Anda di halaman 1dari 12

161 | JURNAL ILMU BUDAYA

Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

KOMODIFIKASI SONGKET SILUNGKANG DALAM


PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA SAWAHLUNTO

Seprisyam1, Hasanuddin2, Pramono3

Seprisyam113@gmail.com1
Hasanuddin17c@gmail.com2
pramono@hum.unand.ac.id3

1,2,3
Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, Indonesia

Abstract
This study aims to explain the form of commodification of Songket Silungkang in tourism
development in Sawahlunto Town. This research is a descriptive type of research with a qualitative
approach. Data are obtained from field observations, recorded interviews and documentary studies
regarding Songket Silungkang and the Sawahlunto International Songket Carnival (SISCA) event.
The data obtained ware processed using ethnographic methods. The results of this study found that
the commodification of Songket Silungkang occurred from the process of production to consumption.
The factors that influence the commodification of Songket Silungkang are changes in the social
structure of society, level of education, media and globalization, tourism and creative industries. The
Sawahlunto International Songket Carnival (Sawahlunto International Songket Carnival) event held
by the Sawahlunto government is one of the steps to promote tourism in Sawahlunto Twon. The
positive impact of Songket Silungkang commodification adds to the selling value of Songket
Silungkang and increases the economy of Sawahlunto Twon, while the negative impact of the
modification of Songket Silungkang is the loss of meaning values in the Songket Silungkang motif
itself.
Keywords: Commodification, Songket Silungkang, Tourism, SISCA

PENDAHULUAN membantu serta mengembangkan Songket


Silungkang, dalam hal ini usaha
Penelitian komodifikasi menggam- pemerintah Kota Sawahlunto yang kaya
barkan proses di mana sesuatu yang tidak akan peninggalan sejerahnya dan berupaya
memiliki nilai ekonomis diberi nilai mengembangan pariwisata dengan
sehingga nilai pasar menggantikan nilai- meningkatkan jumlah kegiatan atau acara
nilai sosial lainya. Sebagai komoditas ia budaya, pembukaan objek wisata baru,
tidak hanya penting karena berguna, tetapi penambahan fasilitas dan pariwisata dalam
juga berdaya jual Karl Marx (dalam Evans, bidang industri yaitu Songket Silungkang.
2004). Komodifikasi sejatinya terjadi Komodifikasi Songket Silungkang
diberbagai bidang kehidupan, minsalnya mengalami intensifikasi dalam
komodifikasi pendidikan, sosial, budaya, perkembangan industri kreatif dan
dan termasuk komodifikasi Songket pariwisata. Salah satunya Kota Sawahlunto
Silungkang. sudah melaksanakan event Sawahlunto
Komodifikasi Songket Silungkang International Songket Carnival (SISCA)
tidak terlepas dari peran pemerintah yang sebagai penunjang kepariwisataan yang
162 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

dilaksanakan tiap tahun oleh pemerintah produksi (komodifikasi desain, motif dan
Kota Sawahlunto dengan bentuk warna pakem), komodifikasi distribusi,
kegiatannya pawai budaya yang dan komodifikasi konsumsi.
menampilkan berbagai kreasi busana Penelitian ini membahas
berbahan Songket dengan tema yang telah komodifikasi Songket Silungkang dalam
ditetapkan panitia SISCA, hasil tersebut pengembangan pariwisata di Kota
cenderung dimodifikasi agar sesuai dengan Sawahlunto sebagai perspektif kajian
kebutuhan pariwisata sehingga dapat dijual budaya. Penelitian ini menjelaskan
kepada wisatawan. gambaran umum Songket Silungkang,
Komodifikasi sering kali dianggap berbagai bentuk komodifikasi, faktor yang
sebagai langkah negatif karena cendrung menyebabkan terjadinya komodifikasi, dan
mendistorsi nilai pada objek. Salah dampak sosial ekonomi serta makna
satunya yaitu penggunaan kain Songket komodifikasi Songket Silungkang.
Silungkang dalam kegiatan perkantoran,
acara resmi pemerintah dan pemekain METODE
seragam bagi siswa/siswi pada hari kamis
di Kota Sawahlunto. Dalam konteks Penelitian ini menggunakan
pengembangan pariwisata, objek industri metode etnografi. Etnografi
kerajinan tangan Songket Silungkang telah mendeskripsikan suatu kebudayaan,
memberikan dampak baik dalam termasuk di dalamnya kesenian. Spradley
pengembangan pariwisata di Kota (1997) menjelaskan, bahwa metode
Sawahlunto. etnografi merupakan pekerjaan untuk
Lambertus (2013) dalam tesisnya memahami suatu pandangan hidup dari
“Komodifikasi Warisan Budaya Tenun sudut pandang penduduk asli, termasuk
Ikat Masyarakat Bena, Kabupaten Ngada, objek yang diteliti. Metode etnografi
Flores Dalam Era Globalisasi“ menyiratkan suatu cara kerja (pendataan,
menjelaskan suatu pergeseran nilai dan analisis, dan penyajian) yang bersifat
fungsi warisan budaya berupa tenun ikat meyeluruh atau holistik.
masyarakat Bena yang diakibatkan oleh Penelitian komodifikasi Songket
perkembangan dunia pariwisata. Silungkang dalam pengembangan
Tenaya (2014) dalam tesisnya yang pariwisata di Kota Sawahlunto merupakan
berjudul “Komodifikasi Kain Tenun suatu penelitian bidang ilmu kajian
Songket Bali Di Tengah Perkembangan budaya. Kajian ini juga bersifat
Industri Kreatif Fashion Di Denpasar” multidisiplinner ilmu dengan adanya
mengangkat sebuah fenomena berbagai fenomena menarik di dalamnya,
komodifikasi terhadap artefak budaya seperti globalisasi, fashion, teknologi,
yaitu kain tenun tradisional Songket Bali sejarah, sosial budaya, arkeologi, dan
Penelitian mengenanai sebagainya.
komodifikasi Songket sudah ada yang Berdasarkan pada prinsip tersebut,
menelitinya, tapi secara keseluruhan belum paradigma kajian budaya berada di
ada yang mengungkapkan tentang wilayah postmodernisme dengan sistem
komodifikasi pada Songket Silungkang berfikir kritis. Oleh karena itu, aspek-
sebagi pengembangan pariwisata di Kota aspek Kebudayaan yang lebih berperan,
Sawahlunto. Penulis mengadopsi proses demikian juga teori-teori kontemporer
bentuk komodifikasi pada tesis Tenaya dan kebudayaanlah yang harus digunakan
Lambertus. Bentuk komodifikasi pada (Ratna dalam Naomi, 2012: 32).
kedua tesis mereka adalah komodifikasi
163 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

Sebagai kajian budaya, penelitian Pada masa awal pertenunan di


menggunakan analisi data kualitatif dan Silungkang, peralatan tenun yang
teknis analisis data, penelitian yang digunakan adalah alat tenun yang sangat
mengguakan analisis data kualitatif sederhana yaitu dengan menggunakan
didefenisikan sebagai penelitian yang benang yang hanya direntangkan untuk
menghasilkan data deskriptif berupa kata- satu lembar kain lalu ditenun dengan
kata, atau ungkapan-ungkapan termasuk memasukkan satu lembar benang, dan
didalamnya tindakan-tindakan yang dapat digedog dengan sebatang kayu. Kemudian
diamati dengan menekankan seiring dengan perkembangan zaman,
pengembangan konsep dan pemahaman mulailah bermunculan peralatan-peralatan
yang ada pada data. Dalam penelitian ini, tenun seperti Alat Tenun Bukan Mesin
teori komodifikasi diposisikan sebagai (A.T.B.M) dan Alat Tenun Mesin (ATM).
teori utama untuk menjawab kedua 1. Ragam Hias Motif Songket
rumusan masalah penelitian yang dalam Silungkang
penggunaanya dibantu dengan teori Motif tidak hanya sebagai karya
perubahan sosial budaya, teori estetika seni seperti karya-karya seni lainnya yang
kitsch dan semiotik. tampak dari berbagai ukiran kayu di
Rumah Gadang, tetapi berperan sebagai
HASIL DAN PEMBAHASAN alat komunikasi budaya (Little and
McAnany dalam Erwiza 2017: 58) dan
Pada bagian ini, peneliti mencerminkan dinamika kehidupan sosial
memaparkan hasil penelitian dan ekonomi dari masyarakatnya. Motif-motif
pembahasan berdasarkan rumusan masalah yang dibuat sebagai salinan realitas alam
yang telah dikemukakan sebelumnya, sekitarnya yang memiliki makna simbolis
yakni bentuk komodifikasi Songket dan falsafah kehidupan.
Silungkang dalam pengembangan Pembuatan motif Songket
pariwisata di Kota Sawahlunto. Selain itu Silungkang dahunya menggunakan teknik
peneliti juga menganalisis dampak dan mancuakia atau mencongkel benang
prospek komodifikasi Songket Silungkang dengan menggunakan lidi untuk
terhadap pariwisata, sosial dan budaya. menyimpan motif yang telah dibuat, oleh
Bertenun adalah salah satu industri sebab itulah pembuatan Songket
rumah tangga yang tertua di Indonesia, memerlukan waktu yang cukup lama,
masing-masing kelompok etnis sudah seiring berjalanya waktu dan perhatian dari
memiliki pengetahuan bertenun dengan pemerintah Dinas Perindustrian Kota
berbagai motif yang saling berhubungan Sawahlunto memberi pelatihan kepada
satu sama lain, tetapi memiliki ciri perajin Songket Silungkang melalui studi
khasnya masing-masing. Penguasaan banding ke Palembang pada tahun 2000-
pengetahuan bertenun dengan berbagai an, sepulang dari dari Palembang peserta
motifnya sudah lama dikuasai, termasuk pelatihan membawa teknik pembuatan
pengolahan bahan-bahan mentah dan motif Songket yang disebut dengan teknik
pencelupan benang. Bahan-bahan mentah unjuik, teknik ini setalah motif dibuat
seperti tanaman kapas, sutera diimpor dari (dicukia) maka motif akan disimpan
India dan Cina, sedangkan pewarnaan dari menggunakan benang tetoron yang
berbagai jenis tanaman sebagai untuk kemudian akan di unjuik, jadi untuk
pencelupan warna (Van Hasselt dan Hoek pembuatan motif selanjutnya tidak perlu
dalam Erwiza 2017: 31). lagi dicukia cukup menggunakan unjuik
penyimpan motif saja, karena teknik ini
164 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

lah yang pembuatan Songket yang semula A. Bentuk Komodifikasi Songket


bisa sebulan sekarang bisa satu minggu Silungkang
saja bahakan bisa 2 sampai 3 hari 1. Komodifikasi Produksi
tergantung motif yang akan dibuat dan Terdapat tiga cara atau teknik
kemahiran perajin. dalam menenun kain Songket yaitu:
2. Songket Silungkang dalam Fashion balapak, batabua, dan balambak. Balapak
dan Event atau penenun Silungkang menyebutnya
Terkait dengan perubahan fungsi dengan sebutan balopak ialah suatu teknik
seni kerajinan tenun Songket Silungkang dimana motif ditenun penuh dengan
yang pada awalnya hanya memproduksi menggunakan benang emas. Teknik
tenun Songket untuk keperluan adat saja, semacam ini menyebabkan kain dasar
seperti pakaian Penghulu. Proses menjadi tidak kelihatan. Teknik batabua
perubahan dalam pakaian adat kain ialah kain yang ditenun dengan pola
Songket Minangkabau umumnya banyak menyebar sehingga kain dasar dapat
dipengaruhi oleh variabel-variabel diluar terlihat. Yang terakhir ialah balambak
pakaian itu sendiri. Faktor yang yaitu suatu teknik dimana kain yang
mempengaruhinya terdapat dalam ditenun dengan motif disambung dengan
kemajuan di bidang sosial, ekonomi, dan menggunakan kain lain.
teknologi yang kesemuanya itu Seiring perkembangan zaman
memberikan kontribusi langsung maupun terjadilah perubahan-perubahan terhadap
tidak langsung terhadap perubahan- kain Songket Silungkang dan perajin
perubahan pakaian tersebut. Songket pun harus menyesuikan dengan
Proses pergeseran dari Songket permintaan pasar. Para perajin dan
Silungkang sebagai sebuah produk budaya pengusaha Songket menggunakan prinsip-
yang bernilai tinggi dan hanya dapat prinsip ekonomi dalam mengembangkan
digunakan dalam acara-acara ritual sakral, usahanya. Minsalnya dalam segi benang
adat istiadat, dan hanya dimiliki oleh dan motif Songket Silungkang yang
keluarga bangsawan saja. Perlahan-lahan dahunya Songket dibuat balapak yang
seiring dengan perkembangan zaman dan membutuhkan waktu satu sampai dua
kemajuan teknologi Songket Silungkang bulan dengan menghasilkan satu helai kain
berubah menjadi sebuah komoditas yang Songket saja, untuk menyerdahanakan dan
dipakai untuk event, berbagai ragam memenuhi kebutuhan pasar dibuatlah
fashion. Songket batabua dengan proses
3. Songket Silungkang Sebagai Karya pengerjaan hanya butuh waktu satu
seni minggu saja.
Songket Silungkang tidak hanya Perubahan motivasi perajin yang
diproduksi sebagai kain ataupun aksesoris semakin business oriented dapat dijelaskan
tetapi bagi koreografer Songket dengan fenomena komodifikasi budaya.
Silungkang dapat diaplikasikan dalam Komodifikasi didevenisikan sebagai
bentuk tarian serta dapat dilihat oleh proses mengubah nilai pada suatu produk
semua orang ataupun wisatawan yang yang tadinya hanya memiliki nilai guna
berkunjung ke Kota Sawahlunto, adapun kemudian menjadi nilai tukar (nilai jual)
nama karya tarian tersebut adalah Tari dimana nilai kebutuhan atas produk ini
Tanun (Koreografer Eri Mefri) pada tahun ditentukan lewat harga yang sudah
2003, Tari Kemilau Songket (Koreografer dirancang oleh produsen (Masco, 2009).
Yuliarni, S.Sn) Pada tahun 2016. Songket Silungkang dikenal
sebagai sebuah produk peradaban bernilai
165 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

tinggi yang diminati oleh banyak hitam, merah, kuning dan hijau. Adapun
wisatawan dan telah menjadi salah satu warna-warna pink, coklat, orange, ungu
sumber ekonomi yang menopang dan warna lainya bukanlah warna yang
kehidupan masyarakat dan pariwisata umum dipakai pada karya seni tradisional
Sawahlunto. Perkembangan nilai-nilai Songket Silungkang, tetapi pada saat ini
modern yang membawa nilai tukar uang warna tersebut banyak digunakan tertama
dan nilai-nilai kapitalis lainya membuaka terhadap kombinasi warna-warna pada
cakrawala baru perajin Songket Songket Silungkang.
Silungkang. Sistem pasar bebas sebagai b. Komodifikasi Desain
norma utama dari ideologi kapitalis SISCA pada tahun 2015
memiliki prinsip memproduksi barang dan merupakan langkah awal komodifikasi
jasa untuk dijual di pasar dan menjadikan Songket Silungkang. Sebelum terlaksana
harga pasar sebagai satu-satunya patokan. event SISCA, komodifikasi Songket
Konsekuensi dari prinsip ini adalah semua Silungkang telah ada baik dari segi motif
elemen industri dijadikan komoditas. dan warna. Bagi perajin dan desainer
Pelaku industri termasuk perajin Songket Songket Silungkang, event SISCA sebagai
Silungkang menyadari bahwa ajang atau sumber inspirasi untuk
komodifikasi, akan lebih banyak melahirkan karya-karya baru yang indah
kesempatan untuk menciptakan kekayaan. dan menarik bagi penikmatnya.
Komodifikasi produksi Songket Melalui event SISCA Songket
Silungkang telah terjadi dalam berbagai Silungkang menujukan kain tenun dapat
aspek baik dalam bentuk warna, motif dan ditampilkan lebih modern dan
desainnya. Para perajin Songket kontemporer. Sejak dilaksanakan event
Silungkang sudah bisa membaca selara ini, Songket Silungkang mengalami
pasar, mereka bisa membuat motif serta perkembangan yang signifikat, karena
warna sesuai dengan permintaan bahan dasar Songket mesti disesuikan
konsumen. dengan tema SISCA. Selain itu, Songket
a. Komodifikasi Motif dan Warna Silungkang juga dimanfaatkan sebagai
Karya-karya Songket Silungkang hiasan dekorasi interior yang disajikan
secara intensitif mengalami komodifikasi dalam pigura, layaknya sebuah lukisan,
dalam warna dan ragam motif yang sepatu, mainan kunci dan lain-lainnya
menghiasianya. Pada umumnya motif lah membuat beberapa model dari kain
yang banyak mengalami modifikasi adalah tenunan Songket Silungkang.
motif flora dan fauna. Selain banyak di Dalam kaitan komodifikasi
temukan motif baru yang bukan motif Songket Silungkang pada kegiatan event
tradisional Songket Silungkang. Seperti SISCA tidak saja digunakan sebagai
motif dari Medan, tujuan-tujuan pariwisata dan bisnis saja
Selain motif yang mengalami tetapi merupakan tindakan dari masyarakat
modifikasi, warna dari Songket untuk membentuk stratifikasi sosial baru.
Silungkang pada saat ini juga semakin Pemerintah Kota Sawahlunto tidak hanya
bervariasi. Trend fashion dan pemilihan menggelar event SISCA untuk kemajuan
pemakai menjadi patokan bagi perajin Songket Silungkang tetapi juga berkrasi
dalam menentukan pewarnaanya. Dalam dengan berbagai bahan dari Songket
proses pembuatan bahan pewarna, warna Silungkang seperti aksesoris, tas, sandal,
yang dahulunya Warna yang digunakan dasi, dan masih banyak yang lainnya.
dalam proses pembuatan Songket c. Komodifikasi Pakem
Silungkang secara tradisional adalah,
166 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

Songket Silungkang sebuah terkecuali bahan Songket juga di jadikan


warisan budaya yang kaya seni memiliki sebagi bahan masker. Walikota
pakem dan sebuah aturan yang menuntun Sawahlunto Bapak Deri Asta menyarakan
masyarakat dalam memproduksi dan agar masyarakat Sawahlunto
mengkonsumsinya. Pakem dapat menjadi menggunakan masker dari bahan Songket
sebuah pencirian karya seni yang terbentuk Silungkang. Masker tersebut merupakan
dari latarbelakang sejarah dan budaya inovasi dari Usaha Mikro Kecil Menengah
masyarakat, norma adat yang melekat, (UMKM) Kota Sawahlunto.
pandangan, pengalaman dan pratek hidup Beberapa bentuk produksi berubah
dari masyarakat pendukungnya. dalam proses dan produk yang dihasilkan.
Seiring dengan perkembangan Menurut Erwiza Songket Silungkang
zaman aturan-aturan yang seperti itu mengalami perkembangnya yang sangat
semakin memudar, dan perubahan struktur pesat saat ini, hal ini disebabkan oleh efek
masyarakat Silungkang yang semakin dari event SISCA dan peraturan
industrialis. Masyarakat Kota Sawahlunto pemerintah yang menerapakan pemakaian
tidak banyak mengetahui bagaimana Songket Silungkang di salah satu hari
memakai, siapa yang memakai, pada acara kerja di Sawahlunto. Dari segi motif dan
apa kain Songket Silungkang digunakan ukaranya, terlihat adanya perubahan dan
bahkan makna dari motif itu sendiri hanya pengaruh dari budaya-budaya luar Kota
sebagian orang yang mengetahuinya. Sawahlunto seperti motif cantik manis,
Semakin egaliternya masyarakat Kota dan motif dari batak. Perajin Songket
Sawahlunto, semakin kuat motivasi untuk Silungkang juga melayani permintaan-
memperoleh hak-hak untuk memproduksi permintaan khusu dari konsumen,
dan mengkonsumsi Songket Silungkang. minsalnya pesana dari OPD dan Bank ada
juga pesanan yang datang untuk kebutahan
pesta perkawianan.
Bahwa komodifikasi sebagai suatu
proses memodifikasi suatu produk dengan
mengalami perubahan bentuk, makna dan
ukuran dari tradisional menjadi modern,
serta penyederhanaan yang disesuaikan
dengan tuntutan permintaan konsumen dan
pasar. Perubahan dari bentuk produk yang
Gambar
lama menajadi bentuk produk yang baru
Masker dari bahan Songket Silungkang yang lebih modern berbeda dari bentuk
Sumber : Dokumentasi Pribadi Penulis aslinya. Proses perubahan tersebut muncul
dari inovasi dan kratifitas perajin,
pengusaha dan permintaan konsumen itu
Salah satu upaya untuk agar virus sendiri sebagai suatu karya seni yang
Covid-19 tidak berkembang yaitu dengan memiliki nilai jual yang baik.
menerapkan pola hidup yang sehat, 2. Komodifikasi Distribusi
mencuci tangan sebelum dan sesudah Pemasaran Songket Silungkang
berpegian dan selalu menggunakan masker merupakan bahagian dari aspek produksi
mulut. Dalam hal ini masker mulut yang dan konsumsi yang ikut berubah. Bahkan
digunakan adalah masker kain, banyaknya termasuk sentral kerana pada bagian ini
munculnya jenis masker dari berbagai hasrat dimanipulasi. Pasar Songket di
bahan dan bahan yang menarik tanpa Silungkang masih menjalankan sistem
167 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

penjualan konvensional yaitu pembayaran Logikanya konsumsi simbol-simbol


secara tunai. Produsen ataupun pedagang kultural sering kali keluar dari kebutuhan
bersifat menunggu datangnya pembeli ke ekonomi. Bahan-bahan pembuatan
tokoh-tokoh dipinggir jalan Silungkang. Songket Silungkag berasal dari bahan yang
Seiring dengan kemajuan zaman lumayan mahal, contohnya saja benang
dan perkembanga teknologi, media serta emasnya atau masyarakat menyebutnya
informasi terutama internet yang sudah macau, yang pembelianya mahal, tetapi
masuk ke derah-daerah pelosok Indonesia, alasan kultural seperti busana “berkelas”
distribusi Songket Silungkang semakin dan icon SISCA mengangkat nilai
ramai dengan kehadiran aplikasi jualan ekonomi Songket Silungkang melebihi apa
online atau media online. Dengan yang seharusnya. Kapitalisme
menggunakan Google banyak muncul menanamkan keyakinan bahwa
website yang menjual Songket Silungkang masyarakat sangat berpartisipasi aktif
seperti tokopedia, bukalapak, shopee, dalam menciptakan apa yang menjadi
whats app dan seterusnya. Dalam kebutuhannya atau yang diinginkannya
Instagram dan facebook minsalnya (bukan apa yang dibutuhkan, tatapi apa
ditemukan account facebook Dolas yang dikonsumsi). Masyarakat konsumsi
Songket, Songket INJ, Yurnis Songket telah menjadi objek tanda sebagai
Silungkang, Songket Silungkang Ande komoditi.
Daramah, Songket Aina Silungkang, Abu Konsumsi produk-produk Songket
Hanifa Songket dan masih banyak yang Silungkang tidak terlepas dari peranan
lainnya begitu juga dengan Instagram. pemerintah dan pertumbuhan jumlah kelas
3. Komodifikasi Konsumsi menengah di Kota Sawahluto yang
Masyarakat Kota Sawahlunto menjadi motor utama penggerak ekonomi
adalah masyarakat multi etnis dan peduli Kota Sawahlunto dan pemajuan dibidang
terhadap penampilan, gaya hidup dan pariwisata.
trend dalam berbusana. Perkembangan ini 4. Komodifikasi Teknologi
masih tergolong lambat, kerana adanya Berkembangnya ilmu pengetahuan
tradisi budaya masing-masing etnis yang sampai saat ini, tidak menutupi setiap
kuat dan masih dijunjung tinggi nilai adat manuasia untuk mengembangkannya.
dan budaya sebagian masyarakat. Berbagai bentuk penemuan telah di
Produk Songket Silungkang adalah temukan oleh manusia, salah satunya
barang konsumsi yang mampu memenuhi dalam hal teknologi, dimana teknologi
kebutuhan dalam kultural dan simbolik. sangatlah dibutuhkan oleh manusia sampai
Mempunyai Songket Silungkang yang sekarang. Perkembangan teknologi yang
masa dahulu hanya dimiliki oleh kelas begitu cepat dimana saat ini manusia
bangsawan, memiliki lebih dari sepuluh banyak menggunakan teknologi tanpa
Songket Silungkang menandai status sosial terkecuali dalam bidang industri. Tenun
pada masa dahulu seperti kepuasaan bagi atau alat untuk membuat Songket
masyarakat yang memiliki banyak uang. Silungkang yang menggunakan peralatan
Songket yang mempunyai ciri khas teknologi tradisional.
yang berkelas dan mempunyai yang tinggi Teknologi menjadi salah satu
mengangkat si pemakai pada status dan faktor yang sangat berperan dalam
tingkat kepuasan yang tinggi. Kepuasan pembuatan Songket Silungkang,
memakai produk-produk Songket disamping itu kemajuan zaman yang
Silungkang dalam berbagai bentuk sering begitu cepat alat pembuatan Songket juga
kali tidak dapat diukur secara cermat. mengalami perubahan dengan
168 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

menggunakan peralatan dari mesin hal ini Kota Sawahlunto, dengan hadirnya
terjadi kerana semakin banyak permintaan Songket Silungkang yang telah
Songket Silungkang. dimodifikasi sesuai kebututahan
Komodifikasi teknologi pembuatan pariwisata.
Songket juga berpengaruh terhadap B. Faktor-Faktor Penyebab
kemajuan pariwisata di Kota Sawahlunto, Komodifikasi Songket Silungkang
hadirnya kain Songket dengan buatan Komodifikasi Songket Silungkang
mesin memberi pembeda tersendiri pada adalah bagian dari sosial masyarakat Kota
kain Songket Silungkang dimana Sawahlunto yang semakin modern
wisatawan bisa memilih kain Songket ditambah lagi dengan pesatnya kemajuan
yang ada di Kota Sawahlunto sesuai pariwisata di Kota Sawahlunto. Ada
dengan keingin mereka. Sehingga ini beberapa faktor yang menjadi penyebab
member kepuasa kepada wisatawan yang terjadinya komodifikasi Songket
berkunjung ke Sawahlunto. Motif Songket Silungkang antara lain perubahan struktur
Silungkang juga bisa di pesan sesuai sosial masyarakat, pola konsumsi yang
dengan keinginan konsumen, motif apapu berubah, tingkat pendidikan, pengaruh
bisa dibuat oleh perajin dengan media dengan meningkatnya
menggukan aplikasi motif dengan perkembangan pariwisata dan industri
memanfaatkan teknolgi. kreatif di Kota Sawahlunto.
5. Komodifikasi Parwisata C.Dampak Dan Makna Komodifikasi
Hadirnya event SISCA di Kota Songket Silungkang
Sawahlunto merupakan salah satu upaya Dampak komodifikasi Songket
pemeritah untuk meningkatkan pariwisata Silungkang dalam penelitian ini adalah
yang ada disawahlunto, seperti yang sudah impilkasi yang luas dan jelas dalam
disampaikan bapak Tatang, untuk masyarakat baik sosial, budaya, dan
mendatangkan pengunjung ataupun ekonomi serta perluasan makna-maknadari
wisatawan segala aspek akan dilakukan komodifikasi songkat Silungkang.
pemerintah daearah untuk menarik 1. Dampak Sosial Budaya
perhatian wisatawan agar berkunjung ke Berkembangnya industri Songket
Kota Sawahlunto. Silungkang pada saat ini, tidak terlepaskan
Penetapan Songket Silungkang dari hubungan yang saling mempengaruhi
sebagai Warisan Budaya Tak Benda antara, faktor lingkungan, pemerintah dan
Indonesia (WBTBI) pada tahun 2018 salah hubungan sosial budaya masyarakat yang
satu upaya untuk memperkenalkan ada di Kota Sawahlunto, terjadinya
Songket Silungkang sebagai produk komodifikasi Songket Silungkang ini
indutri yang berperan dalam meningkatkan merupakan usaha untuk memperkenalkan
pariwisata Kota Sawahlunto. Songket Songket Silungkang ke luar daerah demi
Silungkang sudah menjadi daya tarik bagi memajukan pariwisata kota sawahlunto.
pemeritah Kota Sawahlunto, sehingga Salah satu dampak yang ditimbulkan dari
berbagai betuk cenderamata dibuat dari komodifikasi Songket Silungkang dalam
bahan Songket Silungkang mulai dari pelaksnaan event SISCA adalah
gantungan aksesoris, baju, kain sarung dan meningkatnya tatanan perekonomian
lain-lain. Komodifikasi Songket masyarakata Kota Sawahlunto yang
Silungkang yang dipengaruhi oleh tersebar ke pada pedagang, rumah makan,
pariwisata, dimana Songket Silungkang penginapan dan transportasi sehingga
sebagai objek komodifikasi untuk meningkatkan omset pendapatannya tiap
meningkatkatkan pariwisata yang ada di tahun.
169 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

Komodifikasi Songket Silungkang umunya dipakai pada waktu-waktu


merupakan sebuah upaya dari pemerintah tertentu, biasaya orang memakainya pada
dan masyarakat, untuk kemajuan acara-acara bersifat sakral (Budiwirman,
Pariwisata serta mempertahankan Songket 2011: 5). Pada saat ini pemakaian songket
Silungkang sebagi produk masyarakat Silungkang tidak lagi dalam acara sakral
yang bernilai jual tinggi. Salah satu upaya yang disimbolkan dengan makna-makna
dari pemerintah dalam pelaksanaan dan filososnya, namun sudah umum kapan
pemakaian Songket Silungkang bagi pun masyarakat bisa menggunakan
seluruh pegawai pemerintahan, sekolah Songket Silungkang dengan model yang
dan pegawai perusahaan BUMN yang sesuai keinginannya.
bereda di kota sawahlunto. Hal ini Komodifikasi yang terjadi pada
merupakan sebuah realita baru, dimana Songket Silungkang sudah
penampilan berbusana menjadi pembeda memperlongarkan adat dan budaya yang
dengan yang lainya. Pakaian merupakan telihat pada pakem, warna dan motif, yang
sebuah simbol yang memberikan identitas terjadi saat ini adalah perajin dianggap
kultural kepada seseorang, dan juga sangat toleran terhadap permintaan dari
berperan sebagai sarana komunikasi konsumen dan pasar tekstil, selain dari itu
simbolis makna-makna sosial masyarakat. pengaruh dari budaya asing juga sangat
Dalam era globalisasi ini pakain tidak berpengaruh terhadap pemakaaian Songket
hanya sekadar pelindung tubuh saja namun Silungkang dimana pemakainnya tidak
pekaian sekarang telah menjadi gaya atau lagi dalam tatanan adat melainkan jauh
treand masyarakat saat ini. dari itu.
Keberadaan SISCA mempunyai 2. Dampak Sosial Ekonomi
makna yang sangat besar bagi seluruh Masyarakat komonitas industri
masyarakat Sawahlunto dan pemerintah modern adalah masyarakat yang telah
daerah. Komodifikasi Songket beralih dari tradisional menuju modern,
memberikan dampak baik terhadap dalam hal ekonomi dampak komodifikasi
perekonomina namun juga berdampak sangat dirasakan oleh pengarajin, setiap
nagatif dalam pemaknaan Songket secara akan dilaksanakan event ini permintaan
tradisonal, dalam pemakaian Songket Songket menjadi meningkan dan
Silungkang dahulu digunakan dalam acara penghasilan perajin pun ikut meningkat.
sakral separti pakaian penghulu dan hanya Dampak dari event dan ulang tahun
digunakan dalam acara besar saja atau Kota Sawahlunto memberikan keuntungan
acara adat,namun dengan terjadinya yang sangat baik bagi pengusaha dan
komodifikasi ini, Songket sudah berubah pengraji Songket Silungkang. dalam
menjadi salah satu fashion bagi masyarakat yang modern saat ini
masyarakat dalam berbusana dan dalam mendorong terjadinya komodifikasi
pendidikan Songket digunakan oleh siswa- terhadap dimensi hidup dan budaya untuk
siswi Kota Sawahlunto. menghasilkan peluang ekonomi.
Dampak komodifikasi Songket Komodifikasi Songket Silungkang
Silungkang berpengaruh terdahadap nilai berdampak baik terhadap efek ekonomi
adat dari Songket itu sendiri, dalam dan pariwisata. Berkembangnya industri
laporan penelitian proyek pengebangan kerajinan tangan dan fashion yang
peruseuman Sumatera barat tahun 1990, merupakan penyalur dalam Komodifikasi
mengatakan bahwa, kain tenun Songket Songket Silungkang dalam pengembangan
merupakan bagain dari kebudayaan. pariwisata, Buk Ning mengatakan event
Kerena dalam kehidupan masyarakat SISCA yang dimana disitu terdiri dari
170 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

berbagai bentuk macam kegiatan yang pergesaran makna, tidak hanya dalam
berhubungan dengan Songket, mulai dari ekonomi namun juga menjalin makna
carnaval Songket Silungkang, fashion secara sosial buduya.
Songket, bazzar Songket Silungkang yang Kain Songket Silungkang yang
menjual berbagai bentuk hasil kerajinan memiliki motif yang begitu indah dan
Kota Sawahluto. Peningkatan nilai tambah menaraik, disetiap motif Songket
(value added) juga menambah income Silungkang memiliki nama dan makna
melalui event yang dilaksanakan sehingga bagi masyarakat Silungkang. dimana
peningkatan pemasaran nilai jual Songket motif-motif tersebut berdasarkan
meningkat. hubungan erat antara manusia dan alam,
3. Dampak Positif yang dimana prilaku flora dan fauna yang
Dampak positif dari Komodifikasi dituangkan ke dalam bentuk motif Songket
ini bagi masyarakat terutama untuk perajin Silungkang. Seperti dalam penelitian-
Songket Silungkang, dengan memberi penelitian Budiwirman, Erwiza Erman,
warna baru kepada Songket Silungkang, mengatakan bahwa Songket Silungkang
konsumen atau pembeli merasa tidak memiliki nilai-nilai simbolik bagi
bosan menggunakan Songket Silungkang, masyarakat Silungkang dan tergambar
dan event SISCA yang dilaksanakan pada motif-motif yang ada pada Songket
pemerintah menambah jual beli dari Silungkang atau ragam hias Songket
Songket Silungkang serta meningkatkan Silungkang, kerena Songket Silungkan
perekonomian Kota Sawahunto. salah satu warisan budaya yang ada di
4. Dampak Negatif Kota Sawahlunto.
Dampak Negatif dari komodifiksi Sekarang ini motif yang terdapat
Songket Silungkang adalah hilangnya pada Songket Silugkang sudah
nilai-nilai makna pada motif Songket dikombinasikan dengan motif-motif baru.
Silungkang tesebut, dimana dahulu hanya Tindakan menabrak pakem dengan
golongan darah biru saja yang mempuyai memanfaatkan motif-motif yang memiliki
Songket Silungkang disampaing itu makna dalam karya seorang perajin
hadirnya motif-motif yang baru yang jauh sebenarnya adalah gambaran perubahan
lebih menarik meninggalakan motif-motif dari masyarakat tradisional ke pada
lama Songket Silungkang. hadirnya event masyarakat modern.
SISCA membuat hilangnya makna pada a. Makna Kreativitas
pemakaian Songket Silungkat. Komodifikasi Songket
5. Makna Komodifikasi Songket Silungkang merupakan proyek kratifitas
Silungkang dari pelaku seniman perajin dan desainer,
Terjadinya komodifikasi pada mereka medesain dan memodifikasi
Songket Silungkang menyebabkan Songket Silungkang dengan berbagai
mengalami perubahan makna pada kain macam bentuk seperti baju, tas, icon
Songket itu sendiri. Dalam konteks SISCA, sepatu dan lain-lain menjadi
semiotika komodifikasi Songket sebuah kaya yang diminati oleh konsumen.
Silungkang berfungsi sebagai petanda Warna dan motif menjadi hal utama dalam
sedangankan yang ditandainya bermakna melakukan proses modifikasi. Dalam
sebuah proses mengubah Songket bentuk penciptaa karya icon SISCA yang
Silungkang dari pakaian adat menjadi berbahan Songket terjadi kerana adanya
objek penunjang pariwisata, fashion dan tema yang ditetapkan oleh panitia
sebagai peningkatan nilai jual Songket pelaksana SISCA. Karya-karya dari event
Silungkang. komodifikasi mengalami SISCA adalah hasil dari kreativitas para
171 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

pegrajin dan desainer. Para perajin suatu kebudaayaan yang baru. Demikian
membuatkan Songket susuai dengan juga hal yang terjadi pada industri Songket
keinginan dari desainer yang akan Silungkang yang dijadikan sebagai bentuk
mendesain Songket Silungkang menjadi penujang kepariwisataan di Kota
busana yang akan dilombakan pada Sawahlunto, dimana unsur-unsur estetika
kegiatan SISCA dan mereka pun yang ada dalam event SISCA bertujan
menampilkan karya-karya terbaik dalam untuk merancang hasrat dari pada
kegiatan tersebut. konsumen dan wisatawan untuk datang ke
b. Makna Pelestarian Sawahlunto.
Pelesrtaria Songket Silungkang
tidak hanya sebagai makna motifnya saja KESIMPULAN
namun juga sebagai warisan. Songket
sebagi warisan telah berfungsi dan penguat Kajian ini berupaya
solidaritas warisan budaya, seperti mengungkapkan komodifikasi Songket
peninggalan budaya (heritage). Songket Silungkang dalam pengembangan
warisan dimaknai sebagai pengikat satu pariwisata di Kota Sawahlunto, adapun
kaum dari pihak ibu, Songket warisan bentuk-bentuk komodifikasi yang terjadi
sebagai alat pemersatu keluarga dan pada Songket Silungkang antara lain
sebagai identitas suku. Songket komodifikasi produksi, komodifikasi
Silungkang Sebagai warisan budaya distribusi dan komodifikasi konsumsi.
dengan nilai-nilai budaya dan kearifan pertama komodifikasi produksi,
lokal masyarakat yang terdapat pada yaitu terjadi pada motif dan warna,
teknik pembuatan dan ragam motifnya bisa Selanjutnya komodifikasi desain, hadirnya
dikemas dalam berbagai bentuk baik event Sawahlunto international Songket
bersifat eknomomis maupun bersifat Carnival teleh merubah tatanan baru
pariwisata. kepada Songket Silungkang yang mana
c. Makna Identitas dahulunya Songket dipakai dalam acara
Identitas Songket Silungkang adat saja namun saat ini telah digunakan
dalam Komodifikasi dapat dilihat dalam dalam berbagai kegiatan, tidak hanya dari
aspek penunjang kepariwisataan dan segi pakaian saja Songket juga digunakan
sebagai busana. Secara harfia busana bagi sebagai aksesoris, dasi, tas, sepatu, gaun
manusia adalah sebgai pelindung untuk dan berbagai bentuk lainya.
menutupi badan agar terhidar dari Kedua komodifikasi distribusi,
kedinginan dan sebagai gaya fashion bagi dalam proses distribusi tataniaga Songket
masyarakat modern. Sedangkan pariwisata Silungkang sacara tradisonal, yaitu
untuk menikmati suasana yang indah yang pembayaran secara tunai. Produsen atau
bisa dinikmati oleh orang. pedagang bersifat menunggu datangnya
d. Makna Estetika. pembeli ke tokoh-tokoh dipinggir jalan
Unsur estetika yang terdapat dalam Silungkang. namu seiring dengan
komodifikasi Songket Silungkang tidak perkembangan zaman tataniaga Songket
kalah penting dengan pariwisata dan motif secara modern dengan memakai sistem
ekonomi yang mendorong perajin, pembalian yang panjang untuk sampai
pengusaha dan industri fashion. Para kepada konsumen. Perkembanga
perajin dan desainer memiliki idealisme teknologi, media serta informasi terutama
yang kuat untuk menghasilkan karya-karya internet yang sudah masuk ke daerah-
dan moti-motif Songket yang indah secara daerah pelosok Indonesia, distribusi
estetika. Sawahlunto telah memberi hasil Songket Silungkang semakin ramai
172 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

dengan kehadiran aplikasi jualan online Richard G.S. (ed), International Of


atau media online. Sociology
Ketiga komodifikasi konsumsi, Budiwirman. (2011). Nilai-Nilai Simbolik
produk Songket Silungkang adalah barang Pendidikan Dalam Songket
konsumsi yang mampu memenuhi Minangkabau. Program Studi
kebutuhan dalam kultural dan simbolik. Doktor Ilmu Pendidikan Program
Mempunyai Songket Silungkang yang Pascasarjana Universitas Negeri
masa dahulu hanya dimiliki oleh kelas Padang. Tesis Megister.
bangsawan, memiliki lebih dari sepuluh Erman, Erwiza. (2017). Laporan Songket
Songket Silungkang menandai status sosial Silungkang: Motif, makna dan
pada masa dahulu seperti kepuasaan bagi Trajektori Perkembangannya.
masyarakat yang memiliki banyak uang. Kerjasama Pusat Studi Humaniora
(PSH) Universitas Andalas Padang
Saran dengan Dinas Kebudayaan
Berdasarkan penelitaian yang telah Peninggalan Bersejarah dan
dilakukan, maka saran yang dapat Permuseuman Kota Sawahlunto.
diberikan bahwa kain Songket Silungkang Evans. (2004). Das Kapital Untuk Pemula,
merupakan identitas budaya masyarakat Yogjakarta: Resist Book.
Kota Sawahluto. Komodifikasi terhadap Lambertus, Langa. (2013). Komodifikasi
Songket Silungkang sangatlah baik namun Warisan Budaya Tenun Ikat
disamping itu perajin dan pemerintah juga Masyarakat Bena, Kabupaten
bisa mempertahankan motif-motif lama Ngada, Flores Dalam
pada Songket Silungkang, upaya ini dapat EraGlobalisasi, Bali: Tesis
dilakukan secara pewarisan dan pergantian Pascasarjana Udayana.
generasi. Diharapkan penelitian ini Mosco, Vincent. (2009). The Political
menjadi acuan bagi peneliti lainya yang Economy of Communication,
ingin meneliti tetang Songket Silungkang. London: Sage Publication.
Penelitian ini masih memiliki Naomi, Kawasaki. (2012). Dekonstruksi
kekurangan pada sumber data dan Makna Simbolik Batik
analisiya, sehingga diperlukan analisis Solo.Surakarta: Program Pasca
lebih lanjut mengenai komodifikasi Sarjana Universitas Sebelas Maret.
Songket Silungkang berupa data lisan Spradley James P. (1997). Metode
ataupun stidi lapangan. Etnografi. Yogyakarta : PT. Tiara
Wacana Yogya.
DAFTAR PUSTAKA Syahruddin, (2014). Adat dan Monografi
Nagari Silungkang,
Bart, Bernhard. (2006). Revitalisasi Tarigan, Brian Titus. (2017). Komudifikasi
Songket Lama Minangkabau. Kain Tradisional Karo Pada Era
Padang : Studio Songket Erika Globalisasi, Medan: Tesis
Rianti. Pascasarjana Universitas Sumatera
Barker, Chris. (2004). Cultural Studies; Utara.
Teori & Praktik, penerjemah Tenaya, A.A. Ngr Anom Mayun K.
Nurhadi, Yogjakarta: Kreasi (2014). Komodifikasi Kain Tenun
Wacana. Songket Bali di Tengah
Baudrillard, J. (2009). Fatal Theories. Perkembangan Industri
Clarke D.B., Doel M.A., Merrin W. KreatifFashion di Denpasar, Bali:
Tesis Pascasarjana Udayana.

Anda mungkin juga menyukai