Latar Belakang
Minangkabau merupakan salah satu suku di Indonesia. Kota Sawahlunto terletak di
Provinsi Sumatera Barat. Kota ini terkenal dengan hasil tambang batu bara yang berkualitas
tinggi. Sawahlunto tidak bisa dipisahkan dari keberadaan Perusahaan Nasional Tambang
Batu Bara Ombilin, yaitu PTBA-UPO. Menurut Asoka, Samry, Zubir, Zulqayyim,
Saputra (2016, p. 290) bahwa berlangsungnya kehidupan kota dan masyarakat Sawahlunto
tergantung pada produktifitas pertambangan batu bara. Hal ini jelas menunjukkan bahwa
masyarakat Sawahlunto bergantung pada beroperasinya PTBA-UPO. Namun limpahan
kekayaan batu bara tidak berlangsung lama. Hal ini disebabkan batu bara tidak dapat
diperbaharui. Artinya batu bara tidak selamanya bisa menopang kehidupan masyarakat.
Dengan tidak beroperasinya PTBA-UPO, gema Sawahlunto sebagai kota tambang
tidak hilang begitu saja. Jejak pertambangan batu bara tidak hanya menyisakan nilai sejarah,
namun lahirlah ide cemerlang pasca pertambangan. Semua itu tidak terlepas dari kontribusi
masyarakat. Relatif kecil masyarakat Indonesia mampu melestarikan warisan masa lalu
(heritage). Namun hal ini tidak berlaku bagi masyarakat Sawahlunto. Kondisi ini
memunculkan ide Stakeholders dengan dirumuskanya Sawahlunto sebagai Kota Wisata
Tambang yang Berbudaya di Tahun 2020, (Asoka, Samry, Zubir, Zulqayyim, Saputra, 2016,
p. 291). Ide ini kemudian dikukuhkan menjadi Visi Kota Sawahlunto tepatnya di era
kepemimpinan Wali Kota Amran Nur (2003-2013).
Di tengah maraknya pembangunan infrastruktur modern di berbagai kota di Indonesia,
yang terjadi di Sawahlunto justru sebaliknya. Berbagai bangunan aset perusahaan batu bara
peninggalan Belanda sejak akhir abad ke 19 direnovasi ulang oleh pemerintah kota. Munculah
bangunan aset tambang dengan wajah baru. Berdiri kokoh empat museum potret tambang
batu bara, antara lain Museum Goedang Ransoem, Museum Situs Lubang Mbah Soero
dengan Galeri Tambang Infobox, Museum Kereta Api, dan Museum Tambang Batubara
Ombilin: Pusat Dokumentasi dan Arsip PT. BA-UPO. Keberadaan museum tersebut
merupakan cagar budaya. Hal ini adalah fakta sejarah nyata tentang kejayaan tambang
batubara Sawahlunto sejak zaman kolonial Belada terutama di akhir abad ke 18. (Asoka,
Samry, Zubir, Zulqayyim, Saputra, 2016, p. 260).
Cagar budaya merupakan kekayaan bangsa yang penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, agama dan budaya. Karenanya perlu dilindungi dan dilestarikan demi jati diri
bangsa. Sejak ditemukan batu bara tahun 1868 oleh W.H. de Greve kemudian tahun 1892
berdiri perusahaan pertambangan pertama di Asia Tenggara (Bundel Kantor Arsip, 2016,
p.134). Dalam kurun waktu tersebut tentunya tumbuh berbagai nilai sejarah tak terkira.
Sehingga di tahun 2015 Warisan Budaya Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto telah
resmi masuk nominasi UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia.(Unesco, 2019; p. 5).
Perhatian UNESCO Cagar Budaya penting untuk diapresiasi oleh generasi muda.
Observasi awal, diperoleh data siswa MTsN 2 Kota Sawahlunto masih sebagai penikmat
cagar budaya saja, seperti apa bentuk kontribusinya. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk
melakukan analisis sejauh mana siswa madrasah berkontribusi terhadap Ombilin Coal Mining
Heritage of Sawahlunto.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini dengan berpedoman pada rumusan masalah, yaitu
sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan pendapat siswa madrasah Kota Sawahlunto dengan perhatian
UNESCO terhadap peninggalan sejarah Cagar Budaya Ombilin Coal Mining
Heritage of Sawahlunto.
2. Untuk mendeskripsikan bentuk kontribusi siswa madrasah Kota Sawahlunto
sehubungan dengan adanya Cagar Budaya Ombilin Coal Mining Heritage of
Sawahlunto.
Manfaat Penelitian
Manfaat praktis dari penelitian ini, antara lain:
1. Bagi generasi muda Kota Sawahlunto umumnya dan bagi siswa madrasah khususnya.
a. Meningkatkan kesadaran berpikir, tanggap, dan berindak terhadap perhatian
UNESCO yang telah memberi kesempatan Kota Sawahlunto menjadi bagian
dari warisan sejarah dunia.
b. Merumuskan action atau tindakan nyata bentuk kontribusi siswa madrasah
Kota Sawahlunto sehubungan dengan aktifitas melestarikan dan
mempromosikan Cagar Budaya Ombilin Coal Mining Heritage Of
Sawahlunto.
2. Bagi peneliti
Mengetahui bentuk kontribusi siswa madrasah Kota Sawahlunto terhadap
Cagar Budaya Ombilin Coal Mining Heritage Of Sawahlunto.
Kajian Teori
Batu bara (coal), terbentuk dari sisa tumbuhan yang tertimbun dalam kurun waktu
panjang dan telah mengalami perubahan fisik maupun kimia. Batu bara berwarna hitam dan
tersusun dari kandungan atom karbon, hydrogen, dan oksigen. Karena itulah batu bara tidak
bisa diperbaharui dalam waktu singkat (Dasymi, 2008, p. 10).
Cagar budaya merupakan bagian dari sejarah kehidupan masa lalu. Seiring dengan
pendapat Kuntowijoyo (2018, p. 14) bahwa sejarah itu adalah rekonstruksi dari kejadian-
kejadian masa lalu. Artinya kejadian masa lalu dijadikan pedoman untuk menciptakan peri
kehidupan yang lebih baik dan bermartabat. Dengan kata lain, adanya Cagar Budaya Ombilin
Coal Mining Heritage Of Sawahlunto, membuktikan bahwa pada masanya Kota Sawahlunto
berdaya dan dikenal dengan keberadaan tambang batu bara. Sudah menjadi kewajiban
masyarakat utamanya generasi muda untuk merekonstruksi kejayaan Sawahlunto salah
satunya dengan melestarikannya.
Kejayaan batu bara Sawahlunto adalah kenyataan, bukan sekedar dongeng atau mitos
belaka. Menurut Heryati (no date, p. 14), mitos merupakan cerita yang mungkin diyakini oleh
sebagian masyarakat. Namun mitos tidak secara rinci mejelaskan kapan pastinya kejadian itu
berlangsung. Beda dengan sejarah yang secara detail mencantumkan waktu berlangsungnya
peristiwa dan jejak/bekas kejadian itu masih terpampang nyata.
Tinjauan Pustaka
1. Siswa Madrasah
Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) pada umumya adalah individu yang
berada pada periode masa remaja. Mereka berada pada rentang usia 13 – 19 tahun.
Hurlock (2006, p. 206) mengatakan bahwa “awal masa remaja usia 13 - 16 tahun atau
17 tahun, dan berakhir pada 18 tahun”. Sedangkan menurut Erikson (dalam Damsar
2011, p. 88) individu di rentang usia 12 – 18 tahun terdorong menemukan jati dirinya
melalui interaksi dengan teman sebaya serta lingkungan sosialnya. Dalam proses
interaksi ia akan menemukan kepercayaan ideologi yang pada akhirnya muncul
keterampilan mengatasi persoalan kehidupan.
Siswa madrasah merupakan bagian dari masyarakat. Winarni (2018)
menyatakan bahwa masyarakat berperan aktif dalam pelestarian cagar budaya. Hal ini
juga dikuatkan adanya dasar hukum yaitu UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. UU ini mengatur bahwa masyarakat berhak
untuk melestarikan Cagar Budaya. Bentuk peran aktif masyarakat tentunya
disesuaikan dengan kapasitas masyarakat tersebut dan tentunya sesuai dengan aturan-
aturan yang berlaku.
Keberadaan Situs Cagar Budaya Ombilin Coal Mining Heritage Of Sawahlunto,
akan menjadi salah satu persoalan hidup apabila tidak dilestarikan. Maka sebagai
generasi muda Sawahlunto, siswa madrasah tentunya diharapkan mempunyai
kontribusi dan kepedulian terhadap aset bangsa ini.
2. Cagar Budaya
UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, menyebutkan tentang
perlindungan terhadap Cagar Budaya melalui upaya penyelamatan, pengamanan,
zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran (Rosidi, K., Rozikin, M., Trisnawati, No-
Date). UU ini tidak serta menjadi perhatian pemerintah saja, namun butuh
perhatian dari masyarakat. Siswa madrasah sebagai bagian dari masyarakat Kota
Sawahlunto juga perlu tanggap terhadap UU tersebut.
Sebagai contoh dari hasil penelitian Sugianti (2017) menemukan suatu
bentuk kepedulian masyarakat dengan membentuk komunitas pemerhati situs
Cagar Budaya Tuk Umbul. Tujuan komunitas ini adalah menggerakkan
masyarakat untuk berperan melestarikan dan melindungi kawasan Cagar Budaya.
Metode Penelitian
B. Subyek penelitian
Pada penelitian ini subyek penelitian adalah siswa MTsN 2 Kota Sawahlunto,
kepadanya melekat data atau informasi tentang obyek penelitian. Subyek penelitian ini
akan menjadi sumber data penelitian atau informan (Satori dan Komariah, 2011: p.
49).
Sumber data atau informan ditentukan melalui metode Sampling Purposive.
Sugiyono (2018, p. 85) menjelaskan, “sampling purposive adalah teknik pengambilan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Maka dari itu dengan pertimbangan waktu dan
biaya maka informan pada penelitian ini ditetapkan siswa MTsN 2 Kota Sawahlunto
kelas IX-A yang berjumlah 32 orang.
Jadwal Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Konsultasi pada √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
1
guru pembimbing
Observasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2
lapangan
3 Studi dokumen √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Analisis data dan √ √ √
4 penyusunan
laporan
5 Pengumpulan √
laporan
6 Proses penelitian √ √ √ √ √ √
Analisa data hasil √ √ √ √
7 penelitian,
penyusunan
laporan penelitian
Daftar Pustaka
Asoka, A., Samry, Zubir, Zulqayyim, Saputra . (2016). Peninggalan Bersejarah dan
Permuseuman. Pusat Studi Humaniora (PSH) Universitas Andalas Padang dan
Minangkabau Press.
Basrowi & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta. Jakarta.
Damsar. (2011). Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta. Kencana Pranada Media Grup.
Rosidi, K., Rozikin, M., Trisnawati. (No-Date). Analisis Pengelolaan dan Pelestarian Cagar
Budaya sebagai Wujud Penyelenggaraan Urusan Wajib Pemerintah Daerah. Jurnal
Administrasi Publik (JAP). Vol. 2 N0. 5 Hal. 830 – 836.
Sugianti, D. (2017). Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Tuk Umbul Warungboto Berbasis
Masyarakat. Jurnal Tata Kelola Seni. Vol. 3 No. 3 Desember 2017.
Satori, J dan Komariah, A. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan RD. Bandung.
Alfabeta.
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. (2019). Ombilin Coal
Mining Heritage of Sawahlunto.