Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Tentang

TARI PIRING DAN TARI INDANG

OLEH:

PERMATA AYUNDA

NIM: 19023144

Mata Kulia Praktek Tari Minang Kabau

DOSEN PENGAMPU:

SUSMIARTI, S.S.T.,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENDRATASIK

FAKULTA BAHASA SASTRA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
curahan rahmat dan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang telah
diberikan pada kami.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang yang telah
membantu dalam penyajian makalah ini. Terutama kepada Ibuk yang telah
memberikan ilmu dan bimbingannya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan ketentuan dan arahan dari beliau.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini sedikitnya dapat memberikan
sumbangan ilmu yang dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
bagi para pembaca. Semoga makalah yang di sajikan ini dapat sesuai dengan
indikator yang di harapkan.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. TARI INDAH
1.   LATAR BELAKANG
Tari Indang merupakan salah satu kesenian tari yang berasal dari
Minangkabau. Etnik Minangkabau menyimpan banyak kekayaan tradisi lisan.
Salah satunya adalah Tari Indang. Tari Indang menggambarkan kedatangan Islam
di Sumatera Barat sejak abad ke-13. Tarian ini dikenal dengan Tarian Badindin,
yaitu kata-kata “dindin badindin” pada lagu pengiringnya. Tarian ini sebenarnya
suatu bentuk sastra lisan yang disampaikan secara berkelompok sambil
berdendang dan memainkan rebana kecil. Selain itu, sekarang ini Tari Indang juga
merupakan tari pergaulan muda mudi dengan gerakan yang kompak, dinamis, dan
ceria, di mana mereka dituntun untuk selalu bekerja sama satu dengan yang
lainnya.
Indang berkembang dalam masyarakat traditional Minangkabau yang
menghuni wilayah kabupaten Padang. Tari indang diciptaan oleh Rapa’i. Rapa’i
merupakan pengikut setia Syekh Burhanuddin – seorang tokoh terpandang yang
selalu memperingati upacara tabuik di Minang.
Kesenian ini tadinya bertujuan untuk keperluan dakwah Islam. Nasrul
Azwar, aktivis budaya yang tinggal di Padang, menyebutkan secara historis Tari
Indang merupakan hasil perkawinan budaya antara Minangkabau dan peradaban
Islam abad ke-14. Peradaban tersebut diperkenalkan pedagang yang masuk ke
Aceh melalui pesisir barat Pulau Sumatera dan selanjutnya menyebar ke Ulakan-
Pariaman.
Kalau dibedakan lebih dalam, pada Tari Indang muncul jenis-jenis
nyanyian maqam, iqa’at dan avaz serta penggunaan musik gambus. Maqam
menggambarkan tangga nada, struktur interval dan ambitus. Iqa’at menyimpan
pola ritmik pada musik Islam. Adapun avaz adalah melodi yang bergerak bebas
tampa irama dan diperkenalkan musik Islam.
Pentas Tari Indang biasa diramaikan oleh tujuh orang penari. Ketujuh
penari itu biasa disebut dengan ‘anak indang’. Mereka dipimpin oleh seorang guru
yang disebut tukang dzikir. Tari Indang merupakan manifestasi budaya mendidik
lewat surau dan kentalnya pengaruh budaya Islam di Minangkabau.
Seni tari adalah ungkapan jiwa yang mengandung unsur keindahan dalam
bentuk gerakan yang teratur sesuai dengan irama yang mengiringinya.
Tari adalah keindahan gerak anggota-anggota tubuh yang bergerak,
berirama, dan berjiwa yang harmonis.
Ada tiga unsur utama dalam tari, yaitu wiraga (fisik), wirama (iringan
musik), dan wirasa (penjiwaan atau ekspresi). Gerak tari dan gerak biasa memiliki
perbedaan dalam hal kehalusan, dinamika (irama dan tempo), dan iringan.
Jenis tari salah satunya adalah tari kreasi. Tari kreasi itu sendiri merupakan
tari yang memiliki ciri gerak yang tidak lagi mengikuti pola-pola dan ramuan-
ramuan yang menetap. Tari kreasi berasal dari tari tradisional yang sudah
dikembangkan. Tari kreasi dibagi menjadi dua macam, yaitu tari modern dan tari
kontemporer.
Tari kreasi yang akan Saya tampilkan adalah tari kreasi pengembangan
dari Tari Indang. Tari Indang pada awalnya memang merupakan tari untuk
keagamaan, namun kini tari indang juga menjadi tari pergaulan muda-mudi.
Dengan diiringi lagu dindin badindin ciptaan Tiar Ramon.Tidak seperti seni tari
pada umumnya, Tari Indang tidak menonjolkan gerakan tubuh yang penari dalam
pertunjukannya. Ciri tari daerah ini adalah gerak yang diperagakan sangat
maknawi, sederhana tapi mendalam. Berikut adalah penjelasan tentang konsep
gerak, durasi, tata rias, dan lokasi/tempat untuk menampilkan Tari Indang.
Untuk mewujudkan gagasan ke dalam suatu bentuk tarian, tentunya
diperlukan gerak. Adapun konsep gerak dalam Tari Indang adalah gerakan tangan
dengan jari yang membuka, patah-patah menyiku mengarah keatas seperti
pengucapan syukur dan mengagungkan. Gerak badan yang naik turun atau ke
kanan dan ke kiri, dan gerakan utamanya yaitu menepuk tangan berirama yang
menimbulkan kesan ceria dan akan lebih serasi jika dilakukan oleh lebih dari satu
orang.
Mengenai durasi, Tari Indang ini menggunakan waktu pertunjukan selama
kurang lebih 4-5 menit. Penggunaan waktu yang singkat ini bertujuan agar tidak
menyita perhatian, kepentingan, keperluan, dan menghilangkan kejenuhan.
Kemudian tata rias, untuk menampilkan Tari Indang tidak membutuhkan
rias pada wajah, tetapi hanya menggunakan kostum sederhana khas Minangkabau.
Dan yang terakhir adalah unsur tempat. Tarian Indang ini tidak harus dilakukan di
tempat luas seperti panggung. Karena gerakannya sederhana dan tidak banyak
berpindah-pindah. Namun, agar terlihat lebih menarik sebaiknya ditampilkan di
atas panggung yang luas, terutama jika tarian ini dilakukan oleh lebih dari satu
orang.
2.      Sejarah Tari Indang
Tari Indang merupakan salah satu kesenian tari yang berasal dari
Minangkabau, Etnik Minangkabau menyimpan banyak kekayaan tradisi lisan.
Asal usul Tari Indang adalah dari kata Indang atau disebut Badindin, salah
satunya. Tarian ini sesungguhnya suatu bentuk sastra lisan yang disampaikan
secara berkelompok sambil berdendang dan memainkan rebana kecil.
Pada awalnya kesenian tari indang bertujuan untuk keperluan dakwah
Islam. Itu sebabnya, sastra yang dibawakan berasal dari shalawat Nabi
Muhammad SAW atau hal-hal bertema keagamaan. Tari Indang berkembang
dalam masyarakat tradisional Minangkabau yang menghuni wilayah kabupaten
Padang Pariamam.
Nasrul Azwar, aktivis budaya yang tinggal di Padang menyebutkan, secara
historis Indang merupakan hasil perkawinan budaya antara Minangkabau dan
peradaban Islam abad ke-14. Pperadaban tersebut diperkenalkan pedagang yang
masuk ke Aceh melalui pesisir barat Pulau Sumatra dan selanjutnya menyebar ke
Ulakan-Pariaman.
Kalau dibedakan lebih dalam, Tari Indang muncul jenis-jenis nyanyian
maqam, iqa’at dan avaz serta penggunaan musik gambus. Maqam
menggambarkan tangga nada, struktur interval dam ambisius. Iqa’at menyimpan
pola ritmik pada musik Islam. Avaz ialah melodi yang bergerak bebas tanpa irama
dan diperkenalkanlah musik Islam.
Pentas Tari Indang biasa diramaikan oleh tujuh penari yang semuanya
laki-laki. Ketujuh penari itu biasa dinamai ‘anak indang’. Mereka dipimpin
seorang guru yang disebut tukang dzikir. Ya, memang Indang merupakan
manifestasi budaya mendidik lewat suara dana kentalnya pengaruh budaya Islam
di Minangkabau.
Tari Indang kini tidak hanua dipentaskan saat upacara Tabuik. Tari ini pun
sering dipentaskan pada berbagai acara lain, seperti acara Penyambutan Tamu
Agung, Pengangkatan Penghulu di suatu desa, atau acara Festival Budaya. Tari
Indang merupakan salah satu kekayaan kebudayaan nusantara. Tari ini
merepresentasikan masyarakat Pariaman yang bersahaj, saling menghormati dan
patuh kepada perintah Tuhan sesuai dengan budaya Melayu.
3.      Makna Tari Indang
Tari Indang menyimpan makna yang sangat dalam soal kebesaran Islam
dan Allah SWT dalam gerakan serta nyanyiannya. Unsur-unsur nada dan irama
yang bersifat pujian dimasukkan ke dalam tarian ini. Secara umum, jika diikuti
dari awal sampai akhir lalu dibedah, isi tarian ini adalah kisah kedatangan awal
agama Islam di Minangkabau, yang banyak membentuk corak budaya di daerah
ini hingga sekarang.
Akan tetapi, bahkan bagi yang bukan muslim atau orang luar Sumatra
Barat, tarian ini tetap dianggap sebagai salah satu tarian khas Sumatera Barat yang
dinamis, unik dan sangat berkesan. Selain itu, tarian ini sebenarnya merupakan
satu bentuk dokumentasi sejarah dan budaya, karena ‘merekam’ kisah awal
masuknya Islam ke Sumatra Barat.

B. TARI PIRING
1. SEJARAH TARI PIRING
Salah satu bentuk kesenian yang ada di Minangkabau adalah tari Piring
yang masih banyak dijumpai di Sumatra Barat. Kehadiran piring bagi masyarakat
Minangkabau pada zaman dulu merupakan suatu hal yang menarik. Rasa
keingintahuan masyarakat terhadap suatu benda yang baru muncul menjadikannya
sebagai sumber inspirasi untuk dijadikan properti lain di luar alat makan.
Kehadiran piring porselen dari China dipilih sebagai properti vital tari
Piring karena desainnya yang bagus dan memiliki nilai estetis. Gerak-gerak tari
dala desain gerak spiral menimbulkan kesan estetis pada keseluruhan gerak yang
dihasilkannya.
Selain gerak spiral, terdapat juga gerak-gerak akrobatik dapat memberikan
kesan estetis dalam gerak tari piring, misalnya gerak mainjak baro.
2. Fungsi Tari Piring
Tari Piring sendiri cukup beragam. Akan tetapi, pada umumnya tari Piring
di Minangkabau ditampilkan pada upacara adat seperti pengangkatan penghulu,
upacara perkawinan, khitanan, dan juga upacara setelah panen, yaitu upacara yang
dilakukan bagi orang yang mampu karena panennya berhasil dengan baik. Tujuan
upacara ini dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah Swt. yang
telah memberi rahmat dan rezeki dan bagi yang mempercayai mitos mereka akan
mengucapkan syukur kepada dewi padi yang disebut dengan “Saning Sri”
Dalam perkembangannya, pertunjukan tari Piring tidak hanya ditampilkan
pada upacara adat saja melainkan ditampilkan juga untuk memeriahkan hari-hari
besar lainnya, seperti peringatan hari kemerdekaan, pameran, festival, dan 
penyambutan tamu-tamu kenegeraan.
3. Ragam Gerak Tari Piring
Ragam gerak tari Piring ini dilakukan di atas pecahan kaca. Gerakan-
gerakan tersebut  adalah sebagai berikut.
a) Gerak pasambahan
Gerak yang dibawakan oleh penari pria bermakna sembah syukur kepada
Allah tari ini agar terhindar dari kejadian-kejadian yang dapat merusak
jalannya pertunjukan.
b) Gerak singanjuo lalai
Gerak ini dilakukan oleh penari wanita yang melambangkan suasana di hari
pagi, dilakukan dengan gerakan-gerakan lembut.   
c) Gerak mencangkul
Gerak ini melambangkan para petani ketika sedang mengolah sawah.
d) Gerak menyiang
Gerak ini menggambarkan kegiatan para petani saat membersihkan sampah
sampah yang akan mengganggu tanah yang akan digarap.
e) Gerak membuang sampah
Gerak ini menggambarkan tentang bagaimana para petani mengangkat sisa-
sisa sampah untuk dipindahkan ke tempat lain.
f) Gerak menyemai
Gerak ini melambangkan bagaimana para petani menyemai benih padi yang
akan ditanam.
g) Gerak memagar
Gerak ini menggambarkan para petani dalam memberi pagar pada pematang
sawah agar tehindar dari binatang liar.
h) Gerak mencabut benih
Gerak ini menggambarkan bagaimana mencabut benih yang sudah ditanam.
i) Gerak bertanam
Gerak ini menggambarkan bagaimana para petani memindahkan benih yang
telah dicabut.
j) Gerak melepas lelah
Gerak ini menggambarkan bagaimana para petani beristirahat melepas lelah
sesudah melaksanakan pekerjaan mengolah sawah.
k) Gerak mengantar juadah
Mengantar juadah ini berarti mengantar makanan kepada para petani yang
telah mengolah sawah.
l) Gerak menyabit padi
Gerak ini dibawakan oleh penari pria yang menggambarkan bagaimana para
petani di sawah pada saat menyabit padi.
m) Gerak mengambil padi
Gerak ini dibawakan oleh penari wanita saat mengambil padi yang telah
dipotong oleh penari pria.
n) Gerak manggampo padi
Gerakan yang dilakukan dalam hal mengumpul padi dan dibawa ke suatu
tempat.
o) Gerak menganginkan padi
Gerak ini menggambarkan padi yang telah dikumpulkan untuk dianginkan dan
nantinya akan terpisah antara padi dan ampas padi.
p) Gerak mengirik padi
Gerak yang menggambarkan bagaimana para petani mengumpulkan padi dan
menjemurnya.
q) Gerak membawa padi
Gerak yang dilakukan para petani saat membawa padi untuk dibawa ke tempat
lain.
r) Gerak menumbuk padi
Gerak yang dilakukan untuk menumbuk padi yang telah dijemur dilakukan
oleh pria, sedangkan wanita mencurahkan padi.
s) Gotong royong
Gerak yang dilakukan secara bersama yang melambangkan sifat
kegotongroyongan.
t) Gerak menampih padi
Gerakan yang menggambarkan gerakan bagaimana para petani menampih
padi yang telah menjadi beras.
u) Gerak menginjak pecahan kaca
Penggabungan dari berbagai gerak dan diakhiri oleh penari menginjak-injak
pecahan kaca yang dilakukan dengan atraktif dan ditambah dengan beberapa
gerak-gerak improvisasi penari.
4. Pola Lantai tari Piring
Pola lantai yang dipergunakan dalam tari ini adalah lingkaran besat dan kecil,
berbaris, spiral, horizontal, dan vertikal serta penempatan level bawah, leve
sedang serta level atas ditambah dengan pembagian beberapa kelompok.
Berbagai macam gerak tari Piring tersebut dibagi ke dalam tiga fase, yaitu
gerak awal yang terdiri atas gerak pasambahan dan singanjuo lalai. Bagian
tengah terdiri atas gerak mencangkul sampai gerak menampih padi, dan
bagian akhir terdiri atas gerak menginjak pecahan kaca.
5. Iringan Musik
Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tari Piring adalah talempong,
gandang,    seruling, dan jentikan jari penari terhadap piring yang dipegang.
6. Busana Penari
Busana yang digunakan oleh penari tari piring terbagi atas busana untuk
penari pria   dan penari wanita.
a. Busana Penari pria
1. Busana rang mudo/baju gunting China yang berlengan lebar dan
dihiasa dengan missia (renda emas).
2. Saran galembong, celana berukuran besar yang pada bagian tengahnya
(pisak)
Sisamping dan cawek pinggang, yaitu berupa kain songket yang
dililitkan di pinggang dengan panjang sebatas lutut. Adapun cawek
pinggang adalah ikat pinggang yang terbuat dari bahan yang sama dengan
bahan sesamping yang pada ujungnya diberi hiasan berupa rumbai-rumbai.
b. Busana penari wanita
1. Baju kurung yang terbuat dari satin dan beludru.
2. Kain songket.
3. Selendang songket yang dipasang pada bagian kiri badan.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari penulisan makalah ini dapat disimpulkan bahwa seni adalah
barang/atau karya dari sebuah kegiatan, sedangkan Budaya adalah cara hidup
suatu bangsa atau umat yang tidak lagi dilihat sebagai pancaran ilmu dan
pemikiran yang tinggi dan murni dari sesuatu bangsa untuk mengatur
kehidupan berasaskan peradaban.
B. Saran
Penulis hanya bisa memberi saran kepada pembaca bahwasahnya seni
dan budaya masih sangatlah dibutuhkan  karna hidup tanpa seni tak akan
indah dan hidup tanpa mengenal budaya sering kali terjerumus kearah  yang
menjurangkan kehidupan.
Di dalam makalah ini mungkin ada kesalahan dan kekurangan oleh
karena itu penulispun meminta agar kiranya pembaca juga memberi keritik
dan saranya agar kiranya makalah ini bisa menjadi lebih sempurna lagi.

Anda mungkin juga menyukai