Pendahuluan
Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keaneka-
ragaman budaya yang tinggi. Indonesia juga dikenal dengan
kemajemukan masyarakatnya. Kemajemukan yang ada terdiri atas
keragaman suku bangsa, budaya, agama, ras dan bahasa. Indonesia
memiliki banyak suku yang masing-masing suku memiliki adat dan
tradisi yang berbeda, serta ratusan bahasa dengan dialek yang berbeda
pula. Berdasarkan data BPS RI pada tahun 2010, jumlah suku Indonesia
yang telah terdata sebanyak 1.340 suku1. Hal inilah yang membuat
Indonesia dikatakan kaya akan suku-suku bangsa.
Salah satu suku yang ada di Indonesia adalah suku Dayak yang
tersebar di kepulauan Kalimantan. Tidak ada yang tahu secara pasti
berapa jumlah suku Dayak di Kalimantan. Berdasarkan buku Seri
Budaya Dan Warisan Indonesia (Turangan dkk, 2014), penduduk asli
pulau Kalimantan sebanyak 200 suku. Menurut Riwut (2003), pendu-
duk suku Dayak secara keseluruhan terdiri dari 405 suku dan memiliki
bahasa daerah yang berbeda. Masyarakat Dayak juga memiliki banyak
tradisi lokal yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal masyarakatnya
yang telah diturunkan oleh nenek moyang hingga sekarang.
Menurut Riwut (2003), kearifan lokal yang dimiliki oleh
masyarakat Dayak di Pulau Kalimantan adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan tentang obat-obatan
b. Pengetahuan tentang kemampuan spiritual
c. Pengetahuan tentang bahasa isyarat (Totok Bakaka)
d. Pengetahuan tentang makna mimpi
e. Pengetahuan tentang membaca tanda-tanda alam
http://www.bappenas.go.id/files/6914/2865/6850/Masyarakat_Adat_di_Indonesia-
1
4Biasanya dikenal oleh masyarakat umum sebagai cara mencari ikan dengan
memancing.
3
h. Menanghu’
Adalah cara menangkap ikan dengan menggunakan rotan yang
sudah dianyam berbentuk cekung. Nama alat ini tanghu’.
i. Mangap’m
Menangkap ikan dengan cara diraba menggunakan tangan.
Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat musim kemarau atau pada
waktu air sungai sedang dangkal.
j. Nyelabu
Cara menangkap ikan dengan menombak. Nama alat yang
digunakan adalah tembulig’ng.
k. Manuba Ba Adat
Merupakan cara menangkap ikan dengan menggunakan akar
tuba. Manuba Ba Adat merupakan kegiatan adat tahunan yang sudah
dilakukan oleh masyarakat Dayak Tomun Lamandau setiap bulan
September atau pada musim kemarau atau pada waktu masyarakat
sudah selesai Manugal atau berladang. Dalam melaksanakan kegiatan
menuba masyarakat adat membuat kepanitiaan yang dipimpin oleh
Mahanteran5, kepanitian ini dibentuk sebulan sebelum kegiatan
manuba dimulai. Panitia berfungsi untuk mengkoordinir dan
menentukan kapan kegiatan menuba akan dimulai, berapa jumlah desa
yang akan ikut kegiatan Manuba Ba Adat, berapa jumlah akar tuba
yang akan digunakan dan berapa iuran yang digunakan untuk
mempersiapkan sesaji.
Dalam kegiatan Manuba Ba Adat biasanya diikuti oleh 3-4 desa
di sekitar desa induk yang akan menjadi tempat diadakannya kegiatan
menuba dan dalam sekali kegiatan menuba biasanya masyarakat
membutuhkan ± 1-2 ton akar tuba atau sesuai dengan yang disepakati.
Pada malam sebelum Manuba Ba Adat ada ritual adat yang harus
dilakukan oleh masyarakat yang akan melakukan kegiatan menuba dan
ritual ini dilaksanakan di sepanjang hulu sungai. Untuk
mempersiapkan ritual ini konsumsi dan beberapa kebutuhan untuk
ritual dikumpulkan oleh masyarakat secara gotong royong. Ritual
5 Pemimpin upacara
4
untuk menyambut kegiatan manuba dilakukan semalam suntuk dan
aktivitas yang dilakukan adalah ada doa-doa dan tari-tarian yang
diikuti oleh para peserta Manuba Ba Adat. Pada malam ketika ritual
dilakukan juga sudah ditentukan batas air yang akan kena air tuba dan
ketika akan Manuba Ba Adat maka sudah ada pemberitahuan kepada
masyarakat yang berada di sepanjang aliran sungai yang akan dituba.
Kegiatan Manuba Ba Adat dilakukan di daerah perairan yang
letaknya berjauhan dari tempat di mana biasanya ikan bertelur,
fungsinya untuk tetap menjaga habitat ikan. Masyarakat juga
mempunyai pengetahuan lokal mengenai tempat di mana ikan-ikan
akan bertelur dan mereka juga akan menjaga tempat ini sehingga
habitat ikan tidak akan punah, salah satunya dengan cara
mengeluarkan larangan Menuba di sekitar tempat ikan bertelur dan
larangan Menuba jika tidak ada kegiatan Manuba Ba Adat.
Pada hari kegiatan Manuba Ba Adat dilakukan maka ada
larangan yang diberikan kepada para peserta Manuba, contohnya
seperti tidak boleh bicara kotor, tidak boleh mencampur akar tuba
dengan bahan kimia lainnya dan meludah ke air. Dalam ritus Manuba
Ba Adat ada kepala adat yang berfungsi mengawasi berjalannya
kegiatan ini karena takut jika ada yang keracunan air tuba dan supaya
prosesi Manuba Ba Adat dapat berjalan dengan lancar. Ada larangan
yang diberikan kepada masyarakat yaitu masyarakat di larang Manuba
jika tidak ada kegiatan Manuba Ba Adat karena penggunaan akar tuba
sebagai racun ikan secara terus menerus akan menyebabkan kerusakan
ekosistem, sehingga ritus Manuba Ba Adat hanya dilakukan setahun
sekali setiap bulan september ketika masyarakat selesai Menugal6
karena prosesi ritus Manuba Ba Adat merupakan rentetan penutup dari
Ritus Menugal7.
Pada jaman dahulu masyarakat percaya jika mereka Manuba Ba
Adat sesudah Menugal maka panen akan melimpah, ladang akan
terbebas dari hama dan Tuhan akan memberikan hujan kepada
Rumusan Masalah
Guna menjawab rumusan masalah mengenai eksistensi dari
kegiatan ritus Manuba Ba Adat di Desa Batu Tunggal dan kontribusi
kegiatan ini terhadap pembangunan berkelanjutan maka penulis
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menjawab rumusan
masalah di atas, yaitu mendeskripsikan tentang prosesi ritus Manuba
Ba Adat secara rinci, menemukan modal sosial yang ada di masyarakat
dan bagaimana kegiatan ritus ini dikelola sehingga mendukung
keberlanjutan ekologi.
Manfaat Penelitian
Secara praktis dapat menambah perbendaharaan dan pengeta-
huan terhadap masyarakat luas dalam memahami fenomena penye-
lenggaraan Ritus Manuba Ba Adat sebagai bagian dari kearifan lokal
masyarakat Dayak khususnya masyarakat Dayak Tomun Lamandau.
Secara konseptual dapat mendiskripsikan peran modal sosial
dan menemukan praktik keberlanjutan ekologi dalam penyeleng-
garaan Ritus Manuba Ba Adat.
8
memfokuskan pada peran modal sosial dan praktik keberlanjutan
ekologi dalam Ritus Manuba Ba Adat sebagai bagian dari kearifan lokal
masyarakat Dayak Tomun Lamandau.
Berikut merupakan penjelasan singkat mengenai konsep
penelitian, yaitu:
1. Ritus Manuba Ba Adat
Ritus Manuba Ba Adat merupakan bagian dari tradisi atau adat
istiadat dan pengetahuan lokal masyarakat mengenai cara menangkap
ikan yang diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi
dalam suatu kelompok masyarakat dan Ritus Manuba Ba Adat juga
merupakan rentetan dari Ritus Manugal atau berladang.
Dalam pelaksanaannya ada rentetan ritual yang harus
dilaksanakan dan ada norma yang berlaku, norma tersebut wajib
dipatuhi oleh semua masyarakat peserta Ritus Manuba Ba Adat.
Dalam prosesnya ada fenomena yang menarik dibalik Ritus ini, di
mana ada praktik merawat lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat
Dayak Tomun Lamandau.
2. Modal Sosial
Konsep modal sosial yang akan dibahas adalah modal yang
dimiliki oleh masyarakat Dayak Tomun Lamandau sehingga kegiatan
Ritus Manuba Ba Adat dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan.
Konsep yang ditemukan yaitu terdapat modal sosial yang didalamnya
ada kepercayaan, norma dan kerjasama sehingga membentuk modal
manusia sebagai identitas masyarakat.
3. Keberlanjutan Ekologi
Yang dimaksud dengan keberlanjutan ekologi adalah
menggambarkan praktik kontrol ekologi yang dilakukan oleh
masyarakat Dayak Tomun Lamandau yang telah dituangkan dalam
kegiatan Ritus Manuba Ba Adat, seperti adanya larangan Manuba jika
tidak ada kegiatan Manuba Ba Adat, pengetahuan masyarakat tentang
waktu ikan bertelur, larangan untuk membuang ampas tuba di sungai.
9
Kontrol ekologi yang dituangkan dalam kegiatan Ritus Manuba
Ba Adat hanya fokus pada keberlanjutan habitat ikan yang ada di Desa
Batu Tunggal.
10