Anda di halaman 1dari 12

JoGP (Journal of Global Perspective)

Vo l. 1 No. 1 Juni 2023 Hal.13-24 13

Peran Unesco Dan Upaya Indonesia Mengangkat Ulos Toba


Sebagai Warisan Dunia
The Role of Unesco and Indonesia's Efforts to Promote Ulos Toba as a World Heritage

Fitri N Situmorang a , E.N Domloboy Nst b


aMahasiswa Universitas Potensi Utama, Jl. Platina III, Titipapan, Medan Deli, 20242, Indonesia
b Dosen Universitas Potenai Utama, Dusun I Kambija, Laut Dendang, Medan, 20371, Indonesia
fitrisitumorang143@g mail.co m1 ,do mloboynasution@gmail.co m2

ABSTRAK
Ulos merupakan salah satu buah pikir dan hasil dari seni kualitas tinggi sebagai warisan busaya tak benda dari
leluhur yang harus tetap dilestarikan. Nilai sakralitas Ulos merupakan gambaran dunia batin orang Batak.
Setiap Ulos memiliki makna dan tujuan antara pemberi dan penerima Ulos. Ditetapkannya Ulos menjadi
warisan budaya tak benda Indonesia merupakan suatu harapan baru untuk melangkah menuju warisan dunia
(world heritage). Dilihat dari esensinya, Ulos merupakan salah satu dari representasi semesta alam yang
memiliki makna. Ulos merupakan symbol yang digunakan untuk menunjukkan kasih sayang, restu dan
persatuan. Ulos merupakan kebutuhan primer dalam adat batak. Penulisan artikel ini bertujuan untuk
menunjukkan bagaimana Ulos menjadi identitas budaya Batak . dimana ulos telah ditetapkan menjadi warisan
budaya tak benda Indonesia. Serta menunjukkan upaya masyarakat Indonesia untuk menjadikan ulos toba
sebagai warisan dunia, selain itu untuk menambah literasi mengenai Ulos. Tulisan ini menggunakan metode
deskriptif, dengan menggambarkan fenomena yang ada dan pengumpulan data studi literatur. Dibawah
naungan UNESCO sebagai organisasi dunia yang menaungi warisan budaya, secara berkala setiap negara
wajib melaporkan dan mengusulkan warisan budaya baru untuk dijadikan warisan dunia. Dengan langkah itu
Ulos dibawah naungan BPNB (Balai Pelestarian Nilai Budaya) akan terus berupaya dan berusaha agar dapat
terdaftar sesuai dengan syarat-syarat suatu warisan budaya dapat menjadi warisan dunia (world heritage)

Kata Kunci : Ulos Toba, Identitas Budaya Batak, Warisan Dunia, UNESCO, BPNB.

ABSTRACT
Ulos is one of the ideas and results of high quality art as an intangible cultural heritage from our ancestors that
must be preserved. The sacred value of Ulos is a picture of the inner world of the Batak people. Each Ulos has
a meaning and purpose between the giver and recipient of Ulos. The stipulation of Ulos as an intangible cultural
heritage of Indonesia is a new hope for stepping into world heritage (world heritage). Judging from its essence,
Ulos is one of the representations of the universe that has meaning. Ulos is a symbol used to show affection,
blessing and unity. Ulos is a primary need in Batak customs. The purpose of this article is to show how Ulos has
become a Batak cultural identity. where ulos has been designated as an intangible cultural h eritage of Indonesia.
As well as showing the efforts of the Indonesian people to make Ulos Toba a world heritage, in addition to
increasing literacy about Ulos. This paper uses a descriptive method, by describing the existing phenomena and
collecting literature study data. Under the auspices of UNESCO as a world organization that oversees cultural
heritage, each country is obliged to periodically report and propose new cultural heritages to be used as world
heritages. With this step, Ulos under the auspices of BPNB (Cultural Value Preservation Center) will continue
to strive and strive to be registered in accordance with the requirements that a cultural heritage can become a
world heritage.

Keywords: Ulos, Batak Cultural Identity, World Heritage, UNESCO, BPNP

Info Artikel :
Disubmit:3 Maret 2023 Direview:12 April 2023 Diterima :21 Mei 2023

Copyright © 2023 - Journal UPU. All rights reserved..


Fitri N Situmorang, et al, Peran Uneso dan Upaya Indonesia… 14

1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang gugusan terpanjang dan terbesar di dunia yang kaya
akan budaya beserta masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai jenis suku (etnik), agama, dan
kepercayaan yang dianut oleh masyarakat. Dimana disetiap wilayah memiliki adat beserta bahasa
daerah masing-masing (Ujan, 2009). Bahkan setiap budaya yang ada di Indonesia dianggap sangat
istimewa dan patut untuk terus dilestarikan. Sebagai negara yang kaya akan budaya sudah sepatutnya
masyarakat Indonesia bangga akan negaranya.
Suatu warisan yang turun-temurun dari sejak dulu yang menjadi suatu kehidupan masyarakat yang
telah terkonsep dan menjadi suatu kepercayaan dan keyakinan yang sulit untuk dihilangkan. Dimana
hal ini telah berkembang dalam masyarakat yang dijadikan menjadi suatu kepercayaan melalui sifat
lokal yang telah menjadi turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Hal inilah yang
menjadikan masyarakat memiliki kearifan lokal yang selalu di pertahankan oleh masyarakat.
Dalam kepercayaan masyarakat yang telah menjadi suatu tradisi disebabkan karena adanya
kebudayaan yang telah menjadi suatu titik tumpuan yang telah melekat pada diri masyarakat beserta
turun ke para generasinya. Menurut pandangan Melville J.Herkovits, beliau mengemukakan bahwa
kebudayaan merupakan hal yang sangat penting untuk diutamakan dan harus diwariskan secara turun-
temurun ke generasinya. Maka dengan adanya warisan dari pada nenek moyang dapat membuat para
keturunanya memiliki suatu ikatan yang besar antara kebudayaan dan kehidupan generasinya, dengan
hal itu generasinya tidak dapat untuk meninggalkan budaya yang telah diwariskan tersebut.
Seperti hal nya budaya batak yang tetap dijaga dan dilestarikan secara turun temurun, dan tetap
menjaga kearifan lokalnya. Banyak para turis yang sangat berminat dan ingin mempelajari budaya
batak. Karena para turis menilai bahwa adat batak merupakan adat yang begitu menarik dipelajari dan
para turis melihat bagaimana para masyarakat batak tetap menjaga adatnya yang merupakan warisan
dari nenek moyangnya
Mengingat begitu uniknya ulos batak ini membuat adanya negara yang mengklaim ulos tersebut.
Yaitu negara malaysia. Hal ini terbukti dengan adanya pertunjukan yang diselenggarakan malaysia
yang dimana pertunjukan tersebut mengenakan kain yang sangat mirip dengan ulos batak. Malaysia
memang begitu jeli memanfaatkan sesuatu. Dimana masyarakat Indonesia yang saat ini lalai akan
budayanya disitulah malaysia mencoba untuk mengklaim budaya Indonesia. Salah satunya ulos batak
tersebut. Hal ini memang kesalahan masyarakat Indonesia yang kurang memperkenalkan budayanya
terhadap generasi-generasi muda. Dimana para generasi muda ini lebih menyukai budaya dan gaya ala
luar negeri daripada budayanya sendiri. Padahal seharusnya para generasi muda ini harus lebih
melestarikan budaya tersebut.
Dengan diklaim nya ulos batak membuat pemerintah Indonesia mengajukan Ulos batak ke
UNESCO sebagai warisan tak benda dari Budaya batak, Indonesia. Karena Ulos batak yang merupakan
hal yang begitu dilestarikan maka pemerintah dan tokoh masyarakat mendukung ulos batak sebagai hal
yang perlu diketahui oleh seluruh dunia. Hal ini dimulai dengan pertujukan festival ulos pada tahun
2019 yang diselenggarakan di museum nasioal Indonesia tepatnya di jakarta. Pertunjukan tersebut
diselenggarakan oleh grup Batak Center.

Ulos Fest 2019 digelar untuk pertama kalinya. Gelaran upaya pengenalan dan pelestarian budaya
batak ini berlangsung pada 12 hingga 17 November 2019 di Museum Nasional Jakarta. Dengan
adanya Festival Ulos 2019 diharapkan budaya tak benda asal batak ini tetap lestari bahkan dapat
dikenal oleh masyarakat dunia. Berbagai jenis ulos batak yang dipamerkan dalam festival ulos
tersebut. Banyak para tamu yang menguji keindahan daripada hasil kain tenun ulos batak tersebut.
Hal ini tentu membuat para masyarakat batak lebih semangat untuk mendapat pengakuan dari
UNESCO.

Pada tanggal 8 oktober 2014 berdasarkan keputusan Kemendikbud Indonesia Nomor 270/P/2014
dimana pemerintah RI telah menetapkan kain Ulos Toba sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional.
Dengan ditetapkanya ulos sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional akan membuka peluang untuk

http://kti.potensi-utama.ac.id/index.php/globaperspective| redaksijurnalupu@gmail.com
JoGP (Journal of Global Perspective)
Vo l. 1 No. 1 Juni 2023 Hal.13-24 15

mengantar ulos toba sebagai dunia. (medanbisnisdaily,2019). Dalam event ini ini juga selain pemerintah
ingin mengantarkan ulos sebagai warisan dunia, pemerintah juga membuat pameran ulos terpanjang
yang tercatat dalam rekor MURI.

Dalam komunitas internasional, Organisasi Internasional dapat digambarkan sebagai


peran individu. Sebagai anggota masyarakat internasional, organisasi internasional harus
mengikuti aturan yang disepakati bersama. Selain itu, setiap anggota harus melakukan kegiatan
untuk mencapai tujuannya melalui kegiatan anggotanya. Menurut Clive Archer, peran
organisasi internasional dapat dibagi menjadi tiga kategori: yaitu: Pertama, sebagai instrume n.
Negara-negara anggota menggunakan organisasi internasional untuk mencapai tujuan tertentu
berdasarkan tujuan kebijakan luar negeri mereka. Dalam hal ini peran organisasi internasio na l
merupakan alat yang digunakan oleh anggotanya untuk tujuan tertentu, biasanya terdapat pada
IGO dimana anggotanya merupakan negara berdaulat yang dapat membatasi kegiatan
organisasi internasional. Peran organisasi internasional sebagai instrumen dianggap sebagai
kekuatan yang mendukung kepentingan nasional negara. Citra organisasi internasional sebagai
instrumen anggotanya tidak berarti bahwa setiap keputusan yang dibuat oleh organisas i
internasional bertujuan untuk kepentingan anggotanya. Ketika sebuah organisasi internasio na l
dibentuk, maka kesepakatan terbatas tentang pengaturan multilateral kegiatan negara sampai
batas tertentu harus disepakati antara negara-negara dalam bentuk instrumental. Organisasi
penting untuk kepentingan politik nasional, di mana koordinasi multilateral tetap menjadi
tujuan jangka panjang pemerintah nasional. Organisasi Antar Pemerintah (IGO) adalah sebuah
lembaga yang anggotanya merupakan perwakilan resmi dari pemerintah nasional dan yang
kantor pusatnya biasanya berlokasi di kota-kota besar. Organisasi internasional memilik i
anggota penuh waktu atau staf profesional yang dianggap sebagai pejabat internasional dan
diharapkan memiliki loyalitas transnasional atau organisasi. Tujuan jangka panjang organisas i
internasional biasanya diputuskan oleh majelis umum yang terdiri dari negara-negara anggota
yang diwakili. Mereka mengadakan sidang paripurna atau pleno sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan untuk menentukan batasan kebijakan publik dan tindakan yang akan diambil.
IGO diatur oleh dewan direksi yang terdiri dari sejumlah kecil perwakilan pemerintah tetap
atau bergilir. Dewan ini memiliki tanggung jawab yang besar dalam lembaga eksekutif,
sekretariat dan melaksanakan fungsi- fungsi administrasi

Kedua, Sebagai arena. Organisasi Internasional merupakan tempat bertemu bagi anggota
saja untuk membicarakan dan membahas masalah dalam negeri lain dengan tujuan untuk
mendapatkan perhatian internasional. Dalam hal ini, peran organisasi internasional sebagai
arena atau forum tempat berlangsungnya aksi. Dalam hal ini, organisasi internasio na l
menyediakan tempat pertemuan yang cocok bagi para anggotanya untuk berdiskusi dan
bekerjasama. Sebagai arena, organisasi internasional berguna bagi setiap kelompok yang
bersaing untuk memiliki forum untuk pandangan mereka, dan mereka juga dapat bertindak
sebagai kekuatan diplomatik untuk kebijakan selama Perang Dingin dan Perang Dekolonisas i.

Ketiga sebagai operator independen. Organisasi internasional dapat membuat keputusan


mereka tanpa pengaruh dari kekuatan luar atau paksaan. Dalam hal ini, peran organisas i
internasional adalah sebagai aktor independen, dimana independensi didefinisikan ketika
organisasi internasional dapat bertindak tanpa pengaruh kekuatan eksternal. Organisasi
internasional dapat berkontribusi secara netral tanpa mempengaruhi kepentingan eksternal.
Berdasarkan definisi peran beberapa pakar hubungan internasional di atas, dapat dikemukakan
bahwa pemerintah Indonesia mendaftarkan beberapa warisan budaya tak benda Indonesia di
UNESCO dengan harapan agar budaya tersebut dapat diakui sebagai budaya Indonesia melalui
organisasi ini. Dalam hal ini UNESCO merupakan organisasi internasional yang tidak hanya
berfungsi sebagai arena atau forum kerjasama, tetapi juga dapat dilihat sebagai instrume n
Fitri N Situmorang, et al, Peran Uneso dan Upaya Indonesia… 16

negara untuk mewujudkan kepentingannya, dan juga sebagai aktor independen yang tidak
terpengaruh olehnya.

RUMUSAN MASALAH.
Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa Indonesia harus berupaya untuk mengantarkan
Ulos Toba ke UNESCO. Maka rumusan masalah yang diambil peneliti adalah “Upaya apa yang
dilakukan Indonesia dalam menjadikan ulos toba sebagai warisan tak benda ke UNESCO?”.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan literatur merupakan bagian yang akan menjelaskan konsep yang akan digunakan
dalam penelitian ini. Konsep yang akan dipergunakan merupakan salah satu cara agar penelitian yang
dilakukan menghasilkan sebuah analisis yang lebih akurat dan dapat berkontribusi terhadap
perkembangan pengetahuan yang ada. Adapun konsep yang akan dipergunakan adalah sebagai berikut:
A. Liberalis Institusional.
Aliran Liberal Institusional ini mengangkat pemikiran liberal sebelumnya tentang efek yang
menguntungkan dari institusi-Institusional. Visi liberal terdahulu adalah salah satu hubungan
internasional yang bertransformasi dari rimba dimana politik kekuasaan yang berantakan menjadi
adanya aturan dan damai. Pencapaian transformasi inilah yang akan membangun melalui organisasi
Internasional, yang terutama adalah Liga Bangsa-Bangsa.
Kaum liberal Institusionalis ini membuat kesepakatan yaitu semua institusi internasional dapat
bekerjasama agar lebih mudah dan jauh lebih memungkinkan, namun tidak mengklaim dengan adanya
institusi tersebut yang dapat dengan sendirinya bisa berubah menjadi kualitatif ke hubungan
internasional. Para aktivis liberal institusionalis juga berpendapat bahwa institusi internasional tentunya
akan menolong membantu untuk mengantar negara untuk maju berdasarkan kerjasama tersebut.( Robert
jackson dan georg sorensen,2016)
Berdasarkan pernyataan tersebut para aktor liberal institusional menggunkan suatu pendekatan
yaitu pendekatan behavioralistik. Pendekatan ini yang akan berusaha meningkatkan ketepatan serta
kekuatan penjelas teori HI, dimana kesatuan ilmu pengetahuan secara sosial fundamental tidak berbeda
dari ilmu pengetahuan alam.
Menurut ahli liberal institusional yaitu Keohane bahwa institusionalisasi akan secara signifikan
dapat mengurangi suatu kekacauan yang multipolar yang menunjukkan kekuasaan (Robert jackson dan
georg sorensen, 2016). Dengan adanya institusi ini maka setiap negara anggota akan memberikan
informasi tentang sedikit banyaknya apa yang dilakukan oleh negara-negara anggota. Dengan demikian
dengan institusi ini akan membantu para negara anggota satu sama lain. Dan itu juga yang membuat
mereka akan menciptakn suatu forum untuk bernegoisasi diantara negara-negara anggota.
Liberal institusional ini tentunya sangatlah membantu setiap negara dari anggota institusi
tersebut. Meskipun dapat dikatakan bahwa adanya kepentingan yang ingin dicapai oleh negara anggota
dalam institusi tersebut. Dalam kata lain, kepentingan tersebut dapat dicapai dengan mudah dan
melakukan kerjasama dengan negara anggota lainya.
B. Diplomasi Budaya.
Diplomasi budaya menjadi langkah yang dapat dipergunakan oleh Indonesia sebagai acuan
memperkenalkan budayanya terhadap negara lain. Secara bahasa Diplomasi dapat diartikan sebagai hal
yang dapat digunakan untuk membangun suatu citra dan menjadi suatu daya tarik unutk menarik para
pengunjung. Kemudian dengan hal itu kepentingan nasional dan pelaksanaan politik akan
tercapai(Panikkar, 1995)
Budaya adalah segala sesuatu yang dapat dengan mudah dipahami dan dikomunikasikan oleh
semua orang dari latar belakang budaya yang berbeda. Hal yang menyenangkan tentang budaya adalah
dapat membuka jalan untuk mencapai tujuan diplomasi budaya. Budaya, seperti yang kita ketahui, juga
memiliki arti yang luas. Sebab, sebagai dimensi makro, budaya bukan sekadar seni atau praktik,

http://kti.potensi-utama.ac.id/index.php/globaperspective| redaksijurnalupu@gmail.com
JoGP (Journal of Global Perspective)
Vo l. 1 No. 1 Juni 2023 Hal.13-24 17

melainkan hasil dan upaya dari segala bentuk pengelolaan lingkungan manusia. Hubungan budaya
mungkin melibatkan rekonsiliasi antara dua atau lebih negara. Oleh karena itu, banyak negara kini
berusaha untuk lebih mengembangkan ikatan budaya ini dan mengubahnya menjadi alat diplomatik
yang efektif. Banyak negara mencari legitimasi melalui metode diplomasi budaya ini.
Sebagai bagian dari diplomasi budaya, terkadang memperkenalkan film dari negara sendiri ke
negara lain akan sangat membantu. Sejak film dirilis murni untuk hiburan, dapat memiliki kekuatan
untuk menciptakan citra dan membangun nilai di masyarakat luas (Suryanto, 2018). Selain film untuk
hiburan, film juga memiliki fungsi lain karena juga digunakan untuk menjelaskan situasi sosial. Tidak
mengherankan bahwa bioskop adalah alat yang ampuh untuk menyebarkan warisan budaya dan
mempromosikan kesadaran budaya.

3. METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi pustaka. Pendekatan penelitian kepustakaan menggunakan sumber informasi
penelitian yang ada. Penelitian kualitatif merupakan penelitian deskriptif dan analitik. Jenis penelitian
ini mencoba untuk mengeksploitasi teori dan konsep yang ada dan menganalisis fenomena berdasarkan
teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Sejarah Singkat Ulos Toba.
Ulos adalah mahakarya Indonesia yang berasal dari 4.000 tahun yang lalu dari budaya Batak,
salah satu peradaban tertua di Asia. Ulos sendiri sudah ada jauh sebelum orang Eropa tahu tentang
tekstil. Orang Batak sudah mengenal ulos karena datangnya alat tenun tangan dari India (Ralie Zoraya,
2017). Di kalangan masyarakat Tobabatak, khususnya di wilayah Danau Toba, ulos memiliki nilai
sakral yang tinggi dan merupakan simbol tradisional yang tradisinya masih dilestarikan.

Berdasarkan sejarahnya, ulos secara filosofis berarti selimut. Pada zaman nenek moyang Batak,
masyarakat tinggal di pegunungan. Nenek moyang Batak menganggap ulos yang paling nyaman dan
praktis untuk kehidupan sehari-hari, karena dapat digunakan sebagai benda yang menghangatkan dan
melindungi dari dingin, tetapi tidak dari matahari atau api. Seiring berjalannya waktu, ulos sendiri
menjadi kebutuhan utama dan semakin memiliki fungsi yang sangat penting bagi suku Batak, karena
ulos Batak sendiri digunakan oleh para tetua adat dalam upacara-upacara resmi. Para penenun Ulos
lebih bangga lagi dalam menenun, mengenakan, dan mewariskannya kepada keturunan mereka sebagai
warisan.

Ulos memiliki nilai yang sangat tinggi bagi kehidupan yang dibuat sebagai aturan adat yang
mengawali adanya akar filosofi. Dalam adat suku batak toba ada yang dikenal sebagai acara mangulosi,
jadi dalam adat tersebut ketika mangulosi maka akan memberikan ulos pada ritual tersebut. Dalam ritual
mangulosi ada aturan yang harus diikuti oleh masyarakat toba, yang mau mangulosi harus memiliki
tutur atau silsilah keturunan. Misalnya ketika Natoras mangulosi ke ianakhon (orangtua mangulosi ke
anaknya) namun tidak boleh dilakukan sebaliknya.

Suku Batak Toba adalah salah satu sub suku Batak di Sumatera Utara. Batak terdiri dari enam
sub-etnis: Toba, Ankora, Mandailing, Daili/Pakpak, Karo dan Simalungun. Meskipun berasal dari suku
Batak yang sama, masing-masing sub suku memiliki budayanya sendiri dalam hal sastra, seni, dan adat
istiadat (Pakpahan, 2016). Misalnya, dalam hal ulos, ada perbedaan kepentingan dan jumlah jenis ulos
antara suku Batak dan ulos. Misalnya, pada suku Batak Toba, ada tujuh jenis Ulos Batak yang umum
dikenal. Dan ada 5 jenis Ulos Batak dalam keluarga Batak Mandarin.

Ulos memainkan peran yang sangat penting dalam budaya Batak Toba. Ulos adalah kain tenun
batak yang berbentuk selendang dengan ukuran panjang dan lebar tertentu. Panjang dan lebar kain ulos
ini disesuaikan dengan peruntukannya. Artinya bisa dililitkan di kepala (dililithon), disampirkan di atas
Fitri N Situmorang, et al, Peran Uneso dan Upaya Indonesia… 18

satu atau dua bahu (sampai diadili atau dicegat), dipakai sebagai sarung (diavison), atau diikatkan di
pinggang. Ulos adalah salah satu bentuk artefak budaya (konkret) yang menjadi ciri khas budaya
tradisional Batak Toba, ulos adalah jenis pakaian Batak kuno. Menurut Linda Boru Marpaung, memakai
ulos terdiri dari melilitkan di badan hingga pinggang untuk laki-laki dan ke dada untuk perempuan.
Bagian lain dari ulos jenis lain digunakan sebagai dada dan tulang belakang. Gaya berpakaian ini
umumnya berlanjut hingga sekitar tahun 1850. Secara umum pembuatan ulos sama, yang membedakan
adalah sifat nama, corak atau motif dan kedudukan penggunaannya yang harus sesuai dengan jenis
upacara adat pada saat serah terima.

B. Pengangkatan Ulos Toba Sebagai Warisan Tak Benda Nasional.


Karya budaya atau warisan budaya tak benda sangat penting ketika mendaftarkan dan
mengidentifikasi karya budaya karena dapat berkontribusi pada kohesi sosial dengan mempromosikan
rasa identitas dan menanamkan rasa tanggung jawab. Merasa berbeda dan menjadi bagian dari
komunitas yang lebih besar.
Sebagai warisan budaya tak benda, seperti penggunaan konsep dan teknologi, itu tidak masalah.
Sifatnya dapat memudar dan menghilang seiring waktu, seperti dalam pidato, musik, tarian, ritual, dan
banyak perilaku terstruktur lainnya (Rani, Faisyal. (2015). Untuk menghindari hal tersebut tentunya
perlu adanya benda cagar budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi, secara otomatis
menciptakan kembali atau terus mengubah apa yang dilakukan masyarakat dan kelompok budaya untuk
menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada. Tentu saja, kelompok masyarakat ini perlu
berpijak pada sejarah dan alam untuk mempertahankan rasa identitas yang langgeng sambil
menghormati perbedaan budaya dengan orang lain dan kreativitas manusia.
Pada tahun 2019, Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya oleh Binsar simanullang
menjelaskan mengenai warisan budaya tak benda Indonesia yang menjadi identitas negara (Tugu,
2019). Dalam penetapan Ulos Toba sebagai warisan budaya tak benda Indonesia harus banyak membuat
peningkatan ulos yang disertai dengan kreasinya dalam ruang publik. Dimana harus dimulai dengan
adanya perhatian masing-masing terhadap stakeholder terhadap pembuatan dan proses kain ulos toba.
Selain itu juga harus dilakukan diskusi-diskusi untuk memahami dan pengenalan mengenai ulos baik
dari sisi sejarah, filosofi, makna dan juga fungsinya.
Penetapan ulos sebagai warisan budaya tak benda nasional Indonesia dilakukan pada 17
Oktober 2014. Identitas tersebut terlihat dengan ditetapkannya Ulos sebagai Warisan tak benda
Indonesia melalui keputusan mendikbud RI Nomor 270/P/2014, yang tercatat pada tanggal 8 oktober
2014. Dengan ditetapkanya ulos sebagai warisan budaya tak benda oleh menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia, maka setiap tanggal 17 Oktober dikenal sebagai perayaan ulos nasional (Hisar,
2019). Hal ini dilakukan menjadi langkah awal yang dilakukan oleh Indonesia untuk mengantar ulos
sebagai warisan budaya tak benda dunia ke UNESCO. Karena dalam prosedur pengajuan memiliki
tahapan untuk menjadi warisan dunia yaitu Pencatatan, Penetapan, Upaya komunitas dan lembaga
terkait (pemerintah dan non pemerintah), seleksi kemendikbud dengan tim khusus, pemilihan untuk
menjadi UNESCO NOMINATION an.Indonesia, persidangan di Indonesia dan penyiapan berkas,
pengusulan, dan melengkapi borang.
Pada hakekatnya warisan budaya dunia pada awalnya hanya terfokus pada bangunan, monumen
atau peninggalan nenek moyang manusia (nenek moyang) yang sebenarnya. Namun akhirnya
semuanya mulai berubah sehingga semua warisan budaya tidak berwujud. Dimulai pada tahun 1990-
an, ketika pemahaman tentang warisan budaya, yaitu keberadaan warisan budaya spiritual. Pada tahun
2001, UNESCO melakukan kajian dengan banyak negara dan organisasi internasional untuk mencapai
kesepakatan mengenai luasnya warisan budaya tak benda dunia, dan hal ini diresmikan pada tahun 2003
dalam bentuk konvensi yaitu Convention for the Protection of Intangible Warisan budaya. Hasil
konvensi UNESCO yang diselenggarakan di Paris pada tanggal 17 Oktober 2003 yang berbasis warisan
budaya tak benda (Purba, 2020) :

http://kti.potensi-utama.ac.id/index.php/globaperspective| redaksijurnalupu@gmail.com
JoGP (Journal of Global Perspective)
Vo l. 1 No. 1 Juni 2023 Hal.13-24 19

“…berbagai praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan - serta instrumen,


obyek, artefak dan ruang-ruang budaya terkait dengannya bahwa masyarakat, kelompok dan,
dalam beberapa kasus, perorangan merupakan bagian dari warisan budaya tersebut.”

Setelah ratifikasi UNESCO, pemerintah Indonesia juga ikut meratifikasi konvensi tersebut
dengan mengeluarkan Keputusan Presiden no 78 Tahun 2007 tentang cagar budaya. Mengenai dampak
pasca-ratifikasi, Indonesia diwajibkan untuk:
1. Melaporkan secara berkala kepada UNESCO tentang kemajuan yang dicapai dalam melestarikan
warisan budaya takbenda.
2. Pelestarian warisan budaya menurut tanda-tanda yang ditetapkan dalam perjanjian.
3. Mengusulkan situs warisan budaya baru untuk menjadi situs warisan budaya yang diakui secara
teratur oleh UNESCO.
Selain itu, Pemerintah Indonesia juga meratifikasi Konvensi 2005 tentang Perlindungan dan
Promosi Keanekaragaman Ekspresi Budaya melalui Keputusan Indonesia No. 78 Tahun 2011 tentang
Perlindungan dan Promosi Keanekaragaman Ekspresi Budaya. Efek dari ratifikasi adalah
a. sampai. Konvensi mengakui hak negara untuk mengambil langkah-langkah untuk melindungi dan
mempromosikan keragaman ekspresi budaya dan menangani kewajiban di tingkat nasional dan
internasional.
b. Konvensi ini memastikan bahwa seniman, pekerja budaya, praktisi, dan masyarakat umum dapat
membuat, memproduksi, mendistribusikan, dan menikmati berbagai produk, layanan, dan aktivitas
budaya.
c. Pemerintah Indonesia harus mengajukan proposal situs warisan budaya baru untuk menjadi situs
warisan budaya yang diakui secara teratur oleh UNESCO.
Pemerintah Indonesia juga dituntut untuk menyiapkan strategi pelestarian warisan budaya yang
sudah mapan. Pendaftaran warisan budaya takbenda Indonesia di UNESCO merupakan upaya
pemerintah untuk mengelola setiap warisan budaya dengan nilai-nilai budayanya, serta upaya diplomasi
budaya di tingkat dunia. Melalui pendaftaran ini, dunia dapat belajar lebih banyak tentang keragaman
budaya Indonesia dan juga saling menghargai keragaman budaya. Dengan segala nilai budaya yang
terkandung dalam warisan budaya spiritual Indonesia dapat mencerminkan karakter bangsa Indonesia
yang dapat menjadi kebanggaan Indonesia dalam pergaulan dunia.
Bergabungnya Indonesia sebagai anggota UNESCO, tentu saja keanggotaan ini bermanfaat.
Keuntungan Indonesia sebagai anggota badan ini adalah dapat mengajukan pendaftaran kebudayaan
Indonesia di UNESCO untuk mendapatkan pengakuan dari negara lain dan memperkenalkan
kebudayaan Indonesia kepada dunia. Ketika budaya Indonesia terdaftar di UNESCO, secara alami
menarik perhatian dunia pada budaya tertulis dan mata daerah asal, memperkuat dan kemudian
meningkatkan kesadaran akan identitas budaya lokal. Visi bangsa dan negara terhadap warisan budaya
yang relevan dan kesadaran pelestariannya dengan mewariskannya dari generasi ke generasi. Dalam
hal pendaftaran khusus diperlukan untuk perlindungan darurat, dapat diselenggarakan melalui proyek
perlindungan dan pembangunan, proposal anggaran yang dibiayai bersama oleh semua kelompok
kepentingan, yaitu. negara bagian, pemerintah kabupaten, pemerintah kota/pemerintah, UNESCO
C. Kelayakan Dan Capaian Ulos Dalam Pengembanganya Untuk Ditetapkan Sebagai Warisan Tak
Benda Dunia.
Dalam permasalahan Budaya menjadi suatu hal yang sangat sensitif dikarenakan mencakup jati
diri dan hal itu merupakan suatu ciri khas dari suatu negara di mata negara lainya, terutama dalam
hubungan internasional. Budaya Negara Indonesia telah banyak mengalami permasalahan dengan
negara lain menyangkut pengklaiman budaya. Dengan munculnya isu hak budaya, pemerintah akan
menyelamatkan kekayaan budaya Indonesia dengan mulai menampilkan kekayaan budaya yang
Fitri N Situmorang, et al, Peran Uneso dan Upaya Indonesia… 20

memiliki sejarah yang berasal dari negara itu sendiri dan kemudian budaya itu akan disajikan kepada
generasi muda.
Ulos telah memiliki sejarah yang begitu panjang. Dimana ulos sudah ada sejak 4.000 tahun
yang lalu. Jadi ulos sudah selayaknya mendapatkan pengakuan secara Internasional. Ulos sendiri juga
telah banyak diperkenalkan ke negara asing, dengan pameran-pameran yang dilakukan oleh pemerintah
dan masyarakat demi mengantarkan ulos sebagai warisan tak benda dunia. Mulai dari pertunjukan ulos
terpanjang dan busana yang berbahan dasar dari ulos.
Salah satu prestasi dalam pengenalan ulos yang telah dicapai adalah ulos harungguan. Dimana
ulos harungguan ini telah diperkenalkan hingga kancah Internasional. Dalam pertunjukan tersebut ulos
ini mendapatkan penghargaan dari World Crafts Council (dewan kerajinan dunia) pada tahun 2018 yang
berafiliasi dengan UNESCO. Tepatnya pada 7 November hingga 11 November 2018 (Adriansyah
anugerah, 2018).
Perancang busana sekaligus kolektor yang mengantar ulos harungguan untuk mencapai
penghargaan tersebut adalah Torang sitorus. Beliau mengatakan bahwa ini bukan pertama kalinya ulos
harungguan mencapai prestasi. Sebelumnya, Ulos Harungguan diberikan sebagai kenang-kenangan
pada pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Washington DC dan Bali. Ulos Harungguan dibuat
khusus oleh penenun dari muara kabupaten Tapanuri Utara Sumatera Utara. Ulos ini merupakan replika
dari kain tua. Tempat dimana Ulos ini mendapat gelar King of Ulos.Hal itu dikarenakan dalam selembar
ulos harungguan terdapat beberapa motif ulos toba seperti sibolang, ragi hotang, mangiring, bolean,
bintang maratur, suri-suri ganjang.

Gambar.1 : Ulos Harungguan


Sumber : voaIndonesia.com

Untuk mendukung Ulos toba sebagai Situs Warisan Dunia Tak benda, Menteri Pariwisata Aliev
Yahya bersama Dubes RI di Paris, Hotmangaradja Pandjaitan, memperjuangkan Ulos sebagai Situs
Warisan Dunia Tak benda UNESCO di Paris (Nusantara, 2018). Buktinya adalah pameran Ulos
Hangoluan & Tondi, yang diadakan di Museum Tekstil Jakarta dari 20 September hingga 7 Oktober
2018.

Gambar.2 : Pameran Ulos Hangoluan Dan Tondi


Sumber : travelmaker.id

http://kti.potensi-utama.ac.id/index.php/globaperspective| redaksijurnalupu@gmail.com
JoGP (Journal of Global Perspective)
Vo l. 1 No. 1 Juni 2023 Hal.13-24 21

Pameran ini diselenggarakan oleh Kerri Na Basaria dan Tobatenun sebagai bagian dari DEL
Foundation. Pameran ini menampilkan total 50 karya langka ulos yang rata-rata berusia 50 tahun dari
koleksi pribadi Devi Pandjaitan. Menpar juga turut mendukung Bekraf, sebuah lembaga industri kreatif.
Dengan menyediakan rumah kreatif sebagai tempat berkembang biaknya para perajin ULOS yang
disebut dengan IKKON.Program yang dipimpin oleh Triawan Munaf yang juga terlibat dalam
pelestarian dan pengembangan tekstil Ulos Toba, warisan budaya takbenda dunia ini diketuai oleh
Triawan Munaf, yang sekaligus dijadikan sebagai bagian dari pelestarian dan pengembangan kain ulos
toba menuju World Intangible Cultural Haritage.
Indonesia juga mengatur ekspresi budaya tradisional di bawah hak cipta. Pengaturan ekspresi
budaya tradisional sebagai bagian dari hak cipta di Indonesia dimulai dengan UUHC tahun 1982. Pada
tahun 1982, Indonesia mengadopsi Tunis Model Law dan mengesahkan UUHC tahun 1982, yang
memuat ketentuan-ketentuan terkait penguasaan negara atas benda-benda budaya tradisional seperti
cerita rakyat, lagu, kerajinan, dan tarian. . Selain itu, pada tahun 2002 UU No. Bagian 19 dari Undang-
Undang Hak Cipta 2002 (UUHC 2002) diperkenalkan dengan mencabut dan mengganti Undang-
Undang Hak Cipta yang lama. Dalam UUHC tahun 2002, ekspresi budaya tradisional disebut folklor.
Dari Kutipan Undang-Undang No. 10.19 tahun 2002 “Folklor dimaksudkan sebagai kumpulan
karya tradisional yang dibuat oleh kelompok dan individu masyarakat yang menunjukkan identitas
sosial dan budayanya berdasarkan norma dan nilai yang dimiliki. telah diucapkan atau diikuti dari
generasi ke generasi." : 1) cerita rakyat, cerita rakyat; 2) lagu daerah dan musik instrumental tradisional;
3) tarian rakyat, permainan tradisional; produk seni meliputi: lukisan, gambar, ukiran, patung, mozaik,
perhiasan, kerajinan tangan, pakaian, alat musik dan tenun tradisional.
Definisi UUHC tentang ekspresi budaya tradisional telah diperluas dibandingkan dengan
definisi UUHC (2002) tentang cerita rakyat. menawarkan upacara adat dan seni rupa dalam bentuk dua
dan tiga dimensi dalam berbagai bentuk. bahan-bahan seperti kulit, kayu, bambu, logam, batu, keramik,
kertas, tekstil, dll. atau kombinasinya, yang dilindungi sebagai ekspresi budaya tradisional. Permainan
tradisional tidak lagi dilindungi sebagai ekspresi budaya tradisional.
Pengaturan ekspresi budaya tradisional di Indonesia diatur oleh undang-undang hak cipta,
tetapi masa perlindungan ekspresi budaya tradisional tidak mengikuti masa perlindungan hak cipta.
Konvensi Berne untuk Perlindungan Karya Sastra dan Seni (Konvensi Berne) mensyaratkan bahwa hak
cipta berlaku setidaknya selama masa hidup pencipta dan 50 tahun setelah kematiannya. Oleh karena
itu, semua negara anggota Konvensi Berne harus menerapkan jangka waktu minimum perlindungan
hak cipta selama hidup pencipta dan 50 tahun setelah pencipta meninggal. Berdasarkan UUHC tahun
2002, Indonesia meningkatkan periode perlindungan hak cipta dari periode minimum yang ditentukan
oleh Konvensi Berne.

Hak cipta bentuk ekspresi budaya tradisional berlaku tanpa batas waktu (selamanya). Dengan
kata lain, meskipun suatu ekspresi budaya tradisional tidak lagi digunakan oleh masyarakat pemiliknya,
bukan berarti hak cipta ekspresi budaya tradisional tersebut hilang. Jangka waktu perlindungan ekspresi
budaya tradisional yang sifatnya tidak terbatas memang sangat cocok untuk perlindungan ekspresi
budaya tradisional. Hal ini dikarenakan banyak ekspresi budaya tradisional yang berusia ratusan bahkan
ribuan tahun. Oleh karena itu, ekspresi budaya tradisional tidak dapat benar-benar dilindungi oleh
perlindungan hak cipta yang terbatas. Meskipun perlindungan ekspresi budaya tradisional terbatas
waktu, ada banyak ekspresi budaya tradisional yang tidak dapat dilindungi dan berada dalam domain
publik. Jika ekspresi budaya tradisional berada dalam domain publik, ekspresi budaya tradisiona l
tersedia secara bebas untuk semua dan sangat mudah untuk dieksploitasi secara komersial dan sangat
rentan terhadap eksploitasi yang tidak pantas. Tidak ada individu yang memiliki ekspresi budaya
tradisional secara personal karena komunitas membuat ekspresi budaya tradisional tersebut menjadi
hidup. Ekspresi budaya tradisional sebagai milik komunitas dapat digunakan dan direproduksi secara
bebas oleh semua orang, jika penggunaan dan reproduksinya tidak melanggar aturan komunitas pemilik
ekspresi budaya tradisional. Meskipun ekspresi budaya tradisional dianggap sebagai milik bersama
masyarakat, hak cipta ekspresi budaya tradisional adalah milik negara.
Fitri N Situmorang, et al, Peran Uneso dan Upaya Indonesia… 22

Negara sebagai pemilik hak cipta bentuk-bentuk ekspresi budaya tradisional berkewajiban
menginventarisasi, melestarikan, dan melestarikan bentuk-bentuk ekspresi budaya tradisional.
Meskipun hak cipta ekspresi budaya tradisional dimiliki oleh negara, namun dalam menggunakan
ekspresi budaya tradisional tersebut, nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat pemiliknya harus
diperhatikan. Indonesia adalah salah satu negara yang mengatur perlindungan ekspresi budaya
tradisional di bawah undang-undang hak cipta. Selain Indonesia, beberapa negara lain seperti Australia,
Nigeria, Kongo dan Ghana mengatur ekspresi budaya tradisional sebagai bagian dari hak cipta. Pada
dasarnya, ekspresi budaya tradisional tidak dilindungi dengan baik di bawah undang-undang hak cipta.
Undang-undang hak cipta tidak memberikan perlindungan yang memadai untuk ekspresi budaya
tradisional. Ini karena beberapa fokus pada perlindungan hak cipta bertentangan dengan sifat
melindungi bentuk ekspresi budaya tradisional.
Hak Cipta mensyaratkan fiksasi Ciptaan dalam bentuk material. Persyaratan pendaftaran
mencegah perlindungan hak cipta ekspresi budaya tradisional karena ekspresi budaya tradisional
biasanya ditransmisikan secara lisan daripada secara tertulis atau konkret. Di sisi lain, karena diturunkan
dari generasi ke generasi, ekspresi budaya tradisional tidak asli (asli), sedangkan sebuah karya dapat
dilindungi hak cipta jika karya tersebut merupakan karya asli dan jelas siapa penciptanya. Kepemilikan
individu atas hak cipta juga sangat bertentangan dengan sistem tradisional kepemilikan kolektif atas
ekspresi budaya. Lebih jauh lagi, perlindungan hak cipta yang dibatasi waktu sangat bertentangan
dengan perlindungan bentuk ekspresi budaya tradisional yang abadi (abadi). Dengan demikian,
ekspresi budaya tradisional tidak diatur dengan baik oleh hak cipta. Karena ekspresi budaya tradisional
bersifat unik, ekspresi budaya tradisional harus diatur secara tersendiri dalam undang-undang khusus
yang mengatur ekspresi budaya tradisional.
a. Hambatan Indonesia Dalam Mengangkat Ulos Sebagai Warisan Dunia.
Selalu ada hambatan untuk mencapai tujuan ini, karena penyerahan warisan budaya tidak
selalu berjalan sesuai rencana. Seperti halnya ulos, ada hambatan untuk mencapai tujuan ini. dimana
tidak menekankan atau memberi tahu pengrajin Ulos bahwa ada undang-undang yang melindungi Ulos,
yaitu undang-undang paten dan hak cipta. Selanjutnya mengenai pendaftaran hak cipta pada kerajinan,
sebagian pengrajin ulos tidak memiliki pengakuan hukum, dan pengrajin ulos partonunan hanya
membuat ulos untuk mencari nafkah dan mengamalkan adat istiadat. Pengrajin ulos partonunan juga
memiliki karya yang dijiplak atau ditiru oleh pengrajin ulos partonunan lainnya.

Adapun hukum paten dan hak cipta yang tertulis adalah (Marpaung Sariaman, 2019) :
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016, ruang lingkup perlindungan paten
adalah:
a. Paten yang diberikan untuk suatu penemuan baru bersifat inventif dan dapat diterapkan secara
industri
b. Paten Sederhana diberikan untuk penemuan baru, pengembangan produk atau proses yang sudah
ada dan berlaku di industri.
Invensi yang dapat dipatenkan berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2016 tentang Paten meliputi:
a. Sebuah invensi dapat baru dalam pengertian pada Bagian 3 ayat 1 yaitu jika pada
tanggal pengajuan invensi tersebut tidak identik dengan teknologi yang
diungkapkan sebelumnya.
b. Teknologi yang sebelumnya diungkapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak boleh diungkapkan di luar Indonesia baik secara tertulis, lisan,
demonstrasi, penggunaan, atau dengan cara lain yang memungkinkan seorang
profesional untuk mengerjakan penemuan sebelum: teknologi yang
diumumkan.
1) tanggal penerimaan atau
2) tanggal prioritas, jika permohonan diajukan dengan prioritas;
c. tehnologi yang diungkapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi surat
permohonan lain yang diajukan di Indonesia yang diterbitkan setelah tangga l

http://kti.potensi-utama.ac.id/index.php/globaperspective| redaksijurnalupu@gmail.com
JoGP (Journal of Global Perspective)
Vo l. 1 No. 1 Juni 2023 Hal.13-24 23

penerimaan yang dilakukan pemeriksaan substantif, tetapi tangga l


pengajuannya lebih awal dari tanggal atau tanggal prioritas.
Berdasarkan konsep paten di atas, penemu dalam hal ini adalah seorang pengrajin Ulos
yang telah mengajukan paten kepada Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HAK I).
Dalam hal ini, salah satu invensi yang dapat dipatenkan adalah Ulos. Ulos kemudian dapat
mematenkan produk atau proses apa pun yang digunakan untuk memproduksi Ulos, seperti alat
tenun atau proses menenun.

5. KESIMPULAN
Ulos sebagai salah satu warisan budaya tak benda yang dimiliki Indonesia merupakan buah pikir
dan hasil dari seni kualitas tinggi sebagai warisan leluhur yang harus tetap dilestarikan. Nilai sakralitas
Ulos merupakan gambaran dunia batin orang Batak. Setiap Ulos memiliki makna dan tujuan antara
pemberi dan penerima Ulos. Ditetapkannya Ulos menjadi warisan budaya tak benda Indonesia
merupakan suatu harapan baru untuk melangkah menuju warisan dunia (world heritage). Dilihat dari
esensinya, Ulos memiliki makna kehidupan dan representasi alam semesta. Ulos adalah simbol berkah,
kasih sayang, dan persatuan. Ulos adalah syarat utama Adat Batak.
Indonesia negara yang kaya akan warisan budaya dan kearifan lokal menjadi tempat menarik bagi
pecinta dan pemerhati kebudayaan untuk menikmati keindahan alam dan pesona budaya yang beragam
dan unik. Warisan budaya terdiri atas 2 yaitu warisan budaya takbenda dan warisan budaya benda. Salah
satu warisan budaya takbenda yang Indonesia miliki adalah Ulos yang merupakan identitas budaya
masyarakat Batak. Ulos yang pada awalnya merupakan kain untuk menghangatkan tubuh namun dalam
perkembangannya menjadi buah pikir dan memiliki seni kualitas tinggi untuk digunakan dalam acara
adat Batak baik itu kelahiran, pernikahan ataupun kematian.

UCAPAN TERIMA KASIH


Peneliti mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing, E.N. Domloboy Nasution Yang
telah mendukung dan membimbing penulis dalam menyelesaikan studi ilmiah ini.
REFERENSI
[1]. Adriansyah anugerah, 2018. Ulos harungguan mendunia, raih penghargaan dari WCC. Diakses dari
https://www.voaindonesia.com/a/ulos -harungguan-mendunia-raih-penghargaan-dari-world-crafts-
council/4648187.ht ml

[2]Hisar, 2019. Ulos ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia. Diakses dari
https://medanbisnisdaily.com/news/online/read/2019/11/05/91683/ulos_ditetapkan_sebagai_warisan_b
udaya_tak_benda_indonesia

https://www.researchgate.net/publication/283299388_MENG USUNG_KEM BA LI_ KHAZANA H_IDE


NTITAS_BUDAYA_BANGSA

[3]Marpaung sariaman, 2019. Analisis Yuridis Perlindungan Pengetahuan Tradisional Dan Ekspresi Budaya
Tradisional Dalam Pembuatan Toba Di Kabupaten Tobasa . Diakses dari
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/15574/ 167011063.pdf?sequence=1&isAllowed
=y

[4]Medanbisnisdaily,2019. Ulos di Upayakan Menjadi Warisan Dunia


https://mediaindonesia.com/read/detail/69407-ulos-diupayakan-jadi-warisan-budaya-dunia

[5]Nusantara,2018. Kain ulos resmi diusulkan ke UNESCO sebagai Intangible Cultural Heritage. Diakses dari
https://travelmaker.id/2018/09/19/kain-ulos-res mi-diusulkan-ke-unesco-sebagai-world-intagible -
cultural-heritage/

[6] Pakpahan,2016. Wawasan budaya nusantara suku batak. Diakses dari http://digilib.un
imed.ac.id/17134/9/8.%20NIM.%203123122029%20CHAPTER%20I.pdf
Fitri N Situmorang, et al, Peran Uneso dan Upaya Indonesia… 24

[7]Panikkar 1995. Prinsip Practise Diplomacy. Diakses dari


http://scholar.unand.ac.id/3891/2/2.%20Bab%20I%20%28Pendahuluan%29.pdf

[8]Purba, E. J., & Kurnia Putra, A. (2020). Perlindungan Hukum Warisan Budaya Tak Beda Berdasarkan
Convention for The Safeguarding Of The Intangible Cultural Heritage2003 dan Penerapannya di
Indonesia. Diakses dari https://online-journal.unja.ac.id/Utipossidetis/article/view/8431/6696
[9]Ralie zoraya, 2017. Ulos Bukan Sekedar Kain Tenun. Diakses dari https://kwriu.kemdikbud.go.id/berita/ulos -
bukan-sekadar-kain-tenun/

[10]Rani, Faisyal. (2015), Diplomasi Indonesia terhadap Unesco dalam Meresmikan Subak sebagai Warisan
Budaya DiRiau University. Diakses dari
http://patrawidya.kemdikbud.go.id/index.php/patrawidya/article/view/346/196

[11] Robert jackson dan georg sorensen,2016 Pengantar Hubungan Intern asional

[12] Suryanto hari, 2018. Film Sebagai Aset Diplomasi Budaya. Diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/330792615_FILM_SEBA GAI_ASET_DIPLOMASI_ BUDA
YA

[13] Tugu, 2019. 3 warisan budaya Indonesia akan diwariskan ke UNESCO. Diakses dari
https://kumparan.com/tugujogja/3-warisan-budaya-indonesia-akan-disidangkan-di-unesco-
1sC7dSEurV3.
[14]. Ujan, 2009. Mengusung Kembali Khanazah Identitas Budaya Bangsa. Diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/283299388_MENGUSUNG_KEM BA LI_ KHAZANA H_IDE
NTITAS_BUDAYA_BANGSA

http://kti.potensi-utama.ac.id/index.php/globaperspective| redaksijurnalupu@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai