Anda di halaman 1dari 4

MENONGKAH KERANG, BUDAYA

MASYARAKAT DUANU DI KABUPATEN


INDRAGIRI HILIR
8:16:00 AM

I. MENGENAL SUKU DUANU


Suku Duano merupakan suku dimana penduduknya adalah Orang laut yang tinggal di pesisir laut.
mereka sebagian besar berkulit hitam. suku ini disebut suku laut karena ketergantung yang
sangat tinggi terhadap laut. Namun, saat ini sudah banyak masyarakat suku laut yang
mendirikan rumah di pesisir pantai dan perairan, setelah sebelumnya mereka tinggal di atas
perahu. Laut adalah sumber kehidupannya, dimana setiap harinya untuk bisa bertahan hidup
mereka harus menelusuri tanah-tahan berlumpur untuk mencari kerang, kupang dan lokan.
Aktifitas menongkah merupakan pekerjaan spesifik dari pada Komunitas duanu dan
dilakukan secara trasdisional. keberadaan menongkah pada umumnya tidak dapat dipisahkan
dengan Keberadaan suku Duanu. Menurut catatan sejarah, keberadaan Orang Laut (Duanu)
yang juga termasuk RAS PROTO MALAY (golongan melayu tua) di Riau diperkirakan pada
tahun 2500 SM s/d 1500 SM, dan pada masa Kerajaan Melaka - Johor keberadaan Orang
Laut (Duanu) sebagai oarang kerahan pada tahun 1511-1528 dengan Rajanya Sultan
Mahmudsyah I.

Menurut R.J. Wilkinson dalam karangannya "Papers of Malay Subject" mengatakan bahwa
suku laut merupakan sisa-sisa proto melayu yang datang ke Nusantara melalui Selat Malaka.
Mereka terdesak oleh Deutro Melayu yang datang ke Nusantara tahun 300 Sm. Mereka inilah
yang menjadi suku talang mamak dan yang lari ke laut menjadi suku laut. Secara
keseluruhan, Suku Duano yang terdapat di Kabupaten Inhil menyebar di beberapa kecamatan
di pesisir seperti Tanah Merah, Reteh, Mandah, Kateman, Concong dan Kuindra

2.MENONGKAH KERANG
Masyarakat Suku Duano (suku laut) memiliki tradisi leluhur Manongkah yang hingga
kini tetap dilestarikan. Tradisi ini terbilang unik dan langka di Dunia. Menongkah berasal
dari kata dasar tongkah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka
1999, Jakarta, Tongkah adalah papan untuk tumpuan (titian) biasanya dipasang ditempat
becek atau basah. Oleh Komunitas Duanu (Orang Laut) Indragiri Hilir Riau, Tongkah
adalah salah satu alat bantu yang tergolong unik yang digunakan untuk mencari/menangkap
kerang darah (Anadara granosa) atau yang biasa disebut tiangan dalam dialek Duanu.
Sedangkan aktifitasnya disebut menongkah (Mut tiangan dalam dialek Duanu atau Mud Ski
atau Ski Lumpur).
Menongkah Kerang adalah teknik suku Duanu dalam menangkap kerang di padang
lumpur. Kegiatan ini adalah dengan menggunakan sebilah papan sebagai tumpuan sebelah
kakinya dan tempat mengumpulkan kerang yang telah didapatkan. Sementara sebelah
kakinya lagi adalah sebagai pengayuh tongkah. Sebuah Tongkah biasanya terbuat dari
belahan kayu Resak atau kayu Meranti yang diambil di hutan, kemudian mereka oleh sendiri
sehingga kayu itu menjadi pipih yang tebalnya kira-kita 2 cm, panjangnya 75 cm, dan
lebarnya 1,5 m. Sedangkan bagian ujung depan dan belakang sedikit melentik untuk
mempermudah bergerak dan meluncur saat berburu kerang. Selain untuk mencari kerang
papan tongkah juga digunakan unntuk mencari kupang.
Waktu yang digunakan untuk memangkap biota laut ini biasanya hanya dapat
dilakukan sebanyak 20 hari dalam sebulan. Hal ini disebabkan oleh pergeseran musim pasang
surut. Sekali dalam setahun biasanya akan terjadi pasang dalam atau pasang besar yang
mereka sebut pasang tiga puluh, saat pasang ini terjadi, sangat sulit untuk mencari kerang
Karena sulit menentukan air surut. Keberadaan kerang dapat dideteksi dengan adanya
gelembung-gelembung pada air dan lumpur. Waktu yang biasa diguankan untuk menongkah
kerang adalah saat air surut sekiat pukul 04.00-05.00 pagi sampai dengan pukul 14.00.
Sekilas aktivitas Manongkah ini mirip dengan peselancar. Hanya objek dan teknik
yang digunakan jauh berbeda dengan selancar. Saat mencari kerang di permukaan lumpur,
warga Suku Duano bagaikan peselancar profesional, papan sebagai sebagai alat paling efektif
bergerak cepat dilumpur yang di dayung menggunakan kaki dan tangan sesuai arah dituju.
Aktifitas berburu kerang atau biasa disebut Menongkah Kerang ini dilakukan oleh warga
setempat pada saat air Sungai Indragiri Hilir sedang surut. Pada saat itu hamparan daratan
lumpur dengan mudah dilalui menggunakan papan tongkah. Kegiatan manongkah yang
cukup langka ini hanya dapat ditemukan di Per-kampungan Suku Laut atau juga dikenal
dengan Suku Duano.
" Masyarakat Duanu itu pada umumnya adalah sebagai nelayan dan mereka adalah nelayan
tangkap. Menjaring, merawai, dan menongkah dengan alat tongkahnya. suku Duanu atau
Suku Laut termasuk masyarakat yang berpindah-pindah atau nomaden, dari satu tempat ke
tempat yang lain. Dari satu pulau ke pulau yang lain, dari satu ceruk ke ceruk yang lain dalam
kerangka untuk memenuhi kehidupan mereka sebagai nelayan". Ujar Sarpan
Firmansyah (Ketua Keluarga Besar Duanu Riau) yang bermukim di kecamatan Tanah Merah
Indragiri Hilir.

3. TRADISI MENONGKAH YANG MENJADI BUDAYA


Pada awalnya kegiatan menongkah semata-mata hanya bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi. Namun kini tradisi leluhur suku Dunu ini terus dipertahankan. Pemkab
Indrgiri Hilir bersama komunitas Suku Duano mengadakan helat akbar pelestarian
Manongkah yang dikemas kedalam kegiatan Gerakan Manongkah Massal di Pantai Bidari
Desa Tanjung Pasir Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Indragiri Hilir. Ratusan warga pun
turun ke lumpur untuk turut memeriahkan helat Gerakan Manongkah Massal. Pada tahun
2008 lalu, Manongkah massal yang dilakukan komunitas Suku Duano mendapat penghargaan
Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan kategori Menongkah massal yang melibatkan
lebih dari 500 peserta. Kemudian berlangsung dari tanggal 07-09 Juli 2012. Menurut Ketua
Suku Duanu, Sarpan Firmansyah, tradisi Manongkah sudah ada di perkampungan suku laut.
Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir sejak tahun 1685 Dari sinilah berawal
munculnya turunan manongkah seperti selancar atau surfing yang kali pertama di adakan di
Hawai pada tahun 1767 dan terus berkembang ke skateboard pada tahun 1940 di Amerika
Serikat. Untuk tetap mempertahankan tradisi leluhur budaya negeri, komunitas Suku Duanu
sudah bertekad akan mendaftarkan Manongkah sebagai hak kekayaan intelektual suku laut ke
komite dewan warisan dunia dibawah naungan Unisco. Kini Manongkah memiliki potensi
yang luar biasa dalam mengangkat sektor pariwisata di Kabupaten Indragiri Hilir.
Rencananya tradisi budaya Manongkah juga akan dijadikan kalender even pariwisata andalan
Kabupaten Indragiri Hilir Riau.
Setiap tahun, pada perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia, Hari Raya Idul
Fitri, Hari Raya Idul Adha, atau ketika air Sungai Indragiri tengah surut, lomba menongkah
kerang ini diadakan. Pesertanya tidak lagi kaum dari Suku Duano, tapi sudah diikuti
masyarakat Indragiri Hilir dan wisatawan yang datang. Kebudayaan menongkah itu
merupakan warisan budaya dunia. Menongkah ini merupakan asli kebudayaan Indragiri
Hilir. Harapan kita kebudayaan menongkah yang kita kemas dalam sebuah event ini bisa
menjadi event wisata tahunan atau masuk didalam kalender wisata tahunan, baik kabupaten
maupun propinsi, ucapnya.
Namun yang disayangkan Sarpan adalah soal kelestarian lingkungan di Sungai
Indragiri. Kalau dulu, ketika mereka menongkah kerang, mereka masih bisa mendapatkan
kerang saat pasang surut. Namun sekarang, ketika menongkah kerang tiba, hanya sedikit
sekali kerang darat yang bisa terbawa. Ini disebabkan, hamparan sungai sudah terganggu
oleh alat tangkap aktif. Tanahnya mengalami degradasi bergelombang-gelombang sehingga
ini berpengaruh proses penangkapan, tambah Sarpan lagi.

KESIMPULAN
Suku duanu (suku laut) merupakan salah salah satu suku proto melayu. Suku duanu
sangat menggantungkan perekonomian mereka pada hasil laut. Salah satu mata
pencahariannya adalah dengan menongkah kerang. Manongkah kerang dilakukan saat air laut
sedang surut dengan menggunakan papan yang sedikit melengkung yang disebut papan
tongkah. Awalnya menongkah hanya sekedar sarana untuk mencari nafkah bagi masyarakat
suku duanu. Namun, saat ini pemerintah sudah memberikan perhatian pada kebudaan ini dan
menjadikanya sebagai salah satu budaya yang dapat menarik minat masyarakat sehingga
mengagkat sektor pariwisata Indragiri Hilir

Daftar Pustaka
Anonim .2005. Atlas (Ensiklopedia) Kebudayaan Melayu Riau. Pekanbaru : Pusat Penelitian dan
kemasyarakatan Universitas Riau.

Rahmah, Sitti. 2011. Orang Laut di Indragiri Hilir. Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau.

Tim Redaksi, 2012. Menongkah Kerang, Tradisi yang Tak Lekang oleh Zaman .
http://gurindam12.co. diakses pada tanggal 15 Maret 2015.

Anda mungkin juga menyukai