Anda di halaman 1dari 13

REMPUG TARUNG ADU TOMAT

(KOMODIFIKASI SENI PERGELARAN HELARAN


DI DUSUN CIKAREUMBI, DESA CIKIDANG, KECAMATAN LEMBANG,
KABUPATEN BANDUNG BARAT)
TOMATO FIGHTING REMPUG
(COMMODIFICATION OF HELARAN PERFORMING ARTS
IN DUSUN CIKAREUMBI, CIKIDANG VILLAGE,
LEMBANG DISTRICT, WEST BANDUNG REGENCY

Bunga Adelia, Cahya, Imam Setyobudi


bungaadelia73@gmail.com
Antropologi Budaya, Fakultas Budaya dan Media ISBI Bandung
Artikel diterima: 21 Oktober 2021 || Artikel direvisi: 15 Maret 2022 || Artikel disetujui: 1 Agustus 2022

ABSTRAK

Penelitian ini berfokus terjadinya komodifikasi budaya pada tradisi Rempug Tarung Adu Tomat.
Tujuan penelitian adalah mengungkapkan struktur pertunjukan Rempug Tarung Adu Tomat, bentuk
komodifikasi yang terjadi pada Rempug Tarung Adu Tomat, dampak komodifikasi Rempug Tarung Adu
Tomat terhadap masyarakat setempat. Manfaat teoretis pada penelitian ini adalah dapat memberi kontribusi
bagi disiplin ilmu antropologi tentang konsep komodifikasi terhadap budaya serta menambahkan wawasan
bagi peneliti lainnya mengenai Rempug Tarung Adu Tomat. Manfaat praktis pada penelitian ini memberikan
pemahaman serta menunjukan adanya komodifikasi budaya pada tradisi Rempug Tarung Adu Tomat yang
berada di RW 03 Dusun CIkareumbi. Landasan teoretikanya konsep teoretis komodifikasi. Metode penelitian
kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa studi pustaka, wawancara, observasi lapangan dan
dokumentasi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada tradisi Rempug Tarung Adu Tomat ini terdapat
praktik komodifikasi budaya yang pada awalnya hanya memiliki nilai guna berubah dengan adanya nilai
tukar (jual). Praktik komodifikasi berdampak pada penghasilan masyarakat sekitar dan terbentuknya
lapangan pekerjaan. Masyarakat memperoleh dampak penambahan pendapatan ekonomi rumah tangga.
Komodifikasi memberi pertumbuhan sektor perekonomian sekaligus memperkenalkan potensi suatu
wilayah.
Kata kunci: tradisi, perang tomat, komodifikasi budaya, industri pariwisata

ABSTRACT

This research focuses on the occurrence of cultural commodification in the Rempug Tarung Adu Tomat
tradition. The purpose of this research is to reveal the structure of the Rempug Tarung Adu Tomat
performance, the form of commodification that occurs in Rempug Tarung Adu Tomat, and the impact of
thecommodification Rempug Tarung Adu Tomato on the local community. The benefits of this research are
theoretical at this research can not give a contribution to the discipline of Anthropology on the concept of
commodification of culture as well as add insight for other researchers about the Rempug Tarung Adu Tomat.
Practical benefits in this study gave the understanding as well as show the commodification of culture on
tradition Rempug Tarung Adu Tomat which is located in RW 03 Dusun CIkareumbi. The theory used is the
theory of the concept of commodification. The method in this study uses qualitative methods with data
collection techniques in the form of library studies, interviews, field observations and documentation. The
results of this study indicate that in thetradition Rempug Tarung Adu Tomat there is a cultural
commodification practice which at first only has a use value that changes with the exchange value (selling).

42
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 7 No. 1 Juni 2023

Initially the Rempug Tarung Adu Tomat tradition was only a cultural tradition, now it has become a tourism
commodity (tourism industry) not only that, it can be seen from the implementation of the entrance ticket
system, and the sale of souvenirs with the attributes of thetradition Rempug Tarung Adu Tomat, with the
practice of commodification it has an impact on people's income. Environment and the formation of
employment, the impact obtained by the community is of course the economic impact. Because the purpose
of the practice of commodification is to build the economic sector and introduce the potential of the region.
Keywords: tradition, tomato fighting, commodification of culture, tourism industry.

PENDAHULUAN 2012 di RW 03 Dusun CIkareumbi.3 Rempug


Desa Cikidang merupakan desa dengan Tarung Adu Tomat berbentuk seni pergelaran
penduduk yang mayoritas bermata helaran.4
pencaharian sebagai petani dengan jumlah Fenomena tersebut sebagaimana dalam
7.745 jiwa dan luas wilayahnya 10,33 penelitian Maunanti (2003) memperlihatkan
kilometer2. Kebanyakan penduduk Desa bahwa dewasa ini semakin semarak fenomena
Cikidang bertani tomat yang setiap tahun konsumsi pada masyarakat dan kebudayaan
menghasilkan 125.000 ton/Ha.1 Pada tahun dalam konteks industri pariwisata yang dapat
2011, petani tomat Desa Cikidang, lebih mendorong terjadinya proses komodifikasi
tepatnya di RW 03 Dusun CIkareumbi sempat budaya seiring dengan jasa pariwisata dalam
mengalami kerugian karena hasil panen yang pemasaran pergelaran budaya, arsitektur, dan
tidak terserap pasar, peristiwa tersebut ritual. Dijelaskan juga dalam penelitiannya,
memancing ide kreatif terciptanya tradisi komodifikasi dapatlah dimengertikan sebagai
Rempug Tarung Adu Tomat.2 Tomat proses pengemasan atau pemasaran objek-
berlimpah tiada terjual mengalami objek budaya yang melibatkan nilai ekonomi
pembusukan. Abah Nanu Munajat dari aspek kehidupan manusia yang awalnya
memanfaatkan tomat busuk sebagai materi nilainya terpisah dengan industri pariwisata.
pergelaran Rempug Tarung Adu Tomat yang Selaras dengan penelitian Irianto (2016)
diselipkan pada rangkaian upacara ritual berjudul Komodifikasi Budaya dalam Era
ngaruat bumi. Ekonomi Global terhadap Kearifan Lokal,
Munajat mengatakan bahwa Rempug bahwa salah satu bentuk benda budaya yang
Tarung Adu Tomat sebagai pengembangan dikomodifikasi di era globalisasi adalah
upacara ritual ngaruat bumi yang ada sejak kesenian tradisional. Kesenian tradisional
puluhan tahun yang lalu, dan salah satu mata yang semula sebagai subjek pengetahuan,
acara andalan dari rangkaian mata acara kebijakan, dan kearifan lokal masyarakat
lainnya yang terdapat dalam ngaruat bumi dan pendukungnya, berkat adanya industri
hajat buruan (dikutip dalam Riyanti 2016; pariwisata kemudian berubah menjadi objek
Reinaldi 2016; Wiranegara 2016). Rempug berupa benda yang harus diperjualbelikan
Tarung Adu Tomat sebagai ide kreatif dosen melalui proses produksi budaya. Proses
seni tari bernama Nanu Munajat, dibuat tahun produksi untuk menghasilkan produk industri
2011 dan digelar pertama kali pada tahun pariwisata membutuhkan strategi yang

1 3
Sumber Profil Desa Cikidang 2020. Ketua Pelaksana Rempug Tarung Adu Tomat, Acep
2
Keterangan terdapat pada Awal mula Perang Tomat Unan mengatakan pelaksanaan kegiatan ini harus
di Lembang seijin Abah Nanu dan Abah Unan.
[https://www.google.com/amp/s/m.kumparan 4
Asal-mula Perang Tomat di Lembang: Kesedihan dan
.com/amp/bandungkiwari/awal-mula-perang-tomat- Kesenian
1541578618348994 diakses 17.53, 7/6/2021] [https://www.idntimes.com/news/Indonesia/bagus-
f/asal-usul-perang-tomat-di-lembang-dari-derita-
hingga-perayaan-seni-nasional/1

43
Bunga, Cahya, Imam – Rempug Tarung Tomat...

mampu menciptakan standar mutu kesenian festival yang bersifat hiburan yang dilakukan
tradisional, baik menyangkut rekomposisi, oleh aktor. Pada pelaksanaannya berguna
rekonstruksi, rekoreografi, dan revitalisasi memproduksi budaya berdasar kondisi
yang sejalan dengan tuntutan industri masyarakat saat ini.
pawisata. Strategi pengembangan tersebut Penelitian Anggi Adriatna (2016) fokus
diharapkan tetap melindungi hakikat. utamanya mengenai komodifikasi pada
Pada awalnya, warga RW 03 Dusun upacara Ngalaksa di Desa Rancakalong yang
Cikareumbi menggelar upacara ritual ngaruat pada awalnya upacara adat penghormatan
bumi berlangsung tanpa Rempug Tarung Adu kepada Dewi Sri atau Nyi Pohaci tetapi
Tomat setiap tahun. Namun, belakangan, mengalami pergeseran menjadi adanya nilai
semenjak tahun 2012, penyelenggaraan jual yang menghasilkan ekonomi bagi
upacara ritual ngaruat bumi menyertakan masyarakat Rancakalong. Penelitian Untung
Rempug Tarung Adu Tomat sebagai ritual Prasetyo (2011) fokus utamanya mengenai
rasa syukur atas hasil alam yang melimpah komodifikasi upacara tradisional Seren Taun
serta bertujuan membuang sial dan hal-hal dalam pembentukan identitas komunitas.
buruk serta sifat negatif yang ada di Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud
masyarakat maupun penyakit yang ada pada mengembangkan hasil dari penelitian-
tanaman (Koswara 2016; Solehudin 2016; penelitian terdahulu dalam peta keilmuan
Rayadin 2016). Perkembangan Rempug Antropologi tentang konsep komodifikasi
Tarung Adu Tomat mengalami komodifikasi budaya berbasis pada seni pergelaran yang
budaya dimana adanya nilai guna menjadi bersifat helaran.
nilai tukar menjadi seni kemasan industri Terciptanya tradisi Rempug Tarung Adu
pariwisata dan sebagai sebuah komoditi yang Tomat yang berada di Dusun Cikareumbi
dinikmati oleh masyarakat luas. merupakan pengembangan ritual ngaruat
Penelitian terdahulu tentang Rempug bumi sebagai rangkaian mata acara andalan
Tarung Adu Tomat tergolong masih sangat dan saat ini mengalami komodifikasi budaya
minim. Hanya terdapat praktik tugas akhir dimana adanya nilai guna menjadi nilai tukar
film documenter oleh Maulana N.H (2016) sebagai sebuah komoditi yang dinikmati oleh
berjudul Film Dokumenter Budaya Rempug masyarakat luas. Dengan demikian, muncul
Tarung Adu Tomat di Kampung Cikareumbi. pertanyaan penelitian sebagai berikut
Dokumentasi tentang sejarah dan prosesi bagaimana struktur pertunjukan Rempug
Rempug Tarung Adu Tomat (lihat pula Harry Tarung Adu Tomat? Bagaimana bentuk
2016; Santi 2016; Wiranegara 2016). komodifikasi yang terjadi pada Rempug
Penelitian lainnya belum ada yang melihat Tarung Adu Tomat? Dan, bagaimana dampak
Rempug Tarung Adu Tomat sebagai bentuk komodifikasi Rempug Tarung Adu Tomat
komodifikasi budaya bermodel seni terhadap masyarakat setempat? Penelitian ini
pergelaran dengan konsep helaran bagi mempunya sejumlah tujuan yang terdiri dari
kepentingan pengembangan pariwisata daerah sebuah upaya mengungkapkan struktur
yang ada di RW 03 Dusun CIkareumbi. pertunjukan Rempug Tarung Adu Tomat,
Namun penelitian mengenai komodifikasi sebuah upaya mengungkapkan bentuk
budaya telah banyak dilakukan seperti komodifikasi yang terjadi pada Rempug
penelitian Setyobudi (2020) yang berfokus Tarung Adu Tomat, dan sebuah upaya
pada komodifikasi revitalisasi tradisi lama mengungkapkan dampak komodifikasi
dalam rangka siasat untuk industri pariwisata Rempug Tarung Adu Tomat terhadap warga
di Cihideung dengan analisa produk diri masyarakat sekitarnya.
masyarakat, penelitian Shafy (2020) fokus Adapun landasan teoretik yang
utamanya mengenai komodifikasi budaya digunakan di dalam penelitian memakai
reka cipta tradisi palang pintu Betawi, yang konsep komodifikasi. Menurut Mosco (dalam
pada awalnya upacara pernikahan menjadi Setyobudi 2020), komodifikasi merupakan

44
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 7 No. 1 Juni 2023

proses yang mengubah nilai guna menjadi pendapatan hasil kontribusi yang dibayarkan
nilai tukar. Pada awalnya nilai produk oleh wisatawan karena telah menikmati
ditentukan berdasarkan kegunaan atau pertunjukan budaya tersebut.
kemampuan produk tersebut untuk memenuhi Dalam penelitian ini konsep
kebutuhan sosial dan individu berubah komodifikasi digunakan untuk membedah
menjadi sesuai produk yang nilainya sesuai bagaimana bentuk komodifikasi budaya
harga pasar. Komodifikasi berawal dari Karl tradisi Rempug Tarung Adu Tomat dan
Max dan George Simmel yang berkata bahwa bagaimana pengaruhnya terhadap warga
akibat dari ekonomi uang berdasarkan atas masyarakat setempat.
semangat untuk menciptakan keuntungan
yang banyak maka mengakibatkan munculnya METODE
gejala komodifikasi di berbagai sektor Penelitian ini memakai metode
kehidupan (Kasman 2011). Pengamatan penelitian kualitatif. Relevansinya dengan
Fairclough (dalam Setyobudi 2020) permasalahan yang diteliti, bahwa penelitian
komodifikasi tidak hanya mencakup produk kualitatif dapat digunakan untuk memahami
barang saja melainkan dapat terjadi pada fenomena sosial-budaya dalam artian makna
bidang lain yang bukan komoditi barang bisa yang berada dalam benak orang-orang yang
terjadi pada sektor seni, tradisi, maupun diteliti kepada penelitinya (Boeije dalam
pendidikan. Setyobudi 2020: 19). Pendekatan terhadap
Komodifikasi tidak hanya merujuk pada masalah penelitian bersifat fleksibel
barang-barang kebutuhan konsumen, akan meniscayakan seluas dan sedalam mungkin
tetapi terjadi pula pada kebudayaan dimana makna dapat tergali (Setyobudi 2020: 20).
masyarakat kapitalisme menjadikan Bogdan dan Taylor menyatakan bahwa
kebudayaan patuh pada hukum komoditi penelitian kualitatif merupakan prosedur
kapitalisme, serta dapat menghasilkan penelitian yang memungkinkan
kebudayaan industri yaitu kebudayaan yang pengungkapkan data dan analisa yang berupa
dapat dikonsumsi secara luas dan produksinya deskripsi atau pelukisan atau penggambaran
tertuju pada mekanisme pasar (Fajarwati keadaan fenomena empiris yang ada (1993).
2017), menurut Darmadi (dalam Fajarwati Dalam penelitian kualitatif, menurut Kirk dan
2017) komodifikasi sendiri telah merambah Miller (1986: 9), sebuah tradisi pengumpulan
ke dalam sektor pariwisata serta komodifikasi data dalam ilmu sosial yang sepenuhnya
saat ini telah menyentuh langsung pada bergantung pada instrumen penelitinya sendiri
makna-makna kebudayaan hingga melibatkan yang berusaha pengamatan terhadap manusia
simbol-simbol, ikon-ikon seni, agama, dan kawasan lingkungannya.
budaya. Kasman (2011) berpendapat saat ini Dalam mengungkap permasalahan yang
banyak kapitalisme pariwisata di daerah terkait dengan objek yang diteliti, maka
dengan tujuan wisata dengan dibungkus oleh diperlukan sebuah metode sebagai langkah-
sihir pesona diskursus pariwisata budaya langkah operasional penelitian di dalam
menjadi adanya komodifikasi dalam seni pengumpulan data. Adapun teknik
popular, yakni adanya proses perdagangan pengumpulan data, pengamatan langsung
untuk memperoleh sejumlah keuntungan. terhadap fenomena empirisnya, studi pustaka
Pemicu komodifikasi budaya biasanya atau penelusuran sumber arsip yang relevan
perekonomian yang rendah oleh karena itu dengan masalah penelitiannya. Keabsahan
muncul fenomena meningkatkan nilai jual data digunakan triangulasi data: teknik
kebudayaan untuk menumbuhkan kembali pengumpulan data yang berbeda-beda. Teknik
perekonomian karena dengan adanya pengumpulan data lewat wawancara
komodifikasi budaya ini dapat menarik dievaluasi terhadap pengamatan langsung
wisatawan domestik maupun mancanegara maupun pengumpulan arsip-arsip dan
dengan begitu dapat menghasilkan dokumen (Setyobudi 2020: 77-79).

45
Bunga, Cahya, Imam – Rempug Tarung Tomat...

HASIL DAN PEMBAHASAN kreasi seni berbentuk seni pergelaran outdoor


Asal Mula Rempug Tarung Adu Tomat yang disebut Rempug Tarung Adu Tomat.
Sejumlah warga dan tokoh masyarakat Ide kreatif tersebut dimusyawarahkan
RW 03 Dusun Cikareumbi menceritakan dengan masyarakat Dusun Cikareumbi selama
perihal asal mula adanya Rempug Tarung Adu satu tahun untuk dapat dipahami maksud dan
Tomat (9 Desember 2019) yang kurang tujuan diadakanya Rempug Tarung Adu
lebihnya sebuah penggambaran kekesalan Tomat, setelah dimusyawarahkan masyarakat
petani tomat saat harga jatuh: tomat menjadi setuju untuk diadakan dan digelar pertamakali
tidak ada harganya. Para petani meluapkan pada tahun 2012 tepatnya di bulan Muharam
kekesalan dengan membuang tomat ke jalan- bersamaan dengan upacara adat Ngaruat
jalan. Pada saat wawancara dijelaskan bahwa Bumi yang sudah ada sejak puluhan tahun
Rempug Tarung Adu Tomat digagas pada yang lalu. Pertamakali digelar Rempug
tahun 2011 dan digelar pertama kali pada Tarung Adu Tomat memakai dana hasil
tahun 2012 tepatnya bulan Muharam dan swadaya masyarakat RW 03 Dusun
tidak dapat digelar tanpa persetujuan tokoh CIkareumbi serta pembuatan segala artistik
masyarakat yang bernama Acep Unan dan dilakukan oleh masyarakat setempat. Pada
Nanu Munajat sesuai akte notaris. tahun 2017 Rempug Tarung Adu Tomat
Penjelasan Acep Unan (35 tahun), salah ditetapkan akan digelar setiap bulan Oktober
satu tokoh masyarakat yang ikut serta dalam dan pada hari minggu dengan tanggal yang
menggagas Rempug Tarung Adu Tomat ditentukan lewat musyawarah masyarakat
menjelaskan bermula pada saat beliau yang RW 03 Dusun CIkareumbi.
saat itu sebagai anggota komunitas kesenian Pada tahun 2012 setelah digelarnya
sisingaan5 Mekar Budaya bertemu dengan Rempug Tarung Adu Tomat telah
seorang budayawan sekaligus pelaku seni di menimbulkan kontra dimana segelintir orang
Kabupaten Bandung Barat bernama Nanu menganggap Rempug Tarung Adu Tomat hal
Munajat atau sering dipanggil Abah Nanu yang mubadzir6 dilakukan karena membuang-
dengan kepentingan sanggar yang dinaungi buang hasil panen begitu saja dengan cara
oleh Abah Nanu yang bernama sanggar dilempar, namun masyarakat beserta Abah
Kalang Kemuning sedang membutuhkan Nanuh selaku yang mempunyai gagasan
anggota laki-laki untuk mengisi helaran menjelaskan bahwa tomat yang dipakai
tersebut. Sejak saat itu sebagai tanda terima merupakan tomat-tomat busuk yang tidak
kasih Abah Nanu ingin memberi sesuatu yang layak makan dan sisa-sisa tomat dikumpulkan
bermanfaat. kembali untuk dijadikan pupuk kompos
Pada saat Abah Nanu mengunjungi RW sehingga tidak ada hal yang mubadzir.
03 Dusun CIkareumbi bertepatan dengan Menurut Abah Nanu (61 Tahun)
musim panen tomat tahun 2011, namun memaparkan bahwa Rempug Tarung Adu
melihat tomat-tomat tersebut tergeletak begitu Tomat sebuah kreasi seni dibalik penderitaan
saja di ladang hingga ada yang sudah busuk petani tomat dan sebagai bentuk wujud syukur
karena hasil panen yang tidak terserap oleh atas melimpahnya hasil alam di Dusun
pasar dan harga jual yang sangat rendah Cikareumbi. Saling melempar tomat busuk
membuat para petani tidak sanggup membawa pada saat Rempug Tarung Adu Tomat
hasil panen dari ladang sehingga mempunyai makna sebagai simbol membuang
membiarkannya hingga busuk. Fenomena sial dan sifat-sifat buruk yang ada di dalam
tersebut muncul ide kreatif untuk
memanfaatkan tomat-tomat busuk itu agar
dapat bermanfaat kembali dengan membuat

5 6
Sisingaan adalah kesenian tradisional masyarakat Mubazir mempunyai arti tidak berguna, terbuang, sia-
Sunda. sia (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

46
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 7 No. 1 Juni 2023

diri manusia maupun penyakit yang ada pada


tanaman maka tidak ada hal yang mubadzir.7

Elemen Pertunjukan Rempug Tarung Adu


Tomat
Dalam menampilkan Rempug Tarung
Adu Tomat terdapat elemen-elemen yang
membutuhkan untuk mendukung jalannya
pertunjukan, maka masyarakat secara
bersama-sama akan membuat properti yang Gambar 1
dibutuhkan untuk digunakan pada hari Bentuk topeng dan tameng yang digunakan oleh
prajurit saat peperangan 2017
pelaksanaanya. Penulis akan memaparkan Sumber: Dokumentasi Mahasiswa Antropologi
hasil wawancara pada tanggal 9 Desember Budaya ISBI Bandung Angkatan 2017
2019 dengan bapak Acep Unan (35 Tahun)
selaku narasumber yang disarankan oleh
masyarakat mengenai apa saja properti yang
digunakan dalam Rempug Tarung Adu Tomat
sebagai berikut:
A. Properti
1. Topeng dan tameng merupakan properti
yang digunakan oleh prajurit sebagai
kostum dalam Rempug Tarung Adu
Tomat, biasanya terbuat dari bambu yang
diambil langsung oleh masyarakat di
hutan dekat Dusun Cikareumbi dengan Gambar 2
Topeng Rempug Tarung Adu Tomat Tahun 2019
kriteria bambu yang kokoh dan dapat Sumber: Dokumentasi Bunga Adelia
bertahan lama. Setiap tahun bentuk
topeng yang digunakan mengalami 2. Boboko adalah sebuah istilah Sunda yang
perkembangan, pada awalnya hanya digunakan untuk sebutan tempat nasi atau
berbentuk carangka8 tidak langsung bakul nasi yang terbuat atas anyaman
menyerupai topeng, akan tetapi bambu berbentuk bulat dan cembung.
seiringnya waktu dengan memasukkan Nyiru adalah sebuah istilah dalam bahasa
dan ide masyarakat yang semakin kreatif Sunda untuk sebutan salah satu alat
hingga akhirnya dari bentuk carangka rumah tangga yang terbuat atas anyaman
menjadi berbentuk topeng. Topeng yang bambu yang berbentuk bundar dan datar.
digunakan sebagai properti perang Penggunaan dua alat rumah tangga yang
memiliki makna tersendiri topeng berupa boboko dan nyiru pada Rempug
tersebut merupakan wujud manusia yang Tarung Adu Tomat digunakan sebagai
bukan sesungguhnya atau kamuflase dari saat ngajayak topeng yang berfungsi
sifat manusia yang buruk, sifat tersebut untuk tempat penyimpanan peralatan
perlu dibuang dan dilemparkan perang para prajurit yang hendak ikut
konotasinya seperti saat lempar jumroh peperangan untuk dijayak oleh para
pada ibadah haji. penari.

7 8
Wawancara Abah Nanu pada 13 Oktober 2019. Carangka adalah istilah Sunda yang digunakan untuk
menyebut keranjang.

47
Bunga, Cahya, Imam – Rempug Tarung Tomat...

replikanya. Sebagian besar warga


membikin replika hama tikus, belalang,
dan ulat. Replika hama yang digunakan
warga masyarakat Dusun Cikareumbi
pada arak-arakan simbol agar supaya
hama-hama tersebut tiada ganggu hasil
panen para petani. Selain itu, terdapat
pula replika tanaman tomat.
Gambar 3
Bentuk Boboko dan Nyiru dalam Ngajayak
Sumber: Dokumentasi Mahasiswa Antropologi
Budaya ISBI Bandung Angkatan 2017

3. Petasan sebagai simbolisasi terhadap


sasangkala yang digunakan untuk aba-
abat dimulainya peperangan Rempug
Tarung Adu Tomat. Petasan yang Gambar 5 Replika Serangga
Sumber : Dokumentasi Bunga Adelia
digunakan akan dipasang pada sisi kanan
dan sisi kiri jalan dekat dengan tempat
dilaksanakannya ngajayak topeng. Janur
digunakan sebagai penghias sepanjang
pinggir jalan yang digunakan selama
Rempug Tarung Adu Tomat berlangsung
di jalan tersebut.

Gambar 6 Replika Sayuran


Sumber : Dokumentasi Bunga Adelia

5. Bunga dan sayuran digunakan pula


sebagai aksesoris yang dikenakan oleh
para penari maupun peserta Rempug
Tarung Adu Tomat. Penari dan para
Sumber : Dokumentasi Ilham Dwifa peserta beriring-iringan mengikuti arah
arak-arakan sembari penuh untaian
4. Replika hewan dan sayuran merupakan kalung, ikat pinggang, dan hiasan pada
kreasi buatan warga masyarakat Dusun kepala mereka. Penggunaan sayuran
Cikareumbi. Sebagian warga desa sebagai bagian salah satu hiasan
bergotong-royong bersama-sama memperlihatkan hasil panen warga
membikin replika hewan hama dan masyarakat RW 03 Dusun CIkareumbi
sasapian yang berasal atas bahan-bahan seperti tomat, brokoli, cengek, timun,
bekas yang ada di sekitar lingkungan terong, leunca dan cabe. Tomat bukan
kampung dan desa. Replika hewan dan sekadar dipakai aksesoris, melainkan
sayuran menyerupai boneka besar Ogoh- pula peluru di dalam Rempug Tarung Adu
ogoh di Bali. Boneka replika hewan dan Tomat. Para penari ngajayak topeng
sayuran digunakan di dalam arak-arakan memakai bunga sebagai aksesoris di
sebelum peperangan dimulai. Setiap kepala, bunga yang dikenakan beragam
tahun berbeda-beda jenis hewan dan pula seperti warna merah, putih, dan
sayuran yang dijadikan sumber inspirasi kuning.

48
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 7 No. 1 Juni 2023

6. Kostum sengaja terlihat dan diperlihatkan D. Struktur Pergelaran Rempug Tarung


aneka ragam: Prajurit perang Rempug Adu Tomat
Tarung Adu Tomat bertopeng membawa Pembagian struktur pergelaran terdiri
tameng yang terbuat dari bamboo, penari atas pra-pergelaran, pergelaran, dan paska
ngajayak topeng mengenakan pakaian pergelaran.
tradisional kabaya Sunda beserta 1. Pra-pergelaran terlihat pada segala
samping, bapak-bapak dan anak laki-laki aktivitas persiapan sebelum
biasanya memakai pakaian pangsi dengan pelaksanaannya. Para aktor pelaku bakal
iket Sunda, sedangkan ibu-ibu dan anak berkumpul dan berembug mempersiapkan
perempuan berkebaya lengkap dengan segala hal dengan penuh perhitungan.
samping atau sinjang. Bahkan, terkadang evaluasi pada
penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya.
B. Alat Musik Tradisional Dengan demikian, setiap penyelenggaraan
Selama rangkaian acara berlangsungnya merupakan pengembangan sekaligus
Rempug Tarung Adu Tomat diiringi tetabuhan perbaikan pada pelaksanaan tahun-tahun
tembang karawitan Sunda. Beberapa nayaga sebelumnya. Pertemuan lebih pada
memainkan langsung sejumlah alat musik musyawarah mencapai mufakat terutama
tradisional Sunda seperti gendang, tarompet, pada penentuan waktu pelaksanaannya.
dan gamelan. Keberadaan alat musik Jika hal ini sudah tercapai mufakat, para
tradisional karawitan Sunda menghasilkan aktor membagi tugas pekerjaan dan
bebunyian alunan musik yang disebut pirigan tanggung jawab. Mereka memperoleh
yang merupakan kreasi cipta Abah Nanu tugas membuat topeng dan tameng yang
selaku penggagas Rempug Tarung Adu terbuat dari anyaman bambu. Pengerjaan
Tomat. biasanya berada di halaman rumah Pak
Acep Unan. Pengumpulan tomat busuk
C. Waktu dan Tempat Pertunjukan sebanyak 2.5 ton.
Pelaksanan Rempug Tarung Adu Tomat 2. Pelaksanaan pergelaran Rempug Tarung
selama ini bertepatan pada bulan Muharram, Adu Tomat berawal pada arak-arakan,
akan tetapi dalam perkembangannya ngajayak topeng, dan berakhir pada perang
kemudian, pemerintah menetapkan pada tomat. Warga masyarakat bersama para
bulan September atau Oktober tanpa tanggal aktor yang terlibat bersama-sama
yang pasti hanya setiap hari Sabtu atau membersihkan tomat-tomat yang
Minggu (weekend). Penyelenggaraan berserakan sepanjang jalan kampung.
bertepatan weekend, dalam rangka, agar a. Arak-arakan bergerak pada pukul 08.00
supaya warga masyarakat dan wisatawan luar WIB. Para peserta arak-arakan terdiri
daerah dan asing dapat berkunjung dari petani sayur, peternak, pemerah
menyaksikan Rempug Tarung Adu Tomat. sapi, orang tua dan anak-anak yang
Lokasi penyelenggarannya biasa seluruhnya berkostum sesuai dengan
berlangsung sepanjang jalan RW 03 Dusun pembagiannya. Perempuan berkebaya
CIkareumbi yang merupakan jalan umum dan dengan sinjang selutut dan pria
jalan buntu. Penyelenggaraannya berlangsung berpangsi berikut iketnya. Para peserta
sepanjang jalan kampung dan desa tiada lain membawa berbagai hasil panen berupa
sesuai konsep dasarnya berupa seni tanaman sayur seperti tomat, leunca,
pergelaran helaran yang terlihat pada timun, brokoli, dan cengek. Replika
banyaknya aktor yang terlibat sebagai seranga hama dan hewan turut diarak
pendukungnya. Sepanjang jalan kampung dan bersama. Tiada lupa tumpeng raksasa
desa bakal dirias, agar supaya terlihat turut serta berada dalam arak-arakan.
kemeriahan dan festival seni. Mereka memulai start pada ujung jalan

49
Bunga, Cahya, Imam – Rempug Tarung Tomat...

dusun sampai dengan kantor Desa bergantian, makin lama tempo


Cikareumbi. Para pejabat setempat tetabuhan semakin cepat, dan semakin
duduk di atas sisingaan. Arak-arakan keras aksi saling lempar antara kedua
serupa penjemputan para pejabat desa belah kubu terus berlangsung hingga
dan tamu undangan khusus (VIP). melebar. Masyarakat dan wisatawan
Mereka kembali ke ujung jalan RW 03 asing maupun lokal yang hadir mulai
Dusun CIkareumbi. Sekitar pukul 10.00 ikut serta dalam aksi saling lempar
WIB acara tersebut selesai. tomat dengan memakai topeng dan
b. Ngajayak topeng berlangsung pada tameng hasil meminjam atau membeli
pukul 13.00 WIB usai proses arak- dari masyarakat setempat. Rempug
arakan. Sejumlah aktor dan warga yang Tarung Adu Tomat pun pecah meluas
terlibat berkumpul kembali ke dengan melibatkan banyak orang yang
sepanjang jalan yang terbelah menjadi semula sekadar penonton. Perang aksi
seolah-olah terdapat dua kubu yang lempar tomat berhenti saat tomat busuk
saling berseberangan antara satu dan yang disediakan sudah tidak tersedia
yang lainnya. Perlahan-lahan terdengar atau telah habis. Menurut Abah Nanu
tetabuhan tembang karawitan seperti (61tahun) alasan memakai tomat busuk
gamelan, tarompet, dan kendang sebagai peluru dalam Rempug Tarung
sebagai pertanda para penari ngajayak Adu Tomat karena berkaitan dengan
topeng segera masuk ke arena makna ngaruat dimana membuang
gelanggang sepanjang jalan kampung sifat-sifat busuk dan hal-hal yang busuk
dan desa tersebut. Para penari di dalam diri dalam bahasa Sunda
melakukan semacam tari ritual “miceun reureugeud, geugeuleuh
ngajayak. Penari-penari menari sembari keukeumeuh”. 9

membawa nampan yang terbuat atas 3. Paska Pergelaran Rempug Tarung Adu
anyaman bamboo yang berisi alat-alat Tomat, seluruh peserta, baik aktor pelaku
perang seperti topeng, tameng, dan maupun pengunjung dan warga
peluru tomat. Mereka menari sambil masyarakat yang ikut serta akan bersalam-
biasanya dilakukan penyerahan secara salaman karena perang telah usai. Pada
simbolis alat perang kepada kepala akhirnya, mereka bergotong royong
desa, bupati, tokoh masyarakat dan membersihkan jalanan yang dipakai untuk
sepulih prajurit yang akan melakukan perang Rempug Tarung Adu Tomat.
perang. Mereka mengumpulkan tomat-tomat busuk
c. Perang tomat berlangsung usai tari ritual yang berserakan sepanjang jalan dan
ngajayak topeng selesai. Sepuluh orang mengumpulkanya ke dalam kantong besar
prajurit mulai memasuki gelanggang untuk dijadikan pupuk organik, maka tidak
perang di jalan. Mereka sudah memakai ada aktivitas yang mubadzir dalam
kostum topeng dan memegang tameng. Rempug Tarung Adu Tomat. Terakhir
Lima saling berhadap-hadapan siap terdapat hiburan pada malam harinya
saling lempar tomat. Abah Nanu berdiri biasanya akan diadakan pagelaran wayang
di pinggir jalan bersiap membakar dan seni tari Jaipong.
petasan sebagai pertanda awal mulai
peperangan tomat. Mereka mengikuti E. Aktor-aktor Pelaku Rempug Tarung
tetabuhan tembang karawitan dengan Adu Tomat
gerakan khas seperti sedang menari Pada dasarnya, para aktor terbagi dalam
sambil saling melempar tomat secara beberapa kategori: aktor dalam dan aktor luar.

9
Penulis wawancara Abah Nanu pada tanggal 19
Oktober 2019.

50
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 7 No. 1 Juni 2023

Aktor dalam terdiri atas aktor pendukung Kabupaten Bandung Barat. Abah Yanto dan
utama dan aktor pembantu. Aktor luar terdiri Abah Nanu menyelenggarakan ngahurip sirah
atas aktor utama dan aktor pendukung serta cai di mata air irung-irung yang berada di
aktor pembantu. Jadi, aktor utama bukan dalam area kebun binatang mini (mini zoo),
warga setempat, melainkan orang luar. Aktor Kecamatan Parongpong (lihat Setyobudi 2018
utama merupakan penggagas dan pencetus ide dan 2020).
yang profesi utama koreografer sekaligus
penari yang tiada lain dosen Pegawai Negeri F. Keterlibatan Pengunjung dalam
Sipil (PNS). Abah Nanu atau nama Rempug Tarung Adu Tomat
lengkapnya Nanu Munajat didukung oleh Permulaan memulai kegiatan ini hanya
Acep Unan yang merupakan aktor pendukung diikuti segelintir warga dusun. Namun
utama yang sehari-harinya warga setempat demikian, perlahan-lahan warga lainnya yang
(RW 03 Dusun CIkareumbi) dan seorang masih satu dusun tergerak ikut serta bergotong
petani sayur. Aktor dalam selaku aktor royong mempersiapkan dan mendukung
pembantu adalah kelompok kesenian Mekar terlaksananya kegiatan ini. Pada
Budaya. perkembangannya kemudian, bukan saja
Semenjak tahun 2019, Rempug Tarung warga setempat, melainkan pula wisatawan
Adu Tomat sudah mempunyai sertifikat yang asing ikut berpartisipasi dalam Rempug
ditanda-tangan salah satu akta notaris terkenal Tarung Adu Tomat. Penonton bukan sekadar
di Kabupaten Bandung Barat. Sertifikat pasif menonton di pinggir jalan. Mereka dapat
tersebut menyatakan jelas pemiliknya adalah turut serta mengalami sensasi lempar tomat.
Abah Nanu dan Abah Unan. Jadi, tanpa seijin Wisatawan asing dan domestik dapat
dan sepengetahuan keduanya, kegiatan menyewa perlengkapan berupa topeng dan
Rempug Tarung Adu Tomat tidak dapat tameng. Bahkan, topeng dan tameng dapat
berjalan begitu saja. Aktor dalam pembantu pula dibeli untuk dibawa pulang sebagai
adalah kelompok kesenan sisingaan Mekar kenang-kenangan.
Budaya yang berada di bawah asuhan Abah
Unan. Selain itu, para pengurus RW 03 Dusun Bentuk Komodifikasi Rempug Tarung Adu
Cikareumbi terlibat pula sebagai pengelola Tomat
dan penggerak di lapangan, agar supaya Pada dasarnya, Rempug Tarung Adu
pergelaran Rempug Tarung Adu Tomat dapat Tomat serupa permainan anak-anak yang
berlangsung semarak dan lancar. Para gemar bermain perang-perangan. Rempug
pengurus RW ini umumnya bermata Tarung Adu Tomat sengaja diselenggarakan
pencaharian petani sayur. bersamaan dengan ritual Ngaruat Bumi.
Aktor luar selaku pendukung utama Ritual tradisi Ngaruat Bumi berlangsung
adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tanpa kemeriahan. Bentuk-bentuk ritual tanpa
Kabupaten Bandung Barat dan Dinas hiruk-pikuk keramaian, melainkan senyap
Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa yang seolah-olah tanpa aktivitas sama sekali.
Barat. Kedua lembaga bertindak selaku Dengan demikian, penyelenggaraan Rempug
penyokong anggaran terlaksananya Rempug Tarung Adu Tomat memberi sentuhan
Tarung Adu Tomat. Aktor luar pendukung berbeda terhadap ritual tradisinya. Keramaian
utama lainnya, wartawan yang memberitakan dan kemeriahan menjadi muncul memberi
serta menyebarluaskan serta memperkenalkan warna tersendiri. Alhasil, ritual tradisi
Rempug Tarung Adu Tomat kepada khalayak otentiknya Ngaruat Bumi menjadi layak
ramai lewat media masing-masing (cetak, tonton dan tontonan. Seni pergelaran menjadi
portal on line, dan televisi). Para penari dan instrumen pengemasan Rempug Tarung Adu
nayaga pengrawitnya berasal dari Padepokan Tomat.
Kalang Kamuning pimpinan Abah Yanto asal 1. Penonjolan pada aspek wisata budaya
Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, dengan cara Rempug Tarung Adu Tomat

51
Bunga, Cahya, Imam – Rempug Tarung Tomat...

dimasukkan atau disisipkan dalam Rempug Tarung Adu Tomat ini tidak lagi
rangkaian upacara ritual besarnya Ngaruat dilaksanakan pada bulan Muharram
Bumi. Pelaksanaannya dilangsungkan bertepatan dengan Ngaruwat Bumi tetapi
bertepatan dengan bulan Muharram. sudah ditentukan oleh pemerintah pada
Tujuannya tiada lain sebagai ungkapan bulan September atau Oktober.
rasa syukur atas segala kelimpahan dan 2. Pemungutan tiket masuk berikut tiket
kesuburan. Namun sekaligus pula, parkir kendaraan roda dua sebesar Rp2.000
acaranya dapat menjadi tontonan bagi – Rp3.000 dan berkisar Rp8.000 untuk
wisatawan. Para wisatawan asing maupun roda empat. Pada saat ini, tinggi dan
dosmetik menyukai atraksi permainan besarnya antusias wisatawan asing dan
saling lempar tomat. Mereka suka ikut domestik menyebabkan pemberlakuan
serta larut terlibat dalam permainan lempar sistem tiket masuk, baik yang dikenakan
tomat ke dalam salah satu kubu. Rahmat, kepada individunya maupun kendaraan
salah satu informan yang merupakan warga yang dibawa pengunjung untuk
setempat, bertutur Rempug Tarung Adu dikemudian dititipkan atau diparkirkan di
Tomat telah menjadi nilai ekonomi dan tempat tertentu. Tiket masuk untuk
identitas warga setempat di Dusun menikmati wisata budaya tradisi Rempug
Cikareumbi, Desa Cikidang, Kecamatan Tarung Adu Tomat ini dipatok sebesar
Lembang. Pada saat Rempug Tarung Adu Rp.7000,- untuk wisatawan lokal dan
Tomat menjadi sebuah komoditas untuk mancanegara berbeda. Dengan
pariwisata yang memiliki nilai ekonomis membeli tiket masuk akan mendapatkan
terjadilah kapitalisasi. Masyarakat sebagai brosur berisi tentang tradisi Rempug
pemilik budaya yang berperan sebagai Tarung Adu Tomat dan tiket masuk yang
produsen, pemerintah sebagai marketing dibeli dapat ditukarkan dengan sayuran,
dan distributor, dan khalayak sebagai diberikan oleh masyarakat RW 03 Dusun
konsumen. Tujuan Rempug Tarung Adu CIkareumbi yang merupakan hasil
Tomat menjadi sebuah komoditas budaya pertanian masyarakat sekitar seperti tomat,
tidak terlepas dari membangun sektor kol, terong, dan lainnya ke dalam proses
ekonomi serta memperkenalkan kualitas komodifikasi yang mana dengan adanya
hasil alam yang baik. Tradisi Rempug pemungutan tiket masuk untuk dapat
Tarung Adu Tomat ini semenjak menjadi menyaksikan dan ikut serta dalam Rempug
komoditas pariwisata banyak sekali Tarung Adu Tomat sudah menjadi sebuah
berbagai media yang meliput hingga komoditi yang memiliki nilai. Pada tiket
mempromosikan untuk diketahui orang masuk terdapat tulisan sebagai berikut:
banyak dengan begitu tidak hanya tradisi Dengan membeli tiket apresiasi ini berarti
Rempug Tarung Adu Tomat saja yang Saudara telah memberi dukungan
dikenal oleh wisatawan tetapi juga potensi pelestarian budaya.
wilayah yang ada di RW 03 Dusun 3. Penjualan souvernir buatan warga
CIkareumbi secara tidak langsung ikut berbentuk anyaman bambu yang berupa
dikenal. Selain itu para penggiat bisnis jasa topeng khas Rempug Tarung Adu Tomat.
perjalanan (travel) memanfaatkan Pembuatan topeng anyaman bambu yang
fenomena ini untuk mendapatkan dibikin serupa topi perang Kerajaan
keuntungan mengajak para wisatawan Romawi harus diperlakukan khusus
untuk memakai jasa mereka agar lebih dengan ritual Ngajayak Topeng. Terlebih-
mudah untuk dapat menikmati tradisi lebih lagi, topeng tersebut dijual, dan rupa-
Rempug Tarung Adu Tomat tersebut. rupanya, tidak sedikit pula, wisatawan
Perkembangannya lebih lanjut, Pemerintah asing dan domestik yang berkunjung
ikut andil dalam proses komodifikasi membeli topeng khas anyaman bambu
budaya ini karena sejak 2018 tradisi seharga Rp35.000,00 per topeng. Biasanya

52
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 7 No. 1 Juni 2023

dijajakan di halaman rumah dekat jalan memecahkan kekesalan petani tomat yang
diselenggarakannya tradisi Rempug sedang gigit jari akibat harga tomat jatuh
Tarung Adu Tomat, agar supaya terlihat terjerembab ke tanah.
oleh wisatawan. Biasanya banyak diminati 2. Dampak ekonomi terhadap para pedagang
oleh wisatawan lokal maupun warung, makanan, sepatu, permainan anak-
mancanegara untuk di bawah ke daerah anak, pedagang kaki lima bakso keliling,
masing-masing sebagai oleh-oleh atau cuankie, cilok, bakso tusuk, minuman
koleksi pribadi. Dalam proses dingin, dan sebagainya. Mereka
komodifikasi ini, kerajinan topeng menganggap cengcalengan yang berarti
anyaman menjadi sebuah komoditi yang pasti laku berjualan selama Rempug
bernilai jual. Tentu saja, hal ini menjadi Tarung Adu Tomat. Kerumunan bukan
pembeda dengan perang tomat yang semata-mata warga sekitar atau setempat,
terdapat di daerah lainnya, misalnya, La melainkan wisatawan domestik luar
Tomatina dalam festival tahunan di Kota wilayah turut datang yang seringkali beli
Bunõl, Provinsi Valencia, sebelah timur berbagai makanan yang terdapat di
Spanyol. Penyelenggaraan perang tomat sekitarnya. Dengan demikian, keramaian
setiap tanggal 23 Agustus. perayaan tersebut memancing pula
pedagang-pedagang lainnya datang ke
Dampak Komodifikasi pada Warga Dusun Cikareumbi, Desa Cikidang.
Masyarakat 3. Dampak ekonomi terhadap para pelaku
Pada dasarnya, komodifikasi dapat (praktisi) seni seperti profesi penari,
membawa pada dampak positif atau negatif. nayaga (pengrawit), dan pelaku seni
Dampak negatif mengarah pada sisingaan memperoleh tambahan
penekanannya atas nilai komoditif yang pendapatan. Pelaku seni bertambahnya
berujung pada nilai mata uang. Komersialisasi frekuensi kegiatan pertanda bertambahnya
membawa konsekuensi pada lunturnya nilai- pendapatan ekonomi. Mereka memperoleh
nilai sakralitas dan persaudaraan. Pada sisi kesempatan sebagai pengisi acara. Mata
nilai positif terletak pada peningkatan acara seni terdiri dari kesenian sisingaan,
pendapatan desa maupun tingkat bajidor, dan gembyung. Selain itu, peluang
kesejahteraan warga masyarakat. Dewasa ini, menerima tawaran pentas semakin besar.
akibat pengaruh kapitalisme mutakhir, sudah
bukan hal yang heran bahwa ritual dan tradisi SIMPULAN
lokal mengalami komersialisasi untuk tujuan Struktur pergelaran Rempug Tarung
pengembangan pariwisata. Tentu saja, ini Adu Tomat tersaji dalam tiga tahap. Pra
sebuah upaya peningkatan ekonomi daerah. pergelaran, pergelaran, dan paska pergelaran.
Dengan demikian, ekonomi daerah bukan Masing-masing tahapan tersebut mempunyai
bergantung pada dukungan atau bantuan susunan tersendiri beserta kelengkapannya
anggaran pemerintah pusat semata. masing-masing sesuai dengan sarana
1. Dampak ekonomi terhadap warga petani pertunjukkannya. Perwujudan Rempug
tomat di RW 03 Dusun CIkareumbi yang Tarung Adu Tomat berupa seni pergelaran
selama ini terkadang berada pada kerugian yang bersifat helaran. Bahkan, seni
akibat nilai harga jual sayur tomat jatuh. pergelaran ini bukan sekadar helaran,
Penyebab jatuh stok tomat melimpah di melainkan pula sebuah model pergelaran yang
pasaran. Teori ekonomi tentang banyak aktif memancing keterlibatan penonton, agar
barang menyebabkan harga menjadi supaya penonton bukan sekadar berdiri pasif.
murah, dan jikalau barang sangat Penonton aktif terlibat memilih kubu
berlimpah pemicu barang menjadi tidak sekaligus turut serta saling lempar tomat
bernilai sama sekali. Oleh karena itu, kepada lawan-lawannya. Penonton
Rempug Tarung Adu Tomat dapat memperoleh pengalaman bermain-main adu

53
Bunga, Cahya, Imam – Rempug Tarung Tomat...

lempar tomat. Sebuah permainan anak-anak Pariwisata di Kalimantan Timur.


merangsang kegembiraan dan pelepasan Simpoumja. Halaman 1-22.
ekspresi diri. Seni pergelaran ini lantas Maulana, N.H. 2016. Film Dokumenter
dikomodifikasikan sebagai tontonan serta Budaya Rempug Tarung Adu Tomat di
arena pengalaman eksotis kepada para Kampung Cikareumbi. Bandung:
wisatawan mancanegara maupun kawasan Universitas Pasundan.
Asia Tenggara. Tentu saja, penyajian yang Mosco, V. 2009. The Political Economi of
sangat menarik dan penuh pengalaman seru Communication Theory. Second
yang ditawarkan kepada para wisatawan Edition. London: SAGE Publication.
mancanegara maupun domestik. Bahkan, Nurfarida, Vina Ruhiyat. 2017. Penerimaan
dalam perkembangannya, marchindise khas Masyarakat Adat terhadap
yang sederhana topeng anyaman bambu dapat Komodifikasi Budaya: Studi Kasus
menjadi trade mark yang laku terjual ludes. pada Masyarakat Adat Kampung Naga
Para petani sayur dapat menjual pula kepada di Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi
wisatawan. Mereka sudah berani mematok Prodi Ilmu Komunikasi. Bandung:
tiket masuk dan tiket parkir, dalam hal ini, Universitas Pendidikan Indonesia.
sebuah keberhasilan pengembangan Setyobudi, I. 2020. Komodifikasi Revitalisasi
pariwisata yang berbasis pada warna Tradisi di Cihideung, Kabupaten
kelokalan. Bandung Barat: Produksi-Diri
Masyarakat. Disertasi Program Studi
Doktor Antropologi. Fakultas Ilmu
DAFTAR PUSTAKA Sosial dan Ilmu Politik. Bandung:
Bogdan & Taylor. 1993. Kualitatif: Dasar- Universitas Padjadjaran.
dasar Penelitian. Jakarta: Usaha Setyobudi, I. 2020. Metode Penelitian
Nasional. Budaya: Desain Penelitian dan Tiga
Dewayanti, Aninda. 2016. Pariwisata dan Model Kualitatif (Life History,
Komodifikasi Budaya di Asia Tenggara. Grounded Research, Narrative
Esai Pusat Studi Sosial Asia Tenggara. Personal). Bandung: Sunan Ambu
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Press.
Irianto, Agus Maladi. 2016. Komodifikasi Setyobudi, I. 2018. Revitalization and Ritual
Budaya dalam Era Ekonomi Global in Cihideung (District of West
terhadap Kearifan Lokal: Studi kasus Bandung, West Java, Indonesia).
Eksistensi Industri Pariwisata dan Russian Journal of Agricultural and
Kesenian Tradisional di Jawa Tengah. Sosio-Economic Sciences 9 (81).
Jurnal Theologia. 213- 234. Moscow Region-Russia: Institute st., 5,
Kasman., S. 2011. Komodifikasi Kesenian Bolshiye Vyazomy 143050
Tradisional Wacana Estetika Shafly. 2016. Komodifikasi Budaya: Reka
Postmodern dalam Pariwisata. Ekspresi Cipta Tradisi Palang Pintu Betawi.
Seni. 118-247 Skripsi Prodi Sosiologi. Ciputat – Jawa
Kirk, J & Miller, M.L., 1986. Reliability and Barat: Universitas Islam Negeri (UIN)
Validity in Qualitative Research. Syarif Hidayatullah Jakarta.
Beverly Hills: Sage Publication. Smith, D., & Phil Evans. 2004. Das Kapital
Maunati, Y. 2003. Komodifikasi Budaya untuk Pemula. Yogyakarta: Resist
Dayak dalam Konteks Industri Book.

54

Anda mungkin juga menyukai