Kearifan lokal memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan tradisional pada suatu
tempat, dalam kearifan lokal tersebut banyak mengandung suatu pandangan maupun aturan agar
masyarakat lebih memiliki pijakan dalam menenukan suatu tindakkan seperti prilakumasyarakat
sehari-hari. Pada umumnya etika dan nilai moral yang terkandung dalam kearifan lokal diajarkan
turun-temurun, diwariskan dari generasi ke generasi melalui sastra lisan (antara lain dalam bentuk
pepatah dan peribahasa,folklore), dan manuskrip (Suyono Suyatno, 2013). Kearifan lokal yang
diajarkan secara turun-temurun tersebut merupakan kebudayaan yang patut dijaga, masing-masing
wilayah memiliki kebudayaan sebagai ciri khasnya dan terdapat kearifan lokal yang terkandung di
dalamnya.
Pembentukan dan perkembangan budaya sangat mempengaruhi jati diri bangsa, kesatuan
masyarakat berperan sertadalam pembentukkannya.
Indonesia sebagai negara yang multikultur menyebabkan Indonesia rentan akan konflik antar
daerah. Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas budaya masing-masing yang patut untuk
dikembangkan dan dijaga keberadaannyasebagai identitas bangsaagar tetap dikenal oleh generasi
muda.
Masyarakat memiliki perananpenting dalampembentukan budaya agar terus bertahan
diperkembangan jaman, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan
kemampuannya, sehingga manusia mampu menguasai alam.
Kearifan lokal akan tetap bertahan apabila masyarakat tetap mempertahankan serta melaksanakan
pandangan, aturan, nilai, norma yang ada. Perkembangan budaya ditengah perkembangan jaman
kadang membuat kearifan lokal semakin dilupakan oleh masyarakat, kearifan lokal ada dengan
proses yang sangat panjang dan memiliki nilai-nilai leluhur yang ada didalamnya dengan adanya
kebudayaan sebagai bukti konkrit, namun semakin lama budaya hanya digunakan sebagai suatu
benda ataupun simbol tanpa memiliki artian penting lagi. Fakta tersebut membuat nilai kearifan
lokal yang terkandung dalam kebudayaan semakin terlupakan oleh generasi berikutnya yang hanya
mementingkan suatu perkembangan tanpa melihat kebudayaan maupun kearifan lokal.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 memberikan pengertian tentang kearifan lokal, yaitu
nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakatuntuk antara lain melindungi dan
mengelola lingkungan hidup secara lestari.Dalam penelitian ini lebih mengkaji kearifan lokal pada
nilai dan norma yang terkandung didalam kesenian.
Gayo merupakan daerah/suku yang terletak di bagian tengah Provinsi Aceh yang terdiri dari
Kabupaten Gayo Lues (Blangjeren), Aceh Tengah (Takengon), Bener Meriah (Simpang 3
Redelong) dan Aceh Tenggara (Kutacane) dan Aceh Timur (Lukup, Serbejadi) dimana mayoritas
masyarakatnya beragama Islam. Bahasa gayo merupakan alat perhubungan dalam masyarakat
gayo dalam mengungkapkan perasaan individual dan juga sebagai sarana penalaran, seperti dalam
acara – acara adat sinte murip (perkawinan) dan sinte mate (kematian). Gayo memiliki kearifan
khas daerah seperti pakaian adat gayo, melengkan, kesenian gayo, tawar kampung dan lain-lain
yang mendarah daging dari nenek moyang yang telah lalu.
Pakaian adat gayo merupakan identitas budaya gayo yang selalu dipakai dalam acara tertentu
seperti acara perkawinan, sunatan dan acara-acara tertentu lainnya. Kerawang adalah ukiran pada
rumah Adat Gayo “Pitu Ruang”, yang kemudian motifnya diadopsi kedalam barang-barang
kerajinan khas Gayo yang dibuat bordir Kerawang memiliki corak yang khas seperti warna merah-
kuning-hijau (ilang-using-ijo), dimana mempunyai makna filosofi yang dalam dari setiap ukiran
dan bentuknya.
• Melengkan
Melengkan adalah pidato secara adat dengan menggunakan kata pilihan. Contoh (dalam teks
berikut). Osop Berperah,Taring Berai “Hilang Dicari, Tinggal Dijemput”. Dengan kata lain
melengkan adalah pidato secara adat yang digunakan pada kegiatan adat, seperti pidato adat
melengkan pada acara mah bai/beru “mengunduh menantu” dari pihak laki-laki atau perempuan,
berguru(malam pemberian nasihat kepada calon pengantin) dan sunat rasul. Hal ini biasanya
dilaksanakan ileh jema Opat “kekusasaan yang empat” adalah pemegang tampuk kekuasaan di
dalam tatanan pemerintahan etnik Gayo.
• Kesenian Gayo
Masyarakat gayo memiliki beragam kesenian diantaranya Saman, Didong, Bines, Tari Guel, tari
dan kesesian-kesenian lainnya yang telah disebar luaskan ke seluruh antero, bahkan salah satu
kesenian yang diakui oleh dunia adalah SAMAN yang berasal dari Gayo Lues.
Tari Saman diciptakan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo. Tarian ini
digunakan sebagai penyebar agama islam di gayo melalui keseian. Saman hanya dimainkan oleh
laki-laki dan berjumlah ganjil, Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa
Gayo. Tarian ini biasa dimainkan pada acara-acara besar tertentu seperti merayakan kelahiran Nabi
Muhammad SAW, hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha dan juga beberapa acara besar lainnya.
Tahun 2017 yang lalu Kabupaten Gayo Lues memecahkan rekor muri dunia dengan menarikan
saman berjumlah 10.000 lebih penari.
Langkah-langkah dalam bermain tari saman dibagi dalam 5 macam :