Menurut R.J. Wilkinson dalam karangannya "Papers of Malay Subject" mengatakan bahwa
suku laut merupakan sisa-sisa proto melayu yang datang ke Nusantara melalui Selat Malaka.
Mereka terdesak oleh Deutro Melayu yang datang ke Nusantara tahun 300 Sm. Mereka inilah
yang menjadi suku talang mamak dan yang lari ke laut menjadi suku laut. Secara
keseluruhan, Suku Duano yang terdapat di Kabupaten Inhil menyebar di beberapa kecamatan
di pesisir seperti Tanah Merah, Reteh, Mandah, Kateman, Concong dan Kuindra
2.MENONGKAH KERANG
Masyarakat Suku Duano (suku laut) memiliki tradisi leluhur Manongkah yang hingga
kini tetap dilestarikan. Tradisi ini terbilang unik dan langka di Dunia. Menongkah berasal
dari kata dasar tongkah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka
1999, Jakarta, Tongkah adalah papan untuk tumpuan (titian) biasanya dipasang ditempat
becek atau basah. Oleh Komunitas Duanu (Orang Laut) Indragiri Hilir Riau, Tongkah
adalah salah satu alat bantu yang tergolong unik yang digunakan untuk mencari/menangkap
kerang darah (Anadara granosa) atau yang biasa disebut tiangan dalam dialek Duanu.
Sedangkan aktifitasnya disebut menongkah (Mut tiangan dalam dialek Duanu atau Mud Ski
atau Ski Lumpur).
Menongkah Kerang adalah teknik suku Duanu dalam menangkap kerang di padang
lumpur. Kegiatan ini adalah dengan menggunakan sebilah papan sebagai tumpuan sebelah
kakinya dan tempat mengumpulkan kerang yang telah didapatkan. Sementara sebelah
kakinya lagi adalah sebagai pengayuh tongkah. Sebuah Tongkah biasanya terbuat dari
belahan kayu Resak atau kayu Meranti yang diambil di hutan, kemudian mereka oleh sendiri
sehingga kayu itu menjadi pipih yang tebalnya kira-kita 2 cm, panjangnya 75 cm, dan
lebarnya 1,5 m. Sedangkan bagian ujung depan dan belakang sedikit melentik untuk
mempermudah bergerak dan meluncur saat berburu kerang. Selain untuk mencari kerang
papan tongkah juga digunakan unntuk mencari kupang.
Waktu yang digunakan untuk memangkap biota laut ini biasanya hanya dapat
dilakukan sebanyak 20 hari dalam sebulan. Hal ini disebabkan oleh pergeseran musim pasang
surut. Sekali dalam setahun biasanya akan terjadi pasang dalam atau pasang besar yang
mereka sebut pasang tiga puluh, saat pasang ini terjadi, sangat sulit untuk mencari kerang
Karena sulit menentukan air surut. Keberadaan kerang dapat dideteksi dengan adanya
gelembung-gelembung pada air dan lumpur. Waktu yang biasa diguankan untuk menongkah
kerang adalah saat air surut sekiat pukul 04.00-05.00 pagi sampai dengan pukul 14.00.
Sekilas aktivitas Manongkah ini mirip dengan peselancar. Hanya objek dan teknik
yang digunakan jauh berbeda dengan selancar. Saat mencari kerang di permukaan lumpur,
warga Suku Duano bagaikan peselancar profesional, papan sebagai sebagai alat paling efektif
bergerak cepat dilumpur yang di dayung menggunakan kaki dan tangan sesuai arah dituju.
Aktifitas berburu kerang atau biasa disebut Menongkah Kerang ini dilakukan oleh warga
setempat pada saat air Sungai Indragiri Hilir sedang surut. Pada saat itu hamparan daratan
lumpur dengan mudah dilalui menggunakan papan tongkah. Kegiatan manongkah yang
cukup langka ini hanya dapat ditemukan di Per-kampungan Suku Laut atau juga dikenal
dengan Suku Duano.
" Masyarakat Duanu itu pada umumnya adalah sebagai nelayan dan mereka adalah nelayan
tangkap. Menjaring, merawai, dan menongkah dengan alat tongkahnya. suku Duanu atau
Suku Laut termasuk masyarakat yang berpindah-pindah atau nomaden, dari satu tempat ke
tempat yang lain. Dari satu pulau ke pulau yang lain, dari satu ceruk ke ceruk yang lain dalam
kerangka untuk memenuhi kehidupan mereka sebagai nelayan". Ujar Sarpan
Firmansyah (Ketua Keluarga Besar Duanu Riau) yang bermukim di kecamatan Tanah Merah
Indragiri Hilir.
KESIMPULAN
Suku duanu (suku laut) merupakan salah salah satu suku proto melayu. Suku duanu
sangat menggantungkan perekonomian mereka pada hasil laut. Salah satu mata
pencahariannya adalah dengan menongkah kerang. Manongkah kerang dilakukan saat air laut
sedang surut dengan menggunakan papan yang sedikit melengkung yang disebut papan
tongkah. Awalnya menongkah hanya sekedar sarana untuk mencari nafkah bagi masyarakat
suku duanu. Namun, saat ini pemerintah sudah memberikan perhatian pada kebudaan ini dan
menjadikanya sebagai salah satu budaya yang dapat menarik minat masyarakat sehingga
mengagkat sektor pariwisata Indragiri Hilir
Daftar Pustaka
Anonim .2005. Atlas (Ensiklopedia) Kebudayaan Melayu Riau. Pekanbaru : Pusat Penelitian dan
kemasyarakatan Universitas Riau.
Rahmah, Sitti. 2011. Orang Laut di Indragiri Hilir. Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau.
Tim Redaksi, 2012. Menongkah Kerang, Tradisi yang Tak Lekang oleh Zaman .
http://gurindam12.co. diakses pada tanggal 15 Maret 2015.