Berkembang di Pekanbaru
Di susun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni Tari, Drama dan
Musik
Disusun oleh :
Kelas 19 C
UNIVERSITAS RIAU
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat beserta salam
tetap tercurah kepada nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan
sahabatnya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Seni Tari, Drama
dan Musik. Dalam menyelesaikan makalah ini kami ucapkan terimakasih kepada
pihak yang telah membantu kami terutama kepada dosen pengampu dan rekan-
rekan semua yang memberi motivasi untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya dan seni. Setiap
daerah memiliki seni nya tersendiri yang mencerminkan ciri khas dan identitas
dari daerah tersebut. Seni yang timbul di Indonesia terbentuk dari kebiasaan yang
dilakukan oleh masyarakat daerah. Tidak terkecuali dengan suku Melayu yang
merupakan suku ke 8 terbesar di Indonesia.
Suku Melayu memiliki keunikan tersendiri di setiap seni dan budaya yang
dimilikinya, baik itu seni tari, seni musik dan seni drama nya. Seni tersebut
melambangkan kebiasaan dari suku Melayu. Tidak terkecuali dengan seni musik
kompang yang berkembang di masyarakat Pekanbaru, Riau. Masyarakat melayu
memiliki falsafah kehidupan “adat bersandikan syarak, syarak bersandikan
kitabullah” yang berarti kehidupan masyarakat melayu dilandaskan oleh niali-
nilai islam. Oleh karena itu, masyarakat melayu memiliki kesenian yang
bernuansa islami seperti Zapin, Marhaban, Rebana,dan lain-lain. Musik Kompang
merupakan salah satu seni music melayu yang bernafaskan islam, Seni musik ini
sering ditampilkan dan dipertunjukkan di beberapa acara seperti pernikahan,
aqiqah, khatam al-quran dan lain-lain.
1
1.3 Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui pengertian pelestarian.
2. Untuk mengetahui pengertian seni music kompang.
3. Untuk memahami seni musik kompang yang berkembang di
masyarakat Melayu Pekanbaru.
4. Untuk memahami tentang peran generasi muda dalam melestarikan
seni musik kompang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Jadi dapat disimpulkan pelestarian seni adalah salah satu bentuk dan upaya
mempertahankan seni secara terus menerus, terarah, terpadu agar kesenian
tersebut tidak hilang, musnah, rusak yang disebabkan karena tergerus oleh zaman.
Musik Kompang adalah alat musik yang sangat popular bagi masyarakat
Melayu yang tergolong ke dalam jenis alat musik membranophone. Alat musik ini
berasal dari Arab dan dipercayai dibawa masuk ke tanah Melayu ketika zaman
Kesultanan Melaka oleh pedagang India Muslim, dan melalui Jawa pada abad ke-
13 oleh pedagang Arab. Pada permainan alat musik Kompang biasanya disertai
dengan nyanyian atau lagu yang bentuk lagunya seperti sholawat yang terdapat di
dalam kitab Barzanji. Salah satu lagu Kompang yang dimainkan pada acara
malam setelah acara tepuk tepung tawar pada acara pernikahan atau khitanan
adalah lagu Assholaa. Lagu Assholaa ini menceritakan sepenggal kisah tentang
riwayat hidup dan pujian-pujian kepada Nabi Muhammad SAW.
Alat musik kompang yaitu alat musik menyerupai rebana berdiameter 35-
40 cm terbuat dari kayu Leban dengan membran dari kulit kambing betina
dilengkapi sedak (peregang kulit) dimainkan dalam bentuk pola-pola pukulan
rampak (lokal:maen tangan) dan pola- pola jalinan (lokal: naek-turun). Pola-pola
ini terdiri dari berbagai varian pola digunakan untuk mengiringi vocal dan ini
dipandang sebagai pola-pola lagu pada pukulan musik Kompang. Adapun pola-
pola pukulan dimainkan sekurang-kurangnya oleh enam orang pemain sesuai
dengan jumlah pola pukulan dasar, dan bisa mencapai dua puluh satu pemain
sesuai dengan jumlah pola-pola pukulan yang diberi nama. Namun pada
umumnya dimainkan sebanyak dua belas pola pukulan. Bunyi „bum‟ pada
kompang saat di tepuk di peroleh dari tepukan di sisi kompang dengan tapak
3
tangan dikuncup/rapat. Bunyi „pak‟ di peroleh dari tepukan di tengah kompang
dengan jari tangan yang terbuka.
4
Dari pengamatan penulis, seni musik kompang ini sangat sering digunakan
pada saat acara pernikahan masyarakat Melayu di Pekanbaru, yang dimulai dari
acara bainai, tepung tawar hingga pada saat resepsi pernikahan. Pada saat resepsi
pernikahan, musik kompang di mainkan ketika melakukan arakkan pengantin
laki-laki untuk bertemu dengan pengantin wanita. Biasanya pemain kompang
berada pada posisi arakkan pengantin laki-laki. Alat musik kompang terus di
mainkan hingga pengantin sampai di pelaminan.
Selain itu, pada masyarakat Melayu Riau alat musik kompang tidak hanya
dimainkan oleh laki-laki, tetapi juga mulai dimainkan oleh wanita bahkan anak-
anak. Alat music ini dimainkan bersama dengan arak-arakakan. Tabuhan alat
musik kompang ini sering menarik perhatian masyarakat sekitar ketika melakukan
sebuah acara. Tidak jarang musik kompang ini dijadikan masyarakat sekitar
sebagai media hiburan dan pertunjukkan.
Alat musik kompang juga memiliki peran dalam upacara pernikahan, dan
peran nya itu untuk memeriahkan acara dan memberikan kegembiraan kepada
pengantin, keluarga dan tamu-tamu yang datang dan untuk melestarikan adat
istiadat melayu. Dalam upacara khitanan atau aqiqah, musik kompang juga
memberikan peran yaitu supaya anak yang hendak dikhitan merasa senang dan dia
tidak merasa tegang dan untuk menghibur keluarga dan tamu-tamu yang datang.
5
Dengan semakin berkembangnya IPTEK dapat mempengaruhi minat
generasi muda untuk melestarikan budaya lokal yaitu bermain kompang, yang
mana kompang sudah ada dari dulu. Pengaruh budaya lain juga dapat menjadi
faktor bergesernya tradisi kompang, budaya lain yang begitu membuat generasi
penerus tergiur dan akibatnya tradisi kompang yang suda lama ada kurang
diminati lagi.
6
b. Mendokumentasikannya secara detail untuk disampaikan kepada
generasi mendatang dan bisa disebar di media sosial yang sangat
canggih seperti sekarang.
c. Mempertunjukkan kesenian tersebut secara berkala di daerahnya.
d. Diajarkan sejak usia dini yaitu para murid sekolah dasar atau sekolah
menengah diwajibkan untuk mempelajari kesenian tersebut di sekolah.
e. Mempopulerkannya keluar daerahnya, baik secara nasional maupun
internasional.
f. Mengadakan kompetisi kesenian tersebut sehingga masyarakat
termotivasi berlomba-lomba untuk memenangkannya.
g. Menumbuhkan kecintaan masyarakat pada kesenian sendiri dan merasa
bangga memiliki kesenian tersebut.
1) Culture Experience. Cara ini adalah dengan cara kita terjun langsung
untuk mempelajari budaya masing-masing daerah sesuai daerahnya.
Contoh suku sunda mempelajari tari jaipong atau pencak silat. Hal ini
penting untuk dipelajari dari generasi ke generasi agar tetap lestari
sehingga kita dapat memperkenalkan sekaligus mempertontonkan budaya
kepada orang banyak bahkan pada dunia.
2) Culture Knowledge. Cara ini yaitu dengan membuat pusat informasi
kebudayaan masing-masing, sehingga setiap orang dapat dengan mudah
untuk menemukan informasi tentang suatu kebudayaan suatu daerah. Di
era modern sekarang ini situs website bisa menjadi alternatif yang mudah
untuk dijadikan sarana menyediakan segalan sumber informasi tersebut.
Peran dokumentasi dalam pelestarian dapat melalui pengumpulan,
pengklasifikasian dan meneruskan menyebarluaskan dokumen-dokumen
kepada yang membutuhkan. Perlu diketahui, bahwa dokumentasi
merupakan sumber informasi. Seperti contoh : mendokumentasikan hasil
dari kesenian yang ada di Pekanbaru, seperti sedang bermain kompang,
kemudian hasil dokumentasi tersebut disebarluaskan.
7
Dalam proses dokumentasi dapat dikatakan sebagai media untuk pelestarian
kesenian, media rekam yang dapat menghasilkan sebuah karya cetak maupun
video sebagai bukti otentik yang dapat di sebar luaskan kepada masyarakat
seluruh indonesia untuk memberikan sebuah informasi tentang desa kecil yang
memiliki potensi kesenian yang luar biasa.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
Laila Fitriah, A. N. (2018). Analisis Unsur Musikal Lagu Asshola Dalam Tradisi
Kompang di Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Jurnal
KOBA, 45.
10
LAMPIRAN WAWANCARA
K : “sebelumnya saya ingin bertanya pak, apakah bapak pernah bermain alat
music kompang?”
M. Musdar : “pernah”
K : “kapan bapak mulai tertarik untuk bermain alat musik kompang pak?”
K : “menurut bapak kalau di daerah ini alat music kompang di mainkan ketika
kapan pak?”
M. Musdar : “kalau disini alat music kompang itu sering dimainkan saat ada anak
yang khitan/aqiqah, saat mengarak penganten, khatam al-quran.”
M. Musdar : “Kalau menurut saya, yang harus dilakukan anak muda itu,
menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap musik kompang, di coba saja, kan music
kompang itu salah satu alat music tradisional melayu, dengan begitu pasti nanti
tumbuh rasa ketagihan dan mau mencoba terus.”
11
K : “baik pak. Apakah disekitar daerah rumah bapak ada sanggar yang
mengajarkan bermain alat music kompang pak?”
M. Musdar : “Kalau di daerah rumah saya, kebetulan kalau sanggar tidak ada,
tapi ibu-ibu didekat rumah saya ada yang sering latihan bermain kompang, bahkan
anak-anak muda banyak juga yang ikut latihan walaupun tidak sering.”
M. Musdar : “Kebetulan saya sendiri, karena saya ada pemahaman sedikit dan
bisa memainkan alat musik kompang, kenapa tidak saya coba ajarkan kepada
warga, jadi kalau ada acara tidak perlu sewa-sewa sekaligus melestarikan musik
kompang juga”.
M. Musdar :”kalau saya biasanya selesai isya, atau kalau memang tidak sibuk
selepas ashar.”
K :”Pertanyaan terakhir pak, menurut bapak bagaimana jika didalam suatu acara
melayu itu jika tidak ada permainan kompang di dalamnya?”
M.Musdar : “kalau menurut saya, tidak masalah kalau tidak ada alat music
kompang, tapi akan lebih bagus jika ada, karena kalau tidak ada kompang dalam
acara melayu itu kurang sempurna rasanya.”
K :”baik pak, saya rasa cukup pak informasinya. Sebelumnya terima kasih saya
ucapkan karena sudah meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan saya dan
membagi ilmu bapak. Lebih dan kurang saya mohon maaf pak, sekian,
assalammualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.”
12