar di Kabupaten Serang, dan Kabupaten
Pandeglang.
 Pengaruh yang timbul terhadap masyarakat sekitar
Karena kesenian terbang gede mempertunjukan dengan mengagungkan Tuhan
serta memuji nabi Muhammad SAW, sebagaimana tercantum pada syair lagu
– lagu yang dinyanyikan maka masyarakat amat memelihara kesenian ini
bahkan mendorong anak –anaknya untuk turut mempelajari kesenian tebang
gede.

 Pengaruh timbal balik dengan kesenian lainnya.


Sesuai dengan perkembangan jaman maka demikian pun terjadi pada kesenia
terbang gede saat ini digemari penyajian kolaborasi Terbang gede, rudat, dan
marawis, bahkan menggunakan kendang dalam penyajiannya. Kesenian
Terbang Gede kerap kali digunakan sebagai waditra iringan tarian kreasi

15
Tradisi Banten. Diantaranya tari grebeg, Terbang Gede dan tari Dalail
panggung jati.

 Perkembangan masa kini dan yang akan datang


Perkembangan kesenian terbang gede yang saat ini mampu digunakan sebagai
media iringan tarian Banten baik lagu - lagunya maupun waditra / alat
musiknya sehingga dimasa mendatang diharapkan lahir tercipta kreasi yang
lebih inovatif seperti yang sudah diciptakan pada masa sekarang yang
mengkolaborasikan dengan perkusi Banten juga dengan gamelan Salendro
dan patingtung.
Terbang gede merupakan salah satu kesenian tradisional Banten yang
tumbuh dan berkembang pada waktu para penyebar agama islam menyebarkan
ajarannya di Banten, oleh karena itu kesenian terbang gede berkembang secara
pesat di lingkungan pesantren dan mesjid-mesjid. Kesenian ini disebut terbang
gede karena salah satu instrumen musik utamanya adalah terbang besar (gede).
Pada awalnya kesenian terbang gede berfungsi sebagai sarana penyebaran agama
islam, namun kemudian berkembang sebagai upacara ritual seperti : ngarak
panganten, ruwatan rumah, syukuran bayi, hajat bumi, dan juga hiburan. Terbang
gede dimainkan oleh beberapa orang biasanya laki-laki yang telah lanjut usia
terdiri atas Penabuh terbang gede (besar) , penabuh sela, penabuh pengarak,
penabuh kempul, penabuh koneng, yang diiringi dengan sholawatan nabi dengan
bahasa Arab ataupun jawa. Banten pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Pada masa itu kesenian terbang gede digunakan sebagai seni media da'wah
penyebaran agama Islam. Seni Terbang Gede bernafaskan agama, hal ini terlihat
dari lagu-lagu yang dibawakan kebanyakan berbahasa Arab.
Kesenian terbang gede tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Serang. Hal
ini selaras dengan situasi dan kondisi masyarakat Serang yang agamis. Kesenian
terbang gede dapat hidup di masyarakat dikarenakan ketika mengadakan
pertunjukan tidak mengharapkan imbalan yang berupa materi, namun yang
diharapkan adalah imbalan berkah maupun pahala dari Tuhan. Ini dapat dilihat
saat kegiatan mengadakan ibadah dengan memanjatkan puja-puji ke hadirat Tuhan
serta Nabi Muhamad SAW. Perkembangan kesenian terbang gede mengalami

16
perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan jaman akibat oleh peradaban
lain yang timbul baik dari dalam maupun dari luar.
Dalam kesenian terbang gede, pengaruh yang timbul hanya pada lagu -
lagunya. Sementara, doa-doa yang dipanjatkan kepada Tuhan dan Nabi
Muhammad SAW tak pernah berubah. Pemain - pemain terbang gede mengalami
pasang surut, pada masa sekarang terutama kaum muda terlihat menggeser
kedudukan seni terbang gede di hati mereka. Sehingga pada saat ini terlihat
pemain-pemainnya hanya terdiri dari kaum tua-tua saja.

BAB III
ALAT YANG DIPERGUNAKAN PADA TEREBANG GEDE

Banten terkenal dengan Keseniannya juga alat musik Pengiring


Keseniannya. salah satu kesenian yang di iringi alat musik adalah kesenian

17
Terebang Gede. Terbang gede dimainkan oleh beberapa orang biasanya laki-laki
yang telah lanjut usia terdiri atas Penabuh terbang gede (besar) , penabuh sela,
penabuh pengarak, penabuh kempul, penabuh koneng, yang diiringi dengan
sholawatan nabi dengan bahasa Arab ataupun jawa. Kesenian ini dinamakan
sesuai dengan waditra yang digunakan yaitu terbang. Istilah terbang memiliki arti
yang variatif di antaranya adalah terbang merupakan waditra terrbuat dari kayu
yang melingkar berbentuk silinder berdiameter 40 - 60 cm dengan tinggi 10 - 15
cm, bentuknya mirip rebana. Bagian mukanya ditutup dengan kulit.
Istilah terbang pun diartikan ngapung, hal tersebut dikarenakan ada
anggapan sederhana bahwa karena Allah swt.berada di langit ketujuh maka agar
sampai ke sana harus terbang (iigapung). Realisasinya disimbolkan dengan
menggunakan alat musik yang dinamakan genjring besar (terbang). Maksud
simbol tersebut berarti menghubungkan batiniah antara manusia dengan Allah swt
yang menguasai dan menciptakan alam beserta isinya. Pemainnya terdiri dari
Penabuh Terbang Gede (besar), penabuh sela, penabuh pengarak, penabuh
kempul, penabung koneng. Dalam permainannya, diiringi dengan sholawatan nabi
dalam bahasa Arab ataupun Jawa Banten (Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi
Banten).

3.1 Para Pemain dan Waditra Kesenian Terebang Gede


Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan dari waditra terbang gede
memiliki beberapa unsur penunjang waditra yang terdiri dari 5 buah terbang dan
ditambah waditra penunjang 1 buah kendang dan 2 buah kulanter. Kemudian
memiliki ukuran dan hasil bunyi yang berbeda. Tapi secara umum dapat
digambarkan bahwa terebang gede adalah instrument yang berbentuk bundar yang
terbuat dari kayu dengan menggunakan kulit kerbau atau sapi sebagai penutup
pada salah satu bagian mukanya. Secara terperinci dapat digambarkan sebagai
berikut :
a. Terebang kempring (koneng) yaitu, terebang yang memiliki suara kecil,
dengan ukuran berdiamater 56 cm dan tinggi 11 cm. Terebang seperti ini
berfungsi untuk mengiringi lagu.

18
b. Terebang kempul yaitu, sejenis terebang yang memiliki suara yang lebih
rendah dari terebang kempring dengan ukuran diameter 57 cm dan tinggi
42 cm, tingginya 23 cm, terebang ini berfungsi sebagai pengiring lagu.
c. Terebang gemuruh (bibit) yaitu, sejenis terebang yang memiliki suara yang
lebih rendah dari terebang kempul dengan ukuran diameter 50 cm dan
tinggi 12 cm. Terebang ini berfungsi sebagai pengiring lagu memvariatif
nada.
d. Terebang talingtik (selah) yaitu, sejenis terebang yang memiliki suara yang
lebih besar dari terebang ketimpring, dengan ukuran diameter 52 cm dan
tinggi 4 cm. berfungsi sebagai pengiring lagu.
e. Terebang goong (terebang gede) yaitu, sejenis terebang yang memiliki
fungsi sebagai goong dengan ukuran 48 cm dan tinggi 12 cm.
Sedangkan personilnya terdiri dari :
a. Saechu, yaitu pimpinan rombongan yang memiliki peran sebagai pengatur
jalannya acara. Oleh itu kehadiran Saechu sangat penting sekali karena
merupakan orang yang dianggap paling tahu menghadapi segala
permasalahan.
b. Pangrawit, yang terdiri dari 6 orang laki – laki, 5 orang sebagai penabuh
terebang dan 1 orang sebagai penabuh gendang yaitu :
1. 1 orang penabuh terebang gede yang berfungsi sebagai goong
2. 1 orang penabuh sela yang berfungsi sebagai gendang
3. 1 orang penabuh penganak yang berfungsi sebagai tintit
4. 1 orang penabuh kempul yang berfungsi sebagai kempul
5. 1 orang penabuh koneng yang berfungsi sebagai kecrek
c. Vokalis adalah laki – laki yang rata – rata telah lanjut usia, jumlah vokalis
yang tidak ditentukan tetapi biasanya berkisar antara 7 – 15 orang, mereka
tidak ikut menabuh instrument, vokalis ini harus memiliki dasar kejiwaan
yang kuat dan akhlak yang mulia.

3.2 Pola Permainan Seni Terebang Gede


a. Pada Upacara Ritual

19
Sebelum dimulai Saechu memeriksa sesajen, waditra dan tempat
pelaksanaan. Setelah semua lengkap maka acara dimulai dengan pembakaran
kemenyang sambil membaca mantra, hadorot, nabi ya Alloh dan para wali Alloh
(Buyut) setelah pembacaan mantara Saechu menganggukkan kepala sebagai aba –
aba menabuh terebang dimulai dengan urutan pelaksanaan sebagai berikut :
1. Tatatalauan, yaitu acara pembukaan dengan bernafaskan islam seperti
Bismillah, Shalawat, Nabi, Bilaiyah, Fakam. Lagu tersebut dinyanyikan
leh penabuh terebang dan pada sesi ini penari boleh turun sebagai rasa
hormat kepada Allah SWT.
2. Reuahan, yaitu mengaharap rasa syukur atas rahmat yang diberikan oleh
Tuhan sehingga acara bisa terlaksana. Pada acara ini lebih agresif dan para
penari satu persatu bisa memasuki area pertunjukan, lalu para ahli waris
Sohibul hajat memberikan uang satu persatu ketempat yang telah
disediakan., biasanya disebut dengan istilah Masak pada bagian ini
penontonpun diperbolehkan menari dan meminta lagu.
3. Puncak Ruatan, seluruh penabuh terebang dan penaris serta penonton diam
setelah ada aa – aba dari Saechu. Kemudian Saechu membacakan mantra /
doa untuk ruatan yang berisikan permohonan ijin pada karuhun sambil
membakar kemenyan. Saechu membawa air hurip yang disiramkan pada
pintu rumah yang diruat. Setelah saechu memberi aba – aba agar terebang
ditabuh dengan membawakan lagu – lagu ruatan seperti salu – salu, eling
Alloh, kikis kelir, mempeungurip dsb. Pada saat ruatan seorangpun baik
pemain, penonton, maupun yang punya hajat tidak boleh meninggalkan
tempat karena dianggap “pamali” (tabu).
4. Penutup, dilakukan setelah dilantunkan lagu keupat eundang yang
menunjukan ajakan untuk pulang.
b. Sebagai hiburan
Pada saat hiburan ini sesajen yang disediakan tidak perlu selengkap pada
saat ruatan, sedangkan aacaranya tersusun sebagai berikut :
Pertunjukan diawali dengan keluarnya para pemain yang berjumlahkan antara 15
– 20 orang dengan posisi dua barisan, barisan depan terdiri dari penabuh
instrument (berada di tengah – tengah) di bagian kiri dan kanan adalah bagian

20
pendzikir atau penari, bagian barisan belakang terdiri dari para vokalis / penyanyi,
kemudian dilanjutkan dengan acara bubuk / pembukaan, terebang ditabuh
bersama sebagai tanda pertunjukan akan dimulai. Setelah pembukaan para pemain
membawakan lagu yang dimulai dengan bunyi instrument, baik lagu yang
berbahasa Arab maupun berbahasa daerah / Jawa, pada saat pembawaan lagu
pemain instrument ikut bernyanyi maupun berdzikir bersama – sama. Tempat
pelaksanaannya bisa di alam terbuka (seperti waktu ngarak / mengiring penganten,
sunat atau penganten pernikahan, dapat juga dilakukan di halaman, di ruangan
atau di serambi masjid ngiring panjang mulud).

3.3 Lagu – lagu yang Dibawakan


Lagu – lagu yang dibwakan dala pertunjukan terebang gede adalah lagu –
lagu yang umumnya adalah berbahasa Arab, tetapi dengan adanya perkembangan
jaman makan terlahir lagu – lagu kreasi seperti lagu Adam Ayem, buah kaung,
rereongan dll.

BAB IV
MANFAAT MUSIK TERBANG GEDE

4.1 Manfaat Musik

21
Pada umumnya jenis musik memiliki beberapa manfaat untuk kebutuhan
bagi kehidupan manusia baik rohaniah maupun jasmaniah. Adapun manfaat
musik, antara lain :
a. Meningkatkan Stamina Saat Olah Raga
Musik bisa pengaruhi mood, khususnya saat sedang berolahraga. Jika
memainkan musik dengan tempo lambat, secara otomatis juga akan
mempengaruhi stamina, tempo dan kecepatan saat berolahraga. Untuk itu,
pilihlah lagu dengan tempo yang agak cepat dan bersemangat sehingga
kalori pun semakin banyak terbakar karena tubuh akan otomatis bergerak
lebih cepat.
b. Musik Bantu Kurangi Stres
Musik bisa bantu menghilangkan stres dan kecemasan, menurut data dari
Asosiasi Terapi Musik di Amerika. Penelitian di Fakultas Kedokteran
Universitas Yale menemukan, pasien yang mendengarkan musik favorit
mereka selama 30 menit sebelum melakukan prosedur operasi, tingkat
stresnya berkurang dan lebih santai. Untuk itu, dengarkan sedikit musik
favorit sebelum menghadapi momen-momen menegangkan dalam hidup.
c. Meningkatkan Kinerja
Sebuah jurnal dunia kerja yang dikutip dari She Knows menunjukkan,
pegawai yang masih muda memiliki konsentrasi yang lebih baik jika
mereka mendengarkan musik tanpa lirik. Musik instrumental akan
membantu fokus melakukan pekerjaan di kantor. Namun beberapa lagu
yang sangat emosional, baik yang sangat atau bahkan tidak disukai, justru
akan menghilangkan fokus kerja.
d. Efek Mozzart
Merupakan salah satu istilah untuk sebuah efek yang bisa dihasilkan
sebuah musik yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan
intelegensia seseorang. Hal ini sudah terbukti. Ketika seorang ibu yang
sedang hamil duduk tenang, seakan terbuai alunan musik tadi yang juga ia
perdengarkan di perutnya. Hal ini dimaksudkan agar kelak si bayi akan
memiliki tingkat intelegensia yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak
yang dibesarkan tanpa diperkenalkan pada musik. Dengan cara tertentu,

22
otak pun akan distimulasi untuk “belajar” segala sesuatu lewat nada-nada
musik. Selain itu, musik-musik yang berirama klasik adalah jenis musik
yang dianjurkan banyak pakar buat ibu hamil dan si bayi. Yaitu bisa
mencerdaskan bayi dan juga bisa memberi ketenangan buat ibu hamil.
e. Refreshing
Kadang saat pikiran kita lagi bete dan buntu, bingung, tidak tahu apa yang
harus dilakukan, dengan mendengarkan musik, segala pikiran bisa kembali
segar. Hasilnya, kita bersemangat kembali mengerjakan sesuatu yang
tertunda.
f. Motivasi
Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan dan mood
tertentu. Apabila ada motivasi, semangat pun akan muncul dan segala
kegiatan bisa dilakukan. Begitu juga sebaliknya, jika motivasi terbelenggu,
maka semangat pun menjadi luruh, lemas, tak ada tenaga untuk
beraktivitas. Coba saja diingat saat upacara bendera setiap Senin pagi yang
diwajibkan menyanyikan lagu wajib nasional itu, semata-mata kan hanya
untuk menimbulkan motivasi mencintai negeri, mengenang jasa pahlawan,
dan memberi semangat baru pada pesertanya. Hal ini seharusnya berlaku
juga pada irama mars yang merupakan irama untuk mengobarkan
semangat perjuangan.
g. Kepribadian seseorang
Perkembangan kepribadian seseorang juga memengaruhi dan dipengaruhi
oleh jenis musik yang didengar. Jika waktu kecil kita suka mendengarkan
lagu-lagu anak-anak, waktu sudah besar kita pun akan memilih sendiri
jenis musik yang kita sukai. Pemilihan jenis musik yang disukai bisa
dibilang membantu kita untuk memberikan nuansa hidup yang kita
butuhkan.

h. Terapi
Berbagai fakta juga menunjukkan tentang manfaat musik untuk kesehatan.
Bahkan bagi orang yang lagi sakit, musik bisa menjadi alternatif terapi

23
yang diharapkan bisa mengarahkan dan mempercepat pemulihan tubuh.
Terapi musik juga telah ditunjukkan untuk mengangkat semangat pasien
dengan depresi. Membuat musik sendiri, baik memainkan alat musik atau
bernyanyi, dapat memiliki efek terapi juga. Ketika mendengarkan atau
terlibat dalam musik yang membuat senang, rileks, kontemplatif, tubuh
akan mendapat efek relaksasi yang mendalam seperti tidur nyenyak, mandi
air hangat, dan menurunkan tingkat stres secara keseluruhan.
i. Komunikasi
Musik jelas bisa dijadikan sebuah bahasa yang universal. Musik juga
mampu menyampaikan berbagai pesan ke seluruh bangsa tanpa harus
memahami bahasanya. Selain itu ada bukti lagi, event sedunia yang sering
digelar dengan menghabiskan dana ratusan juta sampai miliaran rupiah
juga tidak pernah meninggalkan musik sebagai pengantarnya. Bagi dunia
industri, musik bisa juga memberikan image produk lewat iklan-iklannya.
j. Meningkatkan kemampuan otak
Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bagaimana musik dapat
meningkatkan fungsi otak. Dalam satu penelitian, psikolog klinis Charles
Emery dari Ohio State University mempelajari efek musik terhadap orang
yang mendengarkannya selama olahraga secara teratur. Emery dan timnya
menguji 33 orang pria dan wanita yang sedang berada dalam minggu-
minggu akhir program rehabilitasi jantung. Masing-masing peserta diuji
untuk kemampuan mentalnya setelah berolahraga tanpa musik dan
berolahraga dengan musik.
Hasilnya, rata-rata para peserta mendapat skor lebih dari dua kali lipat
ketika mendengarkan musik setelah berolahraga tanpa mendengarkan
musik daripada setelah berolahraga. Musik yang dipilih adalah karya
Vivaldi yang berjudul “The Four Seasons”. Penelitian sebelumnya oleh
ilmuwan lain menunjukkan bahwa musik membantu pasien penyakit paru-
paru agar kemampuan mentalnya dapat bekerja dengan lebih baik. Emery
menduga manfaat yang sama dapat diperoleh dengan mendengarkan
semua jenis musik, bukan hanya musik klasik. Ia berteori bahwa “Four

24
Seasons” dapat merangsang kinerja mental karena kerumitannya memaksa
otak untuk mengatur transmisi saraf.
k. Meningkatkan kecerdasan
Beberapa penelitian lain telah menggambarkan bahwa mendengarkan
musik adalah suatu usaha yang lebih kompleks dari kelihatannya. Otak
manusia memilah nada, waktu, dan pengurutan suara untuk memahami
musik. Diyakini bahwa lobus frontal otak dirangsang dan diaktifkan ketika
mendengarkan musik. Karena area tersebut adalah bagian otak yang
berhubungan dengan fungsi mental yang lebih tinggi seperti berpikir
abstrak atau perencanaan.

4.2 Manfaat Musik Terbang gede / Rampaie Aceh


Di Aceh sendiri kesenian rebana menjadi sesuatu yang lumrah. Untuk saat
ini biasanya kesenian rebana dipentaskan dalam acara - acara seperti dengan
upacara- upacara kematian, perkawinan, kelahiran, serta upacara keagamaan dan
kenegaraan. Serta biasa digunakan untuk mengiringi tarian dan masih banyak lagi.
Dengan demikian pada hakikatnya manfaat musik debus untuk sarana hiburan
bagi masyarakat.

4.3 Manfaat Musik Terbang gede /Buhun Jawa Barat


Di Jawa Barat sendiri kesenian terbang buhun menjadi sesuatu yang
lumrah. Kesenian terbang buhun sendiri mempermudah penyebaran dakwah
islam. Biasanya menanamkan etika norma dan moral sehingga menambahkan
wawasan atau pengetahuan tentang islam. Dipentaskan dalam upacara ritual atau
seremonial. Dengan demikian pada hakikatnya manfaat musik terbang buhun
untuk sarana hiburan bagi masyarakat.

4.4 Manfaat Musik Terbang gede / Rebana Jawa Tengah

25
Di Jawa Tengah sendiri kesenian terbang menjadi sesuatu yang lumrah.
Kesenian terbang sendiri mempermudah penyebaran dakwah islam. Biasanya
menanamkan etika norma dan moral sehingga menambahkan wawasan atau
pengetahuan tentang islam. Dipentaskan dalam upacara pernikahan atau sunatan
dan lainnya yang masih banyak lagi pertunjukan kesenian ini. Dengan demikian
pada hakikatnya manfaat musik terbang untuk sarana hiburan bagi masyarakat.

4.5 Manfaat Terebang gede Banten


Di Banten sendiri kesenian terbang menjadi sesuatu yang lumrah.
Kesenian terbang sendiri mempermudah penyebaran dakwah islam. Kesenian
Terbang Gede memiliki manfaat sebagai sarana dakwah, hiburan, dan upacara
ritual. Adapun hiburan digunakan oleh masyarakat luas pada acara perkawinan,
khitanan, dan upacara kenegaraan. Pada mulanya Kesenian Terbang Gede
digunakan dalam rangka penyebaran agama Islam, namun kemudian berkembang
menjadi upacara ritual seperti ruwatan rumah, syukuran bayi, dan hajat bumi.
Selain itu digunakan pula untuk upacara nadar dan syukuran panen. Dengan
demikian pada hakikatnya manfaat musik terbang buhun untuk sarana hiburan
bagi masyarakat.

BAB V

26
FUNGSI MUSIK TERBANG GEDE

Alan P Merriam menjelaskan musik sebagai suatu lambang dari hal-hal


yang berkaitan dengan ide - ide maupun perilaku suatu masyarakat (Alan
Merriam. 1964 : 32 - 33 .“The Anthropologi of Music”.). Musik merupakan
bagian dari kesenian, merupakan salah satu unsur kebudayaan (Koentjaraningrat.
1986 : 203 – 204. “Sejarah Kebudayaan”.), dan merupakan salah satu kebutuhan
manusia secara unviersal (Boedhisantoso. 1982 : 23.”Kajian Seni Budaya”.) yang
tidak pernah lepas dari masyarakat. Musik merupakan salah satu dari kebudayaan,
berarti musik diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan
sebuah keindahan. Dapat diartikan bahwa musik memiliki fungsi dalam
kehidupan manusia. musik adalah bunyi yang mengandung unsur - unsur tertentu
yang mampu diterima oleh seseorang, kelompok, maupun gologan masyarakat
yang memiliki sejarah, lokasi, budaya dan selera yang berbeda - beda. Adapun
fungsi musik menurut Alan P Meriam yang diuraikan di atas sebagai berikut:
a. Fungsi pengungkapan emosional : berfungsi sebagai suatu media bagi
seseorang untuk mengungkapkan perasaan atau emosinya.
b. Fungsi penghayatan estetis : merupakan suatu karya seni. Suatu karya
dapat dikatakan karya seni apabila dia memiliki unsur keindahan atau
estetika di dalamnya.
c. Fungsi hiburan : memiliki fungsi hiburan mengacu kepada pengertian
bahwa sebuah musik pasti mengandung unsur-unsur yang bersifat
menghibur.
d. Fungsi komunikasi : memiliki fungsi komunikasi berarti bahwa sebuah
musik yang berlaku di suatu daerah kebudayaan mengandung isyarat-
isyarat tersendiri yang hanya diketahui oleh masyarakat pendukung
kebudayaan tersebut.
e. Fungsi reaksi jasmani : jika sebuah musik dimainkan, musik itu dapat
merangsang sel-sel saraf manusia sehingga menyebabkan tubuh kita
bergerak mengikuti irama musik tersebut.
f. Fungsi yang berkaitan dengan norma sosial : berfungsi sebagai media
pengajaran akan norma-norma atau peraturan-peraturan.

27
g. Sebagai pengiring upacara budaya atau ritual : sejak dahulu musik
memang sudah digunakan untuk upacara-upacra maupun ritual adat, pada
masa itu musik berperan sebagai pengiring kebaktian, keluhan duka, dan
perjamuan makanan.
h. Fungsi pendidikan : dalam hal ini musik digunakan untuk menyampaikan
norma-norma atau aturan yang berlaku di masyarakat.
i. Fungsi pelestari kebudayaan : sebagai contoh lagu-lagu daerah berfungsi
melesatrikan budaya karena berisi tentang kebudayaan di suatu daerah.
j. Fungsi respon social : fungsi ini sering digunakan oleh musisi seperti Iwan
Fals untuk mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah.
k. Fungsi pemersatu bangsa : contohnya lagu Indonesia Raya yang
mempersatukan Bangsa Indonesia.
l. Fungsi promosi dagang : pada jaman sekarang musik digunkan sebagai
srana promosi seperti iklan iklan di televise maupun radio yang
menggukan musik sebagai alat promosi.
m. Fungsi Ekonomi : dalam indusri musik para musisi dan penyanyi bekerja
sama dengan label rekaman kemudian menjual hasil rekaman dan
memperoleh hasil dari penjualan, oleh karena itu tindakan pembajakan
adalah hal yang sangat merugikan bagi mereka.

5.1 Fungsi Musik Terbang gede / Rampaie Aceh


Berdasarkan hasil pencarian (http://padikomputer.blogspot.com/2013/12/
pengertian-dan-fungsi-musik.html). Ada beberapa fungsi musik, yaitu :

a. Upacara budaya (ritual)


Musik di Indonesia, biasanya berkaitan erat dengan upacara- upacara
kematian, perkawinan, kelahiran, serta upacara keagamaan dan
kenegaraan. Bunyi-bunyian dan nada-nada yang dihasilkan sangat
memungkinkan untuk mendukung upacara budaya ( Ritual). Di beberapa
daerah, bunyi yang dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu diyakini
memiliki kekuatan magis. Oleh karena itu, instrumen seperti itu dipakai
sebagai sarana kegiatan adat masyarakat. Dari penjelasan di atas maka

28
dapat dikatakan bahwa musik tradisional dapat berfungsi sebagai sarana
dalam suatu upacara budaya (Ritual).

b. Sarana Hiburan
Dalam hal ini, musik merupakan salah satu cara untuk menghilangkan
kejenuhan akibat rutinitas harian, serta sebagai sarana rekreasi dan ajang
pertemuan dengan warga lainnya. Umumnya masyarakat Indonesia sangat
antusias dalam menonton pagelaran musik. Jika ada perunjukan musik di
daerah mereka, mereka akan berbondong- bondong mendatangi tempat
pertunjukan untuk menonton. Pada jaman dahulu, pada masa kerajaan
memerintah di daerah-daerah di Indonesia, setiap ada tamu kerajaan yang
datang maka akan disambut oleh iringan-iringan musik tradisional sebagai
upacara penyambutan dan sebagai sarana penghibur bagi para tamu
kerajaan untuk melepas lelah.

c. Sarana Ekspresi Diri


Bagi para seniman musik (baik pencipta lagu maupun pemain musik),
musik adalah media untuk mengekspresikan diri mereka. Melalui musik,
mereka mengaktualisasikan potensi dirinya. Melalui musik pula, mereka
mengungkapkan perasaan, pikiran, gagasan, dan cita- cita tentang diri,
masyarakat, Tuhan, dan dunia.
d. Sarana Komunikasi
Di beberapa tempat di Indonesia, bunyi- bunyi tertentu yang memiliki arti
tertentu bagi anggota kelompok masyarakatnya. Umumnya, bunyi-
bunyian itu memiliki pola ritme tertentu, dan menjadi tanda bagi anggota
masyarakatnya atas suatu peristiwa atau kegiatan. Alat yang umum
digunakan dalam masyarakat Indonesia adalah kentongan, bedug di
masjid, dan lonceng di gereja. Pada jaman dahulu, musik digunakan
sebagai sarana komunikasi antara jenderal dan prajuritnya dalam
peperangan, hal ini terlihat dari genderang yang mereka bawa pada saat
peperangan. Bunyi dan ritme genderang disini bermacam-macam sesuai
dengan perintah yang diberikan sang jenderal kepada penabuh genderang,

29
ada ritme untuk menyerang, ada ritme untuk bertahan, dan ada pula ritme
untuk mundur. Dari penjelasan di atas jelas sekali bahwa musik dapat
berfungsi sebagai sarana komunikasi.

e. Pengiring Tarian
Musik dan tarian masing-masing mempunyai pola dan ritme yang saling
berhubungan, suatu tarian tanpa diiringi irama musik maka akan terasa
hampa (kosong) dan menyulitkan bagi sang penari karena mereka tidak
mempunyai gambaran ritme dan tempo yang akan mereka gunakan untuk
menuntun mereka dalam menari. Di berbagai daerah di Indonesia, bunyi-
bunyian atau musik diciptakan oleh masyarakat untuk mengiringi tarian-
tarian daerah. Oleh sebab itu, kebanyakan tarian daerah di Indonesia hanya
bisa diiringi oleh musik daerahnya sendiri. Selain musik daerah, musik-
musik pop dan dangdut juga dipakai untuk mengiringi tarian- tarian
modern, seperti dansa, poco- poco, dan sebagainya.

f. Sarana Ekonomi
Bagi para musisi dan artis professional, musik adalah sarana penghidupan
ekonomi mereka. Mereka dihargai lewat karya (lagu) yang mereka buat
dan yang mereka mainkan. Semakin bagus dan semakin populernya suatu
karya seni musik maka akan semakin tinggi penghargaan yang diberikan
baik penghargaan dalam bentuk materiil maupun moral. Dalam dunia
industri musik, para musisi yang bekerja sama dengan industri rekaman,
mereka akan merekam hasil karya mereka dalam bentuk pita kaset dan
cakram padat (Compact Disk/CD) serta menjualnya ke pasaran. Dari hasil
penjualannya ini mereka mendapatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Selain dalam media kaset dan CD. Para musisi juga
melakukan pertunjukan yang dipungut biaya. Pertunjukan tidak hanya
dilakukan di suatu tempat, tetapi juga bisa dilakukan di daerah- daerah lain
di Indonesia ataupun di luar Indonesia yang dapat menghasilkan
pendapatan bagi mereka.
g. Sarana Perang

30
Pada jaman dahulu, musik digunakan sebagai sarana komunikasi antara
jenderal dan prajuritnya dalam peperangan, hal ini terlihat dari genderang
yang mereka bawa pada saat peperangan. Bunyi dan ritme genderang
disini bermacam-macam sesuai dengan perintah yang diberikan sang
jenderal kepada penabuh genderang, ada ritme untuk menyerang, ada ritme
untuk bertahan, dan ada pula ritme untuk mundur. Dari penjelasan di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa musik dapat digunakan untuk membantu
strategi dalam berperang. Selain digunakan sebagai strategi dalam
berperang, musik juga dapat membangkitkan semangat juang para prajurit.
Dalam setiap kesatuan militer pasti mempunyai Mars yang selalu mereka
nyanyikan untuk meningkatkan dan membangkitkan semangat dalam
peperangan.

5.2 Fungsi Musik Terbang gede Buhun Jawa Barat


Makna dibalik Terbang buhun adalah makna konotatif yang tersembunyi,
di antaranya: a) Makna spiritual, makna yang terkandung dalam pertunjukan
Terbang Buhun terutama dalam pertunjukan Upacara Ngaruwat atau Upacara
Ngahurip. Khusunya dalam makna - makna dibalik berbagai tanaman hasil bumi
yang terdapat dalam Sambung Layang; b) Makna teatrikal, Sambung Layang yang
ukurannya besar dan tinggi apalagi sepasang, membuat daya tarik tersendiri bagi
penonton. Pada masa lalu, seni terebang digunakan sebagai media dakwah Islam,
melalui puji - pujian yang dilantunkan sepanjang pertunjukan berlangsung. Dalam
hal fungsi atau kegunaannya seni terebang yang berkembang di wilayah pesantren
lebih menekankan kepada gaya estetika ke - Islaman, sedangkan yang
berkembang di wilayah luar pesantren cenderung lebih menggabungkan di antara
kedua nilai-nilai, estetika Islam dan Sunda. Perbedaan yang sangat signifikan di
antara kedua tersebut adalah cara penyajian dalam pertunjukannya, pertunjukan
dalam seni terebang yang berkembang di luar wilayah pesantren lebih menitik
beratkan pada upacara ritual penyambutan roh leluhur yang lekat dengan nuansa
mistis religius, sedangkan yang berkembang diwilayah pesantren hanya bersifat
serimonial.

31
5.3 Fungsi Musik Terbang gede / Rebana Jawa Tengah
Fungsi kesenian rebana bagi masyarakat pendukungnya serta dukungan
dari tokoh masyarakat dan para alim ulama. Sebagai salah satu media dakwah,
aktifitas kesenian rebana hadir dari berbagai kegiatan kelompok pengajian,
kegiatan peringatan hari besar islam, tasyakuran, walimatul Urusy, Walimatul
Khitan, Walimatul Hamli, maupun perayaan yang lain. Selain itu, fungsi musik
rebana adalah :
a. Sebagai media dakwah untuk siar agama Islam
b. Hiburan, yakni untuk memberikan hiburan kepada khalayak luas, bahkan
sering dipadukan dengan lagu-lagu pop
c. Ritual, yaitu untuk mengiringi arak-arakan pengantin pada pesta
perkawinan, khitanan, dan untuk mengiringi zikir serta shalawatan
terutama pada bulan Maulud (bandingkan Sedyawati, 1991; Supratno,
1994; Anikmah, 2000; Syamsul Hadi, 2001).
d. Selain itu, dalam music rebana terdapat muatan nilai dan norma.

5.4 Fungsi Musik Terbang Gede Banten


Kesenian terebang gede memiliki fungsi upacara ritual dan hiburan seperti
dikemukakan Adis Mukaya. Kesenian terebang gede pada awalnya berfungsi
sebagai sarana penyebaran agama islam, namun kemudian berkembang sebagai
upacara ritual, seperti ruwatan rumah, syukuran bayi, hajat bumi dan juga sebagai
hiburan. Fungsi ritualnya berlaku pada masyarakat yang masih mempercayainya,
sedangkan sebagai hiburan dalam hujatan perkawinan, khitanan, maupun upacara
kenegaraan atau event – event kesenian lain.
Sebagai media upacara adat kesenian ini dapat dipergunakan untuk
upacara nadzar / hajat atau syukuran yang telah panen. Menurut eyang Kamata
penyelenggaraan upacara adat dengan sajian kesenian ini mempunyai semacam
aturan yang mengikat, seperti dalam pelaksanaannya tidak boleh hari Jum’at dan
siang hari (larangan poe dan kala), tempatnya tidak boleh sembarangan dan harus
didalam rumah atau halaman rumah yang dilengkapi sesajen. Adapun fungsi dari
kesenian terebang gede pada perkembangannya di masyarakat saat ini digunakan
untuk beragam upacara adat seperti di Desa Panggung Jati, Kecamatan Taktakan

32
Kota Serang, ditampilkan untuk Ngarak Pengantin, Ngarak Panjang Mulud,
maupun sebagai hiburan di acara Kenduri atau penyambutan tamu agung (Dinas
Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten).

BAB VI
TOKOH TERBANG GEDE

33
6.1 Tokoh Terbang Buhun Jawa Barat

No Nama Pemain Keterangan


1 Surlandi (Alm) Beliau-beliau mulai
2 Kartawinata
membawakan kesenian
(Alm)
terebang buhun di
3 Tabjani (Alm)
Dukuhbadag mulai pada
tahun 1930-an. Beliau
membuat sendiri peralatan
terebang buhun nya dan
sampai saat ini alatnya masih
ada, walaupun sudah tidak
dapat di pergunakan lagi.
Toharip Terebang besar berusia (85th) beliau Lahir di
desa Dukuhbadag Kec.
Cibingbin,
Johani pembawa lagu berusia (85th) beliau Lahir di
Sekaligus desa Dukuhbadag Kec.
memainkan Cibingbin,
Terbang besar.
Kustandi pemain terbang berusia (35th) beliau Lahir di
kecil. desa Dukuhbadag Kec.
Cibingbin,
Yasna pemain Gendang. berusia (35th) beliau Lahir di
desa Dukuhbadag Kec.
Cibingbin,
Andri pemain Taju berusia (35th) beliau Lahir di
desa Dukuhbadag Kec.
Cibingbin,

6.2 Tokoh Terbang Gede Banten


No. Nama Nama Grup Keterangan
1 Bapak Asmad Mayang Sari Kesenian terebang gede di
(Alm) Desa Panggung Jati sejak
tahun 1959
2 H. Mistar Al Barokah Purta bapak Asmad (Alm)

34
3 Bapak Sobri Al Karomah
4 Abdullah Sinar Wangi
5 H. Sarikah Siti Denok
6 Jari
7 Alka
8 H, Kaban

BAB VII
BUSANA TEREBANG GEDE

7.1 Busana Rebana / Rampaei Aceh


Pemain musik rebana
di Aceh menggunakan
busana yang identik dengan
warna warna cerah. Baju

35
berwarna kuning dipadukan dengan warna merah dan menggunakan hiasan
manik-manik berwarna merah. Pemain musik rebana ini juga menggunakan ikat
kepala , kain yang dipakai sampai tengah betis dan celana hitam.

7.2 Busana Terebang Buhun Jawa Barat


Pemain terebang buhun menggunakan
busana :
 Pakaian muslim.
 Kopyah hitam.
 Sarung.
 Sorban.

7.3 Busana Terbang / Rebana Jawa


Tengah
Busana yang digunakan oleh pemain ,
baik nagaya, pemain atau pedzikir tidak berbeda.
Memakai celana pangsi hitam dan baju berwarna
hitam.Memakai kain yang dipakai sampai
ditengah betis .Warnanya disesuaikan dengan
celana atau baju. Juga menggunakan ikat kepala.

7.4 Busana Terbang Gede Banten


Busana kesenian terebang gede berpola
pada pakaian tradisional masyarakat
pedesaan. Busana yang digunakan oleh
vokalis dan penabuh sama tergantung
acaranya. Dalam acara ritual baik penari
maupun penabuh memakai pakaian sehari-
hari mereka. Sedangkan dalam acara
tertentu misalnya menyambut kemerdekaan
menggunakan :
a. Kampret warna putih ( putih memberikan kesan bersih dan suci)
b. Celana panjang warna gelap / celana pangsi
c. Ikat kepala, biasanya menggunakan kain leman
d. Kain Poleng, yang dipakai setengah betis

36
BAB VIII
KESIMPULAN

8.1 Kesimpulan
Musik merupakan salah satu dari kebudayaan, berarti musik diciptakan
oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan sebuah keindahan. Dapat
diartikan bahwa musik memiliki fungsi dalam kehidupan manusia. musik adalah
bunyi yang mengandung unsure-unsur tertentu yang mampu diterima oleh
seseorang, kelompok, maupun gologan masyarakat yang memiliki sejarah, lokasi,
budaya dan selera yang berbeda - beda.Musik Arab berkembang sejak abad ke - 3.
Musik Arab erat hubungannya dengan agama islam. Secara geografis,
perkembangan musik Arab berkembang baik di Negara - negara Libya, Mesir,
Palestina, Libanon, Syria, Irak, dan Persia (Iran). Saat ini musik Arab mulai
dikenal dan digemari di Indonesia, Misalnya, Lagu yang dimainkan oleh grup-
grup music nasyid.

37
Kesenian musik di Indonesia beraneka ragam termasuk di dalamnya ialah
kesenian terbang. Istilah terbang pun diartikan ngapung, hal tersebut dikarenakan
ada anggapan sederhana bahwa karena Allah swt.berada di langit ketujuh maka
agar sampai ke sana harus terbang (iigapung).
Terebang gede terdapat di beberapa daerah, di daerah Aceh kesenian ini
bernama terbang / rebana / rampai. Di daerah Jawa Barat kesenian ini bernama
terbang buhun atau terbang pusaka dan masih banyak lagi lainnya. Di daerah Jawa
Tengah kesenian ini bernama terbang / rebana. Pada daerah banten kesenian ini
bernama terebang gede. Istilah terebang gede sendiri berasal dari dua suku kata
yaitu terebang dan gede. Kata terebang dimaksudkan ialah perjalanan Rasulullah
SAW pada peristiwa Isra Mi’raj ketika berangkat dari Masjidil Haram ke Masjidil
Aqsa lalu menuju Sidratul Muntaha. Kata gede dalam bahasa setempat ialah
ukuran besar bagi waditra alat pada kesenian tradisional ini.
Menurut sumber yang ditemukan ada berbagai maca fungsi dan manfaat
musik, diantaranya adalah meningkatkan kinerja, menigkatan stamina,
mengurangi stress, membantu komunikasi, tempat mencurahkan perasaan atau
berkespresi dll. Berdasarkan arti musik menurut Alan P Merriam,
Koentjaraningrat Boedhisantoso dapat diartikan bahwa musik memiliki fungsi
dalam kehidupan manusia. musik adalah bunyi yang mengandung unsur - unsur
tertentu yang mampu diterima oleh seseorang, kelompok, maupun gologan
masyarakat yang memiliki sejarah, lokasi, budaya dan selera yang berbeda - beda.
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan Beni, K, S. Sn, M.Si dan
Buku dari Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten menjelaskan bahwa
Kesenian terebang gede ini memiliki fungsi upacara ritual dan hiburan seperti
dikemukakan Adis Mukaya. Kesenian terebang gede pada awalnya berfungsi
sebagai sarana penyebaran agama islam, namun kemudian berkembang sebagai
upacara ritual, seperti ruwatan rumah, syukuran bayi, hajat bumi dan juga sebagai
hiburan. Fungsi ritualnya berlaku pada masyarakat yang masih mempercayainya,
sedangkan sebagai hiburan dalam hujatan perkawinan, khitanan, maupun upacara
kenegaraan atau event – event kesenian lain. Lagu – lagu yang dibwakan dala
pertunjukan terebang gede adalah lagu – lagu yang umumnya adalah berbahasa

38
Arab, tetapi dengan adanya perkembangan jaman makan terlahir lagu – lagu
kreasi seperti lagu Adam Ayem, buah kaung, rereongan dll.

8.2 Saran
Dalam rangka penyusunan makalah ini penyusun telah membuat makalah
ini dengan sebaik - baiknya sebagai manusia pada umumnya maka kami juga
dapat membuat kesalahan atau kekeliruan dalam pembuatan makalah ini. Agar
semakin lengkap dan sempurnanya makalah ini kami menerima saran dan kritik
yang membangun agar makalah ini semakin menambah ilmu serta pengetahuan
kita dalam pembelajaran mata kuliah apresiasi seni.

PERKEMBANGAN TERBANG GEDE


SEBAGAI KHASANAH BUDAYA

ABSTRAK

Suhaya

Terbang gede merupakan jenis alat musik yang dimainkannya dengan cara
ditepuk. Terbang gede berdasarkan penyebaran dan keberadaannya terdapat di
beberapa daerah seperti Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Banten. Keberdaan terbang gede dapat mewarnai keanekaragaman seni musik
islami yang dibawakan dengan syair-syair islami pula. Dalam tulisan ini penulis
memberikan gambaran umum tentang terbang gede berdasarkan penyebaran dan
keberadaannya.Terbang gede pada umumnya memiliki beberapa pola tabuhan dan
susunan dalam memainkannya,baik nada, rime, dan melodi. Terbang gede pada
penggunaan dapat dijadikan sebagai sarana upacara, hiburan, dan seni
pertunjukkan. Dilihat dari manfaat dan fungsi musik memiliki kekayaan yang

39
dapat berfungsi sebagai sarana refleksi diri, kalangenan, dan sebagai terapi.
Kesenian terebang gede pada pertunjukannya memiliki tata busana dan tata rias
yang berbeda di tiap-tiap daerah, hal ini dapat disesuaikan dengan daerah di mana
kesenian tersebut berada. sebagai. Kemudian dalam penyajiannya terbang gede
memiliki unsur lagu-lagu serta syairnya bernuansakan islami. Adapun lagu
tersebut diantaranya; Sholawat Nabi, Qodimun, Syarat Taubat, akan tetapi dengan
adanya perkembangan jaman maka terlahir lagu – lagu kreasi seperti lagu Adem
Ayem, Buah Kawung, dan rereongan.

Keyword : Terbang gede

GAMBARAN UMUM
TERBANG GEDE

Terbang gede merupakan jenis alat musik yang dimainkannya dengan cara
ditepuk. Terbang gede berdasarkan keberadaannya terdapat di beberapa daerah
seperti Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten.
Keberdaan terbang gede dapat mewarnai keanekaragaman seni musik musik
islami yang dibawakan dengan syair-syair islami pula. Dalam buku penulis
memberikan gambaran umum tentang terbang gede berdasarkan keberadaannya.

1.1 Terbang gede Nanggroe Aceh


Nanggroe Aceh Darussalam disebut juga “Serambi Mekah” sehingga tidak
mengherankan jika musik daerah Aceh mendapat pengaruh banyak dari agama
Islam, baik syair lagu yang dilatunkan maupun jenis alat musik yang digunakan.
Hal ini dilatar belakangi oleh sejarah agama Islam yang masuk ke Nanggroe Aceh

40
Darussalam. Alat musik yang ada di Aceh yang sudah ada sejak dari jaman
Kerajaan Jeumpa Aceh, Kerajaan Aceh Darussalam hingga jaman Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam.
Rebana (bahasa Jawa : terbang) adalah gendang berbentuk bundar dan pipih. Ini
merupakan symbol kota Bumiayu . Terbuat Bingkai berbentuk lingkaran
dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit
kambing. Kesenian di Malaysia, Brunei, Indonesia dan Singapura yang sering
memakai rebana adalah musik irama padang pasir, misalnya, gambus,
kasidah dan hadroh. Bagi masyarakat Melayu di negeri Pahang, permainan rebana
sangat populer, terutamanya di kalangan penduduk di sekitar Sungai Pahang.
Tepukan rebana mengiringi lagu - lagu tradisional seperti indong - indong, burung
kenek - kenek, dan pelanduk - pelanduk.
Di aceh / NAD dulunya rebana disebut Rampaie. Nama ini diadopsi dari nama
Syeik Ripai yaitu orang pertama yang mengembangkan alat musik pukul ini.
Bentuk Rapai hampir seperti rebana, hanya saja terdapat sedikit perbedaan antara
rapai dan rebana, yakni kayu yang digunakan untuk pembuatan kedua alat musik
ini. Ukuran dan beratnya pun berbeda, rapai cenderung lebih besar dan berat
dibandingkan dengan rebana. Alat musik ini terdiri dari Rampaie Geurumping
dengan cara dipukul sambil berduduk dengan gerak Rudat duduk, sedangkan
rampai pasie di Aceh utara adalah rebana besar dimainkan kurang lebih 40 orang.
Adapun Rampai Peluiet dimainkan 4 orang dan istimewanya permainan ini
diselingi dengan akraktif akrobatik dengan menyesuaikan irama serta ragam
pukulannya. Masih di Aceh, Rampai Deboeih namanya rebana ini disertai pemain
debus bahkan dengan menusuk senjata di badan pendebus tersebut karena itu
rampai atau rebana ini disebut Rampai Deboeih. Berikutnya adalah pemain rebana
(rapa’i) dan pemain atraksi kekebalan tubuh. Para pemain rapa’i, tentu saja
berfungsi mengiringi penampilan aktor yang beratraksi di panggung sambil
dengan memukul rapa’i (rebana" secara berirama disertai nyanyian yang di
dalamnya berisi mantra mohon kekebalan).

1.2 Terbang Gede Buhun di Jawa Barat

41
Terbang Buhun merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang sebagian besar
tersebar di beberapa tempat di Jawa Barat, dengan beberapa sebutan seperti
Terbang Gede, Terbang Gebes, dan Terbang Ageung. Pada masa lalu, seni terbang
digunakan sebagai media dakwah Islam, melalui puji - pujian yang dilantunkan
sepanjang pertunjukan berlangsung. Terbang Buhun dianggap pula memiliki
kekuatan - kekuatan spiritual dan mitis, karena itu seringkali dipakai dalam
upacara Ngaruwat, misalnya ngaruwat anak, ngaruwat rumah, dan lain - lain.
Dalam upacara ruwatan biasa diadakan acara Ngahurip dengan menebarkan air
suci serta membuat sesajen dan sambung layang, yakni rangkaian hasil bumi yang
disusun tiga lingkaran.
Terbang buhun dikenal juga sebagai Terbang Pusaka, khususnya di Tanjungkerta
yang dipimpin oleh Adis Mukaya (sekarang dilanjutkan oleh putranya, Sutisna).
Pertunjukan terbang buhun di Jawa barat pada umumnya tak jauh berbeda, baik
dalam upacara Ngaruwat maupun pertunjukan dalam hajatan biasa. Sebagai
contoh struktur pertunjukan terbang buhun, misalnya pada saat pertunjukan
Ngaruwat Rumah, adalah sebagai berikut: Pertama, diadakan Ijab Kabul oleh
saehu; Tatalu dengan lagu-lagu pupujian yang dilantunkan oleh Reuahan, sambil
saehu mempersilahkan penari maju ke depan arena pertunjukan dengan diiringi
lagu Engko, dilanjutkan dengan lagu Bangun, Kembang Kacang,
Lailahaillah, Malong, Siuh, dan Benjang; kedua acara ruwatannya yang dipimpin
oleh Saehu dengan membacakan mantra-mantra sambil membakar kemenyan
serta menyiramkan Cai Hurip ke seluruh penjuru rumah ; musik terbang buhun
ditabuh dengan irama naik, dengan lagu Eling Allah, Riring - riring, Kikis
Kelir, Nyai Lais Koncrang,Meungpeung Hurip, Keupat Eundang ; Ketiga,
pertunjukan ditutup dengan pembacaan doa, sementara para pemain meletakkan
alat musik terbangnya dan duduk khidmat membentuk setengah lingkaran sambil
menengadahkan kedua tangannya.
Alat-alat musik terbang buhun antara lain: terbang kempring, terbang ageung,
terbang gebrung, terbang talingtik, terbang goong, dan kendang. Sementara lagu-
lagu pupujian yang dilantunkan, seperti Bismilah, Yahmadun Kayumbilah, Robun
Allah, Sasamate, Wangsit Siliwangi, Bangbung Hideung, Sasamate, Nyileuk
Sorangan, dan Kembang Gadung.

42
1.3 Terbang Gede /Rebana Jawa Tengah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) Kesenian yang memiliki kata
dasar “seni” dan memiliki arti “kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu
yang bernilai tinggi (luar biasa)”. Kesenian Terbang tumbuh dilingkungan
Masyarakat dan lingkungan masyarakat dan diakui sebagai kesenian Rakyat
kesenian rakyat , kesenian terebang disebut juga dengan Terbang Gede.
Rebana ( istilah bahasa jawa " Terbang " ) adalah alat musik tradisional yang
berasal dari daerah timur tengah dan dipakai untuk acara kesenian. Secara historis,
telah maklum bahwasanya masyarakat Madinah pada abad ke - 6 telah
menggunakan rebana sebagai musik pengiring dalam acara penyambutaan atas
kedatangan Baginda Nabi Muhammad SAW yang hijrah dari Makkah. Masyarakat
Madinah kala itu menyambut kedatangan Beliau dengan qasidah Thaala'al Badru
yang diiringi dengan rebana, sebagai ungkapan rasa bahagia atas kehadiran
seorang Rasul ke bumi itu.
Di Indonesia, sekitar abad 13 Hijriyah seorang ulama' besar dari negeri Yaman
yang bernama Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi (1259 - 1333H /
1839 - 1913M) datang ke tanah air dalam misi berdakwah menyebarkan agama
Islam. Di samping itu, beliau juga membawa sebuah kesenian Arab berupa
pembacaan qasidah yang diiringi rebana ala Habsyi dengan cara mendirikan
majlis sholawat dan pujian-pujian kepada Rasulullah sebagai sarana mahabbah
(kecintaan) kepada Rasulullah saw.
Selang beberapa waktu majlis itu pun menyebar ke seluruh penjuru daerah
terutama Banjar Masin Kalimantan dan Jawa. Beliau, Habib 'Ali bin Muhammad
bin Husain Al-Habsyi juga sempat mengarang sebuah buku yang berjudul
“Simthu Al-Durar” yang di dalamnya memuat tentang kisah perjalanan hidup dari
sebelum lahir sampai wafatnya Rasulullah SAW. Di dalamnya juga berisi bacaan
sholawat - sholawat dan madaih (pujian-pujian) kepada Rasulullah. Bahkan sering
kali dalam memperingati acara maulid Nabi Agung Muhammad saw. Kitab itulah
yang sering dibaca dan diiringi dengan alat musik rebana. Sehingga sampai
sekarang kesenian ini pun sudah melekat pada masyarakat, khususnya para

43
pecinta sholawat dan maulid Nabi saw, sebagai sebuah eksistensi seni budaya
Islam yang harus selalu dijaga dan dikembangkan.
Ada 4 (empat) unsur bunyi, khusus yang akan kita bicarakan disini instrument
rebana atau terbang :
6. Dipukul ditepi menimbulkan bunyi tinggi melengking seperti tang,
ting, tung.
7. Dipukul ditengah, kurang lebih 7 cm menimbulkan bunyi rendah
berdengung seperti ding, dang, dung.
8. Dipukul dengan telapak tangan di tengah rebana menimbulkan
bunyi kafrak.
9. Dipukul dengan lima jari yang disatukan, kemudian di buka pada
saat memukulnya bunyi triel.
10. Bentuk rebana sudah jelas bundar dan berbingkai kayu (bukan
besi) di Museum Laiden (Belanda) tersimpan 4 (empat) bentuk dan
ukuran rebana Indonesia.
Bentuk rebana sudah jelas bundar dan berbingkai kayu (bukan besi) di Museum
Laiden (Belanda) tersimpan 4 (empat) bentuk dan ukuran rebana Indonesia.
Diameter atas Diameter Bawah Tinggi Bingkai Keterangan
49 cm 39 cm 15,5 cm bass
40 cm 36 cm 14 cm Sda
38 cm 35 cm 10,5 cm Pengiring,
Penenteng,
Peningkah
20 cm 17 cm 8 cm Sda

(sumber ensiklopedi music Indoesia depdikbud)

Pada musik gambus, kasidah dan hadroh adalah jenis kesenian yang sering
menggunakan rebana, yang sering memakai rebana adalah musik irama padang
pasir. Kesenian Rebana merupakan salah satu kesenian yang bernafaskan
Islam keberadaannya sangat melekat pada pola kehidupan masyarakat di Pantai
Utara Jawa Tengah mulai dari pedasaan sampai perkotaan. Melekatnya
aktifitas rebana tidak terlepas dari fungsi kesenian rebana bagi masyarakat
pendukungnya serta dukungan dari tokoh masyarakat dan para alim ulama.

44
Bentuk penampilan kesenian rabana dapat dikategorikan dalam bentuk tradisional
maupun modern. Masing-masing mempunyai wilayahnya sendiri - sendiri yang
menjadi ciri- khas dari daerahnya seperti salafudin Pekalongan, Semarangan, dan
Demak.

1.4 Terebang Gede Banten


Istilah terebang gede sendiri berasal dari dua suku kata yaitu terebang dan gede.
Kata terebang dimaksudkan ialah perjalanan Rasulullah SAW pada peristiwa Isra
Mi’raj ketika berangkat dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa lalu menuju
Sidratul Muntaha. Kata gede dalam bahasa setempat ialah ukuran besar bagi
waditra alat pada kesenian tradisional ini. Terebang gede dijadikan penamaan bagi
kesenian tradisional ini sejak mulai ada dan digunakannya kesenian ini. Terebang
gede merupakan jenis rebana besar yang penamaannya dimaksudkan bagi seluruh
instrument kesenian ini. Dalam terebang gede terdapat lagu – lagu yang
dinyanyikan yang sebagian besar lagu tersebut berisi dengan syair – syair pujian
terhadap Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Kesenian ini tumbuh pertama
kali di Desa Panggung Jati Kecamatan Taktakan Kabupaten Serang.
Musik Terebang Gede banten lebih condong tergolong ke dalam kategori musik
arab. Karena lagu-lagu pengiringnya berisi tentang lagu-lagu islami. Seperti lagu-
lagu arab dan sholawat. Menurut Karl-Edmund Prier sj (1991: 51) Sejarah Musik
Arab dalam masa prasejarah (300-1000 SM) daerah diantara Mesir dan
Mesopotamia sejak tahun 3000 SM menjadi pusat kebudayaan.Sejak dulu orang
badui / beduin ( badawi) sampai sekarang dalam perjalanannya melagukan huda’
dengan irama rajaz yang katanya diambil alih dari irama perjalanan unta. Karena
Berdagang sejak dulu, maka arab berkontak dengan bangsa-bangsa sekitarnya,
termasuk berdagang dengan orang Mesopotamia, yahudi, kemudian
yunani.Pengaruh timbal balik nampak pada nama beberapa musik arab yang
dipakai dilain tempat dengan nama yang berbeda-beda.
Kesenian ini tumbuh pertama kali di Desa Panggung Jati Kecamatan Taktakan
Kabupaten Serang. Beberapa sumber mengatakan bahwa daerah Panggung Jati
pada zaman dahulu dijadikan tempat peristirahatan bagi para prajurit kerajaan
Banten yang telah berperang. Di namakan Panggung Jati karena pada dahulunya

45
disini terdapat rumah panggung yang terbuat dari kayu jati. Pada saat itu kesenian
terebang gede ini dipertunjukan untuk menghibur para prajurit yang telah beres
berperang menuju ke selatan (Kanekes). Namun ada yang menyebutkan bahwa
pada zaman dahulu, ada seorang anak buah kerajaan melarikan diri ke daerah ini
dan berkata Panglima Agung Jaya Sakti (Panggung Jati) dan disini terdapat
makam yang dikeramatkan. Yang pertama bernama Ki Buyut Sepuh dari
Panggung Jati Barat dan yang kedua di Panggung Jati timur bernama Ki Buyut
Kanjeng Dalem. Kedua orang ini yang memperjuangkan daerah ini (Panggung
Jati) hingga jadi seperti ini. Ki Buyuh Sepuh merupakan jelmaan dari 4 orang
yaitu Ki Tol Yahya, Ki Tol Mu’min, Ki Tol Leman dan Ki Tol Latif.
Sumber pertama tentang music arab terdapat pada prasasti Asyria dari Abad 7 SM
dimana disebut bahwa orang tahanan Arab bekerja sambil bernyanyi dengan
demikian indahnya hingga tuan-tuan Asyria terpesona dan ingin mendengar lagu
lebih banyak.sebelum lahir agama islam nampaknya orang arab memakai music
juga untuk agama anamis, sama seperti halnya dalam kebudayaan di sekitarnya.
Dalam sejarah musik Arab pada abad-abad sebelum lahir agama islam ( abad 1-7
M) Raja-raja di arab selatan memeang mendukung music dan sastra; maka hingga
sekarang orang arab utara memandang daerah yemen selatan sebagai tempat
lahirnya music arab yang sebenarnya. Namun kerajaan arab selatan jatuh
( Berkaitan dengan jatuhnya Mesopotamia ) maka terjadinya transmigrasi dasri
selatan ke utara pada abad 2. Dengan demikian berkembanglah music pada tiga
pusat; di Syiria, Mesopotamia, dan daerah Arab Barat (Karl-Edmund : 1991).
Terebang Gede merupakan kesenian tradisional khas Banten yang tumbuh
bersamaan dengan berkembangnya agama islam di Banten. Dalam penyebaran
islam di Indonesia, kita mengenal jasa 9 wali yang dikenal dengan sebutan Wali
Sanga. Diantara 9 wali tersebut ada yang bernama Syarif Hidayatullah dengan
gelar Sunan Gunung Jati. Menurut I Sholeh (1976 : 3) dalam buku riwayat seni
Terebang menyebutkan Sunan Gunung Jati semasa hidupnya menyebarkan agama
islam di Jawa Barat dengan dibantu murid – muridnya. Pada tahun 1450 – 1500M
(sekitar abad ke XV) ketika itu penduduk masih beragama Hindu, beliau
mengutus 5 orang dari Cirebon. Yaitu : Sacapati, Madapati, Jayapati, Margapati
dan Wangakusumah, atas petunjuk Sunan Gunung Jati diharuskan

46
mengembangkan agama islam, salah satunya dengan cara pementasan kesenian
yang menurut kesenian Tanah Mekah. Kelima utusan tersebut segera
melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Sunan Gunung Jati, yaitu membuat
satu bunyi – bunyian yang meniru kesenian di Tanah Mekah, yaitu Genjering yang
terbuat dari potongan – potongan kayu setelah terbentuk dinamakan Terebang.
Terebang merupakan asal kata dari Terebang yang berarti ngapung, dimana
maknanya untuk menghubungkan bathiniah antara manusia dengan Tuhannya.
Pertamakali dibuat jumlahnya 5 buah yang merupakan symbol dari rukun islam.
Ada beberapa versi yang menjelaskan pengertian Terebang, namun dari setiap
versi memiliki maksud yang sama, versi itu diantaranya menyatakan Terebang
merupakan Waditra dengan media kulit dan kayu berbentuk silinder berdiameter
antara 10 – 60 cm, tinggi badan antara 10 – 15 cm sejenis rebana, namun
pengertian lain mengatakan bahwa, Terebang berarti ngapung karena masyarakat
zaman dahulu beranggapan bahwa Allah berada di langit ketujuh, untuk
mengadakan hubungan batin dengan-Nya harus dengan cara Terebang (ngapung).
Namun masyarakat melaksanakannya hanya dengan symbol yaitu dengan cara
menggunakan bunyi – bunyian yang bernama Genjering Besar (Terbang sambil
menyanyikan pujian – pujian), hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menarik
perhatian masyarakat sekitarnya agar masuk agama islam. Sedangkan pandangan
lain mengatakan Terebang berarti menaikkan derajat agama islam. Karena itu
salah satu penyebaran agama islam adalah melalui kesenian Terebang menurut
Departemen Pendidikan Nasional.
Terebang Gede merupakan suatu kesenian tradisional di daerah Banten dan
merupakan kesenian yang tumbuh dan berkembang pada waktu para penyebar
agama islam menyebabkan agama baru di kalangan masyarakat khususnya Banten
umumnya. Kesenian ini disebut Terebang Gede karena salah satu instrument
waditranya terdapat sebuah gendang besar (gede) yang berdiameter bagian depan
57 cm, belakang 42 cm serta mempunyai ketebalan 23 cm. Sedangkan menurut
Atik Sopandi (1985 – 1999) Terebang merupakan Waditra dengan media kulit dan
kayu berbentuk silinder berdiameter antara 40 – 60 cm, dengan tinggi antara 10 –
15 cm, sejenis rebana. Kesenian Terebang Gede termasuk kedalam kesenian
pertunjukan rakyat dan music tradisional seperti halnya seni qasidah, Rudat, dll.

47
Pada masa itu kesenian terbang gede berkembang di pesantren-pesantren maupun
di masyarakat.

48

Anda mungkin juga menyukai