Anda di halaman 1dari 6

KLIPING TENTANG TARI KONTEMPORER

MODERN

DI SUSUN OLEH:

1. Alvinna Destanty Lubis


2. Indah Dina Rahmawati
3. Nasywa Amalia Putri
4. Rivaldi Anandika
5. Sabrina Melia Wulandari
6. Sarah Sabila
7. Yogi Syahputra

XI MIPA 4

SMAN 14 TANGERANG

JL. Pembangunan I, Darussalam II,Batusari,batuceper,tangerang

2019/2020
1. TARI RATOEH JAROE

Tari Ratoh Jaroe adalah tari kreasi baru ciptaan Yusri Saleh atau Dek Gam, seniman asal Aceh,
pada tahun 2000. Tarian ini berawal dari rasa prihatin karena saat pertama kali menginjakkan
kakinya di Jakarta, hanya ada satu tarian duduk bernama Rampai Aceh yang tidak menggunakan
“rapai” sebagai pengiringnya melainkan hanya vokal. Ia kemudian mengembangkan tarian
duduk ini dengan meracik berbagai gerakan tari asal Aceh seperti Ratoh Duek, Rateb Meusekat,
Rapai Geleng, dan Likok Pulo. Musik pengiring ditambahkan di dalamnya, terutama “rapai”
yang dikendalikan oleh seorang “syahi”, pemain musik sekaligus bertindak sebagai vokalis.
Penamaan Ratoh Jaroe berasal dari kata ratoh yang artinya berdzikir dan jaroe yang artinya
tangan. Penggabungan keduanya bisa diterjemahkan sebagai berdzikir sambil memainkan gerak
tangan atau menari.
Penari Ratoh Jaroe mengenakan busana tertutup rapat sesuai syariat Islam yang dipegang teguh
oleh masyarakat Aceh. Terdiri dari atasan model baju kurung lengan panjang menggunakan
bahan polos dengan dominasi warna dasar merah, kuning, atau hijau. Bagian depan baju
dikombinasi dengan tenun Aceh yang biasanya berwarna kuning emas untuk menutupi bagian
dada. Kostum bagian bawah berupa celana panjang berbahan polos dengan warna gelap. Songket
khas Aceh dikenakan di pinggang berpadu dengan warna busananya yang cerah.
Penari juga mengenakan hijab warna polos dilengkapi ikat kepala polos yang berwarna atau bisa
juga bercorak, fungsinya adalah untuk menjaga kerapatan hijab saat penari melakukan gerakan-
gerakan Ratoh Jaroe yang meledak-ledak dalam tempo bervariasi. Bentuk ikat kepala bisa
divariasikan sesuai keinginan koreografernya, yang penting fungsinya tetap untuk menjaga
kerapatan dan kerapian hijab. Saat ini tari Ratoh Jaroe mulai sering dipertunjukkan sebagai
bagian dalam acara penyambutan kedatangan tamu penting maupun tamu kenegaraan yang
berkunjung ke Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
2. TARI KECAK

Tari Kecak adalah kesenian tradisional sejenis seni drama tari yang khas dari Bali. Tarian
tersebut menggambarkan tentang cerita Pewayangan, khususnya cerita Ramayana yang
dipertunjukan dengan seni gerak dan tarian. Tari Kecak ini merupakan salah satu kesenian
tradisional yang sangat terkenal di Bali. Selain sebagai warisan budaya, Tari Kecak ini juga
menjadi salah satu daya tarik para wisatawan yang datang ke sana.
Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies
menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana.
Wayan Limbak memopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-
nya.
Tata Rias dan Tata Busana Secara umum penari tari kecak yang semuanya pria mengenakan
kostum atau busana berupa bawahan celana hitam yang dilengkapi dengan selendang kotak-
kotak hitam putih seperti warna papan catur. Mereka tidak menggunakan atasan alias hanya
bertelanjang dada, tapi menggunakan gelang kaki yang dilengkapi dengan kerincingan yang akan
berbunyi bila kaki mereka dihentakan. Selain penari pada umumnya, terdapat lakon rahwana,
hanoman, dewi Shinta, dan Sri Rama yang menggunakan kostum dan riasan menyerupai lakon-
lakon tersebut.
Makna dari tari kecak adalah menceritakan mengenai Ramayana yang penarinya berada pada
kondisi tidak sadar dan berkomunikasi dengan roh para leluhur atau tuhan dan menyampaikan
harapan-harapannya kepada masyarakat dan biasanya dimainkan terutama oleh laki-laki
3. TARI INDANG

Tari Indang adalah kesenian yang sangat kental dengan pengaruh budaya Islam di Minangkabau
dan merupakan manifestasi budaya mendidik melalui surau. Indang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat Minang di wilayah kabupaten Padang sebagai penggambaran kedatangan
agama Islam di Sumatera Barat pada kisaran abad ke-13.
Tari Indang dikenal juga dengan nama Tari Badindin, Tari Dindin Badindin, atau Tari Indang
Badindin yang semuanya merujuk pada lagu pengiring tarian ini, “dindin badindin“. Adapun
istilah “indang” mewakili alat musik sejenis rebana namun ukurannya lebih kecil, berkisar 18-15
cm. Dalam hal ini, indang difungsikan sebagai metronom (pengatur tempo).
Pada awalnya tari indang menggunakan alat musik mirip seperti rebana yaitu Ripai,tetapi
ukuranya lebih kecil, garis tengahnya sekitar 18 sampai 25cm dan tingginya 4,5 cm. seperti juga
rebana, alat kesenian indang berasal dari Arab dan kesenian yang dimainkan memakai indang ini
adalah kesenian bernafaskan islam.Perlengkapan lainya seperti kerudung dan sejenis topi /peci
Dalam perkara tata rias,tari indang tidak memiliki banyak aturan. Yang jelas, khusus untuk para
penarinya wajib mengenakan pakaian adat melayu sebagai simbol dan identitas asal tarian
tersebut., dan riasan wajah juga tidak begitu membutuhkan  sementara untuk tukang dzikir bebes
mengenakan pakaian apapun asalkan sopan.
4.TARI PADANG ULAN

Tari padang ulan adalah satu tarian tradisional yang bersifat hiburan sehingga dapat dianggap sebagai
tari pergaulan muda-mudi. Tari ini termasuk tari rakyat, yaitu tarian yang hidup dan berkembang di
kalangan rakyat Using. Gendhing akan menjadi indah apabila diiringi dengan angklung Banyuwangi yang
erotik, melankolik dan lincah. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat Banyuwangi, apabila bulan
purnama, mereka banyak berkunjung ke pantai untuk menyaksikan Kesenian Tari Padhang Ulan.

Tarian ini mulai dipopulerkan pada tahun 1964. Semula digarap oleh Wim Arimaya, salah seorang penari
di daerah itu. Tetapi pada mulanya banyak mengambil unsur-unsur gerak tarian Melayu. Baru pada
perkembangan terakhir banyak disempurnakan hingga mencapai bentuknya sekarang, oleh senima
nseniman tari muda, antara lain Sumitro Hadi, penari muda yang cukup dikenal di daerah itu dewasa ini.
Tarian ini mengunakan Iringannya musik tradisopnal yang dikenal sebagai gending Padangulan dan
dilagukan dengan instrumen Angklung Blambangang (Angklung Dwilaras) lengkap dengan sinethem,
saron, kendang, kempul, gong dan biola, semuanya dalam laras slendro menurut sistem nada
Banyuwangi.

Memang sudah menjadi kebiasaan, pada waktu bulan purnama, pantai Banyuwangi banyak
dikunjungi para pemuda, terutama para remaja, apalagi jika kebetulan tepat pada malam Minggu.
Pada saat itu mereka berkesempatan saling berpasangan menikmati hawa sejuk tepi pantai,
memadu janji di bawah kilauan air laut. Tari padangulan adalah satu tarian tradisional yang
bersifat hiburan semata-mata sehingga dapat dianggap sebagai tari pergaulan muda-mudi.
5. TARI PIRING

Tari piring atau tari piriang dalam bahasa Minangkabau adalah tarian tradisional Minangkabau
yang melibatkan atraksi piring. Para penari mengayunkan piring mengikuti gerakan-gerakan
cepat yang teratur, tanpa terlepas dari genggaman tangan.Gerakannya diambil dari langkah-
langkah dalam silat Minangkabau atau silek.Secara tradisional, tari ini berasal dari Solok,
Sumatra Barat dan secara umum menjadi simbol masyarakat Minangkabau.

Kostum yang dikenakan para pria terdiri dari atasan lengan lebar berhias renda benang emas
(busana rang mudo), celana dengan bagian tengah berukuran besar (saran galembong), kain
songket (sisamping), ikat pinggang dari kain songket (cawek songket), serta penutup kepala
berbentuk segitiga (destar). Kostum yang dikenakan para penari wanita terdiri atas baju kurung
dari kain satin atau beludru, bawahan kain songket, selendang, penutup kepala berbentuk tanduk
khas Minang (Tikuluak tanduak balapak), serta aksesoris berupa kalung gadang, anting, dan
kalung rambai. Pakaian yang digunakan para penaripun tersebut harus berwarna cerah dan sarat
dengan nuansa warna merah dan kuning keemasan.

Makna dari tari piring adalah ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa
setelah mendapatkan hasil panen yang sangat melimpah.

Anda mungkin juga menyukai