Anda di halaman 1dari 2

Badu, Tradisi Orang Watodiri dan Harmoniasi Dengan Alam.

Tradisi Badu di Laguna Watodiri, Kecamatan Il Ape, Kabupaten lembata Nus tenggara Timur (NTT)
masih bertahan hingga kini. Ritual ungkap syukur atas berkah laut itu juga memiliki makna
konservasi. Bermakna orang Watodiri khususnya dan lembata pada umumnya memiliki hubungan
yang intim dan harmonis dengan alam. Laut salah satunya. Laguna atau teluk Warodiri menyimpan
jutaan ikan dari berbagai jenis. Salah satu jenis ikan yang paling sering ditemui di laguna teluk ini
adalah ikan baronang susu dalam bahasa local disebut ikan pada.

Di tengah sektor pariwisata yang menggeliat, perayaan tradisi itu jadi medan pertarungan antara
kepentingan tradisi, kepentingan pariwisata dan kepentingan ekonomi.

Seorang pria paruh baya, mengenakan kain sederhana duduk bergerombolan mengelilingi sesajian
dibawah pohon asam pinggir pantai. beberapa anak kecil riang bermain tanah sembari gembira
menggali lubang tidak jauh dari sana. Sekelompok pria paru baya itu, duduk bersila mengelilingi
setumpuk gulungan kapas (braha) berikut sesajian berupa beras dan ekor ikan yang sudah
dihaluskan.

Setelah itu tetua adat dan kepala desa Mereka berdua menyaksikan ritual adat buka badu (system
konservsi laut berdasarkan budaya setempat. Laut ditutup untuk umum. Dan pada saat saat tertentu
dibuka untuk umum. Ibarat mereka memelihara ikan lalu saat memanen hasil setelah mendapat izin
dari Atabele Raya). Seremonial adat dilakukan oleh dukun kampung atas petunjuk Atabele Raya.

Selanjutnya mereka akan meminta restu dari leluhur agar kegiatan tersebut di laksanakan Ritual
memohon restu leluhur, Selain itu mereka meminta agar dijauhkan dari segala bahaya dan rintangan
sebab hasil tangkapan yang didapat akan akan dipersembahkan kembali kepada Tuhan melalui para
janda, jompo dan anak yatim piatu.

Selain mengandung nilai religi kegiatan ini juga menjadi aset serta dapat sebagai sumber pemasukan
desa melalui penjualan tiket terhadap orang yang bukan dari desa watodiri.

Kegiatan ini juga sudah mendapat sk dari bupati kabupaten lembata.

Kesimpulan.

Badu sistem pemanfaatan sumberdaya laut berbasis hukum adat yang disepakati oleh masyarakat
hukum adat setempat. Dalam satu tahun, hanya dua kali dilakukan pembukaan kawasan untuk
dilakukan pengambilan sumberdaya laut. Pengambilan sumberdaya laut ini dilakukan selama satu
hari satu malam, dengan hasil yang didapat cukup melimpah. Aktivitas pengambilan sumberdaya
laut ini boleh dilakukan oleh siapapun, baik dari masyarakat dalam maupun luar Desa Watodiri. Hal
ini mereka lakukan guna melindungi habitat dan populasi ikan serta biota laut yang ada. Masyarakat
hukum adat sepakat untuk melindungi biota laut terancam punah yang ada pada perairan seperti
penyu, lumba-lumba dan paus. Selain itu, hal ini memberi sumbangsih kepada masyarakat di sekitar
desa adat terkait ketersediaan ketahanan pangan lokal. Sungguh pengelolaan sumberdaya laut yang
bijak. Ketika kearifan lokal dijadikan dasar dalam memanfaatkan sumberdaya laut dan menciptakan
keseimbangan alam dan Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai