NIM : 19016054
Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia
Mata kuliah : Filsafat Alam Minangkabau
Dosen : Zulfikarni, S.Pd, M.Pd.
Jadwal : Kamis, 07.00-08.40
Tugas Pertemuan Minggu ke 15
Seni dan Upacara Minangkabau
A. Seni di Minangkabau
1. Seni Pertunjukan
Seni pertunjukan tradisional merupakan bagian dari budaya lokal yang memuat
beragam unsur kearifan budaya lokal. Di dalamnya terhimpun ilmu pengetahuan, baik
nilai-nilai ajaran moral, religi, pendidikan, maupun unsur-unsur yang bersifat
kebendaan sebagai sebuah warisan kebudayaan (Prayogi & Endang Danial, 2016: 63).
Dilihat dari sudut pandang estetika dan etika, seni tradisi turut menjadi alat
pengucapan komunikasi emosi estetis antarmanusia terkait dengan pengalaman dan
perasaan yang memiliki nilai seni untuk keselarasan hubungan sosial berlandaskan
keyakinan bersama (Murniati, 2015:26; Sedyawati, 2006:124). Berikut beberapa seni
pertunjukan yang ada di Minangkabau:
a. Randai
Esten (dalam Sedyawati, 1983) menjelaskan randai adalah salah satu
bentuk seni pertunjukan tradisional masyarakat Minangkabau yang sering
dipertunjukkan dalam acara profan seperti pesta panen, pesta perkawinan,
pesta perhelatan penghulu, serta acara serupa lainnya. Randai memiliki unsur-
unsur struktur yang esensial, yaitu: tarian atau improvisasi yang berfungsi
sebagai pemenggal adegan selanjutnya yang disebut galombangatau
gelombang, dendang yang berfungsi untuk menyampaikan cerita, disebut
gurindam, cerita sebagai rangkaian tubuh peristiwa yang dilakonkan.
Dari segi fungsi, randai berfungsi sebagai (a) alat pendidikan
moral bagi masyarakat; (b) alat untuk membina dan mengembangkan rasa
solidaritas antarmasyarakat pemiliknya, (c) wadah produktif untuk
menciptakan kesegaran kondisi mentalitas anggota masyarakat, dan (d)
wadah untuk mengungkapkan problema perasaan.
b. Salawat Dulang
Salawat dulang adalah salah satu kese-nian tradisional bernuansa islami,
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Minangkabau di Provinsi
Sumatera Barat. Kesenian salawat dulang disajikan dalam bentuk vokal,
syairnya dilantunkan dengan bahasa Minangkabau. Penyajian salawatdulang
dilaksanakandengan cara bernyanyi sambil memukuldulang. Bunyi dari
pukulan dulang berfung-si sebagai instrumen pengiring nyanyian salawat
dulang, sekaligus sebagai pengatur tempo yang dinamik. Adapun teks (syair)
selawat dulang berisikan ajaran agama Islam yang mengandung nilai-nilai
ketauhidan terhadap Allah Swt. dan Nabi Muhammad saw sebagaimana yang
tertera dalam Alquran dan hadis Nabi.
Kesenian salawat dulang sering dipertunjukkan untuk hiburan, me-
meriahkan berbagai kegiatan masyarakat, seperti dalam rangka peringatan
Maulid Nabi Muhammad saw., Isra Mikraj, Idulfi t ri, Iduladha, tahun baru
Hijriah, khataman Alquran, dan sebagainya.
c. Bakaba
Bakaba merupakan pertunjukan atau pementasan dari suatu kaba. Kaba
adalah sastra pelipur lara yang berisi kisah-kisah yang bersifat menghibur dan
memberi nasihat. Pada dasarnya, karya sastra Minang yang berbentuk prosa
bisa disebut kaba. Dalam proses penyampainnya, tradisi lisan asal Minang ini
disampaikan oleh 2 orang tukang kaba. Satu orang tukang kaba yang
menyampaikan atau mendendangkan kaba. Orang pertama ini bisa jadi
merupakan pencipta kaba, bisa juga tidak. Sedang orang kedua adalah pencipta
kaba, yakni orang yang menyampaiakan kaba secara tertulis.
Bakaba dapat disampaikan dengan berbagai cara, tiap daerah di
Minangkabau memilki ciridan keunikannya masing-maisng dalam menggelar
petunjukan bakaba. Ada macam nama-nama bakaba berdasarkan jenis musik
pengiringnya, daerah pberkembangnya dan nama kabanya. Contohnya
Sijabang yakni petunjukan bakaba yang diiringi kecapi. Ada juga Basimalin
berasal dari daerah Payakumbuh.
2. Seni Bela Diri
Silek atau silat (bahasa Indonesia) adalah seni beladiri yang dimiliki oleh
masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia yang diwariskan secara turun
temurun dari generasi ke generasi. Masyarakat Minangkabau memiliki tabiat suka
merantau semenjak beratus-ratus tahun yang lampau. Untuk merantau tentu saja
mereka harus memiliki bekal yang cukup dalam menjaga diri dari hal-hal terburuk
selama di perjalanan atau di rantau, misalnya diserang atau dirampok orang.
Disamping sebagai bekal untuk merantau, silek penting untuk pertahanan nagari
terhadap ancaman dari luar. Jadi secara fungsinya silat dapat dibedakan menjadi dua
yakni sebagai; panjago diri (pembelaan diri dari serangan musuh), dan parik paga
dalam nagari (sistim pertahanan negeri).
Beberapa contoh silat-silat yang ada di Minangkabau yaitu Silek Usaliatau Silek
Tuo (penamaan berdasarkan ketuaan/keawalan), Silek Harimau, Silek Kuciang, Silek
Buayo, Silek Alang Babega (penamaan berdasarkan sumber inspirasi dan pola
gerakan), Silek Kumango, Silek Lintau, Silek Paninjauan, Silek Pauah (penamaan
berdasarkan namanagariasal pengembang/ pengembangan). Pada saat ini penamaan-
penamaan aliran silekbanyak ditemui, sehingga gerakan-gerakan silek sudah
dikembangkan, diperbarui dan tidak murni lagi.
3. Seni Tari
Tari merupakan suatu media ekspresi ataupun sebagai sarana komunikasi seorang
seniman yang ingin ditampilkan kepada penonton maupun penikmatnya. Melalui
tarian dapat menunjukan suatu jati diri dari daerah itu tersendiri. Setiap gerakan yang
ditampilkan memiliki makna dan filosofi yang kuat, sehingga dapat membuat
penikmatnya peka terhadap sesuatu yang ada dan yang terjadi di sekitarnya. Pada
dasarnya, suatu tarian yang ditampilkan memiliki makna dan filosofi . Berikut
beberapa jenis tari yang terdapat di Minangkabau:
a. Tari Piring
Tarian ini awalnya diciptakan sebagai ucapan terima kasih karena hasil
panen yang melimpah. Ritual dilakukan dengan membawa sesajen, akan tetapi
saat Islam masuk ritual ini dijadikan sebuah tarian untuk menghibur saja.
Gerakan Tari Piring bersifat dinamis dan memiliki ciri khas yaitu penarinya
membawa satu piring di setiap telapak tangan sambil diayunkan. Tarian ini
diiringi dengan alat musik seperti sarunai, bansi, talempong, dan saluang.
Makna dari piring merupakan lambang dari kemakmuran dan kesejahteraan
bagi masyarakat Minangkabau. Sampai saat ini Tari Piring masih sering
ditampilkan pada acara kebesaran atau acara adat tertentu seperti pesta rakyat
baralek (merupakan pernikahan adat khas minangkabau) dan batagak penghulu
(penaikan penghulu). Tidak hanya itu, bahwa Tari Piring juga memiliki sebuah
harapan agar pengantin selalu diberikan kelimpahan rezeki.
b. Tari Payuang
Tari Payung merupakan tari tradisional dari Minangkabau, Sumatera
Barat. Penari dari tarian ini berjumlah 4 sampai 8 orang penari secara
berpasang-pasangan. Tari Payung melambangkan simbol kasih sayang.
Menurut kepercayaan masyarakat, payung merupakan wujud perlindungan dari
hujan dan juga panasnya matahari.
Sehingga arti dari tarian ini ialah sepasang kekasih yang sedang membina
rumah tangga. Biasanya gerakan dari penari laki-laki seolah-olah sedang
melindungi kepala dari si penari wanita. Sedangkan kain selendang dari penari
wanita merupakan sebuah ikatan cinta suci yang sedang terjalin. Untuk
Gerakan tari ini sudah diubah sesuai dengan kemajuan zaman. Namun, masih
terdapat gerakan yang tidak dirubah atau sesuai dengan peninggalan dari nenek
moyang kita.
c. Tari Indang
Tarian ini ditarikan 7 orang pria, akan tetapi seiring berkembangnya
zaman, tarian Indang juga dilakukan oleh wanita. Tarian ini diciptakan untuk
menyebar dakwah Islam oleh Syekh Burhanudin. Tetapi saat ini hanya
diadakan jika ada seminar budaya atau untuk hiburan saja. Makna yang ada di
dalam Tari Indang mengajarkan kepada Anda untuk bisa kerja sama dengan
orang lain. Dan lagu pengiring berjudul Dindin Badindin memiliki arti untuk
mengajak orang-orang saling bertegur sapa.
d. Tari Pasambahan
Tari Pasambahan Minang bertujuan guna menyambut tamu istimewa
sebagai ucapan selamat datang. Selain itu juga sebagai ungkapan hormat
kepada tamu yang sudah diundang. Gerakan dari Tari Pasambahan Minang
meliputi gerakan silat, berserak serta membungkuk. Seiring berkembangnya
zaman, tarian ini selalu ada dalam pementasan seni dan bersifat untuk hiburan
saja. Tarian ini dapat ditarikan oleh pria maupun wanita. Alat musik yang
dipakai untuk mengiringi tarian ini antara lain telempong, bansi, serunai,
gandang tambui, dan tassa. Sedangkan kostum yang dipakai dipilih dari warna-
warna seperti hitam, merah, dan hijau.
e. Tari Galombang
Tarian ini dilakukan oleh laki-laki Minangkabau dalam upacara
penyambutan tamu istimewa seperti ketua adat, guru silat, serta penganten.
Tarian ini biasanya dilakukan oleh puluhan orang laki-laki. Beberapa istilah
dari Tari Gelombong yaitu: Gagalombang (menarikan galombang), galombang
manyongsong (satu arah menghadap tamu), galombang duo baleh (Tari yang
dilakukan 12 orang) dan galombang balawanan (posisi hadap dua arah, dari
pihak tuan rumah dan dari pihak tetamu)
Tarian ini diawali dengan silat yakni dari variasi gerakan silat membentuk
wujud gelombang laut. Kemudian dengan memanfaatkan ruang, ritme musik,
dan tenaga, maka terciptalah gerakan tari gelombang. Paling sempurna adalah
pada saat semua penari bergerak bersamaan berdiri tinggi lalu merendah, dan
bergerak maju mundur secara perlahan seperti gelombang air laut.
b. Akikah
Aqiqah biasanya diselenggarakan pada saat anak berusia 7 hari, atau 14
hari atau 21, atau 40 hari; namun ada juga yang melakukan aqiqah sebelum
anak menikah. Upacara aqiqah dimulai dengan pemberitahuan kepada
masyarakat (tetangga, kerabat dekat dan jauh) bahwa sebuah keluarga ingin
melangsungkan aqiqah anaknya. Satu hari sebelum acara dilaksanakan
dilakukan penyembelihan 1 ekor kambing untuk anak perempuan dan 2 ekor
kambing untuk anak laki-laki; kambing tidak boleh cacat atau sakit dan telah
berusia 3 tahun.
Pada upacara aqiqah dilangsukan prosesi pemotongan rambut bayi
(minimal 7 helai) dan pemberian nama untuk si bayi. Upaca yang dipimpin
oleh pemuka agama (Ulama) ini dilanjutkan dengan makan bersama dan
diakhiri dengan pembacaan do’a aqiqah sebagai pemohonan kepada Allah
S.W.T agar anak menjadi anak sehat, shaleh/shalehah, mudah rezekinya, dan
berbakti kepada orang tua, agama, dan bangsa.
A.A Navis. 1984. Alam Takambang Jadi Guru, Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta:
PT Grafiti Pers.
Bahardur, I. (2018). Kearifan Lokal Budaya Minangkabau dalam Seni Pertunjukan Tradisional
Randai. Jentera: Jurnal Kajian Sastra, 7(2), 145-160.
Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat. 2020. Upacara Batagak Kudo-Kudo , (online),
(https://www.pustaka-bpnbkalbar.org/pustaka/upacara-batagak-kudo-kudo, diakses 27
Mei 2021).
Syafniati, S., Firdaus, F., & Amran, A. (2019). Perkembangan Pertunjukan Salawat Dulang di
Minangkabau. Panggung, 29(2).
Zulrahmi, Z. (2018). Motif Pelaksanaan Tradisi Tulak Bala di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia
Kec. Koto XI Tarusan Kab. Pesisir Selatan (Doctoral dissertation, STKIP PGRI
Sumatera Barat).