Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

WAWASAN

SOSIAL

BUDAYA

MARITIM

MASYARAKAT MARITIM
SULAWESI SELATAN
Disus
u

n ole
h:
KELOMPOK 3
ADHE YUNIAR BATARI LIPU
NURUL RIDA AINUN DA RUSMAN
MACHRANY SYARIF
MAYA MALLE
PUTRI KUSUSMA WARDHANI
A. MUH CIPTA PRAWIRA P

(WSBM)

DEFINISI
MASYARAKAT
MARITIM

SARAN

MASYARAKAT
MARITIM
SULASESI
SELATAN

KESIMPULAN

KARAKTERISTIK
MASYARAKAT
MARITIM
SULAWESI
SELATAN

KEBUDAYAAN
MASYARAKAT
AMRITIM DI
SULAWESI
SELATAN

A. DEFINISI MASYARAKAT
MARITIM
A. Definisi Masyarakat Maritim
. Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab musyarakah. Dalam bahasa
Arab sendiri masyarakat disebut dengan sebutan mujtama`, yang menurut
Ibn Manzur dalam Lisan al `Arab mengandung arti (1) pokok dari segala
sesuatu, yakni tempat tumbuhnya keturunan, (2) kumpulan dari orang
banyak yang berbeda-beda. Sedangkan musyarakah mengandung arti
berserikat, bersekutu dan saling bekerjasama. Jadi dari kata musyarakah
dan mujtama` sudah dapat ditarik definisi ataupun pengertian bahwa
masyarakat adalah kumpulan dari orang banyak yang berbeda-beda tetapi
menyatu dalam ikatan kerjasama, dan mematuhi peraturan yang disepakati
bersama.

Pengertian Masyarakat Menurut Definisi Para Ahli


Ralp Linton dalam bukunya The Study of Man hal 91 mengemukakan bahwa
Masyarakat adalah setiap kelompok Manusia yang telah cukup lama hidupdan
bekerjasama, Sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang
dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batasan-batasan. Masyarakat adalah setiap
kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat
mengatur diri mereka dan mengganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial degan
batas-batas yang telah dirumuskan dengan jelas.

J.L. Gillin dan J.P. Gillin dalam bukunya Cultural Sociology mendefinisikan Masyarakat
adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan
perasaan persatuan yang sama.

M.J. Herskovits dalam buku Man and His Works menjelaskan definisi masyarakat
sebagai kelompok individu yang diorganisasikan yang mengikuti suatu cara hidup tertentu.

Menurut Maclver, Pengertian Masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara
dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok, berbagai golongan dan
pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan individu (manusia). Keseluruhan
yang selalu berubah inilah yang dinamakan dengan masyarakat. Masyarakat merupakan
jalinan hubungan sosal dan masyarakat selalu berubah.

B. KARAKTERISTIK MASYARAKAT MARITIM


SULAWESI SELATAN
1.

2.

3.

4.

Karakteristik social masyarakat maritime Sulawesi Selatan yaitu:


Masyarakat pantai tersebut menggantungkan mata pencahariannya dari eksploitasi laut. Artinya
bahwa mereka hidup dari sumber daya dan alam yang masih berlimpah di dekat sekitar pantai. Dalam
perkembangannya, hasil sumber daya laut yang antara lain dari hasil ikan, kerang dan sebagainya. Di
Sulawesi Selatan sendiri potensi sumberdaya perikanan dan kelautan tersedia dalam jumlah yang sangat
besar adalah ikan tuna, cakalang, ikan terbang, ikan karang, udang, teripang serta rumput laut.
Ciri khasyang menonjol masyarakat maritim adalah sifat keterbukaan dalam menerima unsur-unsur dari luar.
Sebagai contoh berkembangnya agama Islam pada abad ke-15 danke-16 di Indonesia atau Nusantara,
adalah melalui daerah-daerah atau kota-kota pelabuhan seperti Samudra Pasai, Aceh, Malaka, Demak,
Gresik, Makassar dan lain-lain.
Dalam hal religi yang berorientasi kepada kepercayaan adanya dunia rohdan lebih khusus lagi penghormatan
kepada roh nenek moyang mereka. Pada masyarakat pantai, terutama masyarakat nelayan atau pelaut,
upacara-upacarasemacam itu juga ditujukan kepada tokoh-tokoh mistis penjaga laut, seperti RatuPantai
Selatan dan Pantai Utara, agar mereka diberi keselamatan dalam menjalankanpekerjaan sebagai
nelayan atau pelaut.
ciri masyarakat penduduk pantai suka melakukan hubungan interaksional dengan penduduk pantai lainnya
maupun terhadap masyarakat pedalaman. Kalau masyarakat pantai dengan masyarakat pantailainnya
yaitu dalam bentuk perdagangan dan pelayaran. Sedangkan denganmasyarakat pedalaman yaitu dengan
tukar-menukar hasil laut dengan bahan makanan pokok seperti beras.

C. KEBUDAYAAN MASYARAKAT
MARITIM SULAWESI SELATAN

Kota Sengkang

Di kota Sengkang, para nelayan memiliki ritual tersendiri sebelum pergi


melaut.
Para nelayan yang akan melaut di Danau Tempe selalu melakukan ritual
yang Maccera Tappareng, yang dapat diartikan sebagai pesta nelayan. Ritual ini
dilakukan sekali dalam setahun. Para nelayan membuat sesajian yang terdiri dari
kerbau, songkoloyang terdiri dari empat warna yaitu merah, kuning, hitam
serta putih dan pisang yang disebut otti lereng berwarna hijau dalam yang
disajikan di atas sebuah talam besar.
Sesajian tersebut dibawa ke hadapan Pacoa Tapparengorang yang
dituakan yang dianggap ahli dalam berlaut, kemudian dibacakan mantra-mantra
oleh tetua tersebut. Acara ini diiringi dengan mappadendang, yaitu iringan musik
dari ketukan kayu dan palung.

Pelabuhan paoetra
Pelabuhan Rakyat Paotere terkenal di Makassar sebagai salah pusat niaga
nelayan. Di sepanjang jalan di pelabuhan ini, berjejer warung yang menjual
aneka makanan, termasuk olahan hasil tangkap nelayan. Sedangkan di dermaga,
para nelayan ada yang langsung menjual ikan-ikan mereka ke konsumen atau ke
pengepul.
Para nelayan di daerah ini menggunakan kapal bagang untuk menangkap ikan.
Moda transportasi laut ini dinakhodai 7- awak untuk mencari ikan di tengah laut.
Kapal ini bisa kita jumpai di pulau-pulau yang punya hasil laut banyak di Pulau
Sulawesi. Namun, jangan berharap menemukannya bersandar di bibir pelabuhan.

Kabupaten Selayar
Dalam penangkapan ikan, masyarakat Selayar masih menggunakan
pengetahuan sesuai dengan tradissi lama, misalnya tanda-tanda
alam dijadikan dasar untuk mengetahui tempat yang banyak
ikannya dan mudah ditangkap. Penangkapan ikan yang dilakukan
pada malam hari biasanya dipilih pada waktu bulan sabit menuju
purnama atau menuju akhir bulan. Alat penangkapan yang dipakai
harus sesuai dengan ketentuan yang tergariskan menurut tradisi
dan dengan memperhatikan pantangan.

Kabupaten Takalar
Di kabupaten Takalar sendiri terkenal dengan budaya
Patoraninya. Bagi Patorani, pergi menangkap ikan torani dan
mengumpulkan telurnya di laut merupakan pekerjaan yang berat,
karena akan mengarungi lautan yang sewaktu-waktu dapat
membahayakan hidupnya. oleh karena itu timbul anggapan dalam
dirinya bahwa di dalam laut berdiam makhluk-makhluk halus yang
mempunyai kekuatan ghaib yang dapat menenggelamkan perahu
dan kegagalan usahanya. untuk mengatasi hal tersebut. patorani
melaksanakan upacara ritual sebelum pergi menangkap ikan.
upacara ritual ini kemudian berkembang menjasi aturan yang
digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan penaangkapan ikan
torani dan selanjutnya dikenal sebagai budaya patorani.

Proses Ritual Patorani:


Bahan yang digunakan adalah kapur yang ditumbuk di atas lesung besar

dicampur dengan minyak goring sampai jadi adonan. Prosesi ini diiringi
oleh nyanyian-nyanyian.
Assossoro Biseang, kegiatan ini memakan waktu seharian yaAccini
Allo adalah proses melihat hari baik untuk turun melaut yang dilakukan
oleh para Sawi dan Punggawa untuk meminta petunjuk kepada Pinati.
Abbeso Biseang merupakan proses menarik perahu dari pantai ke
permukaan daratan yang dilakukan oleh Sawi.
Annisi Biseang dilakukan selama 6 hari dan dilakukan oleh 5 orang untuk
setiap perahu. Adapun prosesi yang mengikutinya adalah menyiapkan:
Umba-umba, Lawara Kadea, Kapasa, Minyak Biseang, Kayu Barugallang.
Apparada yaitu proses mengecat perahu untuk memperbaharui warna yang
telah pudar. Prosesinya memakan waktu 3 hari sampai kering.

Adengka Paleo (Allepa) memakan waktu 2 hari dan dilakukan oleh laki-laki sambil
menyanyikan lagu utama (Adandio). Bahan yang digunakan adalah kapur yang
ditumbuk di atas lesung besar dicampur dengan minyak goring sampai jadi adonan.
Prosesi ini diiringi oleh nyanyian-nyanyian.

Assossoro Biseang, kegiatan ini memakan waktu seharian yang dilakukan oleh para
Sawi.

Angngalle Leko Kaluku, Prosesi ini memakan waktu 2 hari mulai dari pengambilan
daun kelapa hingga perakitannya untuk siap pakai (tempat bertelur ikan).

Appanai Pakkajang, Prosesi ini adalah menaikan atau mengisi perahu dengan segala
macam perbekalan yang akan digunakan dalam menangkap telur ikan.

Appanaung Ri Jene, Prosesi ini di lakukan oleh banyak orang untuk mendorong perahu
ke laut sambil menyanyikan lagu-lagu, utamanya lagu hella-hella. Semua prosesi di atas
ini dilengkapi dengan padoangan, jajakkang yang isinya gula merah, kelapa, beras,
pisang empat sisir, lilin, telur ayam, ayam dewasa satu pasang, umba-umba dan kue- kue
lainnya.

Accaru-Caru(Appassili), merupakan prosesi menghanyutkan barang jajakkang ke laut


yang berisi antara lain leko, rappo, paleo, berasa, bente, bayao jangan sipasang,
songkolo kebo , dan unti serta lain-lain hasil bumi. Dan acara ini dipimpin oleh Pinati.

Padongko Parappo, itu ditempatkan pada daerah Pulau Sanrobengi,


Rambaka, Katingan, Tataka Sanrobengi, isi parapponya adalah sama
dengan accaru-caru.

Angngalle Gosse, Memakan waktu sekitar setengah jam dan dapat


dilakukan sekaligus sambil appadongko parappo. Gosse adalah sejenis
tumbuhan rumput laut.

Allappasa, Proes ini adalah pelepasan atau pemberangkatan para nelayan


menuju ke lautan yang dilepas dengan lambaian tangan para keluarga
nelayan menuju ke Pulau Sanrobengi, yang selanjutnya menunggu waktu
baik (pagi, siang atau malam) untuk menuju lautan.

Appadongko Parappo Ri Bayanga, Prosesi ini di lakukan pada saat


perahu keluar ke laut di daerah perbatasan Jene Cinong Na Gauka atau
batas kedalaman.

Kesimpulan
Masyarakat maritim adalah satu kesatuan atau sekumpulan manusia yang sebagian
besar atau sepenuhnya menggantungkan kehidupan ekonominya secara langssung atau tidak
langssung pada pemanfaatan sumber daya laut (hayati dan nonhayati) dan jasa-jasa laut,
yang dipedomani oleh dan dicirikan bersama dengan kebudayaan baharinya.
Salah satu provinsi yang terkenal dengan kearifan masyarakat maritimnya adalah
Sulawesi Selatan. Kebudayaan yang berbeda-beda di setiap daerah memberikan corak
tersendiri dalam lingkup kemaritiman di negeri ini.
Contohnya seperti budaya Patorani di Kabupater Takalar, kisah tentang para pelaut
ulung dari Bugis yang mampu berlayar berkeliling dunia dengan alat apa adanya pada
zaman dahulu, dan banyak lagi kebudayaan masyarakat Sulawesi elatan lainnya yang wajib
dipertahankan.

Saran
Kita harus berusaha untuk memperbaiki system kemaritiman di Indonesia. Berjuang
untuk mengembalikan eksistensi dunia maritime masa lalu. Dan jangan lupa untuk
senantiasa melestarikan budaya masyarakat, jangan sampai punah dimakan zaman.

Anda mungkin juga menyukai