Anda di halaman 1dari 15

Makalah Pelestarian Seni Musik Kompang yang

Berkembang di Pekanbaru

Di susun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni Tari, Drama dan
Musik

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Zufriady, S.Sn.,M.Pd.

Disusun oleh :

Khairunnisa Ramadhani 1905112157

Kelas 19 C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat beserta salam
tetap tercurah kepada nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan
sahabatnya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Seni Tari, Drama
dan Musik. Dalam menyelesaikan makalah ini kami ucapkan terimakasih kepada
pihak yang telah membantu kami terutama kepada dosen pengampu dan rekan-
rekan semua yang memberi motivasi untuk menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak


adanya kekurangan dan kesalahan. Hal itu disebabkan karena keterbatasan kami,
baik dalam pemahaman maupun dalam referensi yang dijadikan rujukan
penyusunan makalah. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun terhadap makalah ini.

Pekanbaru, 06 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah .........................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................3

2.1 Pengertian Pelestarian Seni ....................................................................3


2.2 Pengertian Seni Musik Kompang ...........................................................3
2.3 Perkembangan Seni Musik Kompang di Pekanbaru ..............................4
2.4 Peran Generasi Muda untuk Melestarikan Seni Musik Kompang .........6

BAB III PENUTUP .........................................................................................9

3.1 Kesimpulan ............................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya dan seni. Setiap
daerah memiliki seni nya tersendiri yang mencerminkan ciri khas dan identitas
dari daerah tersebut. Seni yang timbul di Indonesia terbentuk dari kebiasaan yang
dilakukan oleh masyarakat daerah. Tidak terkecuali dengan suku Melayu yang
merupakan suku ke 8 terbesar di Indonesia.

Suku Melayu memiliki keunikan tersendiri di setiap seni dan budaya yang
dimilikinya, baik itu seni tari, seni musik dan seni drama nya. Seni tersebut
melambangkan kebiasaan dari suku Melayu. Tidak terkecuali dengan seni musik
kompang yang berkembang di masyarakat Pekanbaru, Riau. Masyarakat melayu
memiliki falsafah kehidupan “adat bersandikan syarak, syarak bersandikan
kitabullah” yang berarti kehidupan masyarakat melayu dilandaskan oleh niali-
nilai islam. Oleh karena itu, masyarakat melayu memiliki kesenian yang
bernuansa islami seperti Zapin, Marhaban, Rebana,dan lain-lain. Musik Kompang
merupakan salah satu seni music melayu yang bernafaskan islam, Seni musik ini
sering ditampilkan dan dipertunjukkan di beberapa acara seperti pernikahan,
aqiqah, khatam al-quran dan lain-lain.

Untuk tetap melestarikan semua seni dan kebudayaan yang dimiliki,


pemerintah di Pekanbaru tidak gentar untuk terus menampilkan, mengenalkan dan
mempromosikan setiap seni dan kebudayaan kepada masyarakat serta generasi
muda. Dari yang saya amati berdasarkan lingkungan sekitar saya, pengetahuan
generasi muda masih sangat dangkal terhadap kebudayaannya sendiri. Generasi
muda lebih terfokus dan terjebak di zona nyaman generasi Gen Z yang
menyebabkan mereka terseret dan melupakan budayanya sendiri. Oleh karena itu,
pada makalah ini penulis hendak membahas mengenai pelestarian seni musik
kompang yang merupakan salah satu seni musik yang berkembang pada
masyarakat Pekanbaru, Riau.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pelestarian seni?
2. Apa yang dimaksud dengan seni musik kompang?
3. Bagaimana seni music kompang yang berkembang di masyarakat
Melayu Pekanbaru?
4. Bagaimana peran generasi muda dalam melestarikan seni musik
kompang ?

1
1.3 Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui pengertian pelestarian.
2. Untuk mengetahui pengertian seni music kompang.
3. Untuk memahami seni musik kompang yang berkembang di
masyarakat Melayu Pekanbaru.
4. Untuk memahami tentang peran generasi muda dalam melestarikan
seni musik kompang.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pelestarian Seni

Pelestarian merupakan salah satu bentuk upaya mempertahankan sesuatu


agar tetap selalu ada dan tidak hilang tergerus oleh zaman. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) pelestarian adalah suatu cara atau perbuatan
melestarikan, melindungi dari kemusnahan, dan kerusakkan. Sedangkan menurut
(Irhandayaningsih, 2018) pelestarian adalah kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus, terarah dan terpadu untuk mewujudkan tujuan tertentu yang
mencerminkan sesuatu yang tetap dan abadi bersifat dinamis, luwes serta selektif.

Jadi dapat disimpulkan pelestarian seni adalah salah satu bentuk dan upaya
mempertahankan seni secara terus menerus, terarah, terpadu agar kesenian
tersebut tidak hilang, musnah, rusak yang disebabkan karena tergerus oleh zaman.

2.2 Pengertian Seni Musik Kompang

Musik Kompang adalah alat musik yang sangat popular bagi masyarakat
Melayu yang tergolong ke dalam jenis alat musik membranophone. Alat musik ini
berasal dari Arab dan dipercayai dibawa masuk ke tanah Melayu ketika zaman
Kesultanan Melaka oleh pedagang India Muslim, dan melalui Jawa pada abad ke-
13 oleh pedagang Arab. Pada permainan alat musik Kompang biasanya disertai
dengan nyanyian atau lagu yang bentuk lagunya seperti sholawat yang terdapat di
dalam kitab Barzanji. Salah satu lagu Kompang yang dimainkan pada acara
malam setelah acara tepuk tepung tawar pada acara pernikahan atau khitanan
adalah lagu Assholaa. Lagu Assholaa ini menceritakan sepenggal kisah tentang
riwayat hidup dan pujian-pujian kepada Nabi Muhammad SAW.

Alat musik kompang yaitu alat musik menyerupai rebana berdiameter 35-
40 cm terbuat dari kayu Leban dengan membran dari kulit kambing betina
dilengkapi sedak (peregang kulit) dimainkan dalam bentuk pola-pola pukulan
rampak (lokal:maen tangan) dan pola- pola jalinan (lokal: naek-turun). Pola-pola
ini terdiri dari berbagai varian pola digunakan untuk mengiringi vocal dan ini
dipandang sebagai pola-pola lagu pada pukulan musik Kompang. Adapun pola-
pola pukulan dimainkan sekurang-kurangnya oleh enam orang pemain sesuai
dengan jumlah pola pukulan dasar, dan bisa mencapai dua puluh satu pemain
sesuai dengan jumlah pola-pola pukulan yang diberi nama. Namun pada
umumnya dimainkan sebanyak dua belas pola pukulan. Bunyi „bum‟ pada
kompang saat di tepuk di peroleh dari tepukan di sisi kompang dengan tapak

3
tangan dikuncup/rapat. Bunyi „pak‟ di peroleh dari tepukan di tengah kompang
dengan jari tangan yang terbuka.

Dalam permainan kompang biasanya dipimpin oleh satu orang Tekong.


Tekong adalah orang yang memberi kode mulai dan berhentinya permainan.
Tekong akan mulai menyanyikan lagu yang dimulai dari Jawab terlebih dahulu
sebagai intro dan diikuti oleh para pemain yang lain, kemudian dilanjutkan
dengan pukulan Perang sebagai kode masuk untuk bermain secara bersama. Di
dalam permainan kompang terdapat enam jenis pola pukulan kompang yaitu, pola
pukulan mabon, tratat, lime nam, pecah rapat, ngendong dan nginan.

2.3 Perkembangan Seni Musik Kompang yang Berkembang pada


Masyarakat Melayu Pekanbaru

Keberadaan musik Kompang yang berkembang pada masyarakat Melayu


di Pekanbaru pada saat ini masih tetap bertahan, bertumbuh dan terus dilestarikan.
Keberadaan seni musik kompang di Pekanbaru, dapat ditemui pada kegiatan
tertentu yang bersifat adat dan ceremony di pemerintahan. Musik Kompang hadir
melengkapi dan memeriahkan upacara Tepuk Tepung Tawar, upacara Berinai
Curi, upacara Rarak Pengantin, upacara Turun Mandi, mengiringi Pencak Silat,
mengantar dan menyambut kedatangan jama‟ah haji, dan Menyambutan tamu di
pemerintahan.

Menurut (Laila Fitriah, 2018) musik kompang sangat erat dengan


kehidupan melayu, dimana ada istilah pada masyarakat Melayu yang dikenal
dengan “dimane ade orang melayu, disitu ade kompang” dengan demikian sangat
jelas bahwa music kompang sangat melekat dan menyatu di dalam kehidupan
masyarakat Melayu Riau.

Selain itu pelestarian seni musik kompang di Pekanbaru terus dilakukan


dengan memasukkan seni music kompang di dalam berbagai sanggar seni, bahkan
ekstrakurikuler di sekolah. Seni musik kompang ini merupakan salah satu seni
yang sangat di agung-agungkan oleh masyarakat Melayu di Pekanbaru seperti tari
persembahan dan tari zapin. Menurut seorang informan, “musik kompang ini
sangat berpengaruh dalam suatu acara jika musik kompang tidak ada maka acara
tersebut terasa tidak sempurna, walaupun menggunakan alat musik lain, ciri khas
dari tabuhan kompang menambah kesan dan semarak tersendiri”.

Selain itu, untuk tetap melestarikan perkembangan seni music kompang di


pekanbaru, salah satu cara yang dilakukan narasumber adalah membuka latihan
yang diselenggarakan di daerahnya sendiri yang di bina oleh M. Musdar dan
anggotanya berasal dari warga sekitar yang tertarik untuk belajar alat music
kompang.

4
Dari pengamatan penulis, seni musik kompang ini sangat sering digunakan
pada saat acara pernikahan masyarakat Melayu di Pekanbaru, yang dimulai dari
acara bainai, tepung tawar hingga pada saat resepsi pernikahan. Pada saat resepsi
pernikahan, musik kompang di mainkan ketika melakukan arakkan pengantin
laki-laki untuk bertemu dengan pengantin wanita. Biasanya pemain kompang
berada pada posisi arakkan pengantin laki-laki. Alat musik kompang terus di
mainkan hingga pengantin sampai di pelaminan.

Selain itu, pada masyarakat Melayu Riau alat musik kompang tidak hanya
dimainkan oleh laki-laki, tetapi juga mulai dimainkan oleh wanita bahkan anak-
anak. Alat music ini dimainkan bersama dengan arak-arakakan. Tabuhan alat
musik kompang ini sering menarik perhatian masyarakat sekitar ketika melakukan
sebuah acara. Tidak jarang musik kompang ini dijadikan masyarakat sekitar
sebagai media hiburan dan pertunjukkan.

Alat musik kompang juga memiliki peran dalam upacara pernikahan, dan
peran nya itu untuk memeriahkan acara dan memberikan kegembiraan kepada
pengantin, keluarga dan tamu-tamu yang datang dan untuk melestarikan adat
istiadat melayu. Dalam upacara khitanan atau aqiqah, musik kompang juga
memberikan peran yaitu supaya anak yang hendak dikhitan merasa senang dan dia
tidak merasa tegang dan untuk menghibur keluarga dan tamu-tamu yang datang.

Musik kompang juga memiliki peran dalam penyambutan tamu-tamu


besar yaitu untuk menghargai, memberikan pengormatan dan memberikan hiburan
kepada tamu-tamu yang datang. Tradisi kompang dalam hal upacara mengarak
memiliki peran yaitu untuk memeriahkan acara supaya tidak merasa sunyi dan
agar acaranya semakin meriah, dan juga memberikan tanda kedatangan mempelai
laki-laki ke rumah mempelai perempuan. Dalam hal upacara tepung tawar peran
kompang sebagai musik pengiring proses tepung tawar kepada pengantin, juga
memeriahkan acara tersebut dan sudah menjadi tradisinya.Dengan berkurang nya
penduduk membuat tradisi kompang berubah karena faktor usia yang semakin tua
dan sudah banyak juga yang meninggal, dan kebanyakan para generasi muda tidak
peduli dan tidak mau melestarikan tradisi kompang tersebut.

Kesenian seni music kompang merupakan kesenian yang sarat dengan


nilai alam, sifat bekerja sama dan saling mengisi terhihat ketika memainkan
kompang, karena pada saat memainkan kompang para pemain harus bekerjasama
dan saling mengisi antara satu dengan yang lainnya tidak adanya keegoisan dalam
memaikan kesenian ini, terhilat pada tidak adanya yang menonjol saat bermain
kompang.

5
Dengan semakin berkembangnya IPTEK dapat mempengaruhi minat
generasi muda untuk melestarikan budaya lokal yaitu bermain kompang, yang
mana kompang sudah ada dari dulu. Pengaruh budaya lain juga dapat menjadi
faktor bergesernya tradisi kompang, budaya lain yang begitu membuat generasi
penerus tergiur dan akibatnya tradisi kompang yang suda lama ada kurang
diminati lagi.

2.4 Peran Generasi Muda untuk Melestarikan Seni Musik Kompang

Generasi muda merupakan salah satu penerus bangsa, yang kehadirannya


diharapkan mampu membawa perubahan serta mempertahan kan dan melestarikan
adat istiadat serta budayanya sehingga tidak terbawa oleh arus globalisasi yang
semakin membuat generasi muda melupakan budayanya sendiri. Untuk mampu
melestarikan berbagai budaya termasuk di dalamnya melestarikan seni musik
kompang ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh generasi muda seperti :

1. Mempelajari seni musik kompang yang berkembang di daerahnya


masing-masing.
2. Mencoba untuk sering melihat, mendengarkan, dan mengamati seni
musik kompang yang ada disekitar rumah, sehingga nanti akan timbul
rasa ingin tahu untuk mencoba belajar musik kompang.
3. Mengikuti berbagai sanggar seni.
4. Membuat pelatihan bermain alat musik kompang untuk generasi muda.
Dengan memberikan jadwal latihan seperti bermain kompang 1x
seminggu untuk melatih anak-anak secara berkelompok, dan latihan
tersebut dimulai setelah shalat isya dengan membawa kompangnya
masing-masing. Latihan yang dilakukan seperti mempelajari cara
menabuh kompang, serta menghafalkan syair-syair bersanji.
5. Mengikuti berbagai lomba seni yang diadakan oleh berbagai pihak
sebagai ajang media promosi untuk terus melestarikan alat musik
kompang.
6. Peran inovatif. Salah satu cara dalam meningkatkan ketahanan budaya
lokal yaitu dengan melakukan inovasi atau pembaharuan tetapi tetap
tidak menghilangkan ciri khas dari music kompang itu sendiri.
7. Memberikan apresiasi seni.

Menurut (Soemantri, 2015) dalam upaya melestarikan kesenian dapat


dilakukan dalam beberapa cara:
a. Mengajarkan kesenian khas terutama seni music kompang kepada
generasi muda daerahnya (mengajarkan secara turun temurun)

6
b. Mendokumentasikannya secara detail untuk disampaikan kepada
generasi mendatang dan bisa disebar di media sosial yang sangat
canggih seperti sekarang.
c. Mempertunjukkan kesenian tersebut secara berkala di daerahnya.
d. Diajarkan sejak usia dini yaitu para murid sekolah dasar atau sekolah
menengah diwajibkan untuk mempelajari kesenian tersebut di sekolah.
e. Mempopulerkannya keluar daerahnya, baik secara nasional maupun
internasional.
f. Mengadakan kompetisi kesenian tersebut sehingga masyarakat
termotivasi berlomba-lomba untuk memenangkannya.
g. Menumbuhkan kecintaan masyarakat pada kesenian sendiri dan merasa
bangga memiliki kesenian tersebut.

Menurut (Rohani, 2018) untuk melestarikan kebudayaan terdapat beberapa


cara seperti :

1) Culture Experience. Cara ini adalah dengan cara kita terjun langsung
untuk mempelajari budaya masing-masing daerah sesuai daerahnya.
Contoh suku sunda mempelajari tari jaipong atau pencak silat. Hal ini
penting untuk dipelajari dari generasi ke generasi agar tetap lestari
sehingga kita dapat memperkenalkan sekaligus mempertontonkan budaya
kepada orang banyak bahkan pada dunia.
2) Culture Knowledge. Cara ini yaitu dengan membuat pusat informasi
kebudayaan masing-masing, sehingga setiap orang dapat dengan mudah
untuk menemukan informasi tentang suatu kebudayaan suatu daerah. Di
era modern sekarang ini situs website bisa menjadi alternatif yang mudah
untuk dijadikan sarana menyediakan segalan sumber informasi tersebut.
Peran dokumentasi dalam pelestarian dapat melalui pengumpulan,
pengklasifikasian dan meneruskan menyebarluaskan dokumen-dokumen
kepada yang membutuhkan. Perlu diketahui, bahwa dokumentasi
merupakan sumber informasi. Seperti contoh : mendokumentasikan hasil
dari kesenian yang ada di Pekanbaru, seperti sedang bermain kompang,
kemudian hasil dokumentasi tersebut disebarluaskan.

Keuntungan masyarakat menyebarluaskan hasil dokumentasi ke seluruh


negeri yaitu, dapat dikenal seluruh indonesia, potensi seninya dapat berkembang
karena banyak masyarakat luar yang tertarik untuk datang ke Pekanbaru, sehingga
dapat ditarik kesimpulan, dokumentasi sebagai media pelestarian merupakan
proses pendokumentasian sebuah karya maupun kesenian, dapat memberi kesan
tersendiri bagi para aktor seni tersebut.

7
Dalam proses dokumentasi dapat dikatakan sebagai media untuk pelestarian
kesenian, media rekam yang dapat menghasilkan sebuah karya cetak maupun
video sebagai bukti otentik yang dapat di sebar luaskan kepada masyarakat
seluruh indonesia untuk memberikan sebuah informasi tentang desa kecil yang
memiliki potensi kesenian yang luar biasa.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Di era globalisasi saat ini, sudah banyak tradisi di Indonesia khususnya


pada masyarakat Melayu hilang dan terlupakan karena tergerus oleh zaman.
Peran generasi muda sangat berperan penting dalam menghidupkan kembali seni
music melayu terkhusus seni musik melayu kompang. Seni music melayu
kompang sangat erat kaitannya dan susah terlepas dari kehidupan masyarakat
melayu. Musik kompang selalu ada di berbagai sendi kehidupan masyarakat
melayu, baik itu pada acara adat, acara pernikahan dan acara pemerintahan.
Sebagai generasi muda sudah seharusnya untuk ikut melestarikan dan
menyebarluaskan seni musik melayu kompang agar tetap terus ada, turun temurun
hingga ke generasi berikutnya. Ada beberapa cara untuk tetap melestarikan seni
musik kompang yaitu dengan cara culture experience dan culture knowledge.

9
DAFTAR PUSTAKA

Irhandayaningsih, A. (2018). Pelestarian Kesenian Tradisional sebagai Upaya


Dalam Menumbuhkan Kecintaan Budaya Lokal di Masyarakat Jurang
Blimbing Tembalang. Jurnal ANUVA, 31.

Laila Fitriah, A. N. (2018). Analisis Unsur Musikal Lagu Asshola Dalam Tradisi
Kompang di Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Jurnal
KOBA, 45.

Rohani, F. N. (2018). ANALISIS UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI


BUDAYA PADA MASYARAKAT ADAT MELAYU DI KECAMATAN
SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA. VOX EDUKASI, 153-
156.

Soemantri, I. (2015). UPAYA PELESTARIAN KESENIAN KHAS DESA


MEKARSARI DAN DESA SIMPANG, KECAMATAN CIKAJANG,
KABUPATEN GARUT. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat, 44.

10
LAMPIRAN WAWANCARA

Nama Narasumber : Muhammad Musdar (Pelaku Seni)

Topik Wawancara : Seni Musik Kompang di Pekanbaru

Tempat : Via Whatssapp

Alamat Narasumber : Jl. Hangtuah

K : “Assalammualaikum warrahmatullahi wabarakatuh, selamat siang pak.


Maaf mengganggu waktu istirahat bapak. Perkenalkan pak nama saya
khairunnisa ramadhani, mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar Universitas
Riau. Adapun tujuan saya menghubungi bapak adalah untuk menjadikan bapak
sebagai narasumber saya untuk mengumpulkan informasi mengenai seni music
kompang di pekanbaru pak.

M. Musdar : “Waalaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh, siang juga.


Silahkan”

K : “sebelumnya saya ingin bertanya pak, apakah bapak pernah bermain alat
music kompang?”

M. Musdar : “pernah”

K : “kapan bapak mulai tertarik untuk bermain alat musik kompang pak?”

M. Musdar : “saat saya sudah tamat SMA”

K : “menurut bapak kalau di daerah ini alat music kompang di mainkan ketika
kapan pak?”

M. Musdar : “kalau disini alat music kompang itu sering dimainkan saat ada anak
yang khitan/aqiqah, saat mengarak penganten, khatam al-quran.”

K : “menurut bapak bagaimana peran generasi muda untuk melestarikan alat


musik kompang ini pak?”

M. Musdar : “Kalau menurut saya, yang harus dilakukan anak muda itu,
menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap musik kompang, di coba saja, kan music
kompang itu salah satu alat music tradisional melayu, dengan begitu pasti nanti
tumbuh rasa ketagihan dan mau mencoba terus.”

11
K : “baik pak. Apakah disekitar daerah rumah bapak ada sanggar yang
mengajarkan bermain alat music kompang pak?”

M. Musdar : “Kalau di daerah rumah saya, kebetulan kalau sanggar tidak ada,
tapi ibu-ibu didekat rumah saya ada yang sering latihan bermain kompang, bahkan
anak-anak muda banyak juga yang ikut latihan walaupun tidak sering.”

K :”jadi yang mengajarkan ibu dan bapak disana siapa ya pak?”

M. Musdar : “Kebetulan saya sendiri, karena saya ada pemahaman sedikit dan
bisa memainkan alat musik kompang, kenapa tidak saya coba ajarkan kepada
warga, jadi kalau ada acara tidak perlu sewa-sewa sekaligus melestarikan musik
kompang juga”.

K :”kalau boleh tau pak, waktu latihannya kapan pak?”

M. Musdar :”kalau saya biasanya selesai isya, atau kalau memang tidak sibuk
selepas ashar.”

K :”Pertanyaan terakhir pak, menurut bapak bagaimana jika didalam suatu acara
melayu itu jika tidak ada permainan kompang di dalamnya?”

M.Musdar : “kalau menurut saya, tidak masalah kalau tidak ada alat music
kompang, tapi akan lebih bagus jika ada, karena kalau tidak ada kompang dalam
acara melayu itu kurang sempurna rasanya.”

K :”baik pak, saya rasa cukup pak informasinya. Sebelumnya terima kasih saya
ucapkan karena sudah meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan saya dan
membagi ilmu bapak. Lebih dan kurang saya mohon maaf pak, sekian,
assalammualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.”

12

Anda mungkin juga menyukai